Interna
Randy Richter
Catatan Koas | Ilmu Penyakit Dalam
“GASTROENTEROHEPATIK”
Dispepsia nyeri/ketidaknyamanan pada epigastrium, flatulensi meningkat, mual dan fatty food intolerance
Dispepsia nyeri/ketidaknyamanan yang berpusat pada epigastrium yang bersifat kronis atau rekuren (AGA)
Dispepsia berbeda dengan GERD
Kriteria dispepsia (mendiagnosis Dispepsia Fungsional) : 1. ROME II Criteria
- Keluhan 12 minggu tidak perlu berurutan (terjadi keluhannya total 12 minggu dalam 1 tahun)
- Nyerinya bersifat persisten atau rekuren - Tidak ada bukti kelainan organik (ulkus)
- Tidak ada gangguan pada Inflammatory Bowel Disease (BAB yang sering)
2. ROME III Criteria
- Post prandial meal-related - Epigastric pain meal-unrelated
Jenis dispepsia :
1. Dispepsia organik ulkus peptikum, gastritis erosif, gastritis, kanker lambung
2. Dispepsia fungsional post prandial (sindroma distress setelah makan) dan epigastric pain (sindroma nyeri epigastrium)
Alarm Symptoms Dispepsia Rujuk 1. Usia > 55 tahun
2. Perdarahan saluran cerna bagian atas 3. Riwayat tukak peptik
4. Keluarga penderita kanker 5. Penurunan berat badan 6. Disfagia progresif
7. Muntah-muntah berulang
Patofisiologi meningkatnya asam lambung, infeksi Helicobacter pylori, dismobilitas gastrointestinal, disfungsi autonom dan penurunan akomodasi lambung
Catatan Alur Dispepsia :
Epigastric pain PPI (Omeprazole, Lansoprazole)
Post prandial Prokinetik (Domperidon, Metoclopramide) 3x10 mg
Jika belum tertangani Antidepresan (SSRI Fluoxetine, Sertraline)
Ulkus Duodenum Ulkus Gaster
Nyeri menghilang atau mereda ketika diberikan makanan,
karakteristik sangat nyeri sampai saat terbangun saat
malam hari
Nyeri tidak menghilang atau tidak mereda ketika diberikan
makanan
Pemeriksaan gold standard dalam mendiagnostik Helicobacter pylori non endoskopi C urea breath test meminum tablet C urea
Pemeriksaan C urea breath test CO2 breath analyzer pasien tidak boleh mengonsumsi PPI dan antibiotik selama 2 minggu sebelum pemeriksaan dilakukan
C urea breath test (+) terinfeksi helicobacter pylori
Lini Pertama
PPI 2x1
7-14 hari Amoksisilin 2x1 (1000 mg)
Klaritromisin 2x1 (500 mg)
Didaerah jika resistensi Klaritromisin >20%
PPI 2x1
7-14 hari Bismut Subsalisilat 2x2 tab
Metronidazole 3x1 (500 mg) Tetrasiklin 4x1 (250 mg)
Jika Bismut tidak ada
PPI 2x1
7-14 hari Amoksisilin 2x1 (1000 mg)
Klaritromisin 2x1 (500 mg) Metronidazole 3x1 (500 mg)
Lini Kedua (jika gagal Klaritromisin)
PPI 2x1
7-14 hari Amoksisilin 2x1 (1000 mg)
Levofloksasin 2x1 (500 mg)
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) refluks asam lambung karena sfingter esofagus tidak mampu menutup secara adekuat
Komplikasi GERD esofagitis kronis, barrett esofagus, dan karsinoma esofagus
Alarm symptoms disfagia (sulit menelan), odinofagia (nyeri menelan), anemia, bukti perdarahan (hematemesis / melena), dan penurunan BB
Penunjang diagnosis : - GERD-Q
- Endoskopi gold standard (mucosal break di esofagus) - Histopatologi
- PPI test memberikan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu tanpa didahului pemeriksaan endoskopi, jika gejala menghilang dengan pemberian PPI dan muncul kembali bila PPI dihentikan GERD dapat ditegakkan
- pH metri 24 jam
Khas pada GERD :
- Heartburn nyeri rasa terbakar pada ulu hati / epigastrium - Lower esophageal sphincter/LES (-) atau menurun
- LES menurun ketika intraabdominal meningkat (sedang hamil atau rebahan)
- Buruknya peristaltik esofagus - Adanya hiatus hernia
- Pengosongan lambung berjalan lama
Pantoprazole 40 mg 2x sehari 40 mg
Esomeprazole 40 mg 2x sehari 40 mg
Lansoprazole 30 mg 2x sehari 30 mg
Omeprazole 20 mg 2x sehari 20 mg
Rabeprazole 20 mg 2x sehari 20 mg
Non farmakologi
- Memodifikasi berat badan berlebih
- Tinggikan bantal kira-kira 15-20 cm saat tidur - Hentikan rokok dan alkohol
- Kurangi obat dan makanan perangsang GERD - Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur - Makan tidak boleh terlalu kenyang
Farmakologi
- Dosis tunggal jika sudah terdiagnosis GERD - Dosis ganda belum terdiagnosis PPI test
Perdarahan Saluran Cerna Atas
Perdarahan Saluran Cerna Bawah
Hematemesis Melena
Coffee ground vomit
Hematochezia Tissue toilet bleeding
Etiologi perdarahan saluran cerna atas :
- Perdarahan ulkus peptikum paling sering - Varises esofagus
Adanya gangguan-gangguan pembuluh darah pada perdarahan saluran cerna atas portosystemic anastomoses
Jika terjadi anastomoses portal-sistemik aliran back flow mengakibatkan:
A Varises esofagus (terjadi hipertensi vena portal pada cabang esofagus aliran back flow pada vena azygos)
B Caput medusae (terjadi hipertensi vena portal pada paraumbilikal
aliran back flow pada epigastrik menuju sampai ke umbilikus)
C Ascites (terjadi bendungan vena portal di splenic meningkatnya tekanan hidrostatik akumulasi cairan masuk ke abdomen)
D Splenomegali (terjadi bendungan vena portal di splenic pembesaran limpa)
E Hemorrhoid (terjadi hipertensi vena portal pada rektal superior aliran back flow pada rektal inferior)
Muntah sering (hematemesis) + hebat
Terjadi robekan pada esofagus
Faktor risiko alkohol dan hiatus hernia
Endoskopi gold standard
Terapi Suportif, endoskopik (perdarahan aktif) dan menekan asam (perdarahan tidak aktif)
Stabilisasi ABC
Stabilkan hemodinamik
- Pemasangan IV line 2 jalur dan persiapan transfusi - Oskigen kanul/sungkup
- Mencatat intake output dan pemasangan kateter urin - Monitor tekanan darah
- Antibiotik broad spectrum (ceftriaxone)
- Pertimbangkan intubasi jika kesadaran mulai menurun
Lakukan bilas lambung agar mempermudah dalam tindakan endoskopi
Tambahan terapi :
- Persiapan vitamin K penyakit hepar kronis - PPI
- Terapi lain sesuai komorbid
Perdarahan non variseal (perdarahan ulkus peptikum), ditanyakan tentang :
- Penggunaan obat NSAID dan riwayat obat lain - Apakah saat makan nyerinya menghilang - Riwayat perdarahan
- Riwayat infeksi helicobacter pylori
Perdarahan aktif PPI jika perdarahan belum terkontrol terapi endoskopik
Terbukti infeksi helicobacter pylor terapi helicobacter pylori + C urea breath test
Unconjugated
bilirubin Meningkat Meningkat Normal
Conjugated
bilirubin Normal Meningkat Meningkat
VDB (Von den
Bergh) Indirek Bifasik Direk
AST & ALT Normal Meningkat Normal
GGT & ALP Normal Normal Meningkat
Feses Gelap Pucat keabuan
Steatorrhea atau seperti
dempul
Ikterus keadaan dimana meningkatnya bilirubin lalu mengumpul di kulit, mukosa dan sklera
Tipe ikterus :
- Prehepatik meningkatnya bilirubin indirek / unconjugated, dominan SGOT/SGPT bisa kernikterus perlu dicari coomb test - Hepatik meningkatnya bilirubin direk + indirek, sangat tinggi
SGOT/SGPT bisa terganggu vitamin K, albumin dan estrogen - Posthepatik meningkatnya bilirubin direk / conjugated, dominan
