• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)(2)Comparison of Palm Oil Growers PIR-BUN program and Non PIR-BUN in Kenagarian Manggopoh, Lubuk Basung Subdistrick Agam District.

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1)(2)Comparison of Palm Oil Growers PIR-BUN program and Non PIR-BUN in Kenagarian Manggopoh, Lubuk Basung Subdistrick Agam District."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Comparison of Palm Oil Growers PIR-BUN program and Non PIR-BUN in Kenagarian Manggopoh, Lubuk Basung Subdistrick Agam District.

By :

Melisa Oktavia*, Drs. Dasrizal, MP**, Aslan Sari Thesiwati, SP, M. Si**

*) University Student Program Education Study Geography STKIP PGRI West Sumatera

**) Lecturer Program Education Study Geography STKIP PGRIWest Barat

This study aims to determine Comparative data on Palm Oil Growers Program and Non PIR PIR-BUN-BUN in Kenagarian Manggopoh Lubuk Basung Subdistrick Agam District: 1) The difference in the processing of oil palm land, 2) Differences in seeding and planting, 3) The difference in maintenance palm oil, 4) difference palm oil yield and 5) marketing difference.

The research is a comparative descriptive. The study population was a palm oil farmer PIR-BUN program and oil palm farmers Non PIR-BUN in Nagari Manggopoh totaling 912 farmers. The sample in this study were taken with a proportional random sampling technique with a proportion of 10% of each population so that the sample was 91 families of farmers.

Results of the study found that: (1) There is no difference between the land preparation for oil palm farmers PIR-BUN with palm oil farmers Non-PIR-BUN, (2) There is no difference between the nursery and the planting of oil palm farmers Farmers PIR-BUN with palm Non-PIR- BUN, (3) There were no differences between the maintenance of oil palm smallholders PIR-BUN with palm oil farmers Non-PIR-BUN, (4) There is no difference between the palm oil of oil palm growers PIR-BUN with farmers palm oil Non-PIR-BUN, (5) There is no difference between farmers palm marketing PIR-BUN with palm oil farmers Non-PIR-BUN.

Keyword: Palm Oil Growers PIR-BUN program and Non PIR-BUN Comparison of Palm Oil Growers PIR-BUN program and Non PIR-BUN

PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada bangsa Indonesia untuk melakukan aktivitas hidup. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk meningkatkan potensi dan pengembangan sektor pertanian.

Pengembangan sektor pertanian tidak hanya berorientasi pada ptanaman pangan saja, tetapi juga memberikan prioritas pada komoditi tanaman lain untuk berkembang, seperti tanamah holtikultura, tanaman perkebunan dan lain-lain.

Tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditi ekspor di Indonesia, salah satunya adalah tanaman kelapa sawit.

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia. Kelapa sawit di Indonesia sebagian besar berasal dari daerah Sumatera.

(Satistik perkebunan 2008-2010).

Tanaman kelapa sawit pada mulanya hanya diusahakan oleh perkebunan besar di Indonesia, namun semenjak tahun 1977 sampai tahun 1978 bertekad mengubah situasi tersebut dengan pengembangan pola perkebunan rakyat melalui sisteam PIR- BUN (Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan), dan pada saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang dengan pesat.

Pola PIR-BUN adalah suatu pelaksanaan pengembangan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan menghubungkan perkebunan rakyat di sekitarnya, sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan. Pola perusahaan inti rakyat perkebunan merupakan salah satu alternative pola pengembangan perkebunan nasional, disamping pola uni kerjasama proyek (UPP), pola swadaya dan pola Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN). Landasan hukum pelaksanaan pola PIR BUN adalah keputusan presiden RI No. 11 Tahun 1974

(3)

tanggal 11 Maret 1974, sebagai keputusan pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun RI.

Sasaran utama pengembangan perkebunan dengan pola PIR-BUN adalah pertanian kecil perkebunan rakyat, hal ini sesuai dengan salah satu tujuan yang diterapkan dalam pengembangan perkebunan pola PIR-BUN tersebut yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peserta.

Program PIR-BUN di Sumatera Barat telah dilaksanakan sejak Pelita III dan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan sesuai dengan ketersediaan lahan. Sampai akhir tahun 1991 realisasi perkembangan perkebunan melalui proyek- proyek PIR-BUN di Sumatera Barat mencapai luas 26.042 Ha yang terdiri dari inti/PTP seluas 9970 Ha dan plasma seluas 16.072 Ha dengan jumlah kepala keluarga petani 4.354 KK (Bappeda Kabupaten Agam, 2013).

Lubuk Basung merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Agam. Kecamatan ini memiliki tanah yang subur dan terletak pada ketinggian rata-rata 39 dari permukaan laut (BPS, 2013) serta memiliki curah hujan yang cukup tinggi, penggunaan lahannya didominasi oleh kegiatan pertanian (sawah, ladang dan perkebunan).

Perkebunan di Kecamatan Lubuk Basung sangat bervariasi, diantaranya perkebunan kelapa, coklat, jeruk, kelapa sawit dan lain sebagainya. Pembubidayaan kelapa sawit pada awalnya hanya diusahakan dan diolah oleh pihak swasta seperti adanya PT. KAMU, PT. Ceria Agam dan adanya pola perkebunan melalui sistem PIR-BUN (Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan).

Pengelolaan tanaman kelapa sawit program PIR-BUN ada dua jenis kerjasama petani plasma dalam melaksanakan kegiatan, yaitu secara kolektif dan non kolektif.

Kelompok kolektif segala sesuatu berhubungan dengan kebun, baik pemeliharaan maupun panen dilakukan secara perorangan tapi pemasaran hasilnya dibagi rata, sedangkan pada kelompok non kolektif pemeliharaan dan panen dilakukan secara perorangan tetapi pemasarannya hasilnya dilakukan secara bersama.

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi unggulan ekspor bagi Kecamatan

Lubuk Basung. Komoditi ekspor sawit bagi Kabupaten Agam khususnya Indonesia umummnya mempunyai prospek yang cukup cerah di pasaran sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Program PIR-BUN di Kecamatan Lubuk Basung sampai saat ini hanya terdapat di Kenagarian Manggopoh. PIR- BUN ini mulai dibuka pada tahun 1991, atas kesepakatan ninik mamak nagari dengan luas areal plasma 1.025 Ha, dibagikan kepada keponakan yang perekonomiannya rendah yaitu terdiri dari 338 kepala keluarga, dilakukan dengan sistem kerjamasa non kolektif. Namun dilihat dari beberapa tahun terakhir ini masyarakat di Kecamatan Lubuk Basung, khusus di Kenagarian Manggopoh mulai menjadikan tanaman kelapa sawit menjadi tanaman perkebunan rakyat yang mandiri dan jumlah petani yang tidak melalui program ini atau yang disebut juga petani mandiri mencapai 524 kepala keluarga (Kantor Wali Nagari Manggopoh, 2013).

Produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya pengolahan lahan, pemilihan bibit, pemeliharaan dan pemasaran. Petani program PIR-BUN dan Non PIR-BUN memiliki cara yang sedikit berbeda dalam pengelolaan kelapa sawit tersebut sehingga hasil produksi pun berbeda. Petani program PIR-BUN diuntungkan dengan adanya bimbingan dari perusahaan sedangkan petani Non Pir-Bun lebih mandiri dalam melaksanakan aktivitas perkebunan.

Perbedaan antara petani PIR-BUN dan Non PIR-BUN di Kenagarian Manggopoh tentu saja menimbulkan perbedaan terhadap berbagai hal, diantaranya pengolahan lahan, pembibitan, penanaman dan pemasaran, terutama dalam hal fasilitas pemasaran dan akses jalan, maka untuk melihat perbedaan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Komparasi Petani Kelapa Sawit Program PIR-BUN dan Non PIR-BUN di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam”

METODE PENELITIAN

Berdasarkanbatasanmasalah,

rumusanmasalah, dantujuanpenelitian yang ingindicapaimakapenelitianinitergolongdala

(4)

mpenelitianDeskriptifKomparatif.Penelitian Komparatifbertujuanuntukmembandingkanb

eberapa variable yang

adapadaduaataulebihkelompokPabundu (2005:

4).Metodekomparatifmerupakanbentukanalis

is data

penelitianuntukmengujiadatidaknyaberbedaa natauperbedaankeberadaanvariabeldariduake lompokataulebih.

Sesuaidengantujuanpenelitian yang

telahdirumuskanmaka yang

menjadipopulasipetani kelapa sawit Program PIR-BUN dan Non PIR-BUN yang terdapat di

KenagarianManggopohKecamatanLubukBas ungKabupatenAgam.

Sampelrespondendalampenelitianini, berdasarkanArikunto (2006), jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik proportional random sampling denganproporsi 10% dari masing- masing populasi sehingga sampel berjumlah 91 KK petani kelapa sawit Program PIR- BUN dan petani kelapa sawit Program Non PIR-BUN.

HASIL PENELITIAN

Analisa penelitian ini ditujukan melihat Komparasi Petani Kelapa Sawit Program PIR-BUN dan Non PIR BUN di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam, sebagai berikut:

Pertama, tidak terdapat perbedaan yang

signifikandalampengolahanantaraPetani Kelapa Sawit Program PIR-BUN dan Petani Kelapa Sawit Program Non PIR-BUN di KenagarianManggopohKecamatanLubukBas ungKabupatenAgam. Pengolahanlahan yang dilakukanolehpetani PIR-BUN dan non PIR- BUN

umumnyahampirsamadaricarapembukaanlah an, alasan menggunakan sistem pembukaan lahan, keuntungan memilih sistem yang dipilih dalampembukaanlahandankendala dalam memilih sistem pembukaan lahan.

Nilaithitung = 1,423derajat kebebasan 87,90sedangkan t tabel (n = 91) pada taraf signifikansi 5% adalah -1,662. Dengan demikian nilai t hitunglebih kecil dari t tabel,

berarti tidakterdapat

perbedaandalampengolahankelapasawitantar a Petani PIR-BUN dan Petani non PIR- BUN , Berarti hipotesis yang diajukan ditolak.

Kedua, tidak terdapat perbedaan yang signifikandalampembibitandanpenanamanan taraPetani Kelapa Sawit Program PIR-BUN dan Petani Kelapa Sawit Program Non PIR-

BUN di

KenagarianManggopohKecamatanLubukBas ungKabupatenAgam.

Pembibitandanpenanaman yang dilakukanolehpetani PIR-BUN dan non PIR- BUN

umumnyahampirsamadilihatdaricaramemper olehbibitkelapasawit,

waktupembibitankelapasawit,

kendaladalampembibitan, waktupenanaman, waktupemindahan,

jarakpenanamandankendalapenanaman Nilai tdiperoleh = 1,135 derajat kebebasan 89, sedangkan ttabel(n = 91) pada taraf signifikansi 5% adalah 1,66. Dengan demikian nilai t hitunglebih kecil dari t tabel, berarti tidakterdapat perbedaan pembibitan dan penanaman antara Petani PIR-BUN dan Petani non PIR-BUN.

Ketiga, tidak terdapat perbedaan yang signifikandalampemeliharaanantaraPetani Kelapa Sawit Program PIR-BUN dan Petani Kelapa Sawit Program Non PIR-BUN di KenagarianManggopohKecamatanLubukBas ungKabupatenAgam.Pemeliharaan yang dilakukanolehpetani PIR-BUN dan non PIR- BUN

umumnyahampirsamadilihatdaripemupukan,

jenispupuk yang dipakai,

caramelakukanpemupukan,

frekuensipemupukan, banyakpupuk yang dibutuhkan,

kendaladalammelakukanpemupukan,

carapenyiangan, jenispestisida yang dipakai, frekuensipenyiangan,

alasanmenggunakanpesitisidadantidakmengg unakanpestisidaketikapenyiangan.

Gulma adalah tumbuhan liar yang sangat mengganggu tanaman di perkebunan,

(5)

termasuk kelapa sawit. Gulma yang tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menurunkan produksi. Gulma menjadikan tanaman pokok berkompetisi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya maupun CO2. Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tanaman inang bagi hama dan penyakit. (Sunarko, 2007: 36).

Keempat, tidak terdapat perbedaan yang signifikandalampanenantaraPetani Kelapa Sawit Program PIR-BUN dan Petani Kelapa Sawit Program Non PIR-BUN di KenagarianManggopohKecamatanLubukBas ungKabupatenAgam.Panen yang dilakukanolehpetani PIR-BUN dan non PIR- BUN

umumnyahampirsamadilihatdarimasapanen, frekuensipanen/bulan, carapanen, hasilpanendalam 1 bulandansistemtenaga yang digunakan.

Nilai T hitung = -0,346 derajat kebebasan 167,971, sedangkan ttabel(n = 91) pada taraf signifikansi 5% adalah 1,662.

Dengan demikian nilai thitunglebih kecil dari t tabel, berartitidak terdapat perbedaan panen antara Petani PIR-BUN dan petani non PIR- BUN Berarti hipotesis yang diajukan ditolak.

Kelima, tidak terdapat perbedaan yang signifikandalampemasaranantaraPetani Kelapa Sawit Program PIR-BUN dan Petani Kelapa Sawit Program Non PIR-BUN di KenagarianManggopohKecamatanLubukBas ungKabupatenAgam.Pemasaran yang dilakukanolehpetani PIR-BUN dan non PIR- BUN

umumnyahampirsamadilihatdaripemasaranh asilpanen, frekuensipemasaran, frekuensipemasaranbuahkelapasawitpadaten gkulak, hargajualpadakoperasi, hargajualpadatengkulak,

kondisijalandarikebuntempatpenjualandanko ndisijalanketempatpemasaran,

jumlahangkutan yang tersedia, kendaladalampemasarandanfasilitaspemasar anhasilpanen.

Nilai thitung= 0,246 derajat kebebasan 88,926, sedangkan t tabel(n = 91) pada taraf signifikansi 5% adalah 1,662. Dengan demikian nilai t hitunglebih kecil dari t tabel, berarti tidakterdapat perbedaan pemasaran

antara petani PIR-BUN danpetani non PIR- BUN.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Tidakterdapat perbedaan pengolahan lahan kelapa sawit antara petani PIR-BUN dan Non PIR-BUN di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam 2. Tidak terdapat perbedaan

pembibitan dan penanaman antara petani PIR-BUN dan petani Non PIR-BUN sawit di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam

3. Tidak terdapat perbedaan pemeliharaan kelapa sawit antara petani PIR-BUN dan Non PIR-BUN di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam

4. Tidak terdapat perbedaan perbedaan panen kelapa sawit antara petani PIR-BUN dan Non PIR-BUN di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam 5. Tidak terdapat perbedaan pemasaran

kelapa sawit antara petani PIR-BUN dan Non PIR-BUN di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

B. Saran

1. Diharapkan kepada Petani kelapa Sawit Non PIR-BUNuntuk lebih memperhatikan

carapengolahanlahan yang baiksehinggdapatmeningkatkanprod uksi.

2. Diharapkan kepada Petani kelapa Sawit Non PIR-BUNuntuk lebih memperhatikan

pembibitandanpemeliharaan

3. Diharapkan kepada Petani kelapa Sawit Non PIR-BUNuntuk lebih memperhatikan pemeliharaan.

(6)

4. Diharapkankepadapemerintahuntuk memperbanyak program PIR-BUN

kelapasawit di

KecamatanLubukBasung,

karenalahan yang

tersediamasihmemadai

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Pabundu Tika,(2005) .Metode Penelitian

Geografi.Bumi Aksara.Jakarta.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit.

Jakarta: Agromedia

Kantor Wali Nagari Manggopoh, 2013.

Bappeda Kabupaten Agam, 2013.

Satistik perkebunan 2008-2010

Referensi

Dokumen terkait

Analisis vegetasi gulma perkebunan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) di Desa Petai Kecamatan

عباس ا ةيميظنتلا اهحئاولو نيناوقلا نس تاقيبطت : ملسلما عمتجلما يف نوناق ضرف ةلاح فصو نكميف ،مدقت الم احرشو هنأب ملسم دلب يف ةيراجتلا ذفانلما قلغو لوجتلا رظحلا عضخي ةايح ىلع ظافحلا