Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi unit rekam medis khususnya bagian registrasi rawat jalan dalam pengembangan praktek dr. Agung Sutop Boyolali. Rekam medis pada praktek kedokteran Agung Sutopo Boyolali disimpan pada bagian registrasi atau biasa disebut bagian registrasi. Penanggung Jawab Dokumentasi Medis (PJRM) adalah pencatat medis yang ditempatkan di bagian untuk melakukan dokumentasi medis selama pasien masih dalam perawatan.
Dampak dari tidak adanya petugas rekam medis di bangsal adalah tumpukan rekam medis di unit kerja rekam medis, kejadian. Efektivitas penempatan penanggung jawab rekam medis di setiap bangsal dalam pengelolaan rekam medis di RSUD X.
Simpulan dan Saran Simpulan
Responden D mengatakan setelah adanya PJRM, proses klaim menjadi lebih cepat, berkas 56 tidak tersebar di seluruh ruangan, dan DRM yang tidak lengkap dapat diminimalisir.
Daftar Pustaka
The Accuracy of Abbreviation Symbol Usage toward Inpatient Medical Record Documents with Schizophrenia Diagnosis
Ketepatan Penggunaan Singkatan Dan Simbol Pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Diagnosis Schizophrenia
Rizka Khoirul Munawaroh 2)
- STIKes Mitra Husada Karanganyar 2) RSI At-Tin Husada Papahan, Tasikmadu, Karanganyar
- Metode
- Hasil dan Pembahasan
- Simpulan dan Saran
Hak Cipta ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN dalam pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan, serta buku yang digunakan, karena masih ada beberapa simbol dan singkatan yang tidak tercantum dalam buku. Sehingga kami berharap dapat memberikan masukan lebih lanjut mengenai singkatan dan simbol yang belum ada dalam Buku Pedoman ini, serta dapat melakukan evaluasi terhadap penggunaan simbol dan singkatan yang kurang tepat. Penggunaan simbol dalam Dokumen Berkas Medis Kasus Shrizofrenia digunakan 12 simbol dan diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sesuai, tidak sesuai dan tidak ada dalam buku pedoman penggunaan simbol dan singkatan.
Hal ini sependapat dengan Munawaroh dan Harjanti (2018) terdapat simbol dan singkatan yang sesuai dan belum terdapat dalam buku Penggunaan Simbol dan Singkatan RSJD Dr. Sosialisasi mengenai penggunaan simbol dan singkatan telah dilakukan, namun dalam praktiknya masih terdapat singkatan yang kurang tepat. Arif Zainudin Surakarta hanya 1, tidak dibedakan lambang dan singkatan yang boleh dan tidak boleh digunakan.
Selain itu juga dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan penggunaan simbol dan singkatan serta buku yang digunakan karena masih terdapat beberapa simbol dan singkatan yang tidak dicantumkan dalam buku. Tinjauan staf terhadap penggunaan simbol dan singkatan medis pada berkas rekam medis terkait persiapan akreditasi KARS rumah sakit H. Analisis keakuratan penggunaan simbol dan singkatan pada formulir Catatan Kemajuan Pasien Terpadu (CPPT) di RSJD Dr.
Kepatuhan penggunaan simbol dan singkatan kedokteran pada berkas rekam medis terkait persiapan akreditasi KARS di RS Panti Rapih Yogyakarta.
The Review For Implementation Diagnosis and Procedure Code on Inpatient Tinjauan Pelaksanaan Pemberian Kode Diagnosa dan Tindakan
Pada Pasien Rawat Inap Irmawati 1)
Sugiharto 2) Rozalia Mayasari 3)
- Tingkat Pengetahuan
- Sikap
- Simpulan dan Saran a. Simpulan
Pemeriksaan penerapan kode diagnosis dan prosedur di rumah sakit pemeriksaan penerapan kode diagnosis dan prosedur. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Review Implementasi Pemberian Kode Diagnostik dan Tindakan Pasien Di RSUD Kota Salatiga”. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi pelatihan pemberian kode diagnostik dan tindakan yang diikuti oleh petugas rekam medis RSUD Kota Salatiga.
