• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Menyusun Instrumen Penelitian Pendidikan

N/A
N/A
siti Romlah

Academic year: 2024

Membagikan "Cara Menyusun Instrumen Penelitian Pendidikan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Kependidikan Ekonomi yang diampu oleh Bapak Dr. H. Sugeng Pradidkto, M.Pd

Disusun oleh kelompok 10 :

1. Siti Romlah (20187203087)

2. Qurrotul A’yuni (21187203103)

Universitas PGRI Wiranegara Fakultas Pedagogi dan Psikologi Program Studi Pendidikan Ekonomi

2023/2024

(2)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyanyang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengembangan Menyusun Instrumen Penelitian. Kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Sugeng Pradidkto, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian Kependidikan Ekonomi Pendidikan Ekonomi yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.

2. Orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung dalam proses belajar kami di Universitas PGRI Wiranegara.

3. Teman-teman yang telah membantu guna memberikan kelancaran dalam penyelesaian tugas ini.

Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik susunan kata, maupun bahasa yang digunakan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca.

Pasuruan, 8 Maret 2024

Kelompok 10

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Abstrak...1

1.2 Rumusan Masalah...1

1.3 Tujuan Penelitian...2

1.4 Manfaat Penelitian...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1 Pengertian Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian...3

2.2 Proses Penyusunan Instrument Dalam Penelitian...7

2.3 Proses Pengukuran Validitas Dalam Penelitian...9

2.4 Proses Pengukuran Reabilitas Dalam Penelitian...11

BAB III KESIMPULAN...13

DAFTAR RUJUKAN...14

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Abstrak

Dalam dunia penelitian, penggunaan instrumen penelitian yang valid dan reliabel adalah kunci dalam memperoleh data yang akurat dan menghasilkan temuan yang signifikan.

Instrumen penelitian merupakan alat atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, baik itu survei, observasi, wawancara, atau pengukuran lainnya.

Kualitas instrumen penelitian sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah penelitian, karena instrumen yang baik akan memastikan bahwa data yang diperoleh relevan dan dapat dipercaya.

Penelitian yang berkualitas memerlukan alat yang tepat untuk mengumpulkan data yang relevan dan akurat. Pengembangan instrumen penelitian adalah langkah kunci dalam proses penelitian yang seringkali diabaikan atau kurang dipahami dengan baik oleh para peneliti.

Karena instrumen merupakan kunci dari sebuah penelitian maka diperlukan keterampilan dalam mengumpulkan informasi untuk sebuah penelitian dengan menggunakan alat instrumen yang sudah ditentukan sebelumnya.

Penyusunan instrumen penelitian adalah proses yang kompleks dan memerlukan perencanaan yang matang. Hal ini meliputi pemilihan jenis instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian, pengembangan pertanyaan atau item yang tepat, serta uji validitas dan reliabilitas. Tanpa instrumen yang sesuai, risiko penelitian menghasilkan data yang tidak akurat atau tidak dapat dipercaya akan meningkat, sehingga mengurangi nilai kontribusi penelitian tersebut dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai pentingnya instrumen penelitian dalam konteks penyusunan penelitian yang berkualitas, serta memberikan panduan praktis bagi peneliti dalam menyusun instrumen penelitian yang efektif dan efisien. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik susunan kata, maupun bahasa yang digunakan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengertian teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian?

1.2.2 Bagaimana proses penyusunan instrument dalam penelitian?

1.2.3 Bagaimana proses pengukuran validitas dalam penelitian?

1.2.4 Bagaimana proses pengukuran reabilitas dalam penelitian?

(5)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian 1.3.2 Untuk mengetahui proses penyusunan instrument dalam penelitian

1.3.3 Untuk mengetahui proses pengukuran validitas dalam penelitian 1.3.4 Untuk mengetahui proses pengukuran reabilitas dalam penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penulis bisa meningkatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan penelitian,dan meningkatkan kemampuan analisis dalam menyusun instrumen penelitian.