GGT/ALP obstruksi
Batu pada empedu
Jika batu menutup pada saluran empedu Mirizi syndrome
Faktor risiko 4F (Fat, Forty, Female, Fertile) hipersaturasi + hipokontraktilitas
USG acoustic shadow + penebalan dinding kandung empedu > 3 mm
Batu pada duktus komunis biliaris
Memberikan efek ikterus tingginya bilirubin direk
Jika batu terletak pada papila duodeni major / ampula Vater pankreatitis akut
Terjadi inflamasi akibat batu-batu yang banyak dan berdekatan membuat radang pada empedu
infeksi
Faktor risiko 4F (Fat, Forty, Female, Fertile) hipersaturasi + hipokontraktilitas
Nyeri kolik pada RUQ yang menyebar ke bawah angulus scapula dextra
Murphy sign (+) napas berhenti dan nyeri ketika dilakukan penekanan pada RUQ saat inspirasi
Radang pada duktus komunis biliaris
Charcot triad demam, nyeri RUQ dan ikterus
Jika tidak ditangani Reynold pentad charcot triad + hipotensi + penurunan kesadaran
Hepatitis A fecal-oral akut sudah ada vaksin
Hepatitis B darah/cairan tubuh akut/kronik sudah ada vaksin
Hepatitis C darah/cairan tubuh kronik belum ada vaksin, blood screen
Hepatitis D darah/cairan tubuh akut/kronik sudah ada vaksin, blood screen
Hepatitis E fecal-oral akut belum ada vaksin
Hepatitis A transmisi fecal-oral (sanitasi yang buruk)
Etiologi HAV RNA
Masa inkubasi 14-50 hari
Sifat akut dan dapat menjadi hepatitis fulminan
Replikasi virus pada orofaring
Palpasi hepar sudut tumpul dan tidak licin
HbsAg (+) Sakit
HbsAg (-) Tidak Sakit
IgM (+) Hepatitis B Akut IgM (+) Window Period IgG (+) Hepatitis B Kronis IgG anti-Hbs (+) Riwayat Vaksin HbeAg (+) Hepatitis B Infeksius IgG anti-Hbs (+)
IgG anti-Hbc (+)
Sembuh (minimal 2 IgG antibodi) Arti marker :
HbsAg petanda infeksi
Anti-Hbs petanda infeksi hepatitis B yang sudah sembuh
Anti-Hbc IgM untuk petanda infeksi akut, IgG untuk petanda kronis
HbeAg petanda replikasi, sangat infeksius Terapi :
Imunomodulator interferon alfa (kontraindikasi psikosis/depresi, sirosis hepatis dekompensata, hamil, infeksi berat, hipertensi, gagal jantung dan akan menjalani transplantasi)
Antinukleotida lamivudine, adefovir, entecavir, telbivudine, tenofovir Etiologi virus HBV DNA masa inkubasi 60-90 hari
Etiologi HCV RNA
Masa inkubasi 15-60 hari
Bersifat kronik
Paling sering menyebabkan sirosis hepatis dan karsinoma hepatoselular
Diagnosis menggunakan HCV RNA seberapa besar aktivitas HCV
Serologi :
- HCV (+) dan IgM anti-HCV (+) Hepatitis C Akut - HCV (+) dan IgG anti-HCV (+) Hepatitis C Kronis - HCV (-) dan IgG anti-HCV (+) Sembuh
Terjadi pankreatitis akut diawali karena adanya jejas di sel asini pankreas akibat :
- Obstruksi pada duktus pankreatikus / ampula Vater
- Stimulasi hormon kolesistokinin akibat hipertrigliseridemia dan alkohol
- Iskemia prosedur seperti endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) atau aterosklerosis
Kriteria diagnosis klasifikasi Atlanta (2 dari 3 gejala) :
- Nyeri pada daerah perut bagian atas yang khas dengan pankreatitis - Peningkatan lipase atau amilase >3 kali nilai batas atas normal - Gambaran inflamasi pankreas dari pemeriksaan imaging USG, CT
Scan atau MRI
Tanda khas :
- Cullen sign ekimosis dan edema pada jaringan subkutan sekitar umbilikal
- Gray-Turner sign ekimosis di badan
Pemeriksaan penunjang :
- Amilase paling sering digunakan, meningkat dalam 6-12 jam dari onset, dapat meningkat 3-5 hari
- Lipase naik dalam 4-8 jam, pucak dalam 24 jam dan menurun 8- 14 hari, lebih baik deteksi pankreatitis akibat alkohol
- CRP >150 dalam 48 jam masuk RS menunjukkan pankreatitis akut, >180 dalam 72 jam menunjukkan nekrosis pankreas, puncaknya 36-72 jam dari onset
Etiologi sirosis hepatis :
- Infeksi hepatitis yang tidak diobati - Autoimun
- Toksin alkohol yang terlalu banyak dan sering - Metabolik non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) - Genetik
5 etiologi mengakibatkan kematian sel-sel hepatosit membentuk skar dan fibrosis pada hepar terbentuk nodul untuk meregenerasi menekan vaskulata ekskresinya terganggu sirosis hepatis
Dua hal yang menyebabkan sirosis hepatis : - Hipertensi portal
- Kegagalan fungsi hati
Hipertensi portal portosystemic anastomoses : - Varises esofagus
- Hemorroid - Splenomegali
- Ascites shifting dullness (perkusi pekak berpindah), undulasi (palpasi seperti ada getaran cairan pada abdomen dengan tangan pasien keadaan tegak ditengah umbilikus) dan puddle sign (posisi sujud, ada genangan pada daerah terendah abdomen auskultasi) - Caput medusa
Kegagalan fungsi hati :
- Hipoalbuminemia edema anasarka - Meningkatnya hormon estrogen
1. Eritema palmar warna merah pada thenar dan hipothenar 2. Spider navi cari bintik perdarahan, tekan dengan jari, akan
menyebar seperti kaki laba-laba biasanya pada daerah vena cava superior
3. Ginekomastia pada pria payudara membesar 4. Atrofi testis
- Koagulopati gangguan pembekuan darah - Ikterus gangguan konjugasi
- Gangguan ekskresi toksin
1. Ensefalopati hepatikum penurunan kesadaran diakibatkan oleh peningkatan amonia
2. Asterixis gerakan bilateral tetapi tidak sinkron, seperti mengepak-ngepak tangan, dorsofleksi lengan
Pemeriksaan penunjang :
- SGOT dan SGPT meningkat (SGOT >> SGPT)
- Alkali phosphatase meningkat sampai 2-3 kali batas normal atas - Bilirubin (bisa normal/meningkat)
- Albumin menurun (hipoalbuminemia) - Globulin meningkat
- Prothrombin time (PT) memanjang - Na+ serum menurun (hiponatremia) - Anemia
- Trombositopenia - Leukopenia
Pada pemeriksaan hepar, jika :
- Ukuran hepar mengecil skar dan fibrosis sirosis hepatis
- Ukuran hepar membesar bernodul-nodul karsinoma hepatoselular
Komorbid sirosis hepatis :
- Tanda sirosis hepatis + gagal jantung cardiac cirrhosis (adanya backflow + hepatoselular gangguan katup, hipertensi pulmonal, cor pulmonale, pericardial disease, cardiac tamponade, konstriktif) - Tanda sirosis hepatis + gagal ginjal hepatorenal syndrome
(adanya hipertensi portal backflow splanic vasodilatasi arterial waterfilling RAAS (hipertensi) stenosis arteri renalis kurang volume AKI pre renal)
Jenis sirosis hepatis :
- Kompensata mudah lelah, nafsu makan berkurang, mual muntah, kembung, berat badan menurun
- Dekompensata hipertensi portal dan kegagalan fungsi hati, hilangnya rambut badan, gangguan tidur, hematemesis melena, air kemih warna the pekat
Klasifikasi derajat keparahan sirosis hepatis Child-Turcotte-Pugh
Etiologi tersering Escherichia coli Etiologi Entamoeba histolytica
Jumlah multipel Jumlah single
Lokasi biasanya diantara lobus hepar
Lokasi biasanya pada lobus kanan hepar dekat diafragma Ludwig sign (+)
Abses dari sistem biliaris
Abses dari usus lalu masuk ke vena porta khas encovy sauce
(pencairan jaringan hati nekrotik berwarna coklat kemerahan) Terapi drainase + antibiotik IV
