• Tidak ada hasil yang ditemukan

Characterization of Sub-Watershed of Dedai River in the Watershed of Melawi River, Sintang Regency

N/A
N/A
Raihan Saputra

Academic year: 2024

Membagikan "Characterization of Sub-Watershed of Dedai River in the Watershed of Melawi River, Sintang Regency"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Karakteristik Sub Daerah Aliran Sungai Dedai pada Daerah Aliran Sungai Melawi Kabupaten Sintang

Alpius1,2, Riduwasyah1, Asadi2

1Jurusan Imu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia

2Email: Alpiusuntan@gmail.com

ABSTRACT

Dedai Sub watershed condition at this time has many changes of form and fuction caused by the opening of land activities, illegal gold mining and household garbage. This research aims to study the characteristic and profile of each characteristic Dedai Sub Watershed. In this study, only limited to the characteristic of the Sub Watershed, where 1 outlet observations consist of 2-point sampling. Dedai Sub Watershed has an area about ± 14.454,70 ha located in the subdistrict of West Kalimantan Regency Sintang Dedai. This study consists of two phases: first, field research of Dedai Sub Watershed conducted for 6 days consecutive on 1 outlet observations with a 2-point sampling. Point sampling performed on downstream and upstream Dedai Sub Watershed. Then samples of water counducted analysis of Laboratory Quality and Total Suspended Solid (TSS) health farm Faculty of Agriculture University of Tanjungpura Pontianak.

Result of the study showed that the form and pattern of Sub DAS Dedai is a form of bird feathers and dendritic pattern, while the transverse parabolic profile. The order consists of 5 classes, with the value of IKD is 0,0087 km/km2 and belongs to the category of low discharge values of the flow upstreaman average of 0,6787 m3/sec downstream and 4,1976 m3/sec, the correlation coefficient discharge curve (r) of upstream 0,995 and downsream 0,985, with a coefficient of determination (R2) upstream 0,990 and downstream 0,969. Water quality on Sub DAS Dedai has an average pH of upstream 6,78 and downstream 6,46 is still good and the average temperature of the upstream 29,580C and downstream 29,70C still under normal circumstances in nature, whereas the average brightness level of the upstream 1,05 m and downstream 1,13 m. Total Suspended Solid (TSS) values averaged of upstream 5,2 mg/liter and downstream 8,7 mg/liter, while the average value of the upstream sediment discharge of 0,3135 ton/day and downstream 3,2611 ton/day and the correlation coefficient arch sediment (r) of upstream 0,933 and downsream 0,910, with a coefficient of determination (R2) upstream 0,870 and downstream 0,827..

Keywords: Characteristics, Dedai,, downstream, upstream, watershed 1. PENDAHULUAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Daerah hulu DAS biasanya merupakan daerah yang mengendalikan tata aliran air sungai yang menuju ke hilir sungai, dicirikan sebagai daerah konservasi yang memiliki kerapatan drainase lebih tinggi dengan kemiringan lereng besar (> 15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis vegetasi. Sementara itu hilir DAS dicirikan sebagai daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil dengan kemiringan kecil sampai dengan sangat kecil (< 8 %), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir atau genangan, pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian. DAS tengah merupakan daerah transisi antara ciri keduanya. Perencanaan DAS bagian hulu menjadi fokus utama dalam perencanaan mengingat dalam suatu DAS bagian hulu merupakan ekosistem yang penting

(2)

karena mempunyai fungsi perlindungan dari segi tata air terhadap seluruh bagian DAS (Wirosoedarmo, et al., 2010; Asdak, 2010).

Perbedaan keadaan suatu DAS baik segi karakteristiknya, topografi, vegetasi, penutup lahan, jenis tanah, penggunaan lahan dan curah hujan, menyebabkan DAS tersebut berbeda. Sebagai suatu DAS keadaan daerah tersebut menjadi salah satu faktor penting yang akan menunjukan perubahan yang terjadi terhadap kondisi air yang ada di sungai. Setiap penggunaan lahan yang ada di DAS akan mempengaruhi keadaan sungai tersebut, yang akhirnya menyebabkan perubahan kualitas air sungai.