1.4.2 Bagi pembaca bisa memahami lebih dalam tentang menyusun instrumen penelitian, memberikan inspirasidan ide kepada pembaca terutama yang tertarik di ruang lingkup menyusun instrumen penelitian, dapat menjadi sumber pembelajaran edukatif untuk memahami menyusun instrumen penelitian.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data terbagi menjadi dua macam data yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat dokumen, ataupun orang lain. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka tekik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan ke empatnya.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data labih banya pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Terdapat empat macam teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut: 1) Observasi, enurut Nasution (1988) dalam Sugiyono 2017: 226 menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda- benda kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat di observasi dengan jelas. Sedangkan Marshal (1995 dalam Sugiyono 2017: 226) menyatakan bahwa “Through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.; 2) Pengumpulan Data dengan Wawancara/Interview Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri

(7)

pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.; 3) Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakta, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi.

Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subyektif.; 4) Triangulasi dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila penelit melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata- mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya.

Dalam memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai dengan teori, tidak sesuai dengan hukum. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triagulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

(8)

informasi yang diinginkan/dibutuhkan oleh peneliti. Instrumen biasanya dipakai oleh peneliti untuk menanyakan atau mengamati responden sehingga diperoleh data yang dibutuhkan.

Instrumen penelitian antara lain dapat berbentuk kuesioner, petunjuk wawancara, atau daftar isian, tergantung pada jenis penelitian yang akan dilakukan. Sebenarnya banyak sekali jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data atau informasi karena memang banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan suatu informasi.

Terdapat perbedaan pada penggunaan instrumen penelitian dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas, reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Alat pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian survei adalah kuesioner dan wawancara secara individual. Sedangkan dalam observasi antara lain digunakan format observasi standar, tes, kaset audio, dan kaset video.

Kuesioner sebagai alat pengumpul data umumnya terdiri dari serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi penelitian yang dikehendaki. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner diupayakan agar mewakili semua jawaban yang mungkin dipilih oleh responden. Dalam hal ini, baik untuk kuesioner yang menyediakan pilihan yang dapat dipilih oleh responden (pertanyaan tertutup) maupun kuesioner yang meminta pendapat yang diuraikan sendiri oleh responden (pertanyaan terbuka) tidak ada jawaban yang benar atau salah. Untuk menyusun kuesioner yang tepat maka perlu diketahui tentang (a) jenis pertanyaan, (b) bentuk pertanyaan dalam merumuskan isi pertanyaan.

Selanjutnya pedoman Wawancara Selain dengan menggunakan kuesioner, cara yang sering digunakan pada penelitian survei untuk menjaring informasi adalah wawancara.

Wawancara dapat digunakan secara independen alam suatu penelitian kualitatif, tetapi dapat juga digunakan bersama-sama dengan kuesioner bila kita ingin menjaring informasi yang lebih dalam atau lebih lengkap untuk mendapatkan data yang lebih “kaya” dari data atau informasi yang kita peroleh melalui kuesioner. Sebagai contoh, wawancara dapat menjaring pendapat seseorang atau untuk menggali informasi tentang pengalaman seseorang dalam suatu bidang tertentu. Misalnya, wawancara dilakukan untuk menjaring pendapat seorang tenaga kesehatan yang dianggap paling senior dan paling junior di beberapa puskesmas di beberapa kota tentang kebijakan pemerintah dalam mewajibkan sertifikasi tenaga kesehatan.

(9)

Informasi yang diperoleh akan memperkaya data yang dikumpulkan secara massal melalui kuesioner yang disebarkan ke setiap puskesmas di beberapa kota di suatu propinsi. Kuesioner bersifat sukarela. Selain dapat dilakukan secara tatap muka, wawancara juga dapat dilakukan melalui telepon, meskipun masih jarang dilakukan di Indonesia. Untuk dapat melakukan wawancara dengan baik, pewawancara perlu mendapatkan pelatihan dan berpegang pada pedoman wawancara yang khusus dikembangkan untuk itu. Fungsi pedoman wawancara adalah memberikan tuntunan dalam mengkomunikasikan secara langsung pertanyaan- pertanyaan terhadap responden yang akan kita wawancarai. Pedoman wawancara harus dibuat dengan bahasa yang sekomunikatif mungkin, agar responden tidak salah mengartikan pertanyaan sehingga jawaban yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diinginkan peneliti.