(cefotaxime 2 gr IV per 8 jam atau ceftriaxone 2 gr IV per 24 jam)
Terapi metronidazole 500 mg per 8 jam
Tatalaksana :
- Diet protein 0,8-1 g/kg/hari menekan uremia - Laktulosa membantu mengeluarkan amonia - Enema agar tidak konstipasi, memperlancar BAB
- Antibiotik neomycin mengurangi bakteri penghasil amonia - Diuretik spironolakton 100-200 mg/hari atau furosemide 20
mg/hari (maksimal 160 mg/hari) mengurangi edema
- Beta blocker varises esofagus (sebelum dan sesudah berdarah)
Irritable Bowel Syndrome (IBS) kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau perubahan kebiasaan BAB setidaknya selama 3 bulan
Ciri khas IBS rasa kembung, distensi, dan gangguan defekasi
Klasifikasi ROME III Criteria yang berdasarkan pada karakteristik feses
1. IBS dengan diare (IBS-D)
- Feses lembek/cair > 25% waktu dan feses padat/bergumpal <
25% waktu
- Ditemukan pada sepertiga kasus - Lebih umum pada laki-laki
2. IBS dengan konstipasi (IBS-C)
- Feses padat/bergumpal > 25% waktu dan feses lembek/cair <
25% waktu
- Ditemukan pada sepertiga kasus - Lebih umum pada perempuan 3. IBS dengan campuran (IBS-M)
- Feses padat/bergumpal dan lembek/cair > 25% waktu - Ditemukan pada sepertiga kasus
25% waktu 3 minggu dalam 3 bulan
Alarm symptoms : - Penurunan BB - Darah pada feses
- Riwayat keluarga keganasan kolorektal, celiac disease, inflammatory bowel disease
- Anemia
- Diare atau nyeri nokturnal - Onset pada usia > 45 tahun
- Nyeri abdomen bawah dengan demam - Massa abdomen
- Ascites
Kriteria diagnostik nyeri abdomen/rasa tidak nyaman yang berulang setidaknya selama 3 hari dalam sebulan pada 3 bulan terakhir, dengan 2 atau lebih gejala berikut :
- Perbaikan dengan defekasi - Perubahan frekuensi BAB
- Perubahan bentuk dan tampilan feses
Terapi IBS-C (diet tinggi serat), IBS-D (membatasi makanan pencetus), antispasmodik, laksatif, antidiare (loperamide 1-2 hari saja), dan antibiotik broad spectrum
Staphylococcus aureus
Makanan yang tidak direbus sempurna masih mentah
Muncul dalam 30 menit – 6 jam
Mual, muntah, diare dan kram perut Clostridium
perfringens
Daging sapi, unggas, masakan belum matang
Muncul dalam 6-24 jam
Muntah, demam dan kram perut
Salmonella typhii
Ayam belum matang, telur, susu yang tidak
dipasteurisasi, buah dan sayuran mentah
Muncul dalam 6 jam – 6 hari
Diare, demam, nyeri perut, mual dan muntah Clostridium
botulinum
Makanan kaleng dan berfermentasi
Muncul dalam 18-36 jam
Diplopia, ptosis, slurred speech, paralisis
Vibrio cholera Mentah atau belum matang kerang / seafood
Diare seperti cucian beras
Kram perut Campylobacter
jejuni
Mentah atau belum matang unggas
Muncul dalam 2-5 hari
Diare dan kram perut
Escherichia coli Daging mentah dan sayuran mentah
Muncul dalam 3-4 hari
Kram perut, diare
berdarah, demam, mual dan muntah
Pilihan terapi keracunan makanan (anak-anak) :
Azitromisin (10 mg/kg/hari, selama 3-7 hari) campylobacter, e-coli, salmonella
Ceftriaxone (50-100 mg/kg/hari IV, selama 5-7 hari) salmonella
Kotrimoksazol (5/25 mg 2x per hari, selama 2-3 hari) e-coli, salmonella
Pilihan terapi keracunan makanan (dewasa) :
Eritromisin (500 mg 2x per hari, selama 5 hari) campylobacter
Azitromisin (500 mg hari pertama, 250 mg hari ke-2 sampai ke-5) campylobacter, e-coli, salmonella
Ciprofloxacin (500 mg 2x per hari, selama 3 hari) e-coli, salmonella
Kotrimoksazol (160/800 mg 2x per hari, selama 3-7 hari) e-coli
Ceftriaxone (1-2 gr/hari IV, selama 5-7 hari) salmonella
Definisi diare :
Diare keluarnya tinja/feses cair > 3 kali dalam 24 jam disertai perubahan konsentrasi atau konsistensi
Diare akut < 14 hari
Diare persisten > 14 hari + penyebab infeksi
Diare kronis > 14 hari + penyebab non-infeksi Etiologi infeksi :
1. Rotavirus
- Golongan osmotik diare / gangguan absorpsi)
- Patofisiologi (vili rusak makanan yang mengandung laktosa tidak bisa dipecah masuk ke usus besar ketemu dengan e-coli difermentasikan dihasilkan CO2 (flatus/kentut meningkat), H2S (bau busuk pada feses) dan NH3 (pantat kemerahan)
- Ciri diare diare cair kekuningan dan pantat kemerahan - Tatalaksana rehidrasi dan zink
2. Shigelosis
- Golongan inflammatory diare
- Patofisiologi (merusak tight junction dan mukosa usus lendir dan berdarah, lebih parah dibanding entamoeba histolytica)
- Ciri diare diare lendir dan berdarah, kram perut, demam, disentri dengan lemas
- Tatalaksana Kuinolon (Ciprofloxacin 500 mg 2x1), Kotrimoksazole 960 mg 2x1
3. Entamoeba histolytica
- Golongan inflammatory diare
- Patofisiologi (merusak tight junction dan mukosa usu) lendir dan berdarah
- Ciri diare diare lendir dan berdarah, berbau busuk - Tatalaksana Metronidazole 500 mg 3x1
4. Giardia lamblia
- Golongan inflammatory diare
- Ciri khas diare berlemak dan steatorrhea (feses seperti dempul, mengapung dan mengkilat)
- Tatalaksana Metronidazole 500 mg 3x1 5. Vibrio cholera
- Golongan sekretorik diare
- Patofisiologi (meningkatkan cAMP menginhibisi absorpsi Na+ dan K+ banyak keluar air ketika BAB)
- Ciri khas diare seperti cucian beras
- Tatalaksana Azitromisin 500 mg 3x1, Tetrasiklin 500 mg 4x1, Doksisiklin 300 mg 1x1
Enteropathogenic (EPEC) Pediatric diarrhea Enterotoxigenic (ETEC) Traveller diarrhea Enteroinvasive (EIEC) Bloody diarrhea
Enterohaemorrhagic (EHEC) Bloody diarrhea, sebabkan hemolitik uremik sindrom
Enteroaggregative (EAEC) Stacked brick appearance diarrhea, persisten diare pada HIV 6. Clostridium difficile
- Ciri khas pemakaian obat antibiotik yang lama - Tatalaksana Metronidazole 500 mg 3x1
Entamoeba histolytica kristal Charcot-Leyden, trofozoit pada feses encer,
kista pada feses padat
Giardia lamblia pear appearance atau bentuk seperti
layang-layang, feses berlemak
Morfologi Entamoeba histolytica vs Entamoeba coli vs Balantidum coli :
Entamoeba histolytica gerak aktif, pseudopodia jelas seperti jari, ektoplasma lebar, inti bergranula halus, kromatin tipis dan halus, kariosom konsentris dan inklusi terdapat eritrosit
Entamoeba coli gerak lambat, pseudopodia lebar dan tumpul, ektoplasma sempit, inti bergranula kasar, kromatin tebal dan kasar, kariosom eksentris dan inklusi tidak terdapat eritosit
Balantidum coli adanya 2 vakuola kontraktil dan vakuola makanan
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk minum
Normal, tidak ada rasa haus
Ingin minum terus, rasa haus
terus
Malas minum Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat
lambat Minimal 2 dari gejala diatas
5 pilar tatalaksana diare akut :
Rehidrasi A (diare tanpa dehidrasi), B (diare dehidrasi ringan- sedang), C (diare dehidrasi berat)
Zinc pemberian selama 10 hari (< 6 bulan 10 mg, > 6 bulan 20 mg)
Antibiotik selektif
Edukasi
Gizi
Kelompok opiat
Mengikat reseptor opiat di usus sehingga menghambat motilitas