Untuk itu keadaan DAS perlu diteliti kualitas airnya guna mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi pada daerah aliran sungai tersebut. Tata guna lahan yang ada di Sub DAS Dedai Kecamatan Dedai Kabupaten Sintang mencakup beberapa jenis penggunaan lahan diantaranya perkebunan besar, perkebunan rakyat, sawah tadah hujan, hutan belukar, ladang semak dan hutan lebat. Dengan banyaknya perubahan vegetasi awal yang berupa semak belukar di Sub DAS Dedai menandakan bahwa sudah banyak perubahan pada ekosistem yang asli dengan munculnya masalah degradasi lingkungan yang berpangkal pada komponen daerah tersebut.

Kondisi Sub DAS Dedai pada saat ini telah banyak mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain pembukaan lahan, kegiatan PETI dan sampah rumah tangga. Kegiatan pembukaan lahan dan penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang terjadi pada daerah hulu Sub DAS Dedai mengakibatkan tingkat sedimentasi tinggi yang menyebabkan pendangkalan pada badan sungai dan pencemaran logam berat pada badan sungai akibat kegiatan PETI serta pembuangan sampah rumah tangga pada badan sungai mengakibatkan badan sungai menjadi kotor dan tersumbat yang mana menyebabkan banjir pada daerah hilir Sub DAS Dedai. Dengan adanya penelitian mengenai karakteristik suatu DAS diharapkan dapat mengenal sifat-sifat suatu DAS atau sub DAS serta dapat memberikan manfaat dalam perencanaan, pengelolaan dan pengontrolan DAS yang berasaskan pembangunan dan konservasi, sehingga dapat dilakukan evaluasi dini terhadap degradasi lingkungan dan perbaikan-perbaikan yang perlu dapat segera dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik Sub DAS Dedai dan mempelajari profil masing-masing karakteristik Sub DAS Dedai pada DAS Melawi Kecamatan Dedai Kabupaten Sintang.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Sub DAS Dedai yang terletak di Kecamatan Dedai Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat. Waktu penelitian ini berlangsung ± selama 4 bulan mulai dari pelaksanaan di lapangan sampai penyajian hasil penelitian. Penelitian di lapangan atau Sub DAS Dedai dilakukan selama 6 hari berturut-turut pada 1 outlet pengamatan dengan 2 titik pengambilan sampel. Titik pengambilan sampel dilakukan pada daerah hilir dan hulu Sub DAS Dedai. Kemudian dilakukan analisis data di Laboratorium Kualitas dan Kesehatan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH meter, current meter, secchi disk, tali, termometer, stopwatch, meteran, botol air mineral, buku, pulpen/pensil, kalkulator dan kamera serta alat lainnya yang dapat mendukung penelitian ini. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Kelas Lereng (Skala 1:80.000), Peta Jenis Tanah (Skala 1:100.000), Peta Jenis Penggunaan Lahan (Skala 1:100.000), Peta Topografi (Skala 1:80.000), Peta Lokasi Penelitian (Skala 1:100.000), Peta Outlet Titik Pengamatan (Skala 1:100.000) dan Data Curah Hujan Bulanan periode 2004-2013 yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Siantan Pontianak (BMKG) dan sampel air Sub DAS Dedai. Variabel pengamatan yang dilakukan yaitu: mengetahui pola DAS, bentuk drainase, kerapatan drainase, orde dan tingkat percabangan sungai, profil melintang sungai, debit sedimen dan kualitas air.

(3)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Drainase

Pola Aliran Sungai yang terdapat pada Sub DAS Dedai merupakan Pola Dendritik, yang menyerupai bentuk rating-ranting pohon (percabangan pohon),. Pola dendritik menunjukan bahwa, Sub Dedai terdapat suatu aturan aliran sungai dengan cabang dan anak sungai yang alirannya mengalir ke induk sungai, dimana anak-anak sungai kelihatan seperti ranting-ranting pohon yang alirannya menuju percabangan sungai dan memiliki satu sungai utama yang merupakan titik keluar air menuju laut.