Wawancara dengan para tenaga kesehatan mungkin dapat menggunakan istilah-istilah teknis kesehatan, misalnya “uji kompetensi tenaga kesehatan” atau “pelayanan kesehatan berbasis kompetensi”. Namun, istilah yang sama untuk digunakan wawancara dengan pasien atau masyarakat luas tentang hal yang sama belum tentu dimengerti oleh masyarakat awam.

Wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Pada wawancara terstruktur pedoman biasanya terdiri dari seperangkat pertanyaan yang dapat dijawab dengan jawaban ya atau tidak, atau dengan memilih satu pilihan jawaban. Pada wawancara seperti ini kita tidak dapat memperoleh jawaban secara lebih mendalam. Dalam wawancara semi terstruktur pedoman biasanya terdiri dari seperangkat pertanyaan yang kemudian diperdalam dengan menggunakan pertanyaan setengah terbuka. Keuntungannya adalah cukup objektif tetapi tetap menyajikan informasi yang mendalam tentang pendapat dan alasan-alasan responden dibanding kuesioner.

Sedangkan dalam wawancara tidak terstruktur, tidak dibutuhkan pedoman wawancara yang detail tetapi semacam rencana umum untuk menanyakan pendapat atau komentar responden tentang suatu topik sesuai tujuan pewawancara. Wawancara semacam ini dilaksanakan jika informasi yang dibutuhkan sulit diperoleh dari responden yang kita wawancarai.

Observasi dilakukan jika data yang diperoleh melalui wawancara kurang merefleksikan informasi yang diinginkan. Observasi, misalnya, akan lebih akurat dalam memperoleh gambaran aktivitas belajar mahasiswa di kelas dari pada jika menggunakan instrumen penelitian yang lain, misalnya wawancara dengan mahasiswa atau dosen. Format observasi hendaknya menuntut sesedikit mungkin pencatat dari pengamat. Jenis alat observasi yang digunakan tergantung pada karakteristik pengamatan yang dilakukan. Ada alat observasi yang berupa format observasi (biasanya berupa ceklis), tes, kaset audio dan video, serta komputer. Sebelum mengobservasi, kita harus mengetahui perilaku yang akan diamati dan

(10)

jenis alat observasi yang akan digunakan agar dapat mencatat hasil pengamatan dengan lebih akurat.

Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama jika peneliti menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjektif peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang tepat.

2.2 Proses Penyusunan Instrument Dalam Penelitian

Instrumen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan penelitian, yang dibutuhkan dalam mendukung ketepatan rancangan penelitian. Instumen sebagai pengukur variabel penelitian memegang peranan penting dalam usaha memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya. Bahkan validitas hasil penelitian sebagian besar sangat tergantung pada kualitas instrumen pengumpulan datanya. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya memahami tentang konsep instrumen dan proses yang dibutuhkan dalam melaksanakan instrumen tersebut.

Menurut Azwar (1999), bentuk-bentuk instrumen pengumpulan data dalam penelitian sosial dan psikologi antara lain adalah wawancara (interview), angket atau questioner, tes, skala-skala psikologis, dan sebagainya. Apapun bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan, masalah ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan hasil ukurnya (reliabilitas) merupakan dua karakter yang tidak dapat

ditawar-tawar, disamping tuntutan akan adanya objektifitas, efisiensi, dan ekonomis.

Agar instrumen dapat tersusun sesuai dengan kebutuhan, peneliti sebaiknya memahami langkahlangkah penyusunan instrumen non-tes,berikut Tahap-tahap Penyusunan Instrumen : 1) Menentukan topik dan tujuan pengumpulan data serta Subjek Langkah awal dalam menyusun instrumen untuk kegiatan suatu penelitian adalah menentukan topik beserta tujuan pengumpulan data. Topik yang dimaksudkan di sini adalah variabel yang akan diteliti.