usus
Loperamide 2-4 mg/3-4x sehari, kontraindikasi pada keadaan demam
dan sindroma disentri Kelompok absorbent
Absorbsi air, bakteri dan toksin untuk menghambat kehilangan
cairan
Kaolin pektin, bismuth subsalisilat dan
attapulgit Probiotik Nutrisi dan reseptor
saluran cerna Obat probiotik Anti-sekresi selektif
Menghambat enkephalinase menormalkan sekresi
elektrolit
Racecadtoril
“INFEKSI TROPIK”
Masa inkubasi 5-14 hari
Weil disease bentuk berat dari leptospirosis yang ditandai demam, ikterus (seluruh badan, kalau hanya sklera masih leptospirosis), gagal ginjal akut, syok refrakter dan perdarahan (terutama paru)
Weil disease fase leptospiremia (3-7 hari) dan fase imun (10-30 hari)
Reservoir host kencing tikus
Biasanya pada petani disawah atau saat korban banjir
Tanda dan gejala leptospirosis :
- Nyeri tekan otot pada daera betis dan daerah lumbal
- Ronkhi pada auskultasi paru (hipoalbuminemia tekanan onkotik menurun merembes ke interstisial)
- Sklera ikterik
- Conjunctival suffision
- Meningismus (hiporefleks atau arefleks pada tungkai)
- Demam (muncul mendadak dan bifasik remiten tinggi pada fase awal leptospiremia kemudian demam turun dan muncul saat fase imun)
Pemeriksaan penunjang : - Kultur darah (fase I) - Kultur urin (fase II) - Mikroskop medan gelap
- Imunologi microscopic agglutination test (MAT) gold standard
Tatalaksana : 1. Leptospirosis
- Doksisiklin 2x100 mg oral selama 7 hari (kontraindikasi pada ibu hamil)
- Amoxcicillin 4x500 mg oral selama 7 hari - Ampicillin 4x500 mg oral selama 7 hari 2. Weil disease (leptospirosis berat)
- Penicillin G intravena 1,5 juta unit/6 jam selama 7 hari - Ceftriaxone intravena 1 gr/24 jam selama 7 hari - Doksisiklin intravena 100 mg/12 jam selama 7 hari
Transmisi demam tifoid fecal-oral
Etiologi Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi
Morfologi bakteri gram (-), berflagel dan tidak berspora
3 macam antigen Salmonella typhi antigen O, H dan Vi
Tanda dan gejala demam tifoid :
- Rose spot ruam pada daerah punggung - Typhoid tongue lidah tertutup selaput putih
- Bradikardi relatif setiap peningkatan 10C tidak diikuti dengan peningkatan 10 denyut nadi
- Pola demam minggu pertama (step ladder), minggu kedua (kontinu)
- Gejala-gejala timbul pada minggu kedua jadi untuk minggu pertama curiga terlebih dahulu DBD
Komplikasi (sering terjadi di minggu ketiga demam) : - Perforasi usus
- Meningitis tifosa
- Hepatitis dan kolesistitis tifosa - Perdarahan usus
Lab rutin :
- Limfositosis relatif hitung jenis limfosit meningkat, tetapi leukosit normal atau menurun
- Leukopenia - Monositosis
- Trombositopenia ringan
- Pemeriksaan darah minggu 1 - Pemeriksaan feses minggu 2 - Pemeriksaan urine minggu 3
- Media kultur SS agar (Salmonella-Shigella agar)
- Widal mendeteksi antigen O (somatik) dan H (flagella), dilakukan pada akhir minggu 1, positif jika kenaikan titer 4x atau titer O 1:320 - Tubex deteksi IgM Salmonella typhi terhadap antigen O9 (nilai > 4
positif demam tifoid, > 6 indikasi kuat tifoid, 3 borderline, < 2 negatif)
Florokuinolon lini pertama pada dewasa - Ciprofloxacin 2x500 mg (selama 7-14 hari) - Ofloxacin 2x400 mg (selama 7-14 hari) - Norfloxacin 2x 400 mg (selama 7-14 hari)
Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 14 hari boleh pada anak-anak
Sefalosporin generasi 3 lini kedua - Ceftriaxone 3-4 gr/hari (3-5 hari) - Cefixime 20 mg/kgBB/hari (7-14 hari)
Kontraindikasi :
- Ciprofloxacin tidak boleh pada anak-anak penutupan lempeng epifisis lebih dini
- Kloramfenikol tidak boleh pada ibu hamil grey baby syndrome, dan tidak boleh diberikan jika leukosit < 2000
Pada ibu hamil :
- Amoxcicillin lini pertama
- Cefotaxime 200 mg/kgBB IV per 24 jam dibagi menjadi 3-4 dosis - Ceftriaxone 100 mg/kgBB IV per 24 jam (max 4 gr/24 jam) dibagi
menjadi 1-2 dosis
Etiologi virus dengue tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
Transmisi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (betina) yang hidup pada air bersih
Gejala umum demam, nyeri kepala, nyeri retroorbital, nyeri otot, nyeri sendi
Kriteria diagnosis (2 klinis + 1 laboratorium DBD) 1. Klinis
- Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari
- Terdapat manifestasi perdarahan :
Uji bendung / torniquet (+)
Petekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis dan/atau melena - Hepatomegali
- Syok
Demam dengue
Demam disertai 2 atau lebih tanda sakit kepala, nyeri
retroorbital, mialgia, artralgia
Leukopenia
Trombositopenia (<150.000)
Peningkatan hematokrit (5-10%)
Tidak ada tanda
kebocoran plasma (tidak ada ascites, efusi pleura, ronkhi)
DBD derajat 1 Gejala demam dengue + uji bendung / torniquet (+)
Trombositopenia (<100.000)
Peningkatan hematokrit (> 20%)
DBD derajat 2
Gejala demam dengue + perdarahan spontan
(perdarahan gusi, epistaksis) DBD derajat 3
(DSS)
Gejala demam dengue + kegagalan sirkulasi (kulit dan akral dingin, lembab, gelisah, tekanan darah dan
nadi masih terukur) DBD derajat 4
(DSS)
Gejala demam dengue + syok (tekanan darah dan
nadi tidak terukur) 2. Laboratorium
- Trombositopenia (< 100.000)
- Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan hematokrit > 20% dari nilai standar (biasanya nilai standar 40)
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan
Efusi pleura/perikardial, ascites, hipoproteinemia
Patogenesis trombositopenia terjadi melalui mekanisme :
1. Supresi sumsum tulang keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit
2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit 3. Agregasi trombosit pada endotel yang bocor
Torniquet test / rumple leed test
- Pertahankan manset tensimeter pada pertengahan sistole dan diastole selama 5 menit
- Positif apabila terdapat > 10 petekie / 1 inchi
NS1
- Antigen non struktural untuk replikasi virus
- Puncak deteksi NS1 hari ke 2-3 dan mulai tidak terdeteksi pada hari ke 5 dan 6
IgM dan IgG
- Infeksi primer IgM (+) muncul setelah hari ke 3-6 dan hilang dalam 2 bulan
- IgG muncul mulai hari ke 12
- IgG bertahan berbulan-bulan dan hasil positif seumur hidup, maka untuk mendiagnosis dapat dilihat dari titernya
Nyeri perut hebat
Muntah persisten
Akumulasi cairan secara klinis
Perdarahan pada mukosa
Penurunan kesadaran
Hepatomegali
Peningkatan hematokrit diikuti dengan penurunan trombosit secara cepat
Expanded Dengue Syndrome :
Demam berdarah dengan manifestasi yang unusual
Keterlibatan organ seperti hepar, ginjal, jantung dan otak
Terapi awal cairan intravena kristaloid 6-7 ml/kg/jam
(evaluasi 3-4 jam)
Membaik Tidak
Membaik
Kurangi infus kristaloid 5 ml/kg/jam
Infus kristaloid 10 ml/kg/jam
Membaik Tidak
Membaik Membaik
Tanda vital dan hematokrit memburuk
Kondisi memburuk tanda syok Terapi cairan
dihentikan 24- 48 jam
