SURVEY IDENTITAS JALAN DAN FASILITAS PEJALAN KAKI
JL. URIP SUMOHARJO
Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya
Disusun Oleh
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
TAHUN 2023/2024
Valentino Surya F 01.2021.1.06134
Tedy Shahidan Ar - Rizki 01.2022.1.06265
Bayu Setya Airlangga 01.2022.1.06273
Arya Maulana Dicky F 01.2022.1.06287
Hanum Salsa Biella 01.2022.1.06315
Naufal Tristan Xavier 01.2022.1.06326
Yudha Priyo P 01.2022.1.06350
Widia Ade Novita 01.2023.1.90814
SURVEY IDENTITAS JALAN DAN FASILITAS PEJALAN KAKI
JL. URIP SUMOHARJO
Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya
Disusun Oleh
Valentino Surya F 01.2021.1.06134
Tedy Shahidan Ar - Rizki 01.2022.1.06265
Bayu Setya Airlangga 01.2022.1.06273
Arya Maulana Dicky F 01.2022.1.06287
Hanum Salsa Biella 01.2022.1.06315
Naufal Tristan Xavier 01.2022.1.06326
Yudha Priyo P 01.2022.1.06350
Widia Ade Novita 01.2023.1.90814
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
TAHUN 2023/2024
i KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan dokumen laporan survey ini dapat terselesikan. Dokumen ini merupakan laporan dari kegiatan survey Fasilitas Pejalan Kaki yang berlokasi di Jl.
Urip Sumoharjo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur.
Dokumen laporan survey ini mencakup anatara lain adalah pendahuluan, tinjauan pustaka, penyajian data hasil survei dan kondisi eksisting. Dengan selesainya dokumen ini tim penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Kurnia Hadi Putra, S.Pd., M.T. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas.
2. Teman-teman kelompok mahasiswa kami yang telah bekerja sama hingga terselesaikannya laporan ini.
3. Tim penyusun juga meyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan dokumen laporan ini.
Tim penyusun mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan laporan analisis kinerja lalu lintas ini.
Tim Penyusun
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Survey ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 2
1.5 Manfaat Penulisan Laporan Survey ... 2
1.6 Denah Lokasi ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Jalan ... 6
2.2 Fasilitas Pejalan Kaki ... 12
2.3 Pelengkap Fasilitas Pejalan Kaki ... 19
2.4 Bangunan Aksesibel Bagi Difabel ... 24
BAB III PENYAJIAN DATA HASIL SURVEY ... 35
3.1 Waktu dan Lokasi Survey ... 35
3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 35
3.3 Materi Survey... 35
3.4 Peralatan Yang Digunakan ... 35
3.5 Langkah-Langkah Survey... 36
BAB IV KONDISI EKSISTING ... 40
4.1 Trotoar Eksisting ... 40
iii
4.2 Pelengkap Fasilitas Pejalan Kaki ... 43
4.3 Rambu dan Identitas Jalan ... 60
4.4 Bangunan Aksesibel Bagi Difabel ... 74
4.5 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Survey ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Saran ... 77
LAMPIRAN DOKUMENTASI ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
iv DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Lebar Tambahan Trotoar ... 14
Tabel 2.2 Lebar Minimum Trotoar Menurut Penggunaan Lahan ... 15
Tabel 2.3 Jenis dan Lebar Rintangan... 16
Tabel 2.4 Dimensi Kereb ... 20
Tabel 2.5 Ukuran Dasar Ruang Bagi Pemakai Prasarana Aksesibilitas ... 25
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Survey Pelengkap Fasilitas Pejalan Kaki 59 Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Jenis Rambu Jl. Urip Sumoharjo ... 73
Tabel 4.3 Rekapitulasi Identitas dan Fasilitas Pada Pejalan Kaki ... 76
v DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jl. Urip Sumoharjo ... 3
Gambar 1.2 Kondisi Eksisting di Jl. Urip Sumoharjo Pada STA 0+000 ... 4
Gambar 1.3 Kondisi Eksisting di Jl. Urip Sumoharjo Pada STA 0+486 ... 4
Gambar 1.4 Kondisi Jembatan Penyebrangan Pada STA 0+022 ... 5
Gambar 1.5 Kondisi Jembatan Penyebrangan Pada STA 0+370 ... 5
Gambar 2.1 Penampang Melintang Jalan Arteri Primer (Minimal Ideal) ... 7
Gambar 2.2 Penampang Melintang Jalan Arteri Primer (Minimal) ... 7
Gambar 2.3 Penampang Melintang Jalan Arteri Sekunder (Minimal Ideal) ... 8
Gambar 2.4 Penampang Melintang Arteri Sekunder (Minimal) ... 8
Gambar 2.5 Penampang Melintang Jalan Kolektor Primer (Minimal Ideal)... 9
Gambar 2.6 Penampang Melintang Jalan Kolektor Primer (Minimal) ... 9
Gambar 2.7 Penampang Melintang Jalan Kolektor Sekunder (Minimal Ideal) ... 10
Gambar 2.8 Penampang Melintang Jalan Kolektor Sekunder (Minimal) ... 10
Gambar 2.9 Penampang Melintang Jalan Lokal Primer ... 11
Gambar 2.10 Penampang Melintang Jalan Lokal Sekunder ... 11
Gambar 2.11 Ruang Bebas Trotoar ... 14
Gambar 2.12 Lebar Efektif Trotoar ... 17
Gambar 2.13 Konstruksi Trotoar dengan Blok Beton ... 18
Gambar 2.14 Konstruksi Trotoar dengan Beton ... 18
Gambar 2.15 Jenis/Bentuk Kereb ... 20
Gambar 2.16 Dimensi Kereb ... 21
Gambar 2.17 Lampu Penerangan ... 21
Gambar 2.18 Tempat Duduk ... 22
Gambar 2.19 Pagar Pengaman ... 22
vi
Gambar 2.20 Tempat Sampah ... 23
Gambar 2.21 Rambu Lalu Lintas ... 23
Gambar 2.22 Shelter Bus dan Lapak Tunggu ... 24
Gambar 2.23 Telepon Umum ... 24
Gambar 2.24 Ukuran Dasar Ruang Orang Dewasa ... 26
Gambar 2.25 Ukuran Dasar Ruang Difabel Pengguna “Kruk” ... 26
Gambar 2.26 Ukuran Dasar Ruang Difabel Tuna Netra... 27
Gambar 2.27 Ukuran Dasar Ruang Difabel Kursi Roda ... 27
Gambar 2.28 Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian ... 29
Gambar 2.29 Bangku Istirahat ... 30
Gambar 2.30 Tekstur Ubin Pengarah Berbentuk Garis-garis ... 30
Gambar 2.31 Tekstur Ubin Peringatan Berbentuk Bulat (Dot) ... 31
Gambar 2.32 Prinsip Perencanaan Jalur Pemandu ... 32
Gambar 2.33 Tipikal Ramp ... 34
Gambar 2.34 Handrail ... 34
Gambar 3.1 Meter Dorong ... 36
Gambar 3.2 Meteran ... 36
Gambar 3.3 Penentuan Jarak/Panjang Trotoar ... 37