Semakin banyak anak sungai yang menuju aliran induk, maka akan tampak jelas pola aliran sungai tersebut.

Bentuk DAS

Bentuk Sub DAS Dedai terlihat menyerupai kipas nyaris lingkaran pada peta lokasi penelitian.

Umumnya bentuk DAS radial Debit banjir yang dihasilkan umumnya akan sangat besar, dalam catatan hujan terjadi merata dan bersamaan diseluruh DAS tersebut.

Kerapatan Drainase

Indeks kerapatan drainase (IKD) adalah panjang aliran sungai per km2 luas DAS. IKD juga merupakan faktor penentu kecepatan air larian. Semakin tinggi kerapatan drainase, semakin besar kecepatan air larian untuk curah hujan yang sama. Oleh sebab itu, dengan tinggi nya kerapatan drainase maka debit puncak akan tercapai dalam waktu yang lebih cepat. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai IKD Dedai sebesar 0,087 km/km2 dan termasuk kategori rendah, karena nilainya terletak <0,25 km/km2. Hal ini menunjukan gejala bahwa Sub DAS Dedai sering mengalami pengenangan atau berdrainase jelek.

Hasil analisis kandungan bahan organik pada setiap lahan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Nilai IKD Sub DAS Dedai

DAS Luas DAS Panjang Sungai IKD

Kategori

(km2) (km) (km/km2)

Dedai 1.445,470 126,08 0,087 Rendah Sumber : Interpretasi Peta Lokasi Penelitian 2014

Orde dan Tingkat Percabangan Sungai

Untuk mengetahui jumlah orde dan tingkat percabangan sungai Sub DAS Dedai dapat dilihat pada tabel 5. Sesuai dengan persamaan 6 tingkat percabangan sungai (Rb) Sub DAS Dedai adalah untuk Orde 1 adalah 1,80, orde 2 adalah 1,84, orde 3 adalah 4, orde 4 adalah 1 dan orde 5 tidak memiliki nilai Rb. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Sub DAS Dedai memiliki perbedaan nilai indeks tingkat percabangan sungai (Rb), pada orde 1, orde 2 dan orde 4 memiliki nilai Rb < 3 maka pada alur sungai tersebut akan mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat, dan penurunannya lambat, sedangkan untuk orde 3 memiliki nilai Rb antara 3 dan 5, maka pada alur sungai tersebut akan mempunyai kenaikan dan penurunan muka air yang tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat.

Tabel 2. Orde dan Tingkat Percabangan Sungai Sub DAS Dedai

Orde Sungai 1 2 3 4 5

Jumlah 45 24 12 2 1

Rb 1.80 1.84 4 1 -

Sumber : Interpretasi Peta Orde Sungai Sub DAS Dedai 2014

(4)

Profil Melintang Sungai

Profil melintang sungai Sub DAS Dedai diperoleh dari nilai rata-rata pengukuran langsung lebar dan kedalaman sungai selama 6 hari pengamatan, sehingga diperoleh bentuk parabola pada daerah Hulu dan Hilir Sub DAS Dedai. Alur sungai dibagian hulu dan hilir biasanya melalui dataran yang terbentuk dari endapan pasir halus sampai kasar, lumpur dan endapan organik serta endapan lainnya yang sangat stabil. Sementara itu, pada Sub DAS Dedai bagian Hulu dan Hilir alur sungai melalui daerah dataran yang mempunyai kemiringan dasar sungai landai mengakibatkan kecepatan aliran lambat dan terjadi pengenangan, keadaan ini mengakibatkan mudahnya terkena proses pengendapan dan pendangkalan pada badan sungai. Profil melintang sungai Sub DAS Dedai bagian hulu dan hilir dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Profil Melintang Sungai Sub DAS Dedai Hulu (atas) dan hilir (bawah) Tabel 3. Data Tinggi Muka Air Sub DAS Dedai Hulu