Tatalaksana sesuai protokol
syok Membaik
5% defisit cairan
Membaik penurunan hematokrit, stabilnya pulsasi dan tekanan darah, urine output meningkat
Tidak membaik peningkatan hematokrit, meningkatnya pulsasi, tekanan darah menurun dibawah 20 mmHg, menurunnya urine output
Tanda vital memburuk menurunnya urine output dan adanya tanda- tanda syok
Resusitasi dengan cairan kristaloid atau koloid 20 ml/kg secepatnya (< 10 menit), beri
oksigen nasal canul 1-2 L/menit, usahakan periksa hematokrit sebelum terapi
Membaik Tetap Syok
Kristaloid/Koloid IV 10 ml/kgBB/jam selama 1 jam
Membaik
Kristaloid/Koloid IV 5-7 ml/kgBB/jam selama 1-2 jam
Membaik
Kristaloid/Koloid IV 3-5 ml/kgBB/jam selama 2-4 jam
Membaik
Kristaloid/Koloid IV 2-3 ml/kgBB/jam selama 2-4 jam
Stop infus dalam 24-48 jam jika syok sudah teratasi,
tanda vital cukup, dan hematokrit selalu dipantau
tiap 6-8 jam
Kristaloid guyur 30 ml/kg/jam dalam 20-30 menit
Hematokrit turun Hematokrit
naik
Transfusi darah 10 ml/kg
Koloid 10-20 ml/kg dalam 10-15 menit
Membaik Tetap Syok
Koloid maksimal 30 ml/kg
Membaik Tetap Syok
Pasang kateter vena sentral
Pasang kateter vena sentral
Koloid (bila dosis maksimal belum dicapai) atau kristaloid (bila koloid sebelumnya telah mencapai dosis maksimal 10 ml/kg
dalam 10 menit, dapat diulang sampai 30 menit
Hipovolemik Normovolemik
Kristaloid dipantau 10-15 menit
Koreksi gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia,
infeksi sekunder Tetap
syok
Inotropik, vasopressor,
vasodilator Perbaikan
bertahap vasopressor Kombinasi
koloid-kristaloid
Membaik Catatan penting :
Jika syok terkompensasi (tekanan sistolik stabil tetapi ada tanda penurunan perfusi) kristaloid 5-10 ml/kgBB/jam selama 1 jam
Jika syok hipotensi kristaloid atau koloid 20 ml/kgBB/jam selama <10 menit
Hematokrit dipantau tiap 6-8 jam
- Jika hematokrit naik pertimbangkan bolus cairan atau tingkatkan jumlah pemberian cairan
- Jika hematokrit turun pertimbangkan transfusi dengan fresh whole blood
Hentikan pemberian cairan maksimal 48 jam
Kriteria pulang :
- Tidak demam selama 48 jam
- Perbaikan status klinis (keadaan umum baik, nafsu makan membaik, hemodinamik stabil, urine output normal, tidak ada distress pernapasan)
- Peningkatan jumlah trombosit
- Hematokrit stabil tanpa ada pemberian cairan IV
Vektor nyamuk Anopheles (betina)
Patogen parasit plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale, plasmodium malariae, dan plasmodium knowlesi
Tanda dan Gejala :
- Menggigil demam tinggi berkeringat - Riwayat sakit malaria
- Riwayat berkunjung ke daerah endemis - Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Pemeriksaan penunjang :
- Preparat darah tebal (mengetahui ada atau tidaknya parasit) dan preparat darah tipis (mengetahui spesies dan stadium malaria) - Rapid test malaria (dengan metode imunokromatografi)
Patogenesis :
- Sitoadherensi perlekatan antara eritrosit berparasit stadium matur pada permukaan endotel vaskular
- Sekuestrasi eritrosit berparasit matur yang mengalami sekuestrasi yaitu parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan mikrovaskular (hanya plasmodium falciparum yang bersekuestrasi
karena siklusnya tidak terjadi pada pembuluh darah perifer) - Rosetting berkelompoknya eritrosit berparasit matur yang
diselubungi 10 atau lebih eritrosit yang non parasit (menyebabkan obstruksi aliran darah dalam jaringan)
- Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofag setelah mendapat stimulasi dari toksin (TNF, IL-1, IL-3, IL-6, limfotoksin dan interferon gamma)
- Nitrit oksida kadar NO tepat memberikan efek protektif karena membatasi perkembangan parasit dan menurunkan ekspresi molekuladhesi, jika kadar NO rendah mungkin menimbulkan malaria berat
Plasmodium falciparum
Demam timbul intermitten dapat kontinu, sering menyebabkan malaria berat (malaria tropikana)
Plasmodium vivax &
Plasmodium ovale
Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari, malaria vivax dapat menjadi berat (malaria tertiana)
Plasmodium malariae
Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari (malaria kuartana)
Serangan primer keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan berkeringat
Periode laten periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadi infeksi malaria
Rekrudensi berulang gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer
Rekuren berulang gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer
Relaps berulang gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama dari periode laten (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati hipnozoit) pada malaria vivax dan ovale
Masa Inkubasi 9-14 hari
Eritrosit Normal
Tanda khas Maurer dots (tipis) Starry sky pattern (tebal) Bentuk stadium
trofozoit
Cincin (ringform), accole ring (inti di tepi) Bentuk stadium
gametosit
Bulan sabit, pisang, sosis, ginjal
Masa Inkubasi 12-17 hari Eritrosit Lebih besar, pucat Tanda khas Schuffner dots Bentuk stadium
trofozoit Ameboid, ring Bentuk stadium
gametosit Sferis, bulat/oval Gametosit
Trofozoit Skizon
Maurer dots
Schuffner dots
Gametosit
Trofozoit Skizon
Masa Inkubasi 12-17 hari Eritrosit Lebih besar, oval,
fimbriated Tanda khas Schuffner dots Bentuk stadium
trofozoit
Ring, bulat, ujung fimbrae merah Bentuk stadium
gametosit
Sferis, bulat/oval, band form
Masa Inkubasi 18-40 hari
Eritrosit Normal
Tanda khas Ziemann dots Bentuk stadium
trofozoit
Band form, rectangular, basket form, rosette Bentuk stadium
gametosit Sferis, bulat/oval
Schuffner dots
Gametosit
Trofozoit Skizon
Ziemann dots
Trofozoit Gametosit Skizon
Falciparum ACT (3 hari) + Primakuin (dosis tunggal) Malariae ACT (3 hari)
Vivax/Ovale ACT (3 hari) + Primakuin (14 hari) Relaps dosis primakuin ditingkatkan
Hamil trimester 1-3
Trimester 1
Kina + klindamisin Plasmodium falciparum
Kina saja Plasmodium malariae, vivax, ovale Trimester 2 dan 3
ACT saja
Malaria berat ditemukannya plasmodium falciparum stadium aseksual dengan minimal salah satu tanda klinis atau lab berikut :
1. Tanda klinis
- Perubahan kesadaran (GCS < 11) - Kelemahan otot
- Kejang berulang (> 2 episode dalam 24 jam)
- Distress pernapasan (cepat dan dalam Kussmaul) - Gagal sirkulasi atau syok (CRT > 3 detik)
- Ikterus (bilirubin > 3 mg%) - Hemoglobinuria
- Perdarahan spontan abnormal
- Edema paru (SpO2 < 92%, RR > 30x/menit, chest indrawing) 2. Tanda laboratorium
- Hipoglikemia (GDS < 40 mg%)
- Asidosis metabolik (plasma bikarbonat < 15 mmol/L, asam laktat > 5 mmol/L)
- Anemia berat (Hb < 7 gr/dl atau Hct < 15%)
- Hiperparasitemia (parasit > 100.000, > 2% eritrosit) - Gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 3 mg%)
ACT Artemisinin-Based Combination Therapy :
Dihidroartemisinin + Piperakuin (DHP)