Gambar 3.4 Pengamatan Fasilitas Pejalan Kaki ... 38
Gambar 3.5 Pencatatan Hasil Survey ... 38
Gambar 4.1 Kondisi Trotoar Pada STA 0+000 (Sisi Kanan Dari Arah Jl. Raya Darmo) ... 41
Gambar 4.2 Kondisi Trotoar Pada STA 0+486 (Sisi Kiri Dari Arah Jl. Panglima Sudirman) ... 41
Gambar 4.3 Pengukuran Tinggi Kereb (Sisi Kanan Dari Arah Jl. Raya Darmo) ... 42 Gambar 4.4 Pengukuran Tinggi Kereb (Sisi Kiri Dari Arah Jl. Panglima Sudirman) 43
vii
Gambar 4.5 Lampu Penerangan ... 44
Gambar 4.6 Lampu Penerangan ... 44
Gambar 4.7 Lampu Penerangan ... 44
Gambar 4.8 Lampu Penerangan ... 44
Gambar 4.9 Lampu Penerangan ... 45
Gambar 4.10 Lampu Penerangan ... 45
Gambar 4.11 Lampu Penerangan ... 45
Gambar 4.12 Lampu Penerangan ... 45
Gambar 4.13 Lampu Penerangan ... 46
Gambar 4.14 Lampu Penerangan ... 46
Gambar 4.15 Lampu Penerangan ... 46
Gambar 4.16 Lampu Penerangan ... 46
Gambar 4.17 Lampu Penerangan ... 47
Gambar 4.18 Lampu Penerangan ... 47
Gambar 4.19 Lampu Penerangan ... 47
Gambar 4.20 Lampu Penerangan ... 47
Gambar 4.21 Lampu Penerangan ... 48
Gambar 4.22 Lampu Penerangan ... 48
Gambar 4.23 Lampu Penerangan ... 48
Gambar 4.24 Lampu Penerangan ... 48
Gambar 4.25 Lampu Penerangan ... 49
Gambar 4.26 Lampu Penerangan ... 49
Gambar 4.27 Lampu Penerangan ... 49
Gambar 4.28 Lampu Penerangan ... 49
Gambar 4.29 Lampu Penerangan ... 50
Gambar 4.30 Lampu Penerangan ... 50
viii
Gambar 4.31 Lampu Penerangan ... 50
Gambar 4.32 Lampu Penerangan ... 51
Gambar 4.33 Lampu Penerangan ... 51
Gambar 4.34 Lampu Penerangan ... 51
Gambar 4.35 Tempat Duduk ... 51
Gambar 4.36 Tempat Duduk ... 52
Gambar 4.37 Tempat Duduk ... 52
Gambar 4.38 Tempat Duduk ... 52
Gambar 4.39 Tempat Duduk ... 53
Gambar 4.40 Tempat Sampah ... 53
Gambar 4.41 Tempat Sampah ... 54
Gambar 4.42 Tempat Sampah ... 54
Gambar 4.43 Tempat Sampah ... 55
Gambar 4.44 Tempat Sampah ... 55
Gambar 4.45 Tempat Sampah ... 56
Gambar 4.46 Tempat Sampah ... 56
Gambar 4.47 Tempat Sampah ... 57
Gambar 4.48 Tempat Sampah ... 57
Gambar 4.49 Jembatan Penyebrangan STA. 0+022 ... 58
Gambar 4.50 Jembatan Penyebrangan STA. 0+370 ... 58
Gambar 4.51 Halte Optik VA ... 59
Gambar 4.52 Rambu Peringatan Simpang Empat... 60
Gambar 4.53 Rambu Peringatan Traffic Light ... 61
Gambar 4.54 Rambu Larangan Berhenti (Depan UD. Anti Mahal) ... 62
Gambar 4.55 Rambu Larangan Berhenti (Depan STIEUS) ... 62
Gambar 4.56 Rambu Larangan Parkir (Depan STIE Urip Sumoharjo) ... 63
ix
Gambar 4.57 Rambu Larangan Parkir (Depan Indomart Urip Sumoharjo) ... 63
Gambar 4.58 Rambu Larangan Parkir (Depan Emabror Tour & Travel) ... 64
Gambar 4.59 Rambu Larangan Parkir (Depan Toko Hira Bangunan) ... 64
Gambar 4.60 Rambu Larangan Putar Balik dan Belok Kanan (Persimpangan Jl. Darmo dan Jl. Pandegiling) ... 65
Gambar 4.61 Rambu Larangan Berhenti (Samping Jembatan Penyebrangan STA 0+022)... 65
Gambar 4.62 Rambu Larangan Parkir (Depan Toko Es Krim Eko) ... 66
Gambar 4.63 Rambu Larangan Parkir (Depan Jl. Keputran Panjunan II) ... 66
Gambar 4.64 Rambu Larangan Parkir (Depan Advokat Pengacara – H. Achmad Taufik, S.H.)... 67
Gambar 4.65 Rambu Larangan Parkir (Depan Toko Eka Jaya Motor) ... 67
Gambar 4.66 Rambu Larangan Kepada Kendaraan Roda 3 ... 68
Gambar 4.67 Rambu Perintah Lajur Untuk Pesepeda ... 69
Gambar 4.68 Rambu Perintah Untuk Pemberhentian Bus ... 69
Gambar 4.69 Rambu Perintah Belok Kiri Langsung (Sebelum Traffic Light) ... 70
Gambar 4.70 Rambu Perintah Belok Kiri Langsung (Pada Traffic Light) ... 70
Gambar 4.71 Rambu Perintah Penggunaan Jalur Kiri ... 71
Gambar 4.72 Rambu Perintah Lajur Untuk Pesepeda (Jembatan Penyebrangan STA 0+22) ... 71
Gambar 4.73 Rambu Perintah Untuk Pemberhentian Bus (Sentra Wisata Kuliner) .. 72
Gambar 4.74 Rambu Perintah Untuk Pemberhentian Bus (Jembatan Penyebrangan STA 0+370) ... 72
Gambar 4.75 Rambu Perintah Lajur Untuk Pesepeda (Ujung Jl. Urip Sumoharjo) .. 73
Gambar 4.76 Kondisi Akses Untuk Difabel ... 75
Gambar 4.77 Detail Dimensi Akses Untuk Difabel ... 75
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Surabaya dikenal sebagai kota metropolitan terbesar ke 2 di Indonesia, mulai dari pusat kegiatan pemerintah, industri, dan pendidikan sehingga membuat Kota Surabaya menjadi kota padat penduduk sehingga secara pendapatan daerah Surabaya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Selain pendapatan daerah yang bertumbuh pesat, ada juga jalan sebagai sarana infrastuktur pendukung untuk menyuplai komoditi yang keluar masuk Kota Surabaya.
Salah satu mode transportasi yang paling murah dan mudah dilakukan yaitu mode transportasi berjalan kaki. Namun pada kenyataannya, mode transportasi konvensional ini kurang diperhatikan dalam segi keamanan dan kenyamanan. Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan kondisis eksisting ruas jalan untuk kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Padahal menurut Syahri (2006), berjalan kaki merupakan cara yang paling cepat untuk menyelsaikan perjalanan pendek (pedestrian catchment area).
Tradisi berjalan kaki sebagai mode transportasi mempunyai berbagai keuntungan antara lain mengurangi penyemaran/polusi udara dan suara, menghemat bahan bakar cair, dan menghemat biaya transportasi. Selain itu juga mempunyai manfaat sosial yaitu sebagai tempat pertemuan antar individu terjadinya intraksi sosial yang dapat menimbulkan kesan kota yang lebih santai, dan menyehatkan.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang seperti yang sudah diuraikan diatas, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana analisis tingkat pelayanan geometrik trotoar pada lokasi eksisting di Kota Surabaya.
b. Bagaimana perencanan fasilitas pejalan kaki yang sesuai dengan strandar.
c. Bagaimana sistem perambuan yang terdapat pada kondisi eksisting.
