Community Engagement for Imam and Khatib Development in Nagari Muaro Aie, Kec Iv Bayang Utara
Randi Purnama1*), Yosi Marlinda Yanti2 Jurusan Ilmu Al-Quran Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus, Batusangkar
KKN-PPM TERPADU TUAH SAKATO 2022
Korespondensi: Jl. Jenderal Sudirman No. 137 Lima Kaum Kab. Tanah Datar Email :[email protected];[email protected],
*)Corresponding Author
Abstrack:Categories to be a sermon and imam need to know about several pillars, conditions and others, so that when they be Friday sermon and imams, these things have been mastered as well as possible. The purpose teach is to understand the community so that when they be a sermon and imam, they look at the age category but many things need to be considered. The result from teach is community muaro aie be a sermon and imams. Because the purpose from teach is to understand be a semon and imams. To achieve the above objectives, the method used is Participatory Action Research (PAR). There are 3 main activities carried out, material giving, Practice preaching from the class, and Practice preaching from the pulpit. In this ministry, it is empirically proven that overseeing the training of priests and preachers can enhance the insight and knowledge of the people of Nagari Muaro Aie, Kec IV Bayang Utara. This service is intended to be an incentive to other people who are interested in engaging in religious activities in society.
Keywords:Coaching, Imam, Sermon, Muaro Aie Society
PENDAHULUAN
halat dan khatib merupakan perintah Allah yang wajib dilaksanakan bagi seorang Muslim (MZ, 2015). Kewajiban melaksanakan perintah Allah SWT telah tercantum di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 43.
عَعَ اوعُعَ رْا عَ عَاعَ زَّا اوعُآ عَ عَ عَزصَا اوعُيقِعَ عَ
عَيقُقَا زَّا
Artinya “ Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk”.
Dalam ayat lain Allah juga berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah Ayat 9, berbunyi :
رَقَ قَولٰزصٰقَ عَقِ روعُ اعَقا ا ٓ روعُعَلا عَرْقِزَا اعَيْعا ٓ لَ
اَ عْعَ عَ ق لل قّرَقَ ىلَقا ا روعُرْاعَ قِعُعُعُرَا قِ روزْ
عَ روعُعٰرُعُ رْعُرُعَ رَقا رْعُزَ رّريعَ رْعُقَلَ ۗ عَريعَرَا
S
Received:15-11-2022; Revised:20-12-2022; Accepted:27-12-2022
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli ”(Al-Jazairy, 2014).
Berdasarkan ayat di atas diperintahkan bahwa sebagai seorang umat Muslim wajib untuk melaksanakan shalat jum’at (Ritonga &
Zainuddin, 1997) . Namun, pada waktu shalat jum’at, seorang muslim dituntut agar bisa menjadi seorang khatib sebagai syarat terlaksananya shalat tersebut. Dengan demikian, ada beberapa hal yang harus diketahui dan dipahami dengan sebaik mungkin seperti rukun, syarat menjadi seorang imam dan khatib. Hal tersebut merupakan salah satu syarat dalam menjalankan ajaran islam yang diperintahkan oleh Allah dan rasulnya .
Ajaran Islam sebagai risalah samawi yang universal, datang untuk mengatur kehidupan manusia dalam berbagai aspek, baik dalam aspek spiritual, maupun aspek material (Sodikin, 2003).
Artinya, Islam tidak hanya membahas tentang akidah, tetapi juga mencakup system politik, sosial, budaya, dan perekonomian yang ditujukan untuk seluruh manusia. Inilah yang diungkapkan dengan istilah Ad-Din yang mencakup masalah akidah dan syariah. Salah satu tempat yang dijadikan pelaksanaan risalah islam itu adalah masjid (Rozalinda, 2014).
Masjid merupakan lembaga yang sangat penting bagi seluruh masyarakat muslim dinegara multi rasial dan agama seperti Indonesia (Zaman, 2019) . Peran masjid terbukti sangat penting sebagai wadah untuk mempersatukan ummat diantaranya pelaksanaan shalat berjamaah, karena shalat berjamaah
lebih utama dibandingkan dengan shalat sendirian baik itu dari segi nilai maupun manfaat yang akan diperoleh.
Kemudian shalat jum’at yang diiringi khutbah jumat juga merupakan syarat sahnya dalam pelaksanaan shalat jumat.