Sumber: Data Primer Pengamatan Lapangan 2014

Titik ke Lebar (m) Kedalaman (m) pada Outlet Pengamatan Hari ke

Rata-rata

1 2 3 4 5 6

1 0.66 0.48 0.44 0.45 0.43 0.41 0.39 0.43

2 0.66 0.87 0.83 0.84 0.82 0.80 0.78 0.82

3 0.66 1.06 1.02 1.03 1.01 0.99 0.97 1.01

4 0.66 1.12 1.08 1.09 1.07 1.05 1.03 1.07

5 0.66 1.18 1.14 1.15 1.13 1.11 1.09 1.13

6 0.66 0.95 0.91 0.92 0.90 0.88 0.86 0.90

7 0.66 0.77 0.73 0.74 0.72 0.70 0.68 0.72

8 0.66 0.41 0.37 0.38 0.36 0.34 0.32 0.36

Jumlah 6 6.84 6.52 6.6 6.44 6.28 6.12 6.47

Rata-rata 0.66 0.86 0.82 0.83 0.81 0.79 0.77 0.81

A(m2) Persamaan 2 4.72 4.56 4.60 4.52 4.44 4.36 4.53

(5)

Tabel 4. Data Tinggi Muka Air Sub DAS Dedai Hilir

Titik ke Lebar (m) 1 Kedalaman (m) pada Outlet pengamatan hari ke 2 3 4 5 6 Rata-rata

1 1.81 1.55 1.85 1.73 1.64 2.77 2.49 2.01

2 1.81 2.16 2.46 2.34 2.25 3.58 3.30 2.68

3 1.81 2.60 2.90 2.78 2.69 3.82 3.54 3.06

4 1.81 3.16 3.46 3.34 3.25 4.38 4.10 3.62

5 1.81 3.48 3.78 3.66 3.57 4.70 4.42 3.94

6 1.81 3.93 4.23 4.11 4.02 5.15 4.87 4.39

7 1.81 4.12 4.42 4.30 4.21 5.34 5.06 4.58

8 1.81 3.77 4.07 3.95 3.86 4.99 4.71 4.23

9 1.81 2.89 3.19 3.07 2.96 4.09 3.81 3.34

10 1.81 2.12 2.42 2.30 2.21 3.34 3.06 2.58

Jumlah 20 29.78 32.78 31.58 30.66 42.16 39.36 34.39

Rata-rata 1.81 2.98 3.28 3.16 3.07 4.22 3.94 3.44

A(m2) Persamaan 2 54.93 58.93 57.33 56.13 71.20 67.46 61.00 Sumber: Data Primer Pengamatan Lapangan 2014

Debit Aliran Debit aliran

Debit aliran pada daerah hulu tertinggi hari ke 1 sebesar 0,7646 m/det, disebabkan terjadinya hujan pada malam hari yang mengakibatkan volume air menjadi besar pada badan sungai, sedangkan kecilnya nilai debit aliran hari ke 6 sebesar 0,5973 m/det disebabkan kondisi cuaca stabil atau tidak ada terjadi hujan. Sementara itu, nilai debit aliran tertinggi daerah hilir pada hari ke 5 sebesar 5.2688 m3/det dan terendah pada hari ke 1 sebesar 3.5155 m3/det, adanya perbedaan nilai debit aliran daerah hilir hari ke 5 dan hari ke 1 di sebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak stabil pada saat melakukan penelitian di lapangan, sehingga mengakibatkan adanya fluktuasi nilai debit aliran. Berdasarkan hasil uji t berpasangan, ada perbedaan yang signifikan antara debit aliran hulu dan debit aliran hilir, artinya debit aliran pada daerah hulu dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap debit aliran yang terjadi pada daerah hilir, semakin besar nilai debit aliran yang terjadi pada daerah hulu dapat mempengaruhi volume debit aliran pada daerah hilir.

Berdasarkan hasil uji t berpasangan antara nilai debit aliran bagian hulu tidak sama dengan nilai debit aliran bagian hilir, hal ini terlihat pada nilai t hit sebesar 11.70794655 sedangkan t tabel 2.571 atau H0 : X1≠X2, artinya ada perbedaan yang signifikan antara debit aliran hulu dan debit aliran hilir, dimana jumlah debit aliran daerah hulu sangat mempengaruhi jumlah debit aliran di daerah hilir Sub DAS Dedai.