1.3 Tujuan Survey
Tujuan yang di inginkan dari pemecahan masalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui data geometrik trotoar pada lokasi survey.
b. Merencanakan fasilitas pejalan kaki yang sesuai dengan standar.
c. Peninjauan sistem perambuan yang telah terpasang pada kondisi eksisting.
1.4 Batasan Masalah
Dalam tugas laporan survey ini akan dilakukan dengan adanya suatu batasan, antara lain sebagai berikut :
a. Trotoar yang ditinjau adalah dua sisi trotoar Jl. Urip Sumoharjo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Surabaya.
b. Tidak melakukan analisa ekonomi (biaya).
c. Tidak merencanakan halte, jembatan penyebrangan, dan saluran drainase.
d. Survey dilakukan selama 1 hari.
e. Sampel yang diamati adalah sepanjang Jl. Urip Sumoharjo termasuk jembatan penyebrangan dan sistem perambuan. Akan tetapi tidak termasuk pedagang kaki lima yang menempati trotoar.
1.5 Manfaat Penulisan Laporan Survey
Dengan adanya survey ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengembangan fasilitas pejalan kaki, diantaranya dengan mengetahui analisa tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki
eksisting dan memberikan perancangan perbaikan fasilitas pejalan kaki dikawasan Embong Kaliasin.
1.6 Denah Lokasi
Lokasi survey berada di sepanjang Jl. Urip Sumoharjo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Surabaya seperti pada Gambar 1.1 sampai Gambar 1.10.
Sumber : Google Earth, 21/05/2023
Gambar 1.1 Jl. Urip Sumoharjo
STA 0+000
STA 0+486
Gambar 1.2 Kondisi Eksisting di Jl. Urip Sumoharjo Pada STA 0+000
Gambar 1.3 Kondisi Eksisting di Jl. Urip Sumoharjo Pada STA 0+486
Gambar 1.4 Kondisi Jembatan Penyebrangan Pada STA 0+022
Gambar 1.5 Kondisi Jembatan Penyebrangan Pada STA 0+370
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalan
Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2004, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, klasifikasi jalan dapat dibagi menjadi :
a. Klasifikasi jalan menurut fungsi.
b. Klasifikasi jalan menurut wewenang.
A. Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Menurut Undang–Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, berdasarkan fungsinya, jalan dikelompokan menjadi empat, yaitu :
1. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalan jarak jauh, kecepatan rata– rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Dalam Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan (2004), jalan arteri terbagi atas :
- Jalan Arteri Premier
Jalan arteri primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.1 Penampang Melintang Jalan Arteri Primer (Minimal Ideal)
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.2 Penampang Melintang Jalan Arteri Primer (Minimal)
- Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder lainnya atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.3 Penampang Melintang Jalan Arteri Sekunder (Minimal Ideal)
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.4 Penampang Melintang Arteri Sekunder (Minimal)
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak menengah, kecepatan rata–rata sedang, dan jumlah jalam masuk dibatasi. Dalam Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan (2004), jalan kolektor terbagi atas :
- Jalan Kolektor Premier
Jalan kolektor primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.5 Penampang Melintang Jalan Kolektor Primer (Minimal Ideal)
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.6 Penampang Melintang Jalan Kolektor Primer (Minimal)
- Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder lainnya atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.7 Penampang Melintang Jalan Kolektor Sekunder (Minimal Ideal)
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.8 Penampang Melintang Jalan Kolektor Sekunder (Minimal)
3. Jalan Lokal
Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata–rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Dalam Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan (2004), jalan lokal terdiri atas :
- Jalan Lokal Premier
Jalan lokal primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan pusat kegiatan nasional dengan persil atau pusat kegiatan wilayah dengan persil atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan di bawahnya, pusat kegiatan lokal dengan persil, atau pusat kegiatan dibawahnya sampai persil.
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.9 Penampang Melintang Jalan Lokal Primer
- Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.
Sumber: Pd.T-18-2004-B
Gambar 2.10 Penampang Melintang Jalan Lokal Sekunder
4. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan dekat, dan kecepatan rata–
rata rendah.
B. Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
Berdasarkan Undang–Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, jalan berdasarkan statusnya dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu :
1. Jalan Nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan Provinsi
Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan Kota
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan Desa
Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
2.2 Fasilitas Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat
meningkatkan kelancaran keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki. (Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, 1995)
A. Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada Daerah Milik Jalan yang diberi lapisan permukaaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan. (Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum, 1999)
1. Penempatan Trotoar
Dalam Petunjuk Perencanaan Trotoar (1990), suatu ruas jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar apabila di sepanjang jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki. Penggunaan lahan tersebut antara lain perumahan, sekolah, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, pusat perkantoran, dan lain–lain. Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas (bila telah tersedia jalur parkir). Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila keadaan topografi yang tidak memungkinkan.
2. Dimensi Trotoar
a. Tinggi Bebas Trotoar
Tinggi bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman bebas trotoar tidak kurang dari 0,3 meter. Lebar trotoar dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Trotoar yang sudah ada perlu ditinjau kapasitas (lebar), keadaan dan penggunaannya apabila terdapat pejalan kaki yang menggunakan jalur lalu lintas kendaraan. (Petunjuk Perencanaan Trotoar, 1990)
Sumber: Petunjuk Perencanaan Trotoar, 1990
Gambar 2.11 Ruang Bebas Trotoar
b. Lebar Trotoar
Dalam Petunjuk Perencanaan Trotoar (1990), kebutuhan lebar trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan kaki rencana yang merupakan volume rata-rata per menit pada interval puncak yang dihitung berdasarkan survey perhitungan pejalan kaki dilakukan setiap interval 15 menit selama enam jam paling sibuk dalam satu hari untuk dua arah.
Tabel 2.1 Lebar Tambahan Trotoar
Lebar Tambahan
(Meter)
Keadaan
1,5 Jalan di daerah pasar
1,0 Jalan di daerah perbelanjaan bukan pasar
0,5 Jalan di daerah lain
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, 1990
Lebar trotoar disarankan tidak kurang dari 2 meter. Lebar trotoar dapat direncanakan sesuai dengan batasan lebar minimum seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Lebar Minimum Trotoar Menurut Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Sekitarnya Lebar Minimum (Mtr)
Perumahan 1,5
Perkantoran 2,0
Industri 2,0
Sekolah 2,0
Terminal/Stop Bus 2,0
Pertokoan/Perbelanjaan 2,0
Jembatan/Terowongan 1,0
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, 1990
c. Lebar Efektif Trotoar
Menurut Khisty dan Lall (2003), lebar jalan orang yang secara efektif dapat digunakan oleh pedestrian disebut lebar jalan orang lapang. Tiang, rambu, bangku, misalnya, mengurangi lebar jalan orang efektif ini. Rintangan yang lazim dan estimasi lebar jalan orang yang ditempati rintangan tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Jenis dan Lebar Rintangan
Rintangan Perkiraan
Lebar (cm)
Kelengkapan Jalan
Tiang lampu penerangan 75-105
Kotak dan tiang lampu lalu lintas 90-120
Kotak pemadam dan alarm kebakaran 75-105
Hidran 75-90
Hidran 75-90
Rambu lalu lintas 60-75
Meter parkir 60
Kotak surat (50cmx50cm) 96-111
Telepon umum (80cmx80cm) 120
Kotak sampah 90
Bangku taman 150
Lansekap
Pohon 60-120
Kotak tanaman 150
Penggunaan Komersial
Papan surat kabar 120-390
Stan pedagang (kaki lima) Variabel
Rintangan Perkiraan Lebar (cm)
Bidang tampilan iklan Variabel
Bidang tampilan toko Variabel
Sidewalk cafe (meja dua baris) 210
Tonjolan Bangunan
Tiang/pilar 75-90
Serambi 60-180
Pintu masuk/keluar garasi Variabel
Jalan untuk mobil Variabel
Sumber : Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Sumber : TRB, 2000
Gambar 2.12 Lebar Efektif Trotoar
d. Struktur dan Kemiringan Trotoar
Tipe konstruksi trotoar dapat dibuat antara lain dari blok beton, beton atau perkerasan aspal. Permukaan trotoar harus rata dan mempunyai kemiringan 2-4% agar tidak terjadi genangan air.