Penentuan topik atau variabel maupun tujuan pengumulan data tersebut tentu untuk mendukung tujuan penelitian. Pada umumnya tujuan pengumpulan data adalah untuk mendiskripsikan subjek sesuai variabel yang diteliti. Seiring dengan penetapan variabel dan tujuan pengumpulan data tersebut, peneliti juga menentukan subjek atau respondennya, yakni siapa, dimana dan berapa jumlahnya; misalnya pada penelitian bidang pendidikan, peneliti menentukan siswa kelas berapa saja dan berapa jumlah yang akan menjadi responden. Selain itu, peneliti perlu menentukan pada saat kapan dan dimana instrumen akan digunakan. 2)

(11)

Mengkaji teori yang relevan, dan menentukan aspek-aspeknya Berdasar topik yang telah ditentukan, maka peneliti mengkaji teori yang relevan dengan topik. Melalui teori tersebut, peneliti menekankan aspek-aspek yang akan digunakan dalam mengukur variabel (topik) penelitiannya. Tanpa adanya teori yang jelas dan relevan dengan topik, maka sangat dimungkinkan instrumen yang disusun belum sesuai dengan apa yang akan diukur (dikumpulkan). Oleh karena itu, peneliti perlu menelaah dan menggali teori yang relevan melalui buku-buku yang relevan. 3) Menyusun aspek-aspek menjadi berbagai indikator Setelah menemukan aspek-aspek yang akan diukur dari variabel yang akan diukur, maka selanjutnya peneliti merumuskan indikator-indikator pada setiap aspeknya. Setiap aspek tersebut dikembangkan (dirumuskan) menjadi beberapa indikator. Setiap indikator tersebut sebagai item yang akan dikembangkan menjadi pertanyaan atau pernyataan instrumen. Out put pada langkah ke empat inilah sebagai langkah penyusunan kisi-kisi. 4) Mengembangkan susunan indikator menjadi draf pernyataan/ pertanyaan Berdasar kisi-kisi yang dibuat maka selanjutnya peneliti mengembangkan setiap indikator menjadi item-item pertanyaan atau pernyataan atau pengamatan. Setiap indikator bisa dikembangkan menjadi 2 atau lebih item pertanyaan atau pernyataan karena 1 indikator bisa dijabarkan berdasar favourable dan unfavourable. Hasil dari langkah inilah yang disebut sebagai draf instrumen. Sebaiknya, setiap indikator dapat dikembangkan minimal menjadi 4 item pertanyaan atau pernyataan karena draf instrumen harus diuji validitas dan reliabilitasnya, atau hanya uji konten. Berdasar uji tersebut setiap item nampak tergolong valid dan reliabel atau sebaliknya. Jika tidak tergolong valid dan reliabel maka item pertanyaan atau pernyataan tersebut dapat digugurkan atau tidak dimanfatkan lagi. Setiap indikator diharapkan harus terwakili, sehingga jika gugur satu atau 2 item, maka dalam indikator tersebut masih terdapat item lain yang masih dapat digunakan. 5) Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas atau Uji Konten Draft Instrument Sebelum instrumen disebarkan kepada responden, sebaiknya draft instrument tersebut direview terlebih dahulu mengenai kontennya (isinya), kebahasaannya, dan sistematikanya.

Oleh karena itu, draft instrument tersebut sebaiknya direview oleh orang yang lebih ahli.

Selanjutnya peneliti dapat merevisi draf instrumen sesuai masukan orang yang lebih ahli tersebut. Instrumen yang berupa skala sikap perlu diuuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu, sebelum disebarkan kepada responden. Uji validitas menekankan pada uji setiap item, apakah memang tepat untuk mengukur variabel yang akan diukur. Hal ini seringkali dikenal dengan istilah uji ketepataan. Sedangkan uji reliabilitas lebih menekankan apakah hasil uji instrumen tersebut akan tetap sama jika diuji oleh oleh lain pada tempat dan waktu yang berbeda. Uji reliabilitas ini seringkali dikenal sebagai uji ketetapan. Jika berdasar hasil uji ahli, uji validitas dan reliablitas banyak indikator belum dinyatakan valid maupun reliabel

(12)

maka peneliti perlu melakukan revisi terhadap setiap item yang dinyatakan belum valid dan reliabel. Hasil revisi instrumen tersebut perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kembali hingga menghasilkan instrumen yang sudah valid dan reliabel. 6) Pengumpulan data Jika instrumen sudah dianggap valid dan reliabel maka instrumen dapat disebarkan kepada responden untuk digunakan sebagai alat pengumpul data atau informasi. Instrumen yang sudah diisi oleh responden dikumpulkan kembali. Selanjutnya data yang sudah didapatkan di input dan direkap melalui program analisis statistik ada manual, serta dianalisis sesuai tujuan penelitian.