Tabel 5. Data Luas Penampang, Kecepatan, Debit Aliran, Konsentrasi Sedimen dan Debit Sedimen Hulu Hari ke Luas

Penampang

Kecepatan (m/det)

Debit Aliran (m3/det) (Persamaan 4)

Konsentrasi Sedimen (mg/liter)

Debit Sedimen (ton/hari) (Persamaan 7)

1 4.72 0.162 0.7646 8 0.5285

2 4.56 0.151 0.6886 6 0.3569

3 4.60 0.157 0.7222 7 0.4368

4 4.52 0.148 0.6690 6 0.3468

5 4.44 0.142 0.6305 2 0.1089

6 4.36 0.137 0.5973 2 0.1032

Jumlah 27.20 0.897 4.0722 31 1.8812

Rata-rata 4.53 0.150 0.6787 5.2 0.3135

(6)

Tabel. 6 Data Luas Penampang, Kecepatan, Debit Aliran, Konsentrasi Sedimen dan Debit Sedimen Hilir Hari ke Luas

Penampang Kecepatan (m/det)

Debit Aliran (m3/det) (Persamaan 4)

Konsentrasi Sedimen (mg/liter)

Debit Sedimen (ton/hari) (Persamaan 7)

1 54.93 0.064 3.5155 7 2.1262

2 58.93 0.069 4.0662 10 3.5132

3 57.33 0.067 3.8411 7 2.3231

4 56.13 0.066 3.7046 6 1.9205

5 71.20 0.074 5.2688 14 6.3731

6 67.46 0.071 4.7897 8 3.3106

Jumlah 365.98 0.411 25.1858 52 19.5667

Rata-rata 61.00 0.069 4.1976 8.7 3.2611

Lengkung Debit

Hubungan tingkat keeratan antara tinggi muka air dan debit aliran Sub DAS Dedai pada daerah hulu memiliki nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,995, dimana terdapat 99,0% kemampuan variabel X (tinggi muka air) dalam mempengaruhi variabel Y (debit aliran) sedangkan sisanya 1% dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan tingkat keeratan hubungan antara tinggi muka air dengan debit aliran daerah hilir sebesar 0,985, dimana terdapat 96,9% kemampuan variabel X (tinggi muka air) dalam mempengaruhi variabel Y (debit aliran) sedangkan sisanya 3,1% di pengaruhi faktor lain, berdasarkan koefisien korelasi daerah hulu dan hilir dinyatakan dengan 0,6 < r < 1, hubungan langsung positif baik, karena nilai (r) daerah hulu dan hilir berada antara 0,6 – 1.

Persamaan regresi Tinggi Muka Air dan Debit Aliran daerah Hulu (Q = 1.690 (H- 0,61) 0.571) dan Hilir (Q = 4.799 (H – 2.48) 0.174), nilai konstanta (a) Hulu sebesar 1.690 dan Hilir sebesar 4.799, menunjukkan besarnya variabel debit aliran yang tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air atau dapat diartikan pada saat nilai tinggi muka air sebesar 0, maka debit aliran Hulu sebesar 1.690 dan Hilir 4.799, sedangkan untuk nilai koefisien regresi (b) Hulu sebesar 0.571 dan Hilir 0.174, berarti tinggi muka air daerah Hulu dan Hilir mempunyai hubungan positif searah dengan debit aliran, karena koefisien bernilai positif. Setiap peningkatan 1 satuan tinggi muka air, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan debit aliran Hulu sebesar 0,571 dan Hilir sebesar 0.174 satuan. Begitu juga sebaliknya setiap penurunan tinggi muka air sebesar 1 satuan akan berpengaruh terhadap penurunan debit aliran Hulu sebesar 0,571 dan Hilir sebesar 0.174 satuan.

Kualitas Air Keasaman air (pH)

Data hasil pengamatan pH selama 6 hari pada Outlet pengamatan Sub DAS Dedai dapat di lihat pada lampiran 17, dimana diketahui bahwa kisaran nilai pH di daerah hulu berkisar antara 6,46 - 6,92 dengan nilai rata-rata pH adalah 6,64 sedangkan di daerah hilir berkisar antara 6,53 - 6,99 dengan nilai rata-rata pH adalah 6,78.