Kemiringan memanjang trotoar disarankan maksimum 10%. Detail konstruksi trotoar dapat dilihat pada Gambar 2.13 dan Gambar 2.14 sebagai berikut.
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, 1990
Gambar 2.13 Konstruksi Trotoar dengan Blok Beton
Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar, 1990
Gambar 2.14 Konstruksi Trotoar dengan Beton
B. Tempat Penyebrangan 1. Zebra Cross
Zebra cross dipasang dengan ketentuan sebagai berikut. (Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999)
a. Zebra cross harus dipasang pada jalan yang volume lalu lintasnya rendah, yaitu berkisar antara 200-500 kend/jam dengan volume pejalan kaki kurang dari 100 orang/jam.
b. Lokasi zebra cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup, agar tundaan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas penyeberangan masih dalam batas yang aman.
2. Pelican Cross
Pelican cross harus dipasang pada lokasi-lokasi sebagai berikut.
(Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999) a. Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus penyeberangan
tinggi.
b. Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat persimpangan.
c. Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana pelican cross dapat dipasang menjadi satu kesatuan dengan rambu lalu lintas (traffic signal).
d. Untuk membantu tuna netra, pelican cross dapat dilengkapi dengan suara/bunyi.
3. Jembatan Penyebrangan
Jembatan penyeberangan pejalan kaki adalah jembatan yang hanya diperuntukan bagi lalu lintas pejalan kaki yang melintas diatas jalan raya atau jalan kereta api (Direktorat Jendral Bina Marga, 1995).
Jembatan penyeberangan akan dapat berfungsi dengan baik apabila bangunannya landai atau tidak terlalu curam. Jembatan penyeberangan dapat membantu mengurangi kemacetan arus lalu lintas yang salah satu penyebab adalah banyaknya orang yang menyeberang di jalan.
Persyaratan penggunaan jembatan penyeberangan antara lain :
a. Jenis/jalur penyeberangan tidak dapat menggunakan penyeberangan zebra.
b. Pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan yang ada.
c. Pada ruas jalan dengan frekuensi terjadinya kecelakaan pejalan kaki yang cukup tinggi.
d. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan arus pejalan kaki yang cukup ramai.
2.3 Pelengkap Fasilitas Pejalan Kaki
A. Kereb
Menurut Standar Spefikasi Kereb (1990), kereb merupakan bangunan pelengkap jalan yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu lintas dengan
bagian jalan lainnya yang berfungsi sebagai penghalang/mencegah kendaraan keluar dari jalur lalu lintas dengan bagian jalan lainnya yang berfungsi sebagai penghalang/mencegah kendaraan keluar dari jalur lalu lintas, pengaman terhadap pejalan kaki, mempertegas tepi perkerasan, dan estetika.
Kereb mempunyai bentuk dan dimensi yang berbeda. Hal tersebut tercantum dalam SNI 2448:2008 tentang Spesifikasi Kereb Beton Untuk Jalan, Pd. T-15-2004-B tentang Perencanaan Separator Jalan, dan Standar Spefikasi Kereb No. 011/BNKT/1990 Dirjen Bina Marga.
1. Jenis/Bentuk Kereb
Jenis atau bentuk kereb dapat dilihat pada Gambar 2.15 sebagai berikut.
Sumber : Standar Spesifikasi Kereb, 1990)
Gambar 2.15 Jenis/Bentuk Kereb
2. Dimensi dan Struktur Kereb
Dimensi kereb dapat dilihat pada Tabel 2.5 sebagai berikut.
Tabel 2.4 Dimensi Kereb
Tipe
Ukuran
A B h r L
Normal 15 17 20 5 60
Barier 18 21 30 5 60
Sumber : Standar Spesifikasi Kereb, 1990
Sumber : Standar Spesifikasi Kereb, 1990
Gambar 2.16 Dimensi Kereb
3. Pemasangan Kereb
Lokasi penempatan kereb terdapat pada : a. Pemasangan di atas tanah (sub grade).
b. Pemasangan di atas lapis perkerasan (sub base, base lapisan permukaan).
B. Lampu Penerangan
Lampu penerangan diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 meter dengan tinggi maksimal 4 meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak.
Sumber : Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Gambar 2.17 Lampu Penerangan
C. Tempat Duduk
Tempat duduk diletakan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 meter dengan lebar 40-50 centimeter, panjang 150 centimeter dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
Sumber : Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Gambar 2.18 Tempat Duduk
D. Pagar Pengaman
Pagar pengaman diletakan pada jalur amenitas. Pada titik tertentu yang berbahaya dan memerlukan perlindungan dengan tinggi 90 centimeter, dan bahan yang digunakan adalah metal/beton yang tahan terhadap cuaca, kerusakan, dan murah pemeliharaan.
Sumber : Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Gambar 2.19 Pagar Pengaman
E. Tempat Sampah
Tempat sampah diletakan pada jalur amenitas. Terletak setiap 20 meter dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.
Sumber : Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Gambar 2.20 Tempat Sampah
F. Marka, Perambuan, dan Papan Informasi
Marka dan perambuan, papan informasi (signage) diletakkan pada jalur amenitas, pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus pedestrian padat, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari bahan yang memiliki durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau.
Sumber : Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Gambar 2.21 Rambu Lalu Lintas
G. Shelter Bus/Halte dan Lapak Tunggu
Shelter bus/halte dan lapak tunggu diletakan pada jalur amenitas.
Shelter harus diletakkan pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal.
Sumber : Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Gambar 2.22 Shelter Bus dan Lapak Tunggu
H. Telepon Umum
Telepon umum diletakan pada jalur amenitas. Terletak pada setiap radius 300 meter atau pada titik potensial kawasan, dengan besaran sesuai kebutuhan dan bahan yang digunakan adalah bahan yang memiliki durabilitas tinggi seperti metal.
Sumber : Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Gambar 2.23 Telepon Umum
2.4 Bangunan Aksesibel Bagi Difabel
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi difabel guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Aksesibel adalah kondisi suatu tapak, bangunan, fasilitas, atau bagian darinya yang memenuhi persyaratan teknis aksesibilitas.
A. Ukuran Dasar Ruang
Persyaratan yang harus diperhatikan terkait dengan kriteria ukuran dasar ruang dalam perencanaan fasilitas pejalan kaki adalah ukuran-ukuran dasar ruang tiga dimensi (panjang, lebar, tinggi) yang mengacu kepada ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang digunakan, dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi pergerakannya seperti pada Tabel 2.5 sebagai berikut.
