neurologi
Randy Richter
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, 2/3 anterior lidah
raba (suhu dan nyeri) Motorik Otot mastikasi (menutup mulut) N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik 2/3 anterior lidah rasa (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi) N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Gerakan menelan
Sensorik 1/3 posterior lidah (rasa dan raba), tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Catatan Koas | Neurologi
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Memeriksa dengan botol berisi bubuk kopi, teh dan tembakau satu per satu didekatkan pada satu lubang hidung lalu lubang hidung sebelahnya saat menutup mata
Interpretasi :
- Hiperosmia peningkatan sensitivitas indera penghidu - Hiposmia penurunan kemampuan indera penghidu - Anosmia hilang kemampuan indera penghidu - Kakosmia sensasi menghidu bau busuk - Parosmia salah persepsi bau
- Halusinasi olfaktorius fenomena menghidu bau-bauan yang tidak enak
Tersering pada kasus adenoma hipofisis
Hemianopsia homonim sinistra/dextra selalu berlawanan dengan traktus yang rusak
Penglihatan temporal akan menyilang ke sebelah sedangkan penglihatan nasal tidak akan menyilang ke sebelah
Kerusakan :
- Rusak di nervus optikus (misalnya kanan) maka penglihatan temporal dan nasal mata kanan akan mengalami kebutaan (anopsia dextra), mata kiri baik saja
- Rusak di chiasma optikum (dekat hipofisis) maka penglihatan temporal mata kanan dan mata kiri akan mengalami kebutaan (hemianopsia bitemporalis heteronimus)
- Rusak di traktus optikus (misalnya kanan) maka penglihatan nasal mata kanan dan penglihatan temporal mata kiri akan mengalami kebutaan (hemianopsia homonimus sinistra) jika traktus optikus dextra
- Rusak di radiosea optika (misalnya kanan) di lobus parietal maka penglihatan nasal mata kanan bawah dan penglihatan temporal mata kiri bawah akan mengalami kebutaan (quadranopsia inferior sinistra)
- Rusak di radiosea optika (misalnya kanan) di lobus temporal maka penglihatan nasal mata kanan atas dan penglihatan temporal mata kiri atas akan mengalami kebutaan (quadranopsia superior sinistra)
- Rusak di korteks oksipital (misalnya kanan) kerusakan seperti hemianopsia homonimus (kerusakan di traktus optikus) tetapi di bagian tengah/sentral tidak terjadi kebutaan (lesi macular sparing)
Pusat refleks pupil nukleus Edinger Westphal fungsinya merelay / menghantarkan impuls ke mata kontralateral
Contoh ketika mata kanan disinari cahaya maka impuls akan masuk ke nukleus menggunakan n. II kanan, kemudian akan menghantarkan impuls ke mata sendiri dengan n. III kanan untuk konstriksi, dia juga akan menghantarkan impuls ke mata kontralateral kiri dengan n. III kiri untuk konstriksi juga
Cahaya masuk ke mata kanan diinput ke nukleus dengan n. II kanan lalu dihantarkan ke mata yang sama oleh n. III kanan Refleks Cahaya Langsung (RCL) mata kanan (+) konstriksi mata kiri oleh n. III kiri Refleks Cahaya Tidak Langsung (RCTL) mata kiri (+) Normal
Lesi n. II dextra mata kanan dan mata kiri midriasis - RCL mata kanan (-)
- RCTL mata kiri (-) - RCL mata kiri (+) - RCTL mata kanan (+)
Lesi n. III dextra mata kanan midriasis dan mata kiri konstriksi - RCL mata kanan (-)
- RCTL mata kiri (+) - RCL mata kiri (+) - RCTL mata kanan (-)
Cara mudah :
- Lesi n. II dextra RCL mata kanan (-) dan RCTL mata kanan (+)
berlawanan (begitu juga lesi n. II sinistra)
- Lesi n. III dextra RCL mata kanan (-) dan RCTL mata kanan (-)
sama (begitu juga lesi n. III sinistra)
Pemeriksaan refleks kornea berkedip (+) Normal
Pemeriksaan sensibilitas wajah (raba halus, nyeri dan suhu) pada dermatom V1, V2 dan V3 bagian kanan dan kiri wajah
Pemeriksaan kekuatan otot-otot temporal dan maseter :
- Pasien mengatup rahang sekuat-kuatnya nilai otot temporal dan maseter
- Membuka rahang nilai apakah ada deviasi rahang
- Refleks mandibula mulut sedikit terbuka dan dalam keadaan lemas, telunjuk ditempatkan di apeks mandibula, nilai apakah ada kontraksi
Nukleus dari n.VII ada 2 yaitu supranuklear dan infranuklear : - Supranuklear mempersarafi otot wajah bagian atas :
1. Kerutan dahi
2. Kemampuan menutup mata
- Infranuklear mempersarafi otot wajah bagian bawah : 1. Sudut nasolabialis, kalau gangguan lebih vertikal
2. Mulut turun/drooping (ke sisi sakit), jika mulut mencong (ke sisi sehat)
Penjalaran traktus :
- Korteks kanan akan mempersarafi nukleus infranuklear kontralateral (kiri) dan kedua nukleus supranuklear (kanan dan kiri)
- Korteks kiri akan mempersarafi nukleus infranuklear kontralateral (kanan) dan kedua nukleus supranuklear (kanan dan kiri)
Misalnya lesi stroke di hemisfer kanan infranuklear kiri (korteks kanan) mengalami kelumpuhan total wajah bagian kiri bawah lumpuh, tetapi wajah bagian atasnya normal karena masih dipersarafi korteks kiri
Kesimpulan :
- Paresis n. VII kanan sentral gejala hanya terjadi di bagian bawah wajah kanan (begitu pun dibagian kiri) Stroke
- Paresis n. VII kanan perifer gejala terjadi di bagian atas dan bawah wajah kanan (begitu pun dibagian kiri) Bell’s Palsy
Pemeriksaan pendengaran lateralisasi, konduksi udara dan konduksi tulang
Inspeksi palatum
Pemeriksaan refleks muntah
Pemeriksaan kemampuan menelan