2.3 Proses Pengukuran Validitas Dalam Penelitian

Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan. Dalam penelitian, keabsahan sering dikaitkan dengan instrumen atau alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai nilai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut memang dapat mengukur apa yang hendak kita ukur. Misalnya, di dunia fisik, jika ingin mengukur berat badan maka alat ukur yang kita gunakan adalah timbangan, jika ingin mengukur tinggi badan gunakan meteran, dan sebagainya. Pengukuran objek konkret di dunia fisik semacam itu relatif sangat mudah apabila dibandingkan dengan pengukuran objek abstrak atau konsep, misalnya: sikap remaja terhadap lingkungan. Agar alat ukur yang digunakan mempunyai nilai validitas yang tinggi, maka harus menyusun instrumen tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengukur sikap remaja terhadap lingkungan.

Validitas instrumen sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena validitas juga merupakan ukuran mutu dan kebermaknaan suatu penelitian. Validitas mencerminkan ukuran kejituan instrumen penelitian untuk mengukur dan menggali fakta yang tersembunyi. Suatu penelitian tidak akan mempunyai arti apa-apa jika alat ukurnya tidak valid, karena instrumen tersebut mungkin mengumpulkan data yang berbeda dengan yang kita kehendaki.

Dua aspek validitas yang penting adalah ketepatan dan ketelitian. Di dunia fisik, hal yang mudah dibayangkan adalah apabila kita ingin mengukur berat sepuluh buah mangga.

Alat ukur yang kita gunakan dapat kita katakan tepat apabila kita menggunakan timbangan, bukan mistar. Timbangan tersebut dikatakan mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi apabila dapat mengukur berat dengan benar. Misal berat kesepuluh buah mangga tersebut adalah tiga kilogram maka jarum menunjukkan skala yang menyatakan tiga kilogram, bukan dua setengah atau tiga setengah kilogram. Demikian dalam ilmu sosial, suatu instrumen untuk mengukur sikap remaja terhadap lingkungan dikatakan tepat apabila instrumen tersebut memang untuk mengukur sikap remaja dan dikatakan teliti apabila dapat menampilkan fakta sebenarnya yang ada dilapangan.

(13)

Pada bagian berikut ini akan dibahas 3 jenis validitas, yaitu sebagai berikut: 1) Validitas permukaan adalah validitas yang dibuat berdasarkan kesan ilmiah peneliti terhadap alat ukurnya; yakni apakah kelihatannya alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Validitas ini merupakan jenis validitas yang mudah karena biasanya digunakan untuk mengukur konsep sederhana yang dapat langsung dirujuk dengan indikator empiris di lapangan. Misalnya, dengan berkunjung ke rumah penduduk yang kita jadikan sampel kita sebenarnya dapat mengukur tingkat kepedulian mereka terhadap lingkungan. Jika mereka tidak mempunyai bak sampah atau saluran air limbah rumah tangga mereka tidak berfungsi, maka hal-hal tersebut merupakan indikator empiris dan sudah cukup untuk dipakai memperkirakan tingkat kepedulian mereka terhadap lingkungan. Validitas permukaan hanya membutuhkan satu konsep dan ukuran tunggal. Di sini, tampak bahwa validitas permukaan ini lebih bertumpu pada common sense daripada tujuan yang mendasar dari pengukuran itu sendiri. 2) Berbeda dengan validitas permukaan, dalam validitas kriteria paling sedikit dibutuhkan dua buah konsep atau kriteria. Konsep atau kriteria ini merupakan landasan dalam penilaian valid tidaknya suatu alat ukur. Untuk mengukur ‘sikap remaja terhadap lingkungan misalnya, peneliti dapat menggunakan tiga kriteria yaitu pengetahuan remaja tentang lingkungan, kebiasaan yang dilakukan untuk menjaga lingkungan, kemauan untuk menjaga lingkungan. Untuk mengetahui apakah alat ukur yang baru kita buat valid atau tidak, dapat dilakukan dengan membandingkannya dengan alat ukur yang menggunakan kriteria yang sama, yang sudah terbukti valid. Alat yang kita buat dikatakan valid jika dalam usahanya mengukur konsep yang sama juga memberikan hasil yang sama. Biasanya alat ukur baru diperlukan jika yang lama dianggap hanya cocok untuk kelompok sampel tertentu, namun tidak berlaku bagi kelompok sampel lainnya. 3) Jika konsep yang hendak diukur lebih rumit dan terdiri dari banyak dimensi, maka diperlukan indikator yang lebih lengkap untuk menentukan tingkat validitasnya. Karena prosedurnya lebih lengkap dan rumit maka tingkat validitasnya juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan validitas permukaan dan kriteria.