Artesunat + Amodiakuin
1. Artesunat injeksi
Sediaan 60 mg/vial
Pemberian intravena (IV) atau intramuscular (IM)
Hari pertama 2,4 mg/kgBB pada jam ke 0, 12 dan 24
Hari berikutnya 2,4 mg/kgBB (setiap hari sampai pasien sadar)
Jika sudah sadar ACT (3 hari) + Primakuin pada hari ke 1 2. Artemeter injeksi
Sediaan 80 mg/vial
Pemberian intramuskular (IM)
Hari pertama 3,2 mg/kgBB
Hari berikutnya 1,6 mg/kgBB (1x sehari sampai pasien sadar)
Jika sudah sadar ACT (3 hari) + Primakuin pada hari ke 1
1. Doksisiklin
1 tablet per hari (1x100 mg)
Diminum 1-2 hari sebelum pergi dan dilanjutkan hingga 4 minggu setelah pulang
Kontraindikasi pada ibu hamil dan anak < 8 tahun
Anak-anak > 8 tahun 20 mg/kgBB/hari (max 100 mg) 2. Mefloquine
Untuk ibu hamil
Dosis 250 mg (1 tablet per minggu)
Diminum 1-2 hari sebelum pergi dan dilanjutkan hingga 4 minggu setelah pulang
Tidak ada gejala atau hanya ada limfadenopati luas
Penurunan BB 5-10% yang tidak diketahui penyebabnya
Infeksi saluran napas berulang
Herpes zoster
Ulkus mulut berulang
Ruam kulit papul yang gatal (papular pruritic eruption)
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur pada kuku
Penurunan BB 5-10% yang tidak diketahui penyebabnya
Diare kronis > 1 bulan
Demam menetap yang tidak diketahui penyebabnya
Kandidiasis pada mulut
Infeksi bakteri yang berat
Sindrom wasting HIV
Pneumonia berat berulang
Herpes simpleks berulang
Kandidiasis
TB ekstra paru
Sarkoma kaposi
CMV
Toksoplasmosis
Ensefalopati HIV
Nefropati
Kardiomiopati
Karsinoma serviks
Limfoma
Septikemia
Mikosis desiminata
Cryptosporidiosis kronis
Leishmaniasis desiminata
Perjalanan infeksi HIV :
- Fase infeksi akut (sindroma retroviral akut) jumlah limfosit T CD4
> 500 sel/mm3 (infeksi primer HIV)
- Fase infeksi laten jumlah limfosit T CD4 200-500 sel/mm3 (berlangsung sekitar 8-10 tahun post infeksi HIV)
- Fase infeksi kronis jumlah limfosit T CD4 < 200 sel/mm3
Tanda dan gejala :
- Demam > 1 bulan (terus-menerus atau intermitten) - Diare > 1 bulan
- Kehilangan BB (< 10% dari BB dasar) - Limfadenopati yang meluas
- Kulit (kutil genital, folikulitis, dan psoriasis)
- Infeksi (jamur kandidiasis oral, dermatitis seboroik), (virus herpes zoster, moluskum kontagiosum, kondiloma)
- Gangguan pernapasan (batuk > 1 bulan, sesak napas, TBC, pneumonia berulang)
- Gejala neurologis (nyeri kepala yang semakin parah, kejang demam, menurunnya fungsi kognitif)
1. ODHA tanpa gejala klinis (stadium 1) + belum pernah terapi ARV bila CD4 < 350 sel/mm3
2. ODHA dengan gejala klinis + belum pernah terapi ARV
Stadium 2 bila CD4 < 350 sel/mm3
Stadium 3 atau 4 berapapun jumlah CD4
3. Perempuan hamil dengan HIV berapapun jumlah CD4 atau apapun stadiumnya
4. ODHA dengan koinfeksi TB + belum pernah terapi ARV berapapun jumlah CD4
5. ODHA dengan koinfeksi hepatitis B + belum pernah terapi ARV berapapun jumlah CD4
Lini pertama
2 NRTI + 1 NNRTI
1. AZT + 3TC + NVP 2. AZT + 3TC + EFV
3. TDF + 3TC atau FTC + NVP 4. TDF + 3TC atau FTC + EFV
Lini kedua
1 NtRTI + 1 NRTI + 1 PI
TDF + 3TC atau FTC + LPV NRTI (Nucleside Reverse Transcriptase Inhibitor) :
AZT (Zidovudine) 250-300 mg tiap 12 jam
3TC (Lamivudine) 150 mg tiap 12 jam atau 300 mg tiap 24 jam
FTC (Emitricitabine) 300 mg tiap 12 jam atau 600 mg tiap 24 jam NtRTI (Nucletide Reverse Transcriptase Inhibitor) :
TDF (Tenofovir) 300 mg tiap 24 jam
NNRTI (Non Nucletide Reverse Transcriptase Inhibitor) :
NVP (Nevirapine) 200 mg tiap 24 jam, selama 14 hari
EFV (Efavirenz) 600 mg, single dose 24 jam (malam hari) PI (Protease Inhibitor) :
LPV (Lopinavir) 400 mg setiap 12 jam
Sepsis infeksi + > 2 gejala SIRS (sindrom inflamasi respon sistemik)
tahun 2001
- Suhu > 380C atau < 360C - Denyut jantung > 90 x/menit - Pernapasan > 20 x/menit - PaCO2 < 32 mmHg
- Leukosit > 12000 /mm3 atau < 4000 /mm3 atau > 10% immature bands
Sepsis disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap infeksi tahun 2016
Syok septik subset dari sepsis dengan disfungsi peredaran darah dan seluler / metabolik yang berhubungan dengan risiko mortalitas yang tinggi
Patofisiologi infeksi munculnya mediator inflamasi menimbulkan (vasodilator hipotensi), (disfungsi endotel edema), vasokonstriksi dan penyumbatan mikrovaskular ke-4 hal tersebut mengakibatkan maldistribusi peredaran darah mikrovaskular iskemia kematian sel
disfungsi organ sepsis
Menghitung rasio PaO2 / FiO2 :
- Rasio PaO2 / FiO2 normal > 300
- Rasio PaO2 / FiO2 < 300 acute lung injury - Rasio PaO2 / FiO2 < 200 ARDS
- Cara hitung cari nilai FiO2 (misalnya menggunakan oksigen nasal canul 3 L/menit FiO2 33% atau 0,32. Kemudian hasil pemeriksaan AGD pada PaO2 didapatkan 82 mmHg
- Hasilnya PaO2 / FiO2 = 82/0,33 = 273,3 acute lung injury
1. Oksigen high flow 15 L/menit via non-rebreathe mask (target saturasi
>94%) 2. Kultur darah
3. Antibiotik broad spektrum IV
4. Resusitasi cairan NaCl 0,9% bolus atau Hartmann’s 20 ml/kgBB sampai maksimal 60 ml/kgBB
5. Serum laktat 6. Urine output
1
Serum kreatinin > 0,3 mg/dl atau
kenaikan 150-200% dari nilai dasar
< 0,5 ml/kgBB/jam selama 6-12 jam
2 Kenaikan serum kreatinin 200-300% dari nilai dasar
< 0,5 ml/kgBB/jam selama
> 12 jam
3
Kenaikan serum kreatinin >300%
dari nilai dasar atau
Serum kreatinin > 4 mg/dl atau
Inisiasi terapi penggantian ginjal (TPG)
atau
Pasien <18 tahun + penurunan eGFR <35 mL/menit per 1,73 m2
< 0,3 ml/kgBB/jam selama
> 24 jam atau
Anuria selama 12 jam
“NEFROLOGI”
AKI atau gangguan ginjal akut kelainan ginjal struktural dan fungsional dalam 48 jam yang diketahui melalui pemeriksaan darah, urin atau radiologis
Peningkatan serum kreatinin (SCr) > 0,3 mg/dL dalam 48 jam, atau
Peningkatan SCr > 1,5 x baseline (nilai dasar), yang terjadi atau diasumsikan terjadi dalam kurun waktu 7 hari sebelumnya, atau
Volume urine < 0,5 mL/kgBB/jam selama > 6 jam
Risk
Peningkatan serum kreatinin 1,5x
atau
penurunan GFR >25%
< 0,5 ml/kgBB/jam selama 6 jam
Injury
Peningkatan serum kreatinin 2x
atau
Penurunan GFR >100%
< 0,5 ml/kgBB/jam selama 12 jam
Failure Peningkatan serum kreatinin 3x
< 0,5 ml/kgBB/jam selama 24 jam
atau
Anuria selama 12 jam Loss Gangguan ginjal akut persisten, kerusakan total fungsi ginjal
selama 4 minggu End stage
renal disease
Gagal ginjal terminal > 3 bulan
Gangguan Ginjal Akut
Pre renal Renal Post renal
Hipovolemia
Cardiac output menurun
Gagal jantung kongestif
Gagal hati
Obstruksi saluran kemih
Obstruksi pelvo-ureteral bilateral
Hipertrofi prostat Tubulus dan
interstitium
Glomerular
Glomerulonefritis akut
Vaskular
Vaskulitis
Hipertensi maligna
HUS
Acyclovir
Aminoglikosida
Amphotericin
Cisplatin
Cyclosporine
Indinavir
Lithium
NSAIDs
Pentamidine
Vancomycin
Allopurinol
Cephalosporine
NSAIDs
Penicillin
Phenytoin
PPI
Quinolone
Rifampisin
Sulfas