Pemeriksaan otot sternokleidomastoideus (menoleh ke kanan dan ke kiri)
Pemeriksaan otot trapezius (mengangkat bahu)
Pemeriksaan otot lidah jika ada gangguan Disartria (bicara pelo)
Tipe disatria :
- Spastik tidak jelas, pasien sulit membuka mulut
- Ekstrapiramidal monoton, tanpa irama, memulai dan menghentikan bicara tiba-tiba
- Serebelar tidak jelas seperti orang mabuk, irama tak bersambung - Kelumpuhan LMN bindeng seperti flu, lidah bicara pelo
- Miastenik suara makin parau saat diminta berhitung keras-keras
Tonus
Hipertonus Paralisis tipe spastik (clasp-knife phenomenon) awal ada tahanan dan akhirnya tidak
ada tahanan
Hipotonus Paralisis tipe flaccid
Refleks fisiologis Meningkat Menurun
Refleks patologis (+) (-)
Atrofi otot Disuse atrofi Atrofi (+) wasting
Refleks Biceps C5, C6
Refleks Triceps C6-C8
Refleks Patella L2-L4
Refleks Achilles S1, S2
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah Batas :
Pada nervus kranialis batas pada nukleusnya
Pada nervus perifer kornu anterior medulla spinalis
Lesi terjadi di atas plexus lesi UMN
Lesi terjadi tepat di level plexus lesi LMN
Plexus brachialis (C5-T1)
Plexus lumbosakral (L2-S1)
0 = negatif 1 = hipotonus 2 = normal
3 = meningkat tanpa klonus 4 = meningkat dengan klonus Klonus (+) ketika dorsofleksi kaki kemudian dilepas kaki akan tremor
Kekuatan otot Menurun + bisa disertai
gangguan motorik halus Menurun
Tonus Hipertonus Hipotonus / Atonia
Refleks fisiologis Hiperrefleks + klonus Hiporefleks / Arefleks Refleks eksteroseptif
Hipoakivitas / absen dari refleks abdominal, refleks plantar, refleks
kremaster
Dalam batas normal
Refleks patologis (+) (-)
Atrofi otot Preserved Muscle Bulk Atrofi (+)
Resistensi yang diikuti kelenturan pada ekstremitas yang digerakkan
cepat dan pasif
Peningkatan resistensi otot yang dirasakan pada seluruh rentang gerak
ketika digerakkan perlahan Contoh clasp knife phenomenon
(awal ada tahanan dan akhirnya tidak ada tahanan)
Contoh lead pipe (awal tidak ada tahanan dan akirnya ada tahanan),
cog-wheel phenomenon (gerakan terbata-bata seperti roda gigi) Kerusakan traktus piramidalis (rusak
di traktur kortikospinalis)
Kerusakan traktus ekstrapiramidalis (rusak di ganglia basalis) Lesi UMN
Gerak + / menurun / -
Kekuatan 0 / 1 / 2 / 3 / 4- / 4+ / 5
Contoh 5555/5555 (extremitas kanan dimulai dari sendi distal ke proximal / extremitas kiri dimulai dari sendi proximal ke distal) dilakukan pada extremitas atas dan bawah
Tonus Normal / Menurun / Meningkat
Trofi Eutrofi / Atrofi / Disuse atrofi / sulit dinilai Refleks fisiologis - /+/++/+++/++++
Refleks patologis (+) atau (-) Klonus (+) atau (-)
0 Tonus (-) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
1 Tonus (+) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerak sama sekali
2 Geser
Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi (hanya bisa ke kanan dan ke kiri)
3 Lawan
Gravitasi (+)
Dapat menggerakkan anggota gerak untuk melawan gravitasi, tetapi tidak bisa melawan tahanan ringan
4 Tahanan
ringan (+)
Dapat menggerakkan sendi aktif dan melawan tahanan ringan, tetapi tidak bisa melawan tahanan berat
5 Tahanan
berat (+) Kekuatan normal
Pada kasus kelemahan ringan, paresis tidak selalu dapat terdeteksi dengan pemeriksaan standar
Dilakukan pemeriksaan pronator drift / barre’s sign pasien awal tangan dalam keadaan supinasi lalu tahan 30 detik, positif jika tangan terputar ke medial
Interpretasi :
- Positif dengan mata terbuka defisit motorik
- Positif dengan mata tertutup defisit sensorik (proprioseptif dorsal collum)
- Pasien tangan naik ke atas kerusakan pada serebelum (cerebellar drift)
Pada ekstremitas atas dilakukan pemeriksaan Hoffman-Tromner jari tengah disentil ke atas dan ke bawah positif jika keempat jari lainnya fleksi (seperti mencengkram)
Pada ekstremitas bawah :
- Babinski group positif jika dorsofleksi ibu jari kaki dan abduksi keempat jari kaki (Babinski, Chaddok, Schaeffer, Openheim, Gonda, Gordon, Bing)
- Non-babinski group positif jika plantarfleksi (Rossolimo dan Mandel-Becthrew)
Telapak kaki lateral dilakukan perabaan dari lateral ke medial
Punggung kaki lateral dilakukan goreskan dari lateral ke medial
Pencet di tendon Achilles
Penekanan pada tibia, kemudian diurut ke bawah Tekan otot gastrocnemius
Jari ke-4 kaki tarik keluar dan kebawah
Perabaan dengan benda tajam ditusuk dikit-dikit pada lateral punggung kaki
Bagian punggung kaki diketuk pakai hammer Bagian telapak kaki diketuk pakai hammer
Raba halus dorsal collum
Nyeri traktus spinotalamikus lateral
Suhu traktus spinotalamikus lateral
Vibrasi (128 Hz) dorsal collum
Rasa posisi dan sikap dorsal collum
Catatan tambahan :
Traktus spinothalamikus anterior raba kasar
Glove & stocking phenomenon rasa baal dari ujung-ujung tangan dan ujung-ujung kaki terlebih dahulu jika iya (neuropati perifer) jika tidak tetapi level sensorik jelas (lesi medulla spinalis)
Posterior collumn (kolumna posterior) dari medulla spinalis dia naik dulu baru menyilang di medulla oblongata lalu naik sampai thalamus lalu masuk ke korteks somatosensorik (gyrus postsentralis)
Spinothalamikus anterior dan lateral dari medulla spinalis dia langsung menyilang lalu naik ke medulla oblongata lalu ke thalamus dan masuk ke korteks somatosensorik (gyrus postsentralis)
4 Membuka spontan tanpa stimulus 5