Temperatur

Hasil pengamatan temperatur selama 6 hari pada Outlet pengamatan Sub DAS Dedai dapat di lihat pada lampiran 17, dimana kisaran temperatur di daerah hulu antara 28,8ºC hingga 30,2ºC dengan fluktuasi 1-2ºC dan memiliki nilai rata-rata 29,58ºC sedangkan di daerah hilir antara 28,7oC hingga 30,7oC dan memiliki nilai rata-rata 29,7oC ini berarti temperatur di titik pengamatan tersebut masih tergolong baik, hal ini disebabkan masih terdapat vegetasi penutup lahan yaitu berupa hutan sekunder dan padang semak di sekitar aliran sungai. Kenaikan temperatur suatu perairan alamiah umumnya

(7)

mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang menembus permukaan air yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya temperatur di dalam air.

Kecerahan

Dari data hasil pengamatan kecerahan maksimum pada daerah hulu sebesar 1.18 m dan nilai kecerahan minimum 1.09 m dengan nilai kecerahan rata-rata sebesar 1.13 m dengan kedalaman maksimum rata-rata 1.13 m sedangkan pada daerah hilir memiliki nilai kecerahan maksimum sebesar 1.13 m dan nilai kecerahan minimum sebesar 0.95m dengan nilai kecerahan rata-rata 1.05 m dengan kedalaman maksimum rata-rata sebesar 4,58 m. Kecerahan air di pengaruhi oleh keadaan iklim yang ada pada daerah setempat terutama curah hujan. Apabila terjadi hujan, maka debit aliran akan tinggi dan konsentrasi sedimen juga akan meningkat dan nilai kecerahan menjadi rendah karena sinar matahari tidak dapat menembus air secara maksimal. Selain itu, air hujan akan menyebabkan sedimen yang ada dalam air akan naik kepermukaan sehingga air menjadi keruh.

Sedimen

Konsentrasi Sediemen

Berdasarkan hasil analisis sampel air di Laboratorium Kualitas dan Kesehatan Lahan Fakultas Pertanian UNTAN, nilai rata-rata konsentrasi sedimen pada Sub DAS Dedai daerah hulu sebesar 31 mg/ltr sedangkan pada daerah hilir sebesar 52 mg/ltr dapat dilihat pada gambar 5 di atas. Berdasarkan hasil uji t berpasangan antara nilai konsentrasi sedimen bagian hulu dengan nilai konsentrasi sedimen bagian hilir, hal ini terlihat pada nilai t hit sebesar 1.7250 sedangkan t tabel 2.571 atau H0: X1 = X2, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi sedimen bagian hulu dengan konsentrasi sedimen bagian hilir, dimana konsentrasi sedimen pada daerah hulu bukan jadi faktor penentu jumlah konsentrasi sedimen pada daerah hilir.

Debit Sedimen

Berdasarkan hasil perhitungan debit sedimen diperoleh nilai tertinggi pada hari ke 1 sebesar 0.5285 ton/hari sedangkan terendah pada hari ke 6 sebesar 0.1032 ton/hari. Besar kecilnya nilai debit sedimen yang terjadi pada di pengaruhi oleh luas penampang, kecepatan debit aliran dan konsentrasi sedimen. Dari nilai rata-rata debit sedimen daerah hulu sebesar 0,3135 ton/hari, sedangkan daerah hilir sebesar 3.2611 ton/hari.. Nilai debit sedimen ini masih dalam kategori kecil pengaruhnya terhadap badan sungai. Hasil uji t berpasangan antara nilai debit sedimen bagian hulu tidak sama dengan nilai debit sedimen bagian hilir, hal ini terlihat pada nilai t hit sebesar 4.0243 sedangkan t tabel 2.571 atau H0 : X1≠X2, artinya ada perbedaan yang signifikan antara debit sedimen bagian hulu dan debit sedimen bagian hilir, artinya jumlah debit sedimen di daerah hulu sangat menentukan jumlah debit sedimen di daerah hilir, dengan kata lain semakin besar nilai debit sedimen bagian hulu sangat mempengaruhi jumlah debit sedimen di bagian hilir.