Validitas konstrak sering dikatakan sebagai prosedur validasi yang paling kuat. Seorang peneliti misalnya ingin menguji suatu hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pemahaman remaja tentang lingkungan berhubungan dengan sikapnya terhadap lingkungan. Jadi kalau remaja mempunyai pemahaman yang baik tentang lingkungan maka ia akan mempunyai sikap yang baik pula terhadap lingkungannya. Untuk menguji hipotesis tersebut, peneliti menggunakan alat ukur A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis tersebut terbukti benar yakni ada hubungan searah tingkat pemahaman dan sikap. Kemudian peneliti mengembangkan lagi alat ukur B. Alat ukur yang baru ini dikatakan mempunyai validitas konstrak jika temuan penelitian menunjukkan hasil yang sama dengan yang sebelumnya. Jadi

(14)

memang ada hubungan antara pemahaman dan sikap. Jika temuan penelitian menunjukkan tidak ada hubungan atau hubungan yang terjadi bersifat terbalik maka alat ukur B tidak mempunyai validitas konstrak.

Langkah awal dalam menilai validitas suatu penelitian sosial adalah mencari variabel utama dalam penelitian tersebut, kemudian mengamati definisi operasionalnya. Perhatikan bagaimana tingkatan abstraksi konsep dalam penelitian tersebut. Jika tingkatan abstraksinya rendah, tidak terlalu rumit, maka penelitian didasarkan pada validitas permukaan, jika lebih tinggi digunakan validitas kriteria, jika lebih tinggi lagi dipakai validitas konstrak sebagai dasar penilaiannya. Bila penilaian didasarkan pada validitas kriteria dan konstrak maka perlu pula dipertimbangkan dimensi pengertian yang lebih banyak, pendapat para ahli tentang konsep yang bersangkutan. Selain itu bisa pula membandingkannya dengan alat ukur yang telah terbukti valid.

2.4 Proses Pengukuran Reabilitas Dalam Penelitian

Sebagaimana halnya validitas, reliabilitas juga berasal dari bahasa Inggris reliability yang berarti kemantapan suatu alat ukur. Jika alat ukur tersebut digunakan untuk melakukan untuk melakukan pengukuran secara berulang kali maka alat tersebut tetap memberikan hasil yang sama. Namun perlu diingat bahwa kondisi saat pengukuran tidak berubah. Misalnya untuk mengukur berat 10 buah mangga Anda menggunakan sebuah timbangan untuk berdagang. Pertama kali Anda menimbang, timbangan menunjukkan angka 3 kilogram.

Kemudian Anda menimbang kembali, timbangan menunjukkan angka 2,5 kilogram. Alat ukur ini tentu saja tidak dapat dikatakan mantap karena hasil yang ditunjukkannya tidak selalu sama. Reliabilitas instrumen dalam penelitian mempunyai makna penting karena menunjukkan ketepatan dan kemantapan suatu penelitian. Reliabilitas mencerminkan ketepatan instrumen penelitian yang digunakan dalam mengukur dan menggali informasi yang diperlukan. Tiga aspek penting dalam reliabilitas adalah dapat diandalkan (dependability), dapat diramalkan (predictable), dan menunjukkan ketepatan. Jika alat timbangan yang Anda gunakan itu mantap maka setiap kali Anda menimbang mangga yang 10 buah itu timbangan selalu menunjukkan angka 3 kilogram. Dengan demikian timbangan tersebut dapat diandalkan dan dapat diramalkan karena alat tersebut secara konstan menunjukkan hasil yang sama dari waktu ke waktu.