Orientasi baik (menyebutkan nama, tempat dan
tanggal)
6 Menuruti perintah
3
Membuka setelah rangsangan suara
atau perintah (verbal)
4 Orientasi tidak baik 5 Mampu melokalisir nyeri
2 Membuka setelah
rangsangan nyeri 3 Kata-kata jelas 4
Gerakan lengan menjauhi arah
sumber nyeri 1
Tidak membuka mata sama sekali,
tanpa faktor penghalang
2 Mengerang 3
Fleksi tidak normal (dekortikasi) seluruh korteks
otak 1
Tidak ada respon suara, tanpa faktor
pengganggu
2
Ekstensi tidak normal (deserebrasi) rusak batang otak 1 Tidak ada respon N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Skor terendah GCS 3 dan skor tertinggi GCS 15
Respon verbal dan nyeri :
Eye respon verbal (4 dan 3), respon nyeri (2 dan 1) Verval respon verbal (5, 4 dan 3), respon nyeri (2 dan 1) Motorik respon verbal (6), respon nyeri (5 sampai 1)
Cedera Kepala : Ringan GCS 13-15 Sedang GCS 9-12 Berat GCS 3-8
Kualitatif : Compos mentis Somnolen Stupor/Sopor Koma
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Serebrum
Mesensefalon
Serebellum
Medulla Oblongata
12 pasang saraf tepi
kranial
31 pasang saraf tepi
spinal
Saraf Simpatik
Saraf Parasimpatik Ensefalon
Medulla Spinalis Susunan Saraf
Pusat
Saraf Otonom Saraf Sadar
Susunan Saraf Pusat Sistem Saraf
Manusia
Catatan tambahan :
Otak telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon dan mielensefalon
Telensefalon :
- Cerebral cortex kedua hemisfer (korteks serebri 4 lobus, substansia alba 3 komisura, ganglia basalis nukleus caudatus, putamen, globus palidus dan amigdala) dan inti n. I
- Rinensefalon sistem limbik
- Gyrus precentralis korteks motorik primer - Gyrus postcentralis korteks sensorik primer
Diensefalon : - Thalamus - Hipothalamus
Mesensefalon :
- Bagian dari batang otak di atas pons dan inti n. II dan III
- Tektum (kolikulus superior refleks penglihatan) dan (kolikulus inferior refleks pendengaran)
- Pedunculus serebri berkas serabut motorik desendens dari serebrum, substansia nigra dan nukleus ruber
Metensefalon :
- Pons pengaturan pernapasan dan inti n. IV, V, VI dan VII
- Cerebellum terdiri 3 pedunkulus (superior, media dan inferior), pusat koordinasi atau keseimbangan
Mielensefalon :
- Struktur dibawah mesensefalon
- Medulla oblongata refleks jantung, vasokonstriktor, muntah, pernapasan, menelan dan inti n. VIII, IX, X, XI dan XII
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Epilepsi serangan kejang paroksimal berulang tanpa provokasi (baik penyebab intrakranial dan ekstrakranial) dengan interval > 24 jam tanpa penyebab yang jelas
Epilepsi ≠ Kejang
Kejang Umum melibatkan kedua hemisfer :
1. Tonik spasme otot (termasuk otot pernapasan) 2. Klonik fleksi-ekstensi dari ekstremitas
3. Tonik-klonik spasme otot baru klonik (grand mal seizure) 4. Absans normal baru tiba-tiba bengong
- Tipikal absans (usia anak-anak, IQ normal, spike & wave 2,5 – 3 Hz)
- Atipikal absans (usia remaja, IQ menurun, spike & wave 2 – 2,5 Hz)
5. Mioklonik kedutan otot saja
6. Atonik tiba-tiba mengalami hilangnya seluruh tonus otot dan pasien akan terjatuh (astatik)
Kejang Parsial / Fokal melibatkan satu hemisfer saja :
1. Kejang parsial sederhana kejang fokal tanpa disertai gangguan kesadaran
2. Kejang parsial kompleks kejang fokal disertai hilang atau perubahan kesadaran
- Dengan gangguan kesadaran pada awal serangan
- Diawali parsial sederhana lalu diikuti dengan gangguan kesadaran
3. Kejang parsial menjadi umum diikuti dengan kejang fokal yang diikuti kejang umum
- Parsial sederhana menjadi kejang tonik-klonik - Parsial kompleks menjadi kejang tonik-klonik
Catatan tambahan :
- Hanya kejang mioklonik yang tidak mengalami gangguan kesadaran - Durasi kejang :
- Absans < 30 detik - Mioklonik 1-5 detik - Tonik-klonik 1-3 menit - Atonik beberapa detik
- Hanya kejang absans yang memiliki gambaran EEG khas Spike and wave (gambaran paku-ombak) dan ada gejala khas yaitu automatisme (gerakan involunter yang repetitif contoh mengunyah)
Gerakan automatisme Durasi <1 menit (biasanya 15-20
detik) Durasi sampai beberapa menit Frekuensi dalam 1 hari kejang bisa
beberapa kali
Frekuensi dalam 1 minggu kejang bisa beberapa kali
Setelah kejang pasien langsung sadar penuh
Setelah kejang pasien tampak bingung
Kejang umum :
- 1st line Fenitoin, Fenobarbital, Asam Valproat - 2nd line Lamotrigin
Kejang parsial :
- 1st line Carbamazepine - 2nd line Levetiracetam
Absans :
- Tipikal absans Ethosuximide - Atipikal absans Asam Valproat
Fenobarbital 4-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis Fenitoin 5-7 mg/kg/hari dibagi 2 dosis Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis Carbamazepine 10-30 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis
Fenobarbital Gangguan kognitif
Fenitoin Hipertrofi ginggiva, anemia megaloblastik Asam Valproat Penambahan berat badan, kegagalan hepar,
teratogenik
Carbamazepine Leukopenia dan agranulositosis Syarat pemberhentian OAE :
Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal
Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya
Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula tiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan
Bisa dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1 OAE yang bukan utama