Sepanjang pengetahuan penulis berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh Tim Survey DPMD Provinsi Sumatera Barat bersama Dosen Pembimbing Lapangan ( DPL ) dari berbagai kampus dengan pemerintah Nagari Muaro Aie dalam rangka penetapan lokasi KKN-PPM TERPADU TUAH SAKATO 2022, permasalahan utama dari pengabdian masyarakat di Nagari Muaro Aie, Kecamatan IV Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan yaitu terdapat permasalahan yang perlu diatasi sedini mungkin, yang selama ini masih belum ada kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Muaro Aie dengan Perguruan Tinggi Islam yang tergabung dalam kegiatan KKN-PPM TERPADU TUAH SAKATO 2022, khususnya berharap kepada UIN Mahmud Yunus Batusangkar, UIN Syech M Jamil Jambek Bukittinggi dan UIN Imam Bonjol Padang untuk melakukan pendampingan pembinaan dalam bidang keagamaan berupa pendampingan pembinaan imam dan khatib. Dikarenakan setiap akan melaksanakan shalat jumat pengurus mesjid dan pemerintah nagari disibukkan untuk mencari khatib dari luar daerah dan memakan biaya yang lumayan banyak. Atas dasar tersebut pemerintah nagari berharap kepada para mahasiswa untuk dapat melakukan pendampingan pembinaan imam dan khatib di Nagari Muaro Aie selama masa pengabdiannya.
Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk melakukan
pendampingan pembinaan imam dan khatib, dikarenakan kedua hal ini merupakan yang terpenting dalam menjalankan ibadah kepada Allah dan bersama mahasiswa kkn akan melaksanakan pendampingan pembinaan imam dan khatib selama masa pengabdian di Nagari Muaro Aie, khususnya bagi mahasiswa yang tergabung dari perguruan tinggi islam demi memenuhi kebutuhan terselenggaranya kegiatan ibadah (sholat) dan kegiatan keagamaan dengan baik.
METODE
Teknik pendampingan pembinaan imam dan khatib ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat di Nagari Muaro Aie Kecamatan IV Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan pendekatan Participatory Action Research ( PAR ).
PAR merupakan pendekatan yang prosesnya bertujuan untuk pembelajaran kebutuhan masyarakat, serta menghasilkan ilmu pengetahuan, dan proses perubahan sosial keagamaan (Afandi, 2013) . Maksudnya adalah pengabdian ini bertujuan untuk menjawab kebutuhan masayarakat dan pemerintah nagari tentang permasalahan pendampingan pembinaan imam dan khatib di nagari muaro aie yang selama ini belum berjalan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, dilakukan pendampingan pembinaan imam dan khatib menggunakan pendekatan ini dengan tujuan untuk sarana membangkitkan kesadaran para generasi akan pentingya menjadi seorang imam dan khatib.
Pengabdian ini juga merupakan proses riset yang bergerak untuk pemberdayaan perubahan, yakni
pemberdayaan masyarakat dan pemerintah nagari untuk melahirkan kader imam dan khatib yang baik dan benar (Afdi, Utamy, & Efendi, 2022) . Kemudian pengabdian akan melakaukan tiga tahap dalam melaksanakan pendampingan pembinaan imam dan khatib di nagari muaro aie yaitu: pertama pemberian materi yang berkaitan tentang imam dan khatib. Kedua melaksanakan praktek didepan kelas dan ketiga langsung praktek di mimbar ketika hari jumat.
Hal ini dilakukan demi teratasi permasalahan yang ada di nagari tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Pengabdian kepada masyarakat yang berkaitan dengan masalah pembinaan keagamaan. Pembinaan adalah mengusahakan yang lebih baik. (Hasan., 2005) . Sesuatu yang tidak baik agar menjadi lebih baik, maka dilakukan pembinaan. Pembinaan yang dilaksanakan dalam ruang lingkup sebagai Imam dan Khatib. Imam dan Khatib merupakan bagian dari ajaran islam yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh umat islam.
Keduanya adalah bagian dari sekian banyak amalan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul dalam melaksanakan ajaran agama islam. Terlepas bagi seorang muslim menjadi khatib atau tidak, memahami dan mendalami perkhatiban dan perkhotbahan merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu penulis akan menjelaskannya sebagi berikut:
1. Imam
Dalam Bahasa Arab, kata imam bisa mengacu kepada dua pengertian
yang berbeda, yaitu Pertama adalah imam sughra dan kedua adalah imam kubra. Yang di maksud imam sughra adalah imam dalam shalat berjamaah. Sedangkan imam kubra maksudnya adalah pemimpin atau kepala negara. Secara bahasa, kata imam punya banyak makna. Di antara makna itu adalah al-qashdu yang berarti tujuan atau arah. Selain itu imam juga bermakna at-taqaddum yang bermakna maju kedepan (Az- zuhaili, 2011).