Lengkung Sedimen

Hubungan tingkat keeratan debit aliran dan debit sedimen Sub DAS Dedai pada daerah hulu memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,933, debit aliran memiliki hubungan yang rendah terhadap peningkatan debit sedimen, terlihat pada nilai determinasi (R2), dimana terdapat 87,0% kemampuan variabel X (debit aliran) dalam mempengaruhi variabel Y (debit sedimen) sedangkan sisanya 13%

dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan tingkat keeratan hubungan antara debit aliran dengan debit sedimen daerah hilir sebesar 0,910 dengan kata lain adanya hubungan positif baik antara debit aliran dan debit sedimen, termasuk kategori tinggi terhadap peningkatan debit sedimen, hal ini terlihat dari nilai determinasi, dimana terdapat 82,7% kemampuan variabel X (debit aliran) dalam mempengaruhi variabel

(8)

Y (debit sedimen) sedangkan sisanya 17,3% dipengaruhi faktor lain, berdasarkan koefisien korelasinya daerah Hulu dan Hilir dinyatakan dengan 0,6 < r < 1, hubungan langsung positif baik (Soewarno, 1991).

Persamaan regresi Debit Aliran dan Debit Sedimen daerah Hulu (Qs = 4.829 Qw 7.457) dan Hilir (Qs = 0.078 Qw 2.560), nilai konstanta (a) Hulu sebesar 4.829 dan Hilir sebesar 0.078, menunjukkan besarnya variabel debit sedimen yang tidak dipengaruhi oleh debit aliran atau dapat diartikan pada saat nilai debit aliran sebesar 0, maka debit sedimen Hulu sebesar 4.829 dan Hilir 0.078, sedangkan untuk nilai koefisien regresi (b) Hulu sebesar 7.457 dan Hilir 2.560, berarti debit aliran daerah Hulu dan Hilir mempunyai hubungan positif searah dengan debit sedimen, karena koefisien bernilai positif. Setiap peningkatan 1 satuan debit aliran, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan debit sedimen Hulu sebesar 7.457 dan Hilir sebesar 2.560 satuan. Begitu juga sebaliknya setiap penurunan debit aliran air sebesar 1 satuan akan berpengaruh terhadap penurunan debit sedimen Hulu sebesar 7.457 dan Hilir sebesar 2.560 satuan.Hasil pengamatan pada lokasi penelitian diketahui bahwa pada semua unit lahan yaitu Ult4, Ult18, Ult24, Ult36 dilakukan pengelolaan tanah berupa penanaman menurut garis kontur dan setelah disesuaikan dengan nilai faktor P untuk satuan unit lahan kemiringan 0 – 8 % mempunyai nilai faktor P sebesar 0,50. Untuk satuan unit lahan kemiringan 9 – 20 % mempunyai nilai faktor P sebesar 0,75 sedangkan untuk satuan unit lahan kemiringan > 20 % mempunyai nilai faktor P sebesar 0,90.

4. KESIMPULAN

Sub DAS Dedai memiliki ± 14.454,70 ha, pola dendritik (percabangan pohon) dan bentuk drainase menyerupai bentuk radial serta profil melintang sungai berbentuk parabola. Indeks Kerapatan Drainase (IKD) Sub DAS Dedai termasuk kategori rendah karena memiliki nilai dibawah < 0,25 km/km2 (0,087 km/km2). Orde sungai Sub DAS Dedai terdiri dari 5 orde, dimana tingkat percabangan sungai (Rb) orde 1 (1,80), orde 2 (1,84), orde 3 (4), orde 4 (1) dan orde ke 5 tidak memiliki nilai Rb. Kualitas air pada Sub DAS Dedai daerah hulu dan hilir masih dalam keadaan stabil atau belum tercemar, hal ini dapat dilihat dari pH rata-rata daerah hulu sebesar 6,64 sedangkan daerah hilir sebesar 6,78. Temperatur rata-rata daerah hulu sebesar 29,58 oC dan daerah hilir sebesar 29,7oC, nilai temperatur ini masih dalam kondisi normal di alam, sedangkan untuk nilai kecerahan rata-rata daerah hulu sebesar 1,13 m dan daerah hilir sebesar 1,05 m.