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Status epileptikus (SE) bangkitan yang berlangsung > 30 menit, atau adanya 2 bangkitan atau lebih dan diantara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran
Klasifikasi SE : 1. Klinis
- SE fokal - SE general 2. Durasi
- SE dini (5-30 menit) - SE menetap (> 30 menit)
- SE refrakter (> 60 menit atau bangkitan tetap ada setelah mendapat 2 atau 3 jenis antikonvulsan awal dengan dosis adekuat)
Status epileptikus kejang > 2 kali diantara kejang pasien tidak sadar, serial seizure diantara 2 kejang pasien sadar
Awal di rumah saat kejang diberikan diazepam rektal / suppositoria (max 2 kali jarak 5 menit), 5 mg <12 kg dan 10 mg >12 kg
Ketika di RS / IGD diberikan OAE 1st line diazepam IV 0,2-0,5 mg/kgBB (dosis max 10 mg)
Jika kejang berlanjut diberikan OAE 2nd line fenitoin IV 20 mg/kg diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama 20 menit (jangan dulu diberikan fenobarbital karena ada efek samping gangguan kognitif) dosis max 1000 mg
Jika kejang berlanjut diberikan OAE 3rd line fenobarbital IV 20 mg/kg dosis max 1000 mg
Jika kejang berlanjut atau kejang > 60 menit atau SE refrakter masuk ICU diberikan Midazolam, Propofol atau Pentobarbital (dosis di tabel)
Jika kejang sudah berhenti bisa diberikan (maintenance) : - Fenitoin 5-10 mg/kg dibagi 2 dosis, atau
- Fenobarbital 3-5 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Stroke sindrom klinis yang terdiri dari defisit neurologis baik fokal maupun global (kelumpuhan, gangguan sensorik, gangguan saraf kranialis atau lainnya), yang terjadi secara tiba-tiba, dengan progresivitas yang cepat dan berlangsung 24 jam atau lebih
Sumbatan arteri kecil (lacunar)
Emboli
Trombus Jantung (aterosklerosis)
Kriptogenik
Lainnya Stroke
Iskemik
Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan Intraserebral Stroke
Hemoragik Stroke
Thrombosis Usia tua, DM, hipertensi, merokok, aterosklerosis
Saat bangun tidur dan istirahat
Emboli Riwayat penyakit jantung dan
penyakit katup jantung Disertai EKG abnormal
ICH Hipertensi maligna Aktifitas fisik
SAH Aneurisma, AVM dan
gangguan koagulasi
Muncul kapan saja, aktifitas berat menjadi pemicu Tidak ada gejala peningkatan TIK
Ada gejala peningkatan TIK (nyeri kepala, muntah menyemprot dan
penurunan kesadaran)
Thrombosis
- Kekuatan motorik ada perubahan yang awalnya masih bagus lama
kelamaan menurun akibat agregasi platelet yang makin lama makin menutup
Emboli
- Kekuatan motorik
permanen karena dari awal sudah tertutup semuanya
Perdarahan Intraserebral (ICH) - Terutama karena hipertensi
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak
- CT Scan perdarahan di dalam parenkim otak
Perdarahan Subaraknoid - Pecahnya aneurisma berry
dari sirkulasi Willisi
- CT Scan perdarahan di sulcus-sulcus otak dan di tengah otak (sisterna basalis)
- Karena perdarahan di sulcus tanda rangsang meningeal (+)
Transient Ischemic Attack
(TIA) <24 jam Sempurna (dengan atau tanpa pengobatan) Reversible Ischemic
Neurological Deficit (RIND) >24 jam Sempurna < 3 hari Prolonged RIND >24 jam Sempurna < 7 hari Complete (Emboli)
Menetap (-) karena sudah infark Stroke in evolution
(Thrombus)
Defisit lokal Berat Ringan Berat / ringan Onset Menir / jam 1-2 menit Pelan (jam / hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan
Muntah pada
awal Sering Sering Tidak (kecuali lesi
di batang otak) Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali Penurunan
kesadaran Ada Ada Tidak ada
Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada
Hemiparesis Sering dari awal Permulaan tidak
ada Sering dari awal Gangguan
bicara Bisa ada Jarang Sering
Paresis /
gangguan n.III Tidak ada Bisa ada Tidak ada
a. Cerebri Anterior Hemiparesis kaki kontralateral (kaki lebih buruk), perubahan perilaku, anosmia
a. Cerebri Media
Hemiparesis pada wajah dan ekstremitas atas kontralateral (tangan lebih buruk), afasia, disartria,
hemianopsia
a. Cerebri Posterior Defisit penglihatan (hemianopsia) a. Vertebrobasiler
Pada batang otak buta kortikal (buta tetapi refleks pupil masih bagus rusak n.II), diplopia (rusak n.III, IV dan VI), vertigo dan nistagmus (n.
VIII)
a. Lenticulostriata Cabang a. Cerebri media arteri yang paling sering terkena pada stroke hemoragik
CT Scan merupakan gold standard, tetapi inti dari penggunaan CT Scan digunakan untuk melihat apakah ada perdarahan atau tidak pada otak
Onset stroke iskemia : - Hiperakut 0-6 jam - Akut 6-24 jam
- Subakut 1 hari – 2 minggu - Kronis > 2 minggu
Hipodensitas (daerah lebih gelap)
dalam warna kuning, dan hilangnya diferensiasi dari substansia grisea dan alba
MCA dense sign panah merah, ada gambaran hiperdens (lebih putih) tetapi hanya sedikit area saja
menandakan adanya emboli yang terjadi pada a. Cerebri Media
Insular ribbon sign panah merah, daerah hitam lebih luas menandakan adanya edema pada gyrus insula (kurangnya pasokan
nutrisi dan oksigen karena thrombus)
Zona Edematosa (bersifat revesibel)
warna biru muda terserap sendiri 1-2
minggu
Zona Nekrotik (bersifat ireversibel)
warna merah area umbra residual lebih dari 6 bulan atau permanen
tahunan Zona Degenerasi
warna biru tua area penumbra
masih bisa diselamatkan 6-8
bulan
Berhubungan dengan hipertensi
Mendadak terutama saat beraktivitas