Berdasarkan hasil analisis angket mengenai sikap petugas koding dalam pelaksanaan pemberian kode diagnostik dan tindakan diketahui bahwa sikap seluruh petugas koding sangat baik. Penulis melakukan identifikasi kelengkapan fasilitas dalam pelaksanaan pemberian kode diagnostik dan tindakan di RSUD Kota Salatiga dengan cara mengisi checklist kelengkapan fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing petugas. Di meja kerja petugas koding menjalankan tugasnya yaitu pelaksanaan kode diagnosa dan tindakan pasien rawat inap yaitu umum dan BPJS.
Hal ini menunjukkan masih kurangnya kelengkapan fasilitas dalam penerapan kode diagnosis dan prosedur pasien rawat inap di RSUD Kota Salatiga. Hak Cipta ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN c. Deskripsi prosedur atau prosedur. coding dalam pelaksanaan pemberian kode diagnosis dan tindakan di RSUD Kota Salatiga. Berdasarkan hasil checklist terdapat coding procedure atau tata cara penerapan kode diagnosa dan tindakan di RSUD Kota Salatiga.
Sikap seluruh petugas koding dalam pelaksanaan pemberian kode dan prosedur diagnostik pada pasien rawat inap di RSUD Kota Salatiga dikatakan sangat baik.
Review of Implementation of Medical Information Release
Tinjauan Pelaksanaan Pelepasan Informasi Medis Warijan 1)
Martha Marshyntha Nur ‘Afifah 2)
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 – 26 Mei 2017 di Bagian Tata Usaha/Sekretariat dan Instalasi Rekam Medis RSUD Kota Salatiga. Subyek penelitian ini adalah petugas Bagian Tata Usaha/Sekretariat RSUD Kota Salatiga, Rekam Medis yang bertugas melakukan permohonan. Surat permintaan keluarnya informasi untuk keperluan asuransi diserahkan kepada Fasilitas Rekam Medis untuk diproses lebih lanjut dalam rekam medis.
Tidak sesuai dengan SOP pemberian informasi rekam medis yang mengatur bahwa pasien atau keluarga pasien (ahli waris) datang ke RSUD Kota Salatiga dengan membawa fotokopi rincian biaya pengobatan, dan fotokopi KTP atau KK sebagai bukti identitas diri. Dalam pelaksanaannya sesuai dengan SOP pengeluaran informasi rekam medis yang menjelaskan bahwa dibuat untuk keperluan postmortem dan perbendaharaan setelah pihak RSUD Kota Salatiga menerima surat permintaan resmi dari pihak kepolisian yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. resmi. Dalam pelaksanaan keterbukaan informasi kedokteran kepada pihak pendidikan atau penelitian, SPO pelepasan informasi rekam medis menyatakan bahwa mahasiswa yang melakukan penelitian di RSUD Kota Salagia wajib menyerahkan surat penelitian dari kampus yang ditujukan kepada direktur RSUD Kota Salatiga. diarahkan. Rumah Sakit Daerah Kota dan tembusannya kepada Bagian Pendidikan dan Pelatihan serta Instalasi Rekam Medis.
Selain itu, proses pelaksanaan di RSUD Kota Salatiga sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SPO) pelepasan informasi rekam medis, dimana ada keterkaitan antara direktur, bagian tata usaha, instalasi rekam medis dan dokter. Prosedur tersebut adalah tata cara penyampaian informasi arsip, tata cara keamanan dan kerahasiaan arsip, serta tata cara peminjaman dokumen arsip. Prosedur Standar untuk Pelepasan Informasi Catatan mengatur prosedur permintaan pengungkapan informasi medis untuk tujuan asuransi, perbendaharaan post mortem dan permintaan atau penelitian.
Disarankan untuk memberikan informasi standar operasional prosedur pengeluaran informasi rekam medis kepada pejabat yang terlibat dalam pengeluaran informasi medis di RSUD Kota Salatiga.
Occupational Safety and Health on Medical Records Storage in Medical Record Installation
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Penyimpanan Rekam Medis di Instalasi Rekam Medis
Edy Susanto 1) Rr. Sri Endang P 2)
Pendahuluan
Proses