Etiologi Escherichia coli Shiga-like toksin (verotoxin)
Trias HUS :
- Anemia hemolitik mikroangiopati - Trombositopenia
- Insufisiensi renal (AKI)
Risiko tinggi
- Hentikan semua agen nefrotoksik bila memungkinkan - Pastikan status volume dan tekanan perfusi
- Pertimbangkan pemantauan hemodinamik fungsional - Pantau serum kreatinin dan urine output
- Hindari hiperglikemia
- Pertimbangkan prosedur alternatif dari radiokontras
Stadium 1
- Lakukan pemeriksaan diagnostik non-invasif (USG) - Pertimbangkan pemeriksaan diagnostik invasif
Stadium 2
- Periksa bila ada perubahan dosis obat
- Pertimbangkan terapi pengganti ginjal hemodialisis - Pertimbangkan ICU
Stadium 3
- Hindari kateter
- Subklavia bila memungkinkan
Asidosis dengan pH <7,1
Intoksikasi
Uremic syndrome (perikarditis / ensefalopati)
Elektrolit hiperkalemia (> 6,5 mEq/L)
Overload cairan
Oliguria (produksi urin < 2000 ml dalam 12 jam)
Anuria (produksi urin < 50 ml dalam 12 jam)
Hiperkalemia (kalium > 6,5 mmol/L)
Asidemia (pH < 7)
Azotemia (kadar urea > 30 mmol/L)
Ensefalopati uremikum
Neuropati uremikum
Perikarditis uremikum
Abnormalitas natrium plasma
Hipertermia
Keracunan obat
1 Kerusakan ginjal + GFR
normal atau meningkat > 90
Terapi penyakit dasar
Evaluasi perburukan fungsi ginjal
Perkecil risiko kardiovaskular 2 Kerusakan ginjal + GFR
menurun ringan 60-89 Menghambat perburukan fungsi ginjal
3 Kerusakan ginjal + GFR
menurun sedang 30-59 Evaluasi
Terapi komplikasi 4 Kerusakan ginjal + GFR
menurun berat 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 Gagal ginjal rutin HD <15 Terapi pengganti ginjal (dialisis)
CKD kerusakan ginjal baik struktural maupun fungsional yang ditandai dengan penurunan LFG/GFR selama > 3 bulan
GFR < 60 ml/menit/1,73 m2 perlu dievaluasi
Laju filtasi glomerulus Cockcroft-Gault equation (140 − umur) 𝑥 BB 72 x kreatinin plasma
Pada wanita dikali 0,85
Terdapat penyakit mendasari :
- DM mesengeal expansion (nefropati diabetes), podocytopathy (meregangnya tight junction di ginjal), glomerulo basal membran thickening (penebalan membran), dan sklerosis (kekakuan pembuluh darah)
- Hipertensi arteri renalis menebal GFR menurun aktivasi RAAS stenosis glomerulosklerosis
- Infeksi - Batu
- Autoimun SLE
Laboratorium anemia, asam urat, hiponatremia, hipofosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik, proteinuria, hematuria, ureum, kreatinin dan laju filtrasi glomerulus
Neural dan muskular
Kehilangan energi
Menurunnya aktivitas mental
Anoreksia dan nausea
Kelemahan tungkai
Menurunnya rasa pada lidah
Neuropati perifer
Gangguan tidur
Endokrin dan metabolik
Amenorea
Disfungsi seksual
Resistensi insulin
Meningkatnya protein
Pruritus
Disfungsi trombosit
GFR < 60 :
- Protein 0,6 – 0,8 gr/kgBB/hari - Fosfat < 10 gr/hari
Anemia eritropoietin subkutan atau terapi zat besi 2-3 mg/kgBB/hari, dibagi 2-3 dosis
Osteodistrofi renal batas asupan fosfat
Restriksi cairan input cairan adalah 500-800 ml + urin yang keluar
Kontrol tekanan darah ACE inhibitor atau ARB
Diuretik
Kontrol dislipidemia target LDL <100 mg/dL (golongan statin)
Belum terkompensasi ↓ ↑ normal
Terkompensasi sebagian ↓ ↑ ↑
Terkompensasi penuh normal ↑ ↑
Belum terkompensasi ↑ ↓ normal
Terkompensasi sebagian ↑ ↓ ↓
Terkompensasi penuh normal ↓ ↓
Belum terkompensasi ↓ normal ↓
Terkompensasi sebagian ↓ ↓ ↓
Terkompensasi penuh normal ↓ ↓
Belum terkompensasi ↑ normal ↑
Terkompensasi sebagian ↑ ↑ ↑
Terkompensasi penuh normal ↑ ↑
Asidosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik
Asidosis Metabolik
Alkalosis Metabolik
asma berat, pneumonia, hipoventilasi hiperventilasi, serangan panik, keracunan aspirin
ketoasidosis diabetikum, asidosis
laktat, alkohol muntah berat,
hipokalemia
Sampel darah arteri
Nilai normal :
- pH 7,35 – 7,45 - O2 80 – 100 mmHg - CO2 35 – 45 mmHg - HCO3 22 – 28 mEq/L - BE -2 sampai +2 mEq/L - SaO2 93 – 98%
Jika pH normal lihat BE / base excess untuk menilai asidosis atau alkalosis
pH : 7,69 (alkalosis) PaO2 : 88 mmHg
PaCO2 : 30 mmHg (turun) HCO3 : 25 mEq/L (normal) BE : +3 (alkalosis)
SaO2 : 96%
Kesimpulan :
Alkalosis respiratorik belum terkompensasi
pH : 7,13 (asidosis)
PaO2 : 65 mmHg (hipoksemia) PaCO2 : 28 mmHg (turun) HCO3 : 17 mEq/L (turun) BE : -9 (asidosis)
SaO2 : 93%
Kesimpulan :
Asidosis metabolik dengan hipoksemia terkompensasi sebagian
Terapi asidosis metabolik berat (pH <7,2)
- KAD insulin dan cairan - KAD berhubungan dengan
alkohol saline dan glukosa - AKI dialisis
Terapi bikarbonat dengan natrium bikarbonat
Terapi penyakit yang mendasarinya
Infus normal saline
Kalium klorida sesuai indikasi
Antagonis reseptor histamin H2
menurunkan produksi HCl dan mencegah alkalosis metabolik yang dapat terjadi akibat penghisapan NGT
Anhidrase carbonic inhibitor asetazolamide
EKG T tall atau peaked T wave EKG U prominen
Penggantian kalium secara oral 40-60 mEq dapat menaikkan sebesar 1-1,5 mEq/L
KCl intravena 20 mEq dilarutkan 100 cc NaCl isotonik
Dosis :
- <40 kg 0,25 mEq/L x kg x 2 jam
- >40 kg 10-20 mEq/L x 2 jam
Ca glukonas 25 mg 10 cc (diberikan perlahan-lahan)
Insulin memasukkan insulin dari intravaskular ke interstitial
Glukosa D 40 kofaktor insulin dapat bekerja untuk memasukkan kaliumnya, jika sudah tinggi tidak dimasukkan
Leukosit
esterase (-) (+) pyuria
Nitrit (-) (+) penanda bakteri pereduksi nitrat
WBC < 5 WBC > 10 pyuria
RBC < 5 Hematuria
Epitel < 5 Adanya kontaminasi flora kulit biasanya ISK atas
pH 4,5 – 8 pH meningkat pada infeksi bakteri urease
ISK adanya bukti mikroorganisme dalam urine (tersering bakteri), bermakna jika mikroorganismenya > 105 /ml pada biakan urine
Pembagian ISK
1. Berdasarkan komplesitas
a) ISK sederhana ISK pada wanita, tidak terdapat disfungsi struktural, penyebab Escherichia coli
b) ISK komplikata ISK pada laki-laki, pada anak-anak, berlokasi di vesika urinaria, penyebab Proteus mirabilis
2. Berdasarkan anatomi
a) ISK atas pielonefritis akut dan kronik, ureteritis b) ISK bawah sistitis, prostatitis, epididimitis, urethritis
Tanda dan gejala : a) ISK atas
- Pielonefritis demam tinggi, nyeri pinggang, nyeri ketok kostovertebra
- Ureteritis demam, urin keruh, nyeri daerah abdomen
b) ISK bawah disuria, urgensi, sering kencing, nyeri tekan suprapubik (gejala LUTS)
Pemeriksaan penunjang :
- Kultur urin (+) bakteriuria > 105 /ml urine
- Pemeriksaan urine pancar tengah (midstream) gold standard - Midstream sistitis/pielonefritis (> 103), asimptomatik (> 105) - Kateter ditemukan bakteri > 102 CFU
- Pungsi suprapubik 1 bakteri saja sudah positif
Sefepim 2x1 gram 12 jam
Ciprofloxacine 2x400 mg 12 jam
Levofloxacine 1x500 mg 24 jam
Ofloxacine 2x400 mg 12 jam
Gentamicin (+ ampicilin) 1x3-5 mg/kgBB 3x1 mg/kgBB
24 jam 8 jam
Ampisilin (+ gentamicin) 4x1-2 gram 6 jam