Gejala peningkatan TIK serta nyeri kepala dan muntah proyektil
Gejala berupa thunderclap headache, penurunan
kesadaran, muntah, takikardi, diplopia
Pemeriksaan fisik didapatkan meningeal sign
Pada lumbal pungsi didapatkan darah
Stroke lakunar trombosis yang terjadi di dalam pembuluh-pembuluh ini menyebabkan daerah-daerah infark yang kecil, lunak dan disebut lacuna
4 tipe stroke lakunar :
1. Pure motorik hemiparesis motorik murni akibat infark di kapsula interna
2. Pure sensorik hemihipestesi sensorik murni akibat infark thalamus
3. Ataxic hemiparesis hemiparesis + gangguan keseimbangan akibat infark di batang otak
4. Clumsy hand dysarthria tangan kelemahan otot sehingga tulisan jelek atau pegang barang sering jatuh + disartria (bicara pelo) akibat infark di batang otak
Stroke kriptogenik stroke akibat oklusi mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab yang jelas
Lesi hiperdens pada parenkim
otak (panah merah)
Lesi hiperdens pada sulcus (panah kuning)
dan sisterna basalis (panah
merah) gambaran bintang
/ stellata sign
Subfalcine
Paling ringan
Terkena di gyrus cingulate
Defisit motorik dan sensorik pada
ekstremitas bawah ipsilateral dengan lesi
Inkontinensia urine Central
Terkena pada bagian pons
Menyerang n. II dan III
Deviasi mata kebawah dan dilatasi kedua pupil
Transtentorial (uncal)
Dilatasi pupil ipsilateral dari lesi
Deviasi mata kebawah
Hemiparesis kontralateral atau ipsilateral (Kernohan notch phenomenon)
Tonsillar
Paling berat
Terkena di medulla oblongata
Penurunan kesadaran
Gangguan pernapasan Cheyne-stokes
Komplikasi SAH Communicating Hydrocephalus
Hidrosefalus :
1. Communicating (non obstruktif) - Produksi cairan terganggu
- Penyerapan terganggu Subarachnoid hemorrhage (SAH) akibat darah banyak
2. Non-communicating (obstruktif) tumor pada otak
Prinsip tatalaksana stroke iskemik :
Anti thrombus
Perbaiki perfusi
Neuroprotektor
Perbaikan faktor sistemik
Obat stroke iskemik (anti thrombus) :
1. Trombolitik rTPA (tissue plasminogen activator)
Fase akut < 4,5 jam
Trombosit >100.000
Usia >18 tahun dan <60 tahun
Tidak ada riwayat perdarahan otak / operasi otak
Skor NIHSS 4-25 (normalnya skor NIHSS 0-42)
Pemberian IV rTPA (alteplase) dosis 0,9 mg/kgBB (max 90 mg) dalam 60 menit, 10% dosis total diberikan bolus 9 mg bolus baru 81 mg diberikan drips selama 1 jam
Pasien tidak memenuhi diberikan antiplatelet
Kegunaan mencegah trombus yang sudah dibentuk (streptokinase, urokinase)
2. Antikoagulan untuk emboli
Heparin risiko perdarahan otak
LMWH
Warfarin 10 mg/hari (selama 2-4 bulan)
Menghambat faktor koagulasi (heparin dan warfarin)
3. Antiplatelet untuk thrombus
Aspirin 160 – 325 mg/hari
Clopidogrel 75 mg
Menghambat agregasi platelet (aspirin, clopidogrel) Obat stroke iskemik (perbaiki perfusi) :
1. Citicolin asetilkolin (mempertahankan sinaps otak agar tidak banyak yang rusak)
2-4 x 250 mg/IV/hari
Dilanjutkan dengan oral 2x500 mg – 1 gram (hari selanjutnya) 2. Piracetam mempertahankan membran dari sel neuron agar tidak
gampang pecah
4x3 gr/IV/hari
Dilanjutkan degan oral 2-4 x 1200 mg (hari selanjutnya)
3. Tekanan darahnya tinggi tetapi masih sistole < 220 dan diastole <120
Nimodipine 30 mg/tablet oral Obat stroke iskemik (faktor sistemik) :
1. Tekanan darahnya tinggi tetapi masih sistole > 220 dan diastole >120
Nicardipine IV dimulai 5 mg bisa ditingkatkan / dititrasi 2,5 mg setiap 15 menit sampai mencapai target yaitu menurunkan MAP pasien sampai 15% dalam 24 jam pertama
2. Kontrol gula darah GDS 100-200 gr/dl 3. Kontrol hiperlipidemia jika tinggi pakai statin
Prinsip tatalaksana stroke hemoragik :
Turunkan tensi
Kontrol TIK
Waspada kejang fenitoin 5-10 mg/kgBB
Neuroprotektor citicolin atau piracetam
Cegah infeksi, dekubitus, stress ulcer, obstipasi
Operasi
Turunkan tekanan darah apabila :
Sistole >220 atau MAP >150 mmHg
Sistole >180 + gejala TIK meningkat
Sistole >180 atau MAP >130 mmHg dengan target 160/90 atau MAP 110 mmHg
Maksimal diturunkan 25% MAP
Diberikan obat Nicardipine IV dimulai 5 mg/jam, dititrasi 2,5 mg/jam tiap 15 menit (max 15 mg/jam) sampai mencapai target 25% MAP
Tingkat kesadaran
Alert 0
(x2,5)
Stupor 1
Coma / Semi coma 2
Muntah Tidak 0
(x2)
Ya 1
Nyeri kepala Tidak 0
(x2)
Ya 1
Tekanan darah diastolik (x0,1)
Penanda aterosklerosis (DM, nyeri dada, atau klaudikasio intermiten nyeri pada kaki)
Tidak 0
(x3)
Ya 1
Kontrol TIK :
Tindakan umum
1. Elevasi kepala 300
Meningkatkan venous return CBV menurun TIK menurun 2. Hiperventilasi ringan
Menyebabkan PCO2 menurun vasokonstriksi CBV menurun TIK menurun
3. Pertahankan perfusi otak
Perfusi darah otak atau CPP > 70 mmHg CPP = MAP – ICP, ICP = TIK
Pemberian medikamentosa
1. Mannitol 20% loading dose 1 gr/kgBB dilanjutkan 0,25 – 0,5 gr/kgBB selama >20 menit. Kemudian dilanjutkan setiap 4-6 jam dengan dosis setengahnya
2. Furosemide IV dosis inisial 1 mg/kgBB cairan berkurang
Contoh kasus pasien datang dengan hemiparesis dengan kesadaran stupor (1x2,5 = 2,5), ada muntah (1x2 = 2), ada nyeri kepala (1x2 = 2), tekanan darah 200/110 mmHg (0,1x110 = 11), didapatkan juga ada nyeri pada kaki (1x3 = 3, disini harus dikurangi jadi -3) lalu total skor = 2,5 + 2 + 2 + 11 + (-3) = 14,5. Kemudian hasil akhir dikurangi konstanta Siriraj yaitu -12 jadi skor akhir 14,5 – 12 = 2,5
Interpretasi :