Tabel 2.5 Ukuran Dasar Ruang Bagi Pemakai Prasarana Aksesibilitas
Jangkauan
Normal Orang Dewasa
(Mtr)
Difabel (Mtr)
Pengguna Kruk
Tuna Netra
Berkusi Roda Tanpa
Tongkat
Memakai Tongkat
Ke
Samping 1,80 0,95 0,65 0,90 1,80
Ke Depan 1,40 1,20 0,55 1,75 1,40
Ke Atas 2,10 - 2,10 - 1,80
Sumber : Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, 1999
Kriteria beberapa gerakan bagi orang dewasa yang normal maupun difabel untuk ukuran dasar ruang bagi para pemakai prasarana aksesibilitas, seperti pada Gambar 2.24 sampai Gambar 2.27
Sumber : Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999
Gambar 2.24 Ukuran Dasar Ruang Orang Dewasa
Sumber : Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999
Gambar 2.25 Ukuran Dasar Ruang Difabel Pengguna “Kruk”
Sumber : Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999
Gambar 2.26 Ukuran Dasar Ruang Difabel Tuna Netra
Sumber : Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999
Gambar 2.27 Ukuran Dasar Ruang Difabel Kursi Roda
B. Jalur Pedestrian Difabel
Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi difabel secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang bergerak aman, mudah, nyaman dan tak terhalang. Kriteria keselamatan
yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut. (Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999)
1. Permukaan
- Permukaan harus stabil, rata, kuat tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm.
- Untuk menghindari selip, pembatas rendah pinggir ramp (curb ramp) dirancang untuk menghalangi kursi roda agar tidak terperosok.
- Jalur penghubung (ramp) harus dilengkapi dengan pengangan (hand rail) dengan ketinggian 0,6–0,75 m sesuai pengguna ramp.
2. Kemiringan
Kemiringan maksimum 7o dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan terdapat pemberhentian untuk istirahat (biasanya bagian datar sepanjang 120 cm) bagi mereka yang menggunakan alat.
3. Area Istirahat
Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan difabel dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.
4. Pencahayaan
Pencahayaan pada daerah ini berkisar antara 50–150 lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya, dan kebutuhan keamanan.
5. Perawatan
Tujuan dari perawatan ini adalah untuk megurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.
6. Drainase
Saluran drainase diusahakan tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ramp.
7. Ukuran
Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang
rambu-rambu, lubang drainase/gorong- gorong dan benda-benda lain yang menghalangi.
8. Tepi Pengaman
Penting bagi pemberhentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.
Sumber : Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, 1998
Gambar 2.28 Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian
Sumber : Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, 1998
Gambar 2.29 Bangku Istirahat
C. Jalur Pemandu
Jalur pemandu adalah bagian dari jalur pejalan kaki yang berfungsi untuk memandu tuna netra untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan. Berikut adalah persyaratan untuk perencanaan jalur pemandu.
1. Tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukkan arah perjalanan.
Sumber : Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999
Gambar 2.30 Tekstur Ubin Pengarah Berbentuk Garis-garis
2. Tekstur ubin peringatan (bulat) memberi peringatan terhadap adanya perubahan situasi di sekitarnya.
Sumber : Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, 1999
Gambar 2.31 Tekstur Ubin Peringatan Berbentuk Bulat (Dot)
3. Daerah-daerah yang harus menggunakan ubin tekstur pemandu (guiding blocks) :
- Depan jalur lalu-lintas kendaraan.
- Depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai.
- Pintu masuk/keluar pada terminal transportasi umum atau area penumpang.
- Pedestrian yang menghubungkan antara jalan dan bangunan.
- Pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi umum terdekat.
4. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian yang telah ada perlu memperhatikan tekstur dari ubin eksisting, sedemikian sehingga tidak terjadi kebingungan dalam membedakan tekstur ubin pengarah dan tekstur ubin peringatan.
5. Untuk memberikan perbedaan warna antara ubin pemandu dengan ubin lainnya, maka pada ubin pemandu dapat diberi warna kuning atau jingga.
(Sumber : Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, 1998)
Gambar 2.32 Prinsip Perencanaan Jalur Pemandu
D. Ramp
Dalam Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan (1998), ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Berikut adalah persyaratan untuk perencanaan ramp :
1. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7°, sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6°.
2. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
3. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan 120 cm dengan tepi pengaman.
4. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimum 160 cm.
5. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
6. Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp.
7. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu penggunaan ramp saat malam hari.
8. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai.
Sumber : Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, 1998
Gambar 2.33 Tipikal Ramp
Sumber : Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, 1998
Gambar 2.34 Handrail
BAB III
PENYAJIAN DATA HASIL SURVEY
3.1 Waktu dan Lokasi Survey
Pada survey ini lokasi yang dipilih adalah Jl. Urip Sumoharjo,Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya. Adapun waktu penelitian ini adalah pada tanggal 7 Juli 2023.
3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam survey ini yang pertama adalah kondisi geometri lokasi, yaitu dimensi pendestrian pada kedua jalur pada jalan ini.
Selanjutnya data yang kedua adalah fasilitas pejalan kaki pada sepanjang jalan serta identitas jalan seperti rambu yang terpasang.
3.3 Materi Survey
Pada survey ini obyek atau materi yang disurvey adalah semua data masukan sebagai bahan laporan survey, yang meliputi berikut ini.
1. Kondisi geometri pendestrian yang didapat dari pengukuran dan pengamatan di lapangan.
2. Kondisi fasilitas pejalan kaki yang didapat dari pengamatan di lapangan.
3. Mengklasifikasikan jenis rambu jalan dan menghitung seberapa banyak unit yang telah terpasang.
3.4 Peralatan Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan survey ini adalah sebagai berikut :
1. Meter dorong, digunakan untuk mengukur segmen dan panjang aktual jalan.
2. Meteran, digunakan untuk mengukur geometri trotoar dan fasilitas pejalan kaki.
3. Perlengkapan penunjang lainnya, digunakan untuk mencatat data-data yang diperlukan untuk pembuatan laporan survey.
Gambar 3.1 Meter Dorong
Gambar 3.2 Meteran
3.5 Langkah-Langkah Survey
Langkah-langkah survey yang ditempuh dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Survey Pendahuluan
Survey ini dilaksanakan sebelum penelitian di lapangan yang mencakup antara lain :
a. Penentuan hari pelaksanaan survey.
b. Penentuan jarak/panjang trotoar.
c. Pengukuran panjang Jl. Urip Sumoharjo.
d. Pengamatan fasilitas pejalan kaki.
e. Pengklasifikasian jenis rambu dengan cara menghitung seberapa banyaknya rambu yang terpasang.
f. Pencatatan hasil survey.
Gambar 3.3 Penentuan Jarak/Panjang Trotoar
Gambar 3.4 Pengamatan Fasilitas Pejalan Kaki
Gambar 3.5 Pencatatan Hasil Survey
2. Cara Kerja
Pengumpulan data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut : a. Geometri Trotoar
• Persiapan alat-alat yang dibutuhkan dalam pengukuran geometri trotoar seperti meteran.
• Pengukuran penampang melintang trotoar.
b. Pengukuran STA
• Persiapan alat-alat yang dibutuhkan dalam pengukuran STA sepanjang jalan seperti meter dorong.
• Pengukuran memanjang dari STA 0+000 hingga STA terakhir.
c. Fasilitas Pejalan Kaki
• Pengamatan fasilitas pejalan kaki.
• Pencatatan dan mendokumentasikan hasil pengamatan.
d. Pengklasifikasian Rambu Jalan
• Pengamatan jenis-jenis rambu yang telah terpasang.
• Pencatatan dan mendokumentasikan hasil pengamatan.
• Pengklasifikasian masing-masing jenis rambu.