Dalam validitas kita menilai apakah suatu konsep telah dijabarkan secara benar ke dalam indikator-indikator ke tingkat kenyataan empiris. Dari sini bisa ditentukan apakah konsep tersebut sudah diukur secara tepat dan dengan hasil pengukuran yang sesuai. Untuk menunjukkan bahwa konsep tersebut telah diukur secara benar maka diperlukan alat ukur

(15)

yang tepat. Reliabilitas akan muncul jika alat ukur ini menunjukkan hasil pengukuran yang mantap dan tepat. Jadi validitas langsung mempermasalahkan kesesuaian antara konsep dengan kenyataan empiris, sedangkan reliabilitas hanya menghasilkan kesesuaian antarbeberapa hasil penelitian di tingkat kenyataan empiris. Alat ukur yang absah otomatis dapat diandalkan, tetapi alat pengukuran yang andal belum berarti memiliki keabsahan.

Namun instrumen penelitian sebaiknya memiliki validitas yang tinggi dan reliabilitas yang tinggi pula, sehingga hasil penelitian ilmu sosial lebih bermakna.

Untuk mengukur reliabilitas dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu metode ulang, metode paralel, dan metode belah dua. Jika pengukuran validitas bersifat kualitatif karena abstrak, maka pengukuran reliabilitas lebih bersifat nyata, karena dapat menggunakan perhitungan kuantitatif. Namun demikian pemikiran logis tetap harus diutamakan.

(16)

BAB III KESIMPULAN

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan/dibutuhkan oleh peneliti. Tahap-tahap Penyusunan Instrumen : 1) Menentukan topik dan tujuan pengumpulan data serta Subjek Langkah awal dalam menyusun instrumen untuk kegiatan suatu penelitian adalah menentukan topik beserta tujuan pengumpulan data.; . 2) Mengkaji teori.; 3) Menyusun aspek-aspek menjadi berbagai indikator; 4) Mengembangkan susunan indikator menjadi draf pernyataan/ pertanyaan Berdasar kisi-kisi; 5) Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas; 6) Pengumpulan data.

(17)

DAFTAR RUJUKAN

Asmaul Husna, Budi Suryana. 2017. Metodologi Penelitian dan Statistik. Pusat Pendidikan Sumber daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber daya Manusia Kesehatan.

Sandu Siyoto, M Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.

Karanganyar-Klodangan 004/027 Sendangtirto Berbah Sleman.

Siti Nur Aisyah, dkk. 2018. Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data. Universitas Muhammadiyah Jember.

Surahman, Mochamad Rachmat, Sudibyo Supardi. 2015. Dasar Metode Penelitian. Literasi Media Publishing. Karanganyar-Klodangan 004/027 Sendangtirto Berbah Sleman.

Widi R. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian epidemiologi kedokteran gigi. J.K.G

Unej. 2011; 8 (1): 27-34.

Dewi DAAN. Modul III: Uji Validitas dan Reliabilitas. Statistika Terapan. Universitas Dipenogoro. 2018: 1-14.

Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sukmadinata, N.S. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh langkah-langkah mengembangkan instrumen yang secara teoritis mampu menghasilkan instrumen penilaian sikap berkualitas baik pada

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menyusun instrumen penelitian (lembar pengamatan pelaksanaan pembelajar dengan model pembelajaran take and give

Karangmalang, Yogyakart a. Kontribusi Penelitian dan PPM dalam Menghasilkan Insan Humanis dan Profesional l. Apri Nuryanto lll.. ffifi $lHlt I.. Menyusun

Prinsip membuat skripsi tak jauh beda dengan cara membuat makalah dengan inti membuat tugas akhir pendidikan, yang menjadi perbedaannya adalah dalam hal pelaksanaan, membuat makalah

Tahap design dilakukan dengan langkah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuatan teks bahan ajar, dan menyusun instrumen penelitian (soal-soal,

0274 520326 Laman: pps.uny.ac.id Email: pps@uny.ac.id, kerjasama_pasca@yahoo.com DAFTAR HADIR SEMINAR INSTRUMEN PENELITIAN DISERTASI PRODI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PEP

0274 520326 Laman: pps.uny.ac.id Email: pps@uny.ac.id, kerjasama_pasca@yahoo.com DAFTAR HADIR SEMINAR INSTRUMEN PENELITIAN DISERTASI PRODI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PEP

0274 520326 Laman: pps.uny.ac.id Email: pps@uny.ac.id, kerjasama_pasca@yahoo.com DAFTAR HADIR SEMINAR INSTRUMEN PENELITIAN DISERTASI PRODI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PEP