- Skor < -1 = Stroke Iskemik - Skor > +1 = Stroke Hemoragik
- Skor -1 sampai +1 = sulit ditentukan perlu CT Scan
Jika ada penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan refleks babinski (+) pikirkan pertama stroke hemoragik
Jika penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-) tetapi refleks babinski (+)
pikirkan stroke iskemia
Total Anterior Circulation Syndrome
(TACS)
Stroke di korteks yang besar pada a. cerebri anterior dan media
Semua gejala harus ada :
Gangguan fungsi luhur
Hemianopia homonim
Defisit motorik atau sensorik kontralateral yang mengenai 2 dari 3 daerah (wajah, lengan dan tungkai)
Partial Anterior Circulation Syndrome
(PACS)
Stroke di korteks yang besar pada a. cerebri anterior dan media
1 gejala saja harus ada :
2 dari 3 komponen TACS
Gangguan fungsi luhur saja
Defisit motorik dan sensorik yang lebih terbatas daripada LACS
Posterior Circulation Syndrome (POCS)
1 gejala saja harus ada :
Kelumpuhan nervus kranialis ipsilateral + defisit motorik dan/atau sensorik
kontralateral
Defisit motorik dan/atau sensorik bilateral
Gangguan gerakan mata
Defek lapang pandang homonim atau buta kortikal
Gangguan serebelum
Penurunan kesadaran berat (gangguan ARAS pada batang otak)
Lacunar Syndrome (LACS)
1 gejala saja harus ada :
Hemiparesis murni
Hemihipestesi murni
Hemiparesis ataxic
Clumsy hand dysarthria
Tidak ada gejala (defisit visual, gangguan fungsi luhur, gangguan di batang otak dan hanya ada gangguan proprioseptif saja)
Pasien tidak bisa berbahasa
(sensorik pasien memahami pembicaraan orang lain) (motorik dapat mengeluarkan kata-kata dengan baik) Awal bisa menulis, akibat suatu lesi di otak jadi tidak bisa menulis
Tidak bisa membaca lagi Tidak bisa berhitung lagi
Tidak bisa melakukan gerakan motorik (misalnya tidak bisa lagi mengambil botol)
Tidak bisa mengenali objek, suara, orang, bentuk dan bau spesifik
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah Afasia :
Motorik perkataannya apakah lancar (fluency) lobus parietal bagian anterior (Brocca)
Sensorik memahami pembicaraan (comprehensive) lobus parietal bagian posterior (Wernicke)
Apakah pasien bisa mengulang pembicaraan (repetition) serabut- serabut antara Brocca dan Wernicke (Fasikulus Arkuatus)
Afasia konduksi
Afasia anomik
Afasia transkortikal
sensorik Afasia sensorik (Wernicke) Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
No
No
No
Yes
No
No
Yes No
No
Afasia motorik (Brocca)
Afasia transkortikal
motorik
Afasia transkortikal
campuran
Afasia global Jika menyebutkan
nama objek tidak bisa, jika bisa normal
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Lesi di traktus kortikospinalis
Plegia kekuatan otot 0
Paresis kekuatan otot 1-4
Normal kekuatan otot 5
Lesi di A hemiplegia ekstremitas inferior dan superior sinistra (kontralateral)
Lesi di B hemiplegia ekstremitas inferior dan superior dextra (ipsilateral)
Lesi di C lateral medulla oblongata hemiplegia ekstremitas inferior sinistra dan ekstremitas superior dextra hemiplegia cruciata (seperti menyilang)
Lesi di D medial medulla oblongata tetraplegia
A Motorik 0, sensorik terganggu hingga S4-S5 B Motorik 0, fungsi sensorik baik
C Motorik 1-2, fungsi sensorik baik D Motorik 3-4, fungsi sensorik baik E Motorik 5, fungsi sensorik baik N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Klasifikasi ditegakkan dalam waktu 72 jam – 7 hari post trauma, berdasarkan American Spinal Injury Association (ASIA) :
Cervical C1 – C8 Thorakal T1 – T12 Lumbal L1 – L5 Sakral S1 – S5 Coccygeal 1 tulang
Cervical Parasimpatik Thorakal Simpatik Lumbal Simpatik Sakral Parasimpatik
Columna vertebra 31 vertebra
3 jaras yang penting :
1. Dorsal collum proprioseptif (raba halus dan vibrasi) 2. Kortikospinalis motorik
3. Spinothalamikus eksteroseptif (nyeri dan suhu)
Anterior Cord Syndrome :
- Rusak pada bagian anterior traktus kortikospinalis dan traktus spinothalamikus
- Paresis bilateral
- Kaki kanan dan kiri tidak bisa merasakan nyeri, suhu dan defisit motorik
- Pasien hanya bisa merasakan raba halus, getaran dan proprioseptif
Posterior Cord Syndrome :
- Rusak pada bagian posterior traktus dorsal collum - Paresis bilateral
- Kaki kanan dan kiri tidak bisa merasakan raba halus, getaran, proprioseptif
- Pasien hanya bisa merasakan nyeri, suhu dan motorik yang masih bagus
Central Cord Syndrome :
- Rusak di bagian tengah medulla spinalis - Paresis bilateral
- Rusak pada traktus kortikospinalis bagian cervical Kedua tangan akan mengalami kelemahan yang lebih buruk dibandingkan kedua kaki (contoh tangan 2222/2222, kaki 4444/4444)
- Rusak pada traktus spinothalamikus bagian cervical sampai lumbal
adanya sacral sparing (badannya baal, tetapi daerah perianalnya masih intak)
Brown Sequard Syndrome :
- Lesi setengah bagian medulla spinalis hemisection cord syndrome - Paresis unilateral
- Terjadi kelainan pada ketiga traktus, tetapi hanya pada sebelah kaki saja
- Jika terjadi lesi di medulla spinalis kiri :
1. Defisit Motorik lesi ipsilateral (kaki kiri)
2. Rusak traktus dorsal collum lesi ipsilateral (kaki kiri) 3. Rusak traktus spinothalamikus lesi kontralateral (kaki
kanan)
Lesi transversal medulla spinalis Lesi motorik, sensorik dan
proprioseptif pada kanan dan kiri Anterior Cord Syndrome