Tikarsilin + Klavulanat 3x3,2 gram 8 jam
Piperasilin + Tazobaktam 3-12x3,375 gram 2-8 jam
Imipenem + Silastatin 3-4x250-500 mg 6-8 jam
Trimetroprim + Sulfametoksazol 2x960 mg 3 hari
Trimetroprim 2x100 mg 3 hari
Ciprofloxacine 2x100-250 mg 3 hari
Levofloxacine 2x250 mg 3 hari
Cefixime 1x400 mg 3 hari
Sefpodoksim proksetil 2x100 mg 3 hari
Nitrofurantoin makrokristal 4x50 mg 7 hari
Nitrofurantoin monohidrat 2x100 mg 7 hari
Amoksisilin klavulanat 2x625 mg 7 hari
1. Pungsi suprapubik
Berapapun jumlah koloni 2. Kateter
>105 ISK
104 – 105 diperkirakan ISK
103 - 104 diragukan (ulangi) 3. Midstream
a) Laki-laki
>104 ISK
< 104 tidak ada ISK b) Perempuan
1 atau 2 atau 3 x biakan > 105 ISK
5 x 104 – 105 diragukan (ulangi)
104 – 5 x 104 + klinis simptomatik diperkirakan ISK (ulangi)
104 – 5 x 104 + klinis asimptomatik tidak ada ISK
< 104 tidak ada ISK
“ENDOKRINOLOGI”
DM sindrom hiperglikemia (peningkatan gula dalam darah)
Etiologi produksi insulin menurun atau rusaknya transporter insulin (GLUT-4)
Gejala klasik DM polifagia, polidipsi, poliuria
Tipe DM : - Tipe 1
Produksi insulin menurun akibat destruksi sel beta pankreas (autoimun atau idiopatik)
Biasanya terjadi pada anak-anak (<15 tahun)
Biasanya tiba-tiba dan pada orang kurus
Autoantibodi IAA/CAA (+)
Terapinya insulin - Tipe 2
Insulin ada tetapi transporter insulinnya yang bermasalah (GLUT-4) resistensi insulin
Biasanya terjadi pada dewasa (>50 tahun)
Biasanya perlahan-lahan dan pada orang gemuk (obesitas)
C-peptide (+)
Terapinya bermacam-macam - Gestasional
Didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga (> 20 minggu) dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan diabetes
Terapinya insulin
Maturity Onset DM of Young Latent Autoimmune DM in Adult DM tipe 2 pada anak-anak / remaja DM tipe 1 pada dewasa
Biasanya pada usia 15-30 tahun Biasanya pada usia >40 tahun C-peptide (+) Autoantibodi IAA/CAA (+)
11 penyebab hiperglikemia pada DM (The Egregious Eleven), ada beberapa literatur menyebutkan 8 penyebab hiperglikemia pada DM (Omnious Octet) :
1. Sel beta pankreas penurunan sekresi insulin (DM tipe 1), obat yang bekerja di pankreas yaitu sulfonilurea
2. Sel alpha pankreas peningkatan sekresi glukagon (lawan hormon insulin yaitu glukagon, hormon yang berpengaruh juga yaitu kortisol dan tiroid yang mana sama dengan glukoagon / kontra insulin)
3. Sel lemak peningkatan lipolisis (lipid-lipid lisis akibat proses glukoneogenesis)
4. Otot penurunan utilisasi glukosa (energi berkurang) 5. Hepar peningkatan produksi glukosa
- Hepar berperan penting dalam metabolisme glukosa
- 3 proses yang terjadi pada hepar glikogenesis, glikogenolisis dan glukoneogenesis
- Insulin meningkatnya glikogenesis, menurunnya glikogenolisis dan menurunnya glukoneogenesis
- Jika transporter insulin (GLUT-4) rusak menurunnya glikogenesis, meningkatnya glikogenolisis dan meningkatnya glukoneogenesis - Obat yang bekerja di hepar yaitu Metformin (golongan biguanide) dan
Tianzolindindion (TZD) fungsi memperbaiki 3 proses tadi yang terjadi pada hepar gara-gara defisiensi insulin
6. Otak disfungsi neurotransmitter (karena makanan utama otak glukosa)
7. Kolon abnormal mikrobiota (glukosanya tertumpuk di darah sedangkan pada flora usus normal yaitu e-coli butuh glukosa)
8. Usus halus peningkatan absorpsi glukosa (akibat efek inkretin menurun)
- Ketika makan karbohidrat (polisakarida) didalam usus diubah oleh enzim amilase menjadi monosakarida
- Selain enzim amilase ada juga enzim alpha glukonidase (membantu enzim amilase) agar tidak diubah menjadi monosakarida diberikan obat alpha glukonidase inhibitor (acarbose)
- Monosakarida dari usus akan diserap oleh darah menggunakan hormon inkretin
- Pada hormon inkretin ada 2 yaitu GLP1 dan GIT, yang berguna menstimulasi insulin, ketika efek inkretin menurun maka untuk menaikkannya menggunakan obat GLP1 agonis
- Hormon inkretin akan dihancurkan oleh DPP-4, agar stimulasi insulin baik maka hormon inkretin tidak dihancurkan maka digunakan obat DPP-4 inhibitor
9. Ginjal peningkatan reabsorpsi glukosa (oleh transporter SGLT-2), agar tidak hiperglikemia maka harus diturunkan reabsorpsi glukosa oleh obat SGLT-2 inhibitor
10. Lambung percepatan pengosongan (akibat amylin meningkat) yang mana normalnya lambung kosong dalam 30 menit – 3 jam akibatnya langsung cepat masuk ke usus halus
11. Sistem imun disregulasi atau inflamasi (autoimun) akibatnya penurunan sekresi insulin
Gejala polifagia, polidipsi, poliuria dan penurunan BB
Ada gejala trias Tidak ada gejala trias
GDS > 200 mg/dl
Diabetes Mellitus
GDP > 126 mg/dl atau
TTGO > 200 mg/dl atau
HbA1c > 6,5%
Diabetes Mellitus
GDS (glukosa darah sewaktu) langsung diperiksa saat itu juga (tanpa puasa)
GDP (glukosa darah puasa) pasien puasa 8 jam dari malam, kemudian dilakukan pengecekkan
TTGO (tes toleransi glukosa oral) setelah cek GDP kemudian menyuruh pasien meminum 75 gram glukosa, kemudian diukur
GD2PP (gula darah 2 jam post prandial) setelah sudah dilakukan TTGO, 2 jam setelah makan 75 gram glukosa yang tadi kemudian pasien cek lagi gula darahnya
HbA1c paling bagus menggambarkan kondisi selama 3 bulan
GDPT (glukosa darah puasa terganggu) - GDP 100 – 125 mg/dl
- TTGO < 140 mg/dl normal
TGT (toleransi glukosa terganggu) - GDP < 100 mg/dl normal - TTGO 140 – 199 mg/dl
Prediabetes GDPT + TGT
Obesitas (IMT > 25)
Ya Tidak
Kadar C-peptide Autoantibodi
Tinggi Rendah Tidak Ya
Autoantibodi
Tidak Ya
Kadar C-peptide
Rendah Tinggi
DMT2 DMT1
DMT2
DMT1 DMT1 atau MODY
5 pilar tatalaksana DM
- Edukasi (pemeliharaan dan perawatan kaki, mengenal dan mencegah penyakit, dan rencana kegiatan khusus)
- Manajemen diet
Rumus Broca BB ideal = 90% x (TB-100)
90% digunakan jika tinggi laki-laki > 160 cm dan perempuan > 150 cm
Kebutuhan kalori laki-laki 30 kal/kgBB
Kebutuhan kalori perempuan 25 kal/kgBB
Karbohidrat (45-65%), lemak (20-25%), protein (10-20%) dan serat (20- 35 gram /hari)
- Aktivitas fisik - Obat-obatan - Monitoring mandiri
HbA1c saat diperiksa < 7,5% monoterapi (Metformin)
HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi monoterapi) atau HbA1c saat diperiksa > 7,5% kombinasi 2 obat (biasanya Metformin + Sulfonilurea)
HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi kombinasi 2 obat) kombinasi 3 obat (Metformin + salah satu obat + salah satu obat sesuai tabel diatas)
HbA1c saat diperiksa > 9%
- Gejala klinis (+) tambahkan insulin atau intensifikasi insulin - Gejala klinis (-) kombinasi 2 atau 3 obat
HbA1c belum mencapai < 7% dalam 3 bulan (ketika mengonsumsi kombinasi 3 obat) Insulin
Lini pertama Metformin
Insulin disuntikkan pada daerah perut sekitar pusat sampai kesamping, kedua lengan atas bagian luar (bukan deltoid), atau kedua paha bagian luar