Menurut istilah, yang dimaksud dengan imam dalam shalat adalah orang yang shalat nya diikuti orang shalat yang lain dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam syariah, Imam disebut juga khalifah yaitu penguasa atau pemimpin tertinggi rakyat. Di dalam al-Qur‟an disebutkan kata imam (pemimpin) dan aimmah (pemimpin-pemimpin) (Az-zuhaili, 2011).
Menurut wahbah al-Zuhaili, kata imam mempunyai dua pengertian luas dan sempit. Definisi yang luas berarti hak pengendalian yang menyeluruh atas manusia atau memberikan ketaatan pada ketua dalam perkara agama dan dunia.
Dalam pengertian sempit, maksudnya adalah imam shalat yang berarti hubungan shalat seseorang dengan imamnya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa imam adalah orang yang memimpin pelaksanaan shalat jamaah.
Menurut Imam Ahmad Ibn Hanbal orang yang lebih mengerti hukum agama dan bagus bacaanya harus didahulukan untuk menjadi imam, kemudian orang yang lebih baik bacaannya saja, kemudian orang yang lebih faham
hukumhukum salat, kemudian orang yang lebih baik bacaannya tetapi tidak tahu hukum salatnya, kemudian orang yang lebih dahulu hijrah, kemudian orang yang lebih taqwa, kemudian orang yang lebih wara‟. Dan kalau semua sama, hendaknya diundi.
Sebagai sumber pokok hukum Islam, didalam Al-qur’an maupun al- Sunnah banyak yang menyebutkan tentang Imam, serta memerintahkan secara jelas dan tegas Untuk menjadi imam, Imam dalam shalat merupakan salah satu syarat bagi terlaksananya salat yang dilakukan secara berjamaah. Tanpa imam, salat berjamaah tidak akan terselenggara dengan baik. Maka dari itu, untuk kelancaran salat berjamaah perlu ada imam tetap atau imam pengganti.
Untuk menetapkan seseorang menjadi imam, baik imam tetap maupun imam pengganti terdapat beberapa kriteria atau syarat yang harus dijadikan acuan (Al-Jazairy, 2014) , diantaranya yaitu sebagi berikut :
a. Islam. tidak sah bila imam itu orang kafir, disepakati oleh semua ulama. Hambali menyebutkan, jika seorang shalat dibelakang orang yang diragukan keislamannya atau ia waria maka shalatnya sah selama belum jelas diketahui kekafiranya atau awal
warianya masih
dipermasalahkan. Karena secara lahir, orang yang shalat itu hanyalah seorang muslim, apalagi ia mengimami kaum laki-laki. Namun, jka setelah shalat baru diketahui dengan jelas kekafiranya atau
bentuknya waria maka orang tadi wajib mengulangi shalatnya. Seseorang bisa dihukumi sebagai muslim jika ia shalat, baik saat berada di daerah perang atau aman.
Baik melakukan shalat secara berjamaah ataupun sendiri.
b. Orang yang paling bagus bacaanya Al-Qur’an nya.
c. Orang yang bagus dalam penguasaan terhadap hadist.
d. Orang yang lebih dulu hijrah.
e. Orang yang lebih tua umurnya
Islam telah mengatur syarat-syarat menjadi imam dalam shalat berjamaah, orang yang utama menjadi imam adalah orang yang paling bagus bacaanya. Jika dalam hal ini mereka sama, maka diutamakan yang lebih bagus penguasaanya terhadap hadits. Jika dalam hal ini mereka sama maka diutamakan yang lebih dahulu hijrah.
Jika dalam hal ini mereka juga sama maka diutamakan yang lebih tua umurnya (Az-zuhaili, 2011).
Berdasarkan hadits Nabi;”
Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Yang mengimami kaum adalah orang yang paling pandai membaca al-Qur'an di antara mereka. Jika dalam bacaan mereka sama, maka yang paling banyak mengetahui tentang Sunnah di antara mereka. Jika dalam Sunnah mereka sama, maka yang paling dahulu berhijrah di antara mereka.
Jika dalam hijrah mereka sama, maka yang paling dahulu masuk Islam di antara mereka." Dalam suatu
riwayat: "Yang paling tua." "Dan Janganlah seseorang mengimami orang lain di tempat kekuasaannya dan janganlah ia duduk di rumahnya di tempat kehormatannya kecuali dengan seidzinnya."( Riwayat Muslim )
Hadis lain : “Dari Malik bin Huwairits bahwa Nabi saw bersabda
“Maka jika telah tiba waktu shalat, hendaklah salah seorang diantara kamu azan, dan yang tertua diantara kamu menjadi imam”. (H.R Al- Bukhari dan Muslim)
Dari hadits diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang diutamakan untuk menjadi imam adalah orang yang pandai bacaan alQuran, yang kedua orang yang bagus penguasaannya terhadap hadits, yang ketiga orang yang dahulu hijrah, kemudian orang yang lebih tua umurnya.
2. Khatib
Khatib adalah orang yang menyampaikan khotbah pada waktu salat Jumat. Biasanya bisa disebut juga juru khotbah (Setiawan, diakses 2022) Khatib merupakan bagian dari ajaran Agama Islam yang harus dipahami dan dipelajari oleh pemeluk agama Islam serta merupakan bagian dari sekian banyaknya amalan ritual dari agama tersebut.
Pada dasarnya khatib adalah perwakilan, atau lazimnya disebut fardhu kifayah (Yosodipuro, Buku PintarKhatib Dan Khotbah Jumat, 2013) . Bila ada seseorang yang mewakili kewajiban tersebut, maka yang lain tidak perlu melakukannya.
Khatib adalah pemberi nasehat, peringatan, dan ajaran, atau sering disebut dengan dakwah.
Hal ini tidak dikhususkan dengan seorang saja tapi bagi setiap muslim diharuskan bisa untuk bertindak sebagai khatib dan hendaknya setiap muslim diharuskan siap dan dapat menjadi khatib kapan saja, sehingga ketika ada seorang khatib yang sudah dijadwalkan di masjid tertentu berhalangan hadir karena suatu hal, tidak perlu menunggu atau mencari sana sini dan takmir mesjid pun tidak pusing mencari siapa penggantinya. Adapun tahapan yang harus di persiapkan ketika menjadi seorang khatib, di antaranya :
a. Persiapan Khatib
Secara teknis para khatib perlu memperhatikan hal-hal berikut ini agar saat berkhutbah tidak menemukan kesulitan-kesulitan (MZ, 2015).
1) Pakailah pakaian yang rapi dan sederhana, sesuaikan dengan tempat mesjid dimana berkhutbah.
Pakaian khatib harus rapi, tidak mesti harus mahal yang penting seorang khatib harus nampak bersahaja dan berwibawa sewaktu melakukan khutbah. Dan jangan pula pakaian khatib terlalu berlebihan sehingga menimbulkan rasa kurang enak dikalangan jamaah sewaktu melihat khatib tersebut
2) Pastikan keadan fisik yang mantap dan sehat. Khatib tidak dibenarkan sewaktu melakuakan khutbah dalam keadaan kurang sehat alias sakit. Khatib harus benar-benar dalam keadaan sehat agar sewaktu berkhutbah tidak ada gangguan yang disebabkan oleh kesehatan.
3) Materi khutbah hendaknya dipersiapkan dengan baik dan terencana bila perlu didiskusikan terlebih dahulu dengan teman, dan buatlah poin-poinnya agar sistematika pembicaraan bisa diatur dan tidak mengambang.
4) Bagi pemula, upayakan selalu berlatih terlebih dahulu, dicoba pada acara ceramah atau pengajian, baru setelah merasa yakin dan percaya diri, maka baru dicoba menjadi khatib
5) Materi harus dipilih yang penting dan mendesak serta diperlukan oleh jamaah dan perbanyaklah mencari bahan dan sumber melalui buku-buku, kitab- kitab, koran, berita, internet dan pengalaman langsung
6) Jangan melakukan khutbah ketika pikiran sedang kacau, lapar ataupun haus. Hendaknya
Khatib sewaktu
menyampaikan materi khutbah harus dalam keadaan fit, baik dalam
segi fisik maupun psikis
agar apa yang
disampaikan penuh makna dan bermanfaat serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang mendengarnya
7) Apabila jamaah makin banyak, maka volume suara harus bertambah keras, dan bahasa mudah dipahami.
b. Syarat Khatib
Syarat adalah hal yang harus dipenuhi dalam mengerjakan sesuatu agar dapat terlaksana. Syarat khutbah berarti hal-hal yang harus dipenuhi sebelum atau saat akan melakukan khutbah.
Khutbah jumat merupakan rangkaian ibadah dalam shalat jumat, untuk itu syarat- syarat tertentu harus dipenuhi agar khutbah dapat terlaksana dan sah.
Di antara syarat khutbah jumat adalah (Rifa'i, 1981) : 1) Khatib harus suci dari
hadas besar dan kecil.
Seorang khatib harus suci dari hadas besar maupun kecil, artinya seorang khatib tidak boleh berkhutbah apabila dalam keadaan junub ( yang dapat dihilangkan dengan madi junub ) dan berhadas kecil ( yang dapat dihilangkan dengan berwudhu).
2) Pakaian khatib harus suci dari najis, apakah itu najis
berat, sedang maupun ringan, yang dapat
merusak bahkan
membatalkan pelaksanaan khutbah jumat dan shalat jumat sekaligus.
3) Khatib harus menutup aurat, Sebagaimana layaknya melaksanakan shalat, khatib juga harus menjaga auratnya selama pelaksanaan khutbah.
Karena apabila aurat terbuka disaat pelaksanaan khutbah, maka khutbah tersebut akan batal.
4) Khatib harus berdiri bila mana kuasa. Kuasa adalah salah satu syarat bagi seorang khatib dalam melaksanakan khutbah.
Maksudnya khatib harus benar-benar berdiri dalam berkhutbah. Berbeda halnya jika tidak mampu untuk berdiri, maka posisi duduk diperbolehkan.
5) Khutbah harus
dilaksanakan pada waktu dzuhur, sesudah matahari terbit dimana didalam nya terdapat khutbah jumat Artinya apabila pelaksanaan khutbah dilaksanakan diluar waktu tersebut maka hukumnya batal.
6) Setelah menyampaikan khutbah pertama, khatib harus duduk sebentar dengan tenang, barulah setelah itu khatib menyampaikan khutbah kedua hingga menutupnya.
7) Suara khatib harus keras dan lantang dalam menyampaikan khutbah tidak boleh terlalu pelan sehingga jemaah tidak mendengar apa yang disampaikan oleh khatib.
Terlebih, apabila jemaah jumat melebihi 40 orang, maka suara khatib diharuskan lebih keras sehingga dapat didengar oleh seluruh jemaah yang hadir terhadap apa yang disampaikan.
8) Penyampaian khutbah harus dilaksanakan berturut-turut tidak boleh ada jeda terlalu lama antara khutbah pertama dan khutbah kedua, dan antara khutbah dengan shalat jumatnya, karena ini bisa membatalkan pelaksanaan khutbah bahkan shalat jumatnya.
9) Khatib harus
menyampaikan rukun- rukun khutbah dengan bahasa arab. Adapun yang selain rukun boleh dengan bahasa daerah masing- masing.
c. Rukun Khutbah Jumat
Rukun adalah suatu urusan yang harus dipenuhi, yang jika ditinggalkan perbuatan itu batal secara hukum atau tidak sesuai dengan ketetapan yang sudah ditentukan. Misalnya dalam shalat fardhu, setelah takbiratul ihram adalah membaca doa iftitah
kemudian surat al-fatihah.
Bila seorang setelah melakukan takbiratul ihram kemudian sujud , bukan membaca surat al-fatihah berarti ia tidak melaksanakan shalat sesuai dengan urutan, maka batallah ibadah shalat tersebut. Demikian juga dengan rukun khutbah, bila ada urutan tertentu yang tertinggal atau terlewati maka khutbah dinyatakan tidak sempurna atau batal.
Diantara rukun khutbah adalah (Yosodipuro, 2012) : 1).Hamdalah
Hamdalah atau bacan tahmid adalah ucapan pujaan atau pujian yang ditujukan kepada allah. Lafadz hamdalah in tergantung kemampuan seorang khatib merangkai kalimat pujian.
Contoh bacaan hamdalah yaitu (MZ, 2015) :
ْﻩُﺮِﻔْﻐَﺘْﺴَﻧَﻭ ُﻪُﻨْﻴِﻌَﺘْﺴَﻧَﻭ ُﻩُﺪَﻤْﺤَﻧ ِﻪﻠِﻟ َﺪْﻤَﺤْﻟﺍ َّﻥِﺇ
ِﺕﺎَﺌِّﻴَﺳ ْﻦِﻣَﻭ ﺎَﻨِﺴُﻔْﻧَﺃ ِﺭْﻭُﺮُﺷ ْﻦِﻣ ِﻪﻠﻟﺎِﺑ ُﺫﻮُﻌَﻧَﻭ
ْﻦَﻣَﻭ ُﻪَﻟ َّﻞِﻀُﻣ َﻼَﻓ ُﻪﻠﻟﺍ ِﻩِﺪْﻬَﻳ ْﻦَﻣ ،ﺎَﻨِﻟﺎَﻤْﻋَﺃ .ُﻪَﻟ َﻱِﺩﺎَﻫ َﻼَﻓ ْﻞِﻠْﻀُﻳ
Atau
ىعٰعَ عَريقُعُرْعُ قِقِ عَ ،عَيقُعَاعُرَا بقّعْ ق ز قَ عُرُعَرَا عىٰعَ عِعَزَْا عَ عَعَزصَا عَ ،قَْبقَُا عَ اعيرُيَُا قْوعَعَ
قِقَرَعَ عَ قِقَآ عىٰعَ عَ عَيقٰعْ رّعُـَاقَعّرْعَ
عُرُعِ ازَعَ ،عَيقُـعُـرْعَ
2).Syahadat
Syahadat adalah kalimat persaksian kepada allah dan
rasulullah. Umumnya kalimat syahadat ini disebut syahadatain, yang berarti dua kalimat syahadat. Contoh bacaan syahadat, yaitu (Yosodipuro, 2013):
ادُزُعَعَ زَعَ عُعَرْعَ عَ عِعَ عَرْ قّعْ عا عُعُرْ عَ عل زاقَ عِعَقَ عا رَعَ عُعَرْعَ
.عُعُرُعِ زّقَعُ عا عِعَ روعْعْ عَ عُعُرَعَ
3).Shalawat
Shalawat adalah bacaan doa yang diperuntukkan kepada rasulullah. Shalawat yang biasa dibca dalam khotbah jumat adalah bacaan shalawat yang ditujukan kepada nabi muhammad, para sahabat beliau dan rasul allah yang lain. Contoh bacaan shalawat yaitu (Yosodipuro, 2013):
عَقَعُ رَعَ عَ قِقَرَعَ عَ قِقَآ ىعٰعَ عَ دُزُعَعَ اُقُبيْ ىعٰعَ قبِعَ زْعَزَٰعا
؛عُرُعِ ازَعَ .عُاعُعُ
4)Wasiat Takwa
Wasiat Takwa bertujuan untuk mengingatkan para jemaah untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada allah.
5)Membaca Al-Quran
Al-quran yang dibaca sesuai dengan tema yang akan dijabarkan
6) Berdoa Untuk Kaum Muslimin
Doa dibaca sebagi penutup khutbah, panjang pendeklnya doa tergantung kepada khatib,dan dianjurkan menggunakan bahasa atau dibolehkna menggunakan bahasa yang lain.
d. Sunnah Khutbah Jumat, Sebagai berikut (Syamsul Rizal, 2021):
1) Suci dari hadas dan menutup aurat menurut mayoritas ulama
2) Dilakuakn diatas mimbar, sesuai kesepakatan para ulama untuk mengikuti sunnah. Disunnahkan mimbar berada disebelah kanan mihrab karena seperti itulah rasulullah
saw meletakkan
mimbarnya. Hendaknya jarak antara mimbar dengan kiblat sekitar satu atau dua dziraa’ (45 cm ) 3) Khatib duduk diatas
mimbar sebelum memulai khutbah, untuk mengikuti sunnah.
4) Khatib menghadapkan wajahnya kearah jemaah tanpa menoleh kanan dan kiri, ini sesuai dengan
sunnah menurut
kesepakatan ulama. Hadis nabi : adalah rasulullah saw apabila duduk di atas mimbar, kami menghadapi beliau dengan muka-muka 5) Khatibkami mengucapkan salam kepada jamaah ketika naik ke atas mimbar 6) Azan dilakukan oleh satu
muadzin, bukan oleh banyak orang, yaitu didepan khatib ketika ia sudah naik mimbar.
7) Memulai dengan hamdalah dan puji-pujian kepada allah swt, membacakan dua kalimat
syahadat dan shalawat kepada rasulullah kemudian khatib menyampaikan nasehat dan peringatan, membaca beberapa ayat al-quran, menyampaikan dua khutbah, lalu duduk diantara dua khutbah.
Selanjutnya di awal khutbah kedua khatib mengulang bacaan hamdalah dan puji-pujian serta membaca shalawat kepada rasulullah saw dan berdoa.
8) Khatib hendaknya memegang tongkat dengan tangan kirinya.
Karena rasulullah setiap kali berkhutbah beliau memegang tongkat. Dan
juga hal ini
menghindarkan agar tangan khatib tidak terlalu banyak bergerak yang dapat menimbulkan hal
makhruh dalam
pelaksanaan khutbah 9) Khatib hendaknya tidak
memperpanjang
khutbahnya dan
memanjangkan shalatnya 10) Khatib hendaknya
mengeraskan suara ketika khutbah
11) Membaca ayat dalam khutbah
e. Hal – Hal Yang Membatalkan Khutbah Jumat
1) Tidak terpenuhi salah satu syarat dan rukun khutbah 2) Khatib terbuka auratnya
saat berkhutbah
3) Khatib berhadas saat berkhutbah
4) Khatib terkena najis
5) Berhenti terlalu lama dintara khutbah pertama dan kedua
6) Khatib turun dari mimbar ketika khutbah belum selesai
Pembahasan
1. Gambaran Umum Lokasi Pengabdian
Nagari Muaro Aie berada di kecamatan IV nagari bayang utara, kabupaten pesisir selatan, provinsi sumatera barat. Luas nagari 23,80 kilometer persegi atau 9,49 persen dari luas wilayah kecamatan iv nagari bayang utara. Jarak dari kantor walinagari ke ibukota kecamatan adalah 9 kilometer, kepainan 33 kilometer dan kekota padang 86 kilometer. Nagari Muaro Aie berpenduduk 390 jiwa ( 2018 ) terdiri dari 198 laki-laki dan 192 perempuan, serta 91 rumah tangga.
Terdiri dari 2 kampung yaitu kampung koto dan kampung dilan. Nagari muaro aie memiliki 1 unit fasilitas kesehatan yai puskesmas pembantu, i unit fasilitas keagamaan yaitu masjid dan 1 unit fasilitas daerah yaitu pasar.
2. Deskripsi Proses Kegiatan
Pembinaan imam dan khatib dilaksanakan disekolah yang bertujuan untuk melatih generasi selanjutnya guna mempersiapkan generasi muda yang paham akan agama islam dan cinta dalam menyebarkan agama islam dimanapun mereka berada. Pembinaan imam dan khutbah jumat dilakukan dengan 3 tahap, diantaranya :
No Tahapan 1 Pemberian Materi 2 Praktek Khutbah
Didepan Kelas
3 Praktek Khutbah Di Mimbar
a. Tahap Pertama (Pemberian Materi )
1. Khutbah Jumat
Dalam pemberian materi memiliki tiga orang pemateri, diantaranya yaitu pemateri pertama dari UIN Iman Bonjol bernama Innamul Ikwana yang menyampaikan tentang rukun, syarat dalam berkhutbah.
Gambar 1 Penyampaian Materi
khutbah jumat Kemudian pemateri ke-2 dari UIN Syekch M Djamil Djambek Bukittinggi bernama Al Ashfi Warrayhan menyampaikan materi tentang khutbah pertama, mulai dari salam pembuka sampai kepada khatib duduk untuk khutbah pertama.
Selanjutnya pemateri ketiga dari UIN Mahmud Yunus Batusangkar bernama Randi Purnama yang menyampaikan materi tentang khutbah kedua mulai
dari pembacaan muqadimah sampai kepada berakhirnya khutbah kedua.
Gambar 2
Penyampaian Materi khutbah Jumat
2. Imam
Materi tentang imam diberikan oleh Randi Purnama ketika mengajar di TPQ, dengan sistemnya berikut :
Pertama, dilakukan kegiatan tahsin untuk memperbaiki bacaan para peserta yang akan menjadi imam.
Kedua dilanjutkan dengan tahfidz Al- Qur’an yang berguna bagi imam dalam memimpin shalat, semakin banyak hafalan maka imam semakin banyak variasi ayat yang dibacakannya.
Ketiga, praktek menjadi imam dimasjid yaitu pada shalat magrib dan isyab. Tahap Kedua (Praktek khutbah
Didepan Kelas)
Setelah pemberian materi selesai, kemudian dilanjutkan kepada praktek didepan kelas, sebelum praktek penulis bersama kawan-kawan dari UIN memberikan waktu kepada peserta untuk memahami materi yang sudah diberikan, setelah itu peserta mulai tampil satu persatu sesuai dengan materi yang telah diberikan, dalam penampilan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan baik.
c. Tahap Ketiga ( Praktek Khutbah Di Mimbar Mesjid Sebagai Khatib Dihari Jumat )
Selanjutnya penampilan di masjid sebagai khatib dihari jumat, ini merupakan pengalaman pertama yang tidak terlupakan bagi peserta, karena bisa tampil dengan baik di Masjid Baiturrahman pada hari jumat walaupun ada rasa gerogi dan khawatir dalam menyampaikan materi khutbah.
KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan pengabdian masyarakat di Nagari Muaro Aie, Kec.
IV Bayang Utara sebagai bentuk kegiatan kuliah kerja nyata dari perguruan tinggi islam bertujuan agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat sekitar dalam masalah khatib dan imam dengan menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) dapat disimpulkan bahwa Kegiatan pembinaan berjalan dengan lancar dan baik walaupaun ada halangan yang terjadi, namun dengan kekompakan tim bisa mengatasinya dengan sebaik mungkin. Para peserta sudah mengalami peningkatan pengetahuan tentang khutbah jumat dan dan imam, sebagian yang lain ada yang sudah lancar dan sebagian yang lagi ada yang masih gugup, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat peserta untuk pandai khutbah jumat dan imam.
Demikianlah kebermanfaatan yang dapat diberikan kepada Masyarakat dari Nagari Muaro Aie, semua program yang telah diberikan para mahasiswa selama masa pengabdian dan salah satunya tentang pendampingan pembinaan imam dan khatib. besar harapan para
mahasiswa dari segala perogram yang sudah direalisasikan kepada masyarakatan Nagari Muaro Aie dapat terus dilaksanakan dan diaplikasikan walaupun keberadaan para mahasiswa sudah tidak ada lagi di sekitar Nagari Muaro Aie. Semoga segala ilmu yang dipelajari dapat bermanfaat dan berkah hingga bisa diwarisi ke generasi-gerasi selanjutnya. Agar segala hal kehidupan di Nagari Muaro Aie bisa berjalan dengan lancar , berkah, nyaman dan damai.
REFERENSI
Afandi. (2013). Articipatory Action Research (PAR) Metodologi Alternatif Riset Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Transformatif. . In Africa’s potential for the ecological intensification of agriculture.Vol. 53, Issue 9.
Afdi, B., Utamy, H. R., & Efendi, R. (2022).
Techniques for Formation of Nagari Rules in Nagari Tuo Pariangan.
Marawa, 33.
Al-Jazairy, S. A. (2014). Minhajul Muslim Pedoman Hidup Harian Seorang Muslim.Jakarta: Ummul Qura.
Az-zuhaili, W. (2011). fiqih Islam Wa Adillatuhu, ahli bahasa oleh Abdul Hayyie alKattani.Jakarta: Gema Insan.
Hasan., A. (2005). kamus besar bahasa indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
MZ, L. (2015). Kumpulan Khutbah Jum'at.
Jakarta: Sandro Jaya.
Rifa'i, H. (1981). fiqh islam lengkap. Toha Putra.
Ritonga, R., & Zainuddin. (1997). Fiqih Ibadah.Jakarta: Gaya Media Utama.
Rozalinda. (2014). Ekonomi Islam teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi . Jakarta: RajaGrafindo.
Setiawan, E. (diakses 2022).
kbbi.kemdikbud.go.id.
Sodikin, R. A. (2003). Memahami Sumber Ajaran Islam.Al-Qalam, 1-2.
Syamsul Rizal, B. K. (2021). PELATIHAN KHATIB JUM’AT BAGI REMAJA MESJID .
Yosodipuro, A. (2012). Buku Pintar Khatib dan Khotbah jumat. jakarta: Kompas Gramedia.
Yosodipuro, A. (2013). Buku PintarKhatib Dan Khotbah Jumat. Gramedia Pustaka Utama.
Zaman, W. K. (2019). Masjis Sebagai Pusat Dakwah di Kampung . At-Tabsyir, 367.