Lesi ipsilateral dan kontralateral pada motorik, sensorik dan suhu
Satu-satunya yang sehat proprioseptif
Posterior Cord Syndrome
Kerusakan pada proprioseptif, vibrasi dan diskriminasi 2 titik ipsilateral dan kontralateral
Satu-satunya yang rusak proprioseptif
Central cord lesion
Kelainan sensorik dan motorik extremitas atas lebih buruk dari extremitas bawah
Brown Sequard Syndrome
Lesi motorik dan proprioseptif ipsilateral, lesi sensorik dan eksteroseptif (nyeri dan suhu) kontralateral berlawanan
Tatalaksana di IGD :
- Primary Survey stabilisasi ABCDE
- Analgetik kuat bila perlu (seperti tramadol, morfin sulfat) - Pemberian kortikosteroid
Diagnosis ditegakkan < 8 jam post trauma metilprednisolon 30 mg/kgBB bolus IV selama 15 menit tunggu 45 menit lanjutkan infus metilprednisolon 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam
Diagnosis ditegakkan > 8 jam post trauma tidak dianjurkan pemberian kortikosteroid
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Dermatom penting : C5,C6 biceps C7,C8 triceps T4 mammae T10 umbilikal L1 inguinal L3,L4 lutut L5 medial kaki S1 lateral kaki S1-S5 bokong dan perianal
Gejala utama berupa TRAP : - Tremor (resting tremor) - Rigiditas (cogwheel rigidity) - Akinesia / bradikinesia
(slow movement) - Postural inability
Disebabkan oleh penyebab lain seperti :
- Obat antipsikotik (misalnya haloperidol)
- Anti muntah (metoclorpramide) - Riwayat stroke
Gejala parkinsonism (TRAP) dibuktikan dengan degenerasi ganglia basalis substansia nigra pars kompakta dan hasil PA ditemukan Lewy Body N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
0 Belum ada gejala apapun 1 Tremor unilateral
1,5 Tremor unilateral + kaku di badannya
2 Tremor bilateral tanpa gangguan keseimbangan apapun 2,5 Tremor bilateral + terganggu keseimbangan tetapi masih bisa
dipertahankan (retropulsion test negatif)
3 Tremor bilateral + terganggu keseimbangan (retropulsion test
positif)
4 Aktivitas jadi sangat-sangat terhambat, semua aktivitas perlu dibantu, kecuali berdiri dan jalan masih bisa sendiri
5 Sehari-hari di kursi roda
Slowed movement (bradikinesia) langkahnya kecil-kecil Petit March Gait atau shuffling steps
Ayunan lengan tidak lebar
Gerakan pasien kaku-kaku cog-wheel phenomenon
Pasien cenderung gampang jatuh
Tremor saat istirahat (resting tremor) yang awalnya asimetris (awal unilateral akhirnya bilateral) pill rolling tremor
Pasien tidak ada ekspresi mask like face
Meyerson sign mengetuk glabella pasien (+) jika persistent blinking (mengedip-ngedip mata)
Retropulsion test jagaian pasien dari belakang, kita dorong pasien dari belakang untuk melihat apakah pasien bisa mempertahankan posisi atau jatuh
1 dari 4 gejala TRAP
2 dari 4 gejala TRAP
3 dari 4 gejala TRAP
Patofisiologi ketidakseimbangan neurotransmitter antara dopamine dan asetilkolin
Dopamin terlalu rendah gerakan pasien lambat-lambat menaikkan dopamine dengan cara penggunaan levodopa
Asetilkolin terlalu tinggi manifestasi tremor menurunkan asetilkolin dengan cara penggunaan muscarinic antagonist / asetilkolin antagonist
Jika tidak ada gangguan fungsional (gangguan aktivitas setiap hari) neuroprotektif
Jika ada gangguan fungsional dan gejala dominannya tremor antikolinergik Triheksifenidil 3-15 mg/hari
Jika ada gangguan fungsional dan gejala dominannya bukan tremor, tetapi rigiditas atau bradikinesia atau postural instability :
- Usia > 60 tahun Levodopa 100 mg/hari atau Carbidopa 25 mg/hari - Usia < 60 tahun Dopamin agonis Pramipexole 1,5 – 4,5 mg/hari
atau Ropinirole 0,75 – 24 mg/hari
Jika respon terhadap pengobatan : - Baik pertahankan dosis rendah - Tidak respon tingkatkan dosis
- Wearing off COMT inhibitor Entacapone 20 mg/hari bersamaan dengan setiap dosis levodopa (max 1600 mg/hari)
- Tardive dyskinesia kurangi dosis levodopa, tingkatkan dopamin agonis
Lesi striatum nukleus caudatus + putamen
Lesi nukleus
subthalamikus Lesi putamen Gerakan cepat pada
ujung-ujung jari distal
Gerakan cepat di sendi proximal
Gerakan lambat biasanya pada pergelangan tangan Gerakan seperti orang
menari dance-like phenomenon
Gerakan tidak terarah dan aneh violent flinging phenomenon
Gerakan seperti orang menulis writing
phenomenon N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Polio kelumpuhan LMN dengan topis paling proximal pada kornu anterior
Etiologi virus polio (enterovirus) transmisi fekal-oral
3 jenis polio :
1. Abortif gejala flu biasa, mialgia, nyeri kepala, sakit tenggorokan (sudah pernah vaksinasi)
2. Aseptik meningitis bisa menyebabkan meningitis tetapi tidak ada bakteri disana
3. Paralitik kelumpuhan
Kelemahan LMN unilateral terjadi hemiparesis/hemiplegia selalu unilateral
Manifestasi klinis :
- Gejala kelemahan LMN - Refleks tendon menurun
- Atrofi otot 3-5 minggu lalu menetap selama 3 bulan - Tidak akan pernah mengalami gejala sensorik
- Hanya kerusakan motorik dan bisa terjadi gangguan otonom retensi urin
- Tanda rangsang meningeal
- Gangguan saraf kranialis (poliomielitis bulbar) kerusakan n.IX (difagia), n.X (disfonia) dan n.XII (disartria)
- Pasien bisa mengalami gangguan pernapasan
Tatalaksana polio :
- Belum ada antivirus yang efektif terhadap virus polio
- Suportif penting dilakukan vaksinasi (pada saat bayi lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral.
Selanjutnya untuk polio-1, polio-2 dan polio-3 serta booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV (sebaiknya paling sedikit mendapat 1 vaksin IPV)
- Analgesia - Ventilasi - Trakeostomi
- Mobilisasi dini cegah ulkus dekubitus
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
GBS kelumpuhan LMN bilateral
Pasien GBS onset cepat (<14 hari) + inflamasi selubung mielin di akson (mimikri molekular proses bakteri menyerupai mielin adanya infeksi yang didahului diare atau ISPA konduksi hantar saraf lambat) + polineuropati (gangguan pada neuron motorik + sensorik + otonom) Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy
Kelumpuhan dan gangguan sensorik dimulai dari paling distal ekstremitas, kemudian lama-kelamaan akan naik glove and stocking phenomenon
Manifestasi klinis : - Gejala LMN
- Kelemahan tubuh simetris progresif yang bersifat ascending - Hilangnya refleks tendon
- Diplegia fasialis paresis n.VII tipe LMN sifat bilateral - Paresis otot pernapasan
- Parestesia pada tangan dan kaki
Diagnosis :
- Berdasarkan gejala klinis + pemeriksaan fisik - Pemeriksaan penunjang :
1. Kadar elektrolit 2. Fungsi hepar
3. Kadar kreatinin fosfokinase jika ada lisis otot
4. EMG tanda demielinisasi dari perlambatan konduksi, perpanjangan latensi distal, perpanjangan gelombang F, blok konduksi atau berkurangnya respon terhadap rangsang 5. Pemeriksaan fungsi paru
6. LCS / CSF peningkatan protein (peningkatan kurva disosiasi sitoalbumin protein meningkat tetapi sel leukosit tidak meningkat karena tidak ada bakteri di CSF) serta jumlah sel <10 mononuklear sel/mm3
Tatalaksana :
- Perawatan intensif berkurangnya forced vital capacity / FVC (<20 ml/kg) atau kelemahan otot bulbar rawat ICU
- Plasma exchange / plasmaferesis 200 – 500 ml/kgBB 5 kali dalam 2 minggu antibodi yang sudah diprogram tubuh untuk menyerang mielin dicuci
- Immunoglobulin intravena (IVIG) 0,4 gr/kgBB/hari (1 vial 2,5 gr/50 cc) - Plasmaferesis atau IVIG imunoterapi paling baik dilakukan pada 2
minggu pertama
AIDP
Kelemahan neuron motorik saja sifatnya bilateral ascending, sensorik dan otonom jarang terjadi
Makrofag menyerang selubung mielin utuh dan meniadakan
akson
AMAN Lebih menyerang otot-otot pernapasan
Makrofag menyerang nodus Ranvier dimana disisipkan diantara akson dan axolemma sel Schwann di sekitarnya dan meninggalkan selubung mielin
utuh AMSAN
Kelemahan dapat motorik (kelemahan), sensorik (parestesia)
bisa juga dengan gangguan pernapasan
Sama dengan AMAN + keterlibatan akar ventral dan
dorsal
MFS
Trias ataxia (gangguan keseimbangan), areflexia (kelemahan tipe LMN menurun), oftalmoplegia (gangguan pada saraf kranialis
untuk pergerakan bola mata)
Kelainan konduksi sensorik, meskipun patologi yang
mendasari belum jelas
APN
Gagal sistem otonom pasien (tensi naik turun, heart rate menurun, respirasi menurun ensefalopati)
Terjadi kegagalan simpatis dan parasimpatis yang meluas
AIDP Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy AMAN Acute Motor Axonal Neuropathy
AMSAN Acute Motor and Sensory Axonal Neuropathy MFS Miller Fisher Syndrome
APN Acute Pandysautonomic Neuropathy
Gejala khas
Asimetris dan atrofi sangat jelas
Simetris dan dimulai dari
distal lalu naik ke atas
Spesifik pada saraf tertentu
gejala sensorik, motorik dan otonom pada
penjalaran saraf tertentu
Seluruh medulla spinalis terkena lesi / inflamasi komplit sehingga tonus otot sangat
jelek Disfungsi
kandung kemih
Bisa terjadi Sementara Tidak pernah Sangat jelas Kecepatan
konduksi saraf
Abnormal Normal
EMG Abnormal Normal
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique superior dan m. rektus lateral) N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior N.5 (Trigeminal) Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam N.9 (Glossofaringeal)
Motorik Otot di faringeal
Sensorik Bagian posterior lidah, tonsil dan faring
N.10 (Vagus)
Motorik Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus gastrointestinal
Sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea, laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
N.11 (Aksesorius) Motorik Muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Myasthenia gravis kelemahan yang diakibatkan oleh gangguan transmisi sinyal pada neuromuscular junction (NMJ) akibat autoantibodi IgG pada reseptor asetilkolin kekurangan asetilkolin secara relatif
Penyakit autoimun dimediasi hipersensitivitas tipe II
Etiologi Thymoma (tumor pada kelenjar thymus) fungsi maturasi sel T jika sudah matang menjadi sel T helper memanggil sel B menghasilkan antibodi
Gejala khas kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan meningkat apabila sedang beraktivitas atau sudah sore hari
Manifestasi klinik :
- Kelemahan tubuh asimetris kelemahan LMN unilateral lama kelamaan akan bilateral yang memburuk dengan aktivitas dan membaik dengan istirahat
- Pertama-tama menyerang otot-otot kecil seperti m. levator palpebra dan otot ekstraokular ptosis
- Wajah datar, disartria, kesulitan menelan dan ketidakmampuan menjaga postur kepala
Tes Wartenberg
Pasien memandang objek diatas bidang antara kedua bola mata selama + 30 detik (+) bila terjadi ptosis
Tes Tensilon
Pasien dengan myasthenia gravis (+) akan mengalami perbaikan pasca pemberian derivat asetilkolin (edrophonium/tensilon IV) Tes
Prostigmin/Neostigmin
Prostigmin 0,5-1 mg (asetilkolin esterase inhibitor) + atrofin sulfas 0,1 mg IM/SC (+) bila gejala-gejala menghilang dan tenaga membaik
Tes pita suara Penderita disuruh menghitung 1-100 (+) suara akan menghilang secara bertahap Tes diplopia stress
Penderita diminta untuk melihat ke samping secara maksimal selama 30 detik (+) muncul diplopia
Myasthenia okular Menyerang m. levator palpebra dan otot-otot ekstraokular ptosis dan diplopia
Myasthenia bulbar
Menyerang batang otak bagian bawah saraf kranialis IX,X dan XI disfagia, disfonia dan disarthria
Myasthenia generalisata Myasthenia okular + bulbar + kelemahan ekstremitas
Myasthenia krisis Terserang otot-otot pernapasan dispneu Drug-induced myasthenia
Riwayat konsumsi obat (misalnya
aminoglikosida, makrolida, MgSO4, obat anti epilepsi)
Elektromiografi (EMG) :
Repetitive Nerve Stimulation (RNS) / Harvey Masland Test suatu otot dirangsang terus-menerus, lama-kelamaan amplitudo dari otot tersebut akan menurun paling sensitif
Tes Serologis :
Mendeteksi antibodi pada reseptor asetilkolin (Achr-Ab) paling spesifik, tetapi tidak sensitif 100%
Pasien MG Achr-Ab (-) / seronegatif MG (SNMG) tes antibodi anti- MuSK (muscle specific tyrosine kinase) dapat positif