BAB IV
KONDISI EKSISTING
Jl. Urip Sumoharjo termasuk dalam kelas Jl. lokal dengan panjang 486 meter dan lebar yang 20 meter, terdapat trotoar di kedua sisi jalan namun pada STA tertentu trotoar sudah rusak dan belum ramah kaum difabel. Jl. Urip Sumoharjo juga merupakan jalan dua arah dan terdiri dari 3 lajur pada masing-masing jalur, berpangkal di Jl. Raya Darmo (Apotek Kimia Farma Darmo), dan berujung di Jl. Panglima Sudirman dan Jl. Basuki Rachmat (jalan. bercabang). Dalam survey ini, Jl. Urip Sumoharjo merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan perbelanjaan dan perkantoran. Kawasan ini dimulai dari gedung Olympic Karaoke hingga gedung BRI Tower dan Intiland Tower Surabaya.
4.1 Trotoar Eksisting
Trotoar eksisting yang berada di jalur kiri (arah Jl. Pangeran Sudirman) dari 3 meter. Bahan yang digunakan untuk trotoar ini adalah keramik. Pada jalur ini terdapat kereb dari beton yang terpasang diantara trotoar dan badan jalan yang memiliki tinggi 30 cm.
Sedangkan pada jalur sebelah kanan (arah Jl. Raya Darmo) memiliki dimensi nyang lebih lebar, yakni 6 meter. Pada sepanjang 2 jalur ini antara trotoar dan badan jalan terdapat kereb dari beton yang memiliki ketinggian 20 cm.
Cara pemasangan trotoar adalah dengan sistem terputus bila pada ruas jalan tersebut memerlukan akses masuk ke bangunan tertentu/gang kecil. Pada kondisi eksisting, di beberapa tempat tidak adanya ramp antara trotoar dengan jalan akses bangunan.
Gambar 4.1 Kondisi Trotoar Pada STA 0+000 (Sisi Kanan Dari Arah Jl. Raya Darmo)
Gambar 4.2 Kondisi Trotoar Pada STA 0+486 (Sisi Kiri Dari Arah Jl.
Panglima Sudirman)
Gambar 4.3 Pengukuran Tinggi Kereb (Sisi Kanan Dari Arah Jl. Raya Darmo)
Gambar 4.4 Pengukuran Tinggi Kereb (Sisi Kiri Dari Arah Jl. Panglima Sudirman)
4.2 Pelengkap Fasilitas Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki yang terdapat di daerah survey adalah lampu penerangan, tempat duduk, tempat sampah, jembatan penyeberangan dan fasilitas interaksi antara pejalan kaki dengan moda angkutan yakni halte.
Jumlah dan kondisi masing-masing fasilitas tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Lampu Penerangan
Jumlah lampu penerangan yang ada di sepanjang jalan ini sebanyak 30 unit yang disajikan seperti pada Gambar 4.5 hingga Gambar 4.34.
Gambar 4.5 Lampu Penerangan Gambar 4.6 Lampu Penerangan
Gambar 4.7 Lampu Penerangan Gambar 4.8 Lampu Penerangan
Gambar 4.5 Lampu Penerangan Gambar 4.6 Lampu Penerangan Gambar 4.7 Lampu Penerangan Gambar 4.8 Lampu Penerangan
Gambar 4.9 Lampu Penerangan Gambar 4.10 Lampu Penerangan
Gambar 4.11 Lampu Penerangan Gambar 4.12 Lampu Penerangan
Gambar 4.9 Lampu Penerangan Gambar 4.10 Lampu Penerangan Gambar 4.11 Lampu Penerangan Gambar 4.12 Lampu Penerangan
Gambar 4.13 Lampu Penerangan Gambar 4.14 Lampu Penerangan
Gambar 4.15 Lampu Penerangan Gambar 4.16 Lampu Penerangan
Gambar 4.13 Lampu Penerangan Gambar 4.14 Lampu Penerangan Gambar 4.15 Lampu Penerangan Gambar 4.16 Lampu Penerangan
Gambar 4.17 Lampu Penerangan Gambar 4.18 Lampu Penerangan
Gambar 4.19 Lampu Penerangan Gambar 4.20 Lampu Penerangan
Gambar 4.17 Lampu Penerangan
Gambar 4.18 Lampu Penerangan Gambar 4.19 Lampu Penerangan Gambar 4.20 Lampu Penerangan
Gambar 4.21 Lampu Penerangan Gambar 4.22 Lampu Penerangan
Gambar 4.23 Lampu Penerangan Gambar 4.24 Lampu Penerangan
Gambar 4.21 Lampu Penerangan Gambar 4.22 Lampu Penerangan Gambar 4.23 Lampu Penerangan Gambar 4.24 Lampu Penerangan
Gambar 4.25 Lampu Penerangan Gambar 4.26 Lampu Penerangan
Gambar 4.27 Lampu Penerangan Gambar 4.28 Lampu Penerangan
Gambar 4.25 Lampu Penerangan Gambar 4.26 Lampu Penerangan Gambar 4.27 Lampu Penerangan Gambar 4.28 Lampu Penerangan
Gambar 4.29 Lampu Penerangan Gambar 4.30 Lampu Penerangan
Gambar 4.31 Lampu Penerangan Gambar 4.32 Lampu Penerangan
Gambar 4.29 Lampu Penerangan Gambar 4.30 Lampu Penerangan Gambar 4.31 Lampu Penerangan
Gambar 4.32 Lampu Penerangan
Gambar 4.33 Lampu Penerangan Gambar 4.34 Lampu Penerangan
Gambar 4.33 Lampu Penerangan Gambar 4.34 Lampu Penerangan
2. Tempat Duduk
Jumlah tempat duduk yang ada di sepanjang jalan ini sebanyak 5 unit yang disajikan seperti pada Gambar 4.35 hingga Gambar 4.39.
Gambar 4.35 Tempat Duduk
Gambar 4.36 Tempat Duduk
Gambar 4.37 Tempat Duduk
Gambar 4.38 Tempat Duduk
Gambar 4.39 Tempat Duduk
3. Tempat Sampah
Jumlah tempat sampah yang ada di sepanjang jalan ini sebanyak 9 set.
Masing-masing memiliki desain dan fungsi masing-masing pada setiap perletakkannya. Fasilitas ini dapat dilihiat pada Gambar 4.40 hingga Gambar 4.48.
Gambar 4.40 Tempat Sampah
Gambar 4.41 Tempat Sampah
Gambar 4.42 Tempat Sampah
Gambar 4.43 Tempat Sampah
Gambar 4.44 Tempat Sampah
Gambar 4.45 Tempat Sampah
Gambar 4.46 Tempat Sampah
Gambar 4.47 Tempat Sampah
Gambar 4.48 Tempat Sampah
4. Jembatan Penyebrangan
Jumlah jembatan penyebrangan yang ada sebanyak 2 buah yang disajikan seperti pada Gambar 4.49 hingga Gambar 4.50.
Gambar 4.49 Jembatan Penyebrangan STA. 0+022
Gambar 4.50 Jembatan Penyebrangan STA. 0+370
5. Shelter Bus/Halte
Halte sebagai tempat naik turunnya penumpang dari angkutan umum. Halte berjumlah 1 buah yaitu terdapat di depan Optik VA. Kondisi halte ditampilkan dalam Gambar 4.51.