Nilai debit aliran rata-rata pada Sub DAS Dedai bagian hulu sebesar 0,6787 m3/det dan bagian hilir sebesar 4.1976 m3/det sedangkan untuk nilai debi sedimen bagian hulu sebesar 0,3135 ton/hari dan bagian hilir sebesar 3,2611 ton/hari . Nilai debit aliran dan debit sedimen ini masih tergolong kecil, sehingga pengaruhnya terhadap badan sungai masih kecil. Hubungan tingkat keeratan antara tinggi muka air dan debit aliran Sub DAS Dedai pada daerah hulu dan hilir memiliki hubungan langsung positif.

Dari persamaan regresi Tinggi Muka Air dan Debit Aliran daerah Hulu dan Hilir menunjukkan besarnya variabel debit aliran dipengaruhi oleh tinggi muka air, sedangkan hubungan tingkat keeratan debit aliran dan debit sedimen Sub DAS Dedai pada daerah hulu dan hilir memiliki nilai hubungan positif. Dari persamaan regresi Debit Aliran dan Debit Sedimen daerah Hulu dan Hilir menunjukkan besarnya variabel debit sedimen dipengaruhi oleh debit aliran. Uji t berpasangan debit aliran menyatakan ada perbedaan yang signifikan, artinya debit sedimen pada daerah hulu sangat mempengaruhi jumlah debit sedimen pada daerah hilir , sedangkan konsentrasi sedimen menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan, artinya konsentrasi sedimen pada daerah hulu tidak mempengaruhi jumlah konsentrasi sedimen pada daerah hilir dan debit aliran menyatakan ada perbedaan yang signifikan, artinya debit aliran pada daerah hulu sangat menentukan jumlah debit aliran pada daerah hilir.

(9)

5. DAFTAR PUSTAKA

Achmad, 2011. Hidrologi Teknik. Universitas Hasanuddin. Makasar. http//:

www.unhas.ac.id/lkpp/tani/Mahmud%20Ahmad.pdf. Diakses tanggal 10 April 2014.

Agustiningsih, 2012. Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/36856/1/Naskah_Tesis.pdf. Diakses tanggal 10 April 2014.

Arby, 2012. Literatur Kualitas Air.http://alfian arby92.blogspot.com/2012/01/literatur-kualitas-air.html.

Diakses tanggal 22 April 2014.

Asdak, 2010. Hidrologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Universitas Gajah Mada

BMKG Siantan Pontianak, 2013. Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Sintang. Kalimantan Barat.

Dhianti, 2012. Morfometri Daerah Aliran Sungai. http://aqdhianti.blogspot.com/2012/03/ morfometri- daerah-aliran-sungai.html. Diakses 10 April 2014.

Hartono, 2011. Statistik Untuk Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, 2011. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991. Tentang Sumber Daya Air. Direktorat Jendral Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial.

Jakarta.

Sapniawati, 2006. Studi Karakteristik Sub DAS Tayan pada DAS Kapuas Kabupaten Sanggau. SKRIPSI Fakultas Pertanian UNTAN Pontianak.

Soewarno, 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (hidrologi). Nova, Bandung.

Soil Survey Staff, 2009. Buku Kunci Taksonomi Tanah.

Wandy, 2012. Debit Aliran Sungai. http://wandycivilengeneering.blogspot.com/2012/10/debit-aliran-air- sungai.html. Diakses tanggal 22 April 2014.

Wirosoedarmo, Haji, A. Tunggul Sutan, dan Pramesti Erlita Meidya, 2010. Studi Bentuk, Jaringan Drainase, Dan Hidrograf Daerah Aliran Sungai Menggunakan Simodas (Studi Kasus Di Pulau Sabu - Nusa Tenggara Timur). Jurusan Keteknikan Pertanian - Fak. Teknologi Pertanian – Univ.

Brawijaya. Malang.http//: jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/download/316/391. Diakses tanggal 10 April 2014.

Referensi

Dokumen terkait