Gambar 4.51 Halte Optik VA
Rekapitulasi hasil pengamatan survey pelengkap fasilitas pejalan kaki dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Survey Pelengkap Fasilitas Pejalan Kaki
Jenis Fasilitas Jumlah
Lampu Penerangan 30
Tempat Duduk 5
Tempat Sampah 9
Jembatan Penyeberangan 2
Shelter Bus/Halte 1
4.3 Rambu dan Identitas Jalan
Marka dan perambuan, papan informasi (signage) diletakkan pada jalur amenitas, pada titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus pedestrian padat, dengan besaran sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari bahan yang memiliki durabilitas tinggi, dan tidak menimbulkan efek silau. Ada beberapa jenis rambu pada sepanjang Jl. Urip Sumoharjo, yakni sebagai berikut.
1. Rambu Peringatan
Sesuai dengan namanya, tujuan dipasangnya rambu ini adalah untuk memperingati pengguna jalan soal kondisi jalanan atau bahaya lainnya yang dapat terjadi di lintasan, seperti jalan menanjak, turunan, hingga berkelok-kelok. Terdapat 2 buah rambu jenis ini pada Jl. Urip Sumoharjo yang disajikan pada gambar 4.52 dan gambar 4.53.
Gambar 4.52 Rambu Peringatan Simpang Empat
Gambar 4.53 Rambu Peringatan Traffic Light
2. Rambu Larangan
Rambu larangan berfungsi untuk memberitahukan kepada pengguna jalan agar tidak melanggar apa yang dilarang dalam rambu tersebut. Karena sifatnya ‘melarang’, maka rambu ini umumnya diberi warna merah pada tepiannya, kemudian tanda rambu berwarna hitam dan beberapa di antaranya ditambahkan garis miring juga berwarna merah sebagai petunjuk. Terdapat 13 buah rambu jenis ini pada Jl. Urip Sumoharjo yang disajikan pada gambar 4.54 hingga gambar 4.66.
Gambar 4.54 Rambu Larangan Berhenti (Depan UD. Anti Mahal)
Gambar 4.55 Rambu Larangan Berhenti (Depan STIEUS)
Gambar 4.56 Rambu Larangan Parkir (Depan STIE Urip Sumoharjo)
Gambar 4.57 Rambu Larangan Parkir (Depan Indomart Urip Sumoharjo)
Gambar 4.58 Rambu Larangan Parkir (Depan Emabror Tour & Travel)
Gambar 4.59 Rambu Larangan Parkir (Depan Toko Hira Bangunan)
Gambar 4.60 Rambu Larangan Putar Balik dan Belok Kanan (Persimpangan Jl. Darmo dan Jl. Pandegiling)
Gambar 4.61 Rambu Larangan Berhenti (Samping Jembatan Penyebrangan STA 0+022)
Gambar 4.62 Rambu Larangan Parkir (Depan Toko Es Krim Eko)
Gambar 4.63 Rambu Larangan Parkir (Depan Jl. Keputran Panjunan II)
Gambar 4.64 Rambu Larangan Parkir (Depan Advokat Pengacara – H.
Achmad Taufik, S.H.)
Gambar 4.65 Rambu Larangan Parkir (Depan Toko Eka Jaya Motor)
Gambar 4.66 Rambu Larangan Kepada Kendaraan Roda 3
3. Rambu Perintah
Jenis rambu ini berfungsi untuk memberi perintah kepada pengendara maupun pengguna jalan lainnya agar patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh rambu tersebut. Biasanya, rambu perintah berupa papan berbentuk lingkaran dan berwarna biru. Sedangkan tanda rambunya sendiri berwarna putih. Terdapat 9 buah rambu jenis ini pada Jl. Urip Sumoharjo yang disajikan pada gambar 4.67 hingga gambar 4.75.
Gambar 4.67 Rambu Perintah Lajur Untuk Pesepeda
Gambar 4.68 Rambu Perintah Untuk Pemberhentian Bus
Gambar 4.69 Rambu Perintah Belok Kiri Langsung (Sebelum Traffic Light)
Gambar 4.70 Rambu Perintah Belok Kiri Langsung (Pada Traffic Light)
Gambar 4.71 Rambu Perintah Penggunaan Jalur Kiri
Gambar 4.72 Rambu Perintah Lajur Untuk Pesepeda (Jembatan Penyebrangan STA 0+22)
Gambar 4.73 Rambu Perintah Untuk Pemberhentian Bus (Sentra Wisata Kuliner)
Gambar 4.74 Rambu Perintah Untuk Pemberhentian Bus (Jembatan Penyebrangan STA 0+370)
Gambar 4.75 Rambu Perintah Lajur Untuk Pesepeda (Ujung Jl. Urip Sumoharjo)
Berikut ini adalah hasil rekapitulasi jumlah jenis rambu yang berada di sepanjang Jl. Urip Sumoharjo baik dari sisi kanan maupun sisi kiri yang tersaji dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Jenis Rambu Jl. Urip Sumoharjo
No. Jenis Rambu Jumlah (Unit)
1 Peringatan
Simpang Empat 1
Traffic Light 1
2 Larangan
Berhenti 3
Parkir 9
Putar Balik 1
Kendaraan Roda 3 1
No. Jenis Rambu Jumlah (Unit) 3 Perintah
Lajur Pesepeda 3
Pemberhentian Bus 3
Belok Kiri Langsung 2
Penggunaan Jalur Kiri 1
Total 25
4.4 Bangunan Aksesibel Bagi Difabel
Menurut Black dalam Tamin (1997), aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan ‘mudah’ atau ‘susah’nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan trasnportasi.
Dalam konteks ini, aksesibilitas diartikan sebagai kemudahan pengguna untuk mengakses bangunan gedung, termasuk penyandang cacat, lansia, wanita hamil, balita, orang sakit, pembawa kereta dorong, dan pembawa beban berat. Sehingga aksesibilitas wajib diterapkan secara optimal, guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam mencapai segala aspek kehidupan dan penghidupan, perannya sebagai fasilitas umum menuntut adanya kemudahan dan keselamatan akses bagi semua pengguna tanpa terkecuali.
Pada hasil pengamatan survei di Jl. Urip Sumoharjo ditemukan adanya akses untuk difabel, yakni pada STA 0+195 yang memiliki panjang 10 meter.
Kondisi dan dimensi pada akses ini dapat dilihat pada gambar 4.76 dan Gambar 4.77.
Gambar 4.76 Kondisi Akses Untuk Difabel
Gambar 4.77 Detail Dimensi Akses Untuk Difabel
4.5 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Survey
Hasil pengamatan survey identitas dan fasilitas pejalan kaki yang telah dilakunan dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Identitas dan Fasilitas Pada Pejalan Kaki
Identitas Jalan Jumlah
Fasilitas Pejalan Kaki
Lampu Penerangan 30 Unit
Tempat Duduk 5 Unit
Tempat Sampah 9 Set
Jembatan Penyeberangan 2 Unit
Shelter Bus/Halte 1 Unit
Rambu dan Identitas Jalan
Rambu Peringatan 2 Unit
Rambu Larangan 14 Unit
Rambu Perintah 9 Unit
Bangunan Aksesibel Bagi Difabel
Jalur Untuk Difabel 10 Meter
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari beberapa pengamatan yang telah dilakukan, maka bab ini berisi ringkasan atau kesimpulan dari tahap pengamatan tersebut. Adapun point yang menjadi kesimpulan dari kegiatan servey ini adalah :
1. Teridentifikasinya identitas Jl. Urip Sumoharjo yang terkait dengan : a. Trotoar eksisting yang telah dibangun pada sepanjang jalan ini.Trotoar
tersebut memiliki lebar 6 meter pada sisi kanan (dari STA 0+000), sedangakan sisi sebelah kiri memiliki lebar 3 meter (dari STA 0+000).
b. Di antara trotoar dan badan jalan, terdapat kereb yang memiliki ketinggian berbeda pada masing-masing sisi jalan.
2. Teridentifikasinya beberapa fasilitas pejalan kaki seperti : a. Lampu Penerangan : 30 Unit
b. Tempat Duduk : 5 Unit c. Tempat Sampah : 9 Set d. Jembatan Penyeberangan : 2 Unit e. Shelter Bus/Halte : 1 Unit f. Sistem Perambuan : 25 Unit
3. Terdapatnya jalur aksesibel bagi difabel pada STA 0+195 dengan panjang 10 meter.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan dalam pelaksanaan penyusunan laporan hasil survey identitas jalan ini adalah seluruh identitas jalan dan fasilitas pejalan kaki telah tertata dengan baik. Hanya saja kami merekomendasikan untuk menambah jalur aksesibel bagi difabel karena masih minim, sehingga mendapat kemudahan bagi orang-orang penyandang difabel.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Standar Spefikasi Kereb (1990)
SNI 2448:2008 tentang Spesifikasi Kereb Beton Untuk Jalan
Pd. T-15-2004-B tentang Perencanaan Separator Jalan
Standar Spefikasi Kereb No. 011/BNKT/1990 Dirjen Bina Marga.
Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan (2004)
Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, 1995
Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum, 1999
Petunjuk Perencanaan Trotoar (1990)
Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Perkotaan, 2014
Direktorat Jendral Bina Marga, 1995
Sibolga Aldi Fahmi Tambunan, Analisis Efektifitas Penggunaan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Di Kota
Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibilitas Pada Jalan Umum, Departemen Pekerjaan
Umum, 1999
Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, 1998
Atania Nesa Sabanta, 2020. Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Gedung Perpustakaan Widya Puraya Universitas Diponegoro Imaji Vol. 9 No. 2
Teknik Lalu Lintas
Survey Identitas Jalan dan Fasilitas Pejalan Kaki JL. Urip Sumoharjo
(Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya) Disusun Oleh :
1. Valentino Surya F. (01.2021.1.06134)
2. Tedy Shahidan Ar-Rizki (01.2022.1.06265)
3. Bayu Setya Airlangga (01.2022.1.06273)
4. Arya Maulana Dicky F. (01.2022.1.06287)
5. Hanum Salsa Biella (01.2022.1.06315)
6. Naufal Tristan Xavier (01.2022.1.06326)
7. Yudha Priyo P (01.2022.1.06350)
8. Widia Ade Novita (01.2023.1.90814)
Bab 1
1Kota Surabaya dikenal sebagai kota metropolitan terbesar ke 2 di Indonesia, mulai dari pusat kegiatan pemerintah, industri, dan pendidikan sehingga membuat Kota Surabaya menjadi kota padat penduduk sehingga secara pendapatan daerah Surabaya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
Salah satu mode transportasi yang paling murah dan mudah dilakukan yaitu mode transportasi berjalan kaki. Tradisi berjalan kaki sebagai mode transportasi mempunyai berbagai keuntungan antara lain mengurangi penyemaran/polusi udara dan suara, menghemat bahan bakar cair, dan menghemat biaya transportasi. Selain itu juga mempunyai manfaat sosial yaitu sebagai tempat pertemuan antar individu terjadinya intraksi sosial yang dapat menimbulkan kesan kota yang lebih santai, dan menyehatkan.
Latar Belakang
Bab 1
1Rumusan Masalah
1.Bagaimana analisis tingkat pelayanan geometrik trotoar pada lokasi eksisting di Kota Surabaya.
2.Bagaimana perencanan fasilitas pejalan kaki yang sesuai dengan strandar.
3.Bagaimana sistem perambuan yang terdapat pada kondisi eksisting.
Tujuan Survey
1.Mengetahui data geometrik trotoar pada lokasi survey.
2.Merencanakan fasilitas pejalan kaki yang sesuai dengan standar.
3.Peninjauan sistem perambuan yang telah terpasang pada kondisi
eksisting.
Bab 1
1Batasan Masalah
1. Trotoar yang ditinjau adalah dua sisi trotoar Jl. Urip Sumoharjo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Surabaya.
2. Tidak melakukan analisa ekonomi (biaya).
3. Tidak merencanakan halte, jembatan penyebrangan, dan saluran drainase.
4. Survey dilakukan selama 1 hari.
5. Sampel yang diamati adalah sepanjang Jl. Urip Sumoharjo
termasuk jembatan penyebrangan dan sistem perambuan. Akan tetapi tidak termasuk pedagang kaki lima yang menempati trotoar.
Manfaat Penelitian
Dengan adanya survey ini
diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai masukan dan bahan
pertimbangan dalam pengembangan
fasilitas pejalan kaki, diantaranya
dengan mengetahui analisa tingkat
pelayanan fasilitas pejalan kaki
eksisting dan memberikan
perancangan perbaikan fasilitas
pejalan kaki dikawasan Embong
Kaliasin.
Bab 1
1Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
Denah Lokasi
Lokasi survey berada di sepanjang Jl. Urip Sumoharjo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Surabaya seperti pada Gambar 1.1 sampai Gambar 1.10.
Bab 1
1Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
Denah Lokasi
Lokasi survey berada di sepanjang Jl. Urip Sumoharjo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Surabaya seperti pada Gambar 1.1 sampai Gambar 1.10.
Jl. Urip Sumoharjo Pada STA 0+000 Jl. Urip Sumoharjo Pada STA 0+486
Kondisi Jembatan Penyebrangan STA
0+022 Kondisi Jembatan Penyebrangan Pada STA 0+370
Bab 3
PENYAJIAN DATA HASIL SURVEY
3.1 Waktu dan Lokasi Survey
Pada survey ini lokasi yang dipilih adalah Jl. Urip Sumoharjo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya. Adapun waktu penelitian ini adalah pada tanggal 7 Juli 2023.
3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam survey ini yang pertama adalah kondisi geometri lokasi, yaitu dimensi pendestrian pada kedua jalur pada jalan ini. Selanjutnya data yang kedua adalah fasilitas pejalan kaki pada sepanjang jalan serta identitas jalan seperti rambu yang terpasang.
3.3 Materi Survey
1. Kondisi geometri pedestrian yang didapat dari pengukuran dan pengamatan di lapangan.
2. Kondisi fasilitas pejalan kaki yang didapat dari pengamatan di lapangan.
3. Mengklasifikasikan jenis
rambu jalan dan menghitung
seberapa banyak unit yang
telah terpasang.
Bab 3
3.3 Peralatan yang Digunakan
1. Meter dorong, digunakan untuk mengukur segmen dan panjang actual jalan.
2. Meteran, digunakan untuk mengukur geometri trotoar dan fasilitas pejalan kaki.
3. Perlengkapan penunjang lainnya, digunakan untuk mencatat data – data yang diperlukan untuk pembuatan laporan survey.
Meter Dorong Meteran
Bab 3
PENYAJIAN DATA HASIL SURVEY
3.4 Langkah – Langkah Survey 1. Survey Pendahuluan
a. Penentuan hari pelaksanaan survey b. Penentuan jarak/panjang trotoar.
c. Pengukuran panjang Jl. Urip Sumoharjo.
d. Pengamatan fasilitas pejalan kaki.
e. Pengklasifikasian jenis rambu dengan cara menghitung seberapa banyaknya rambu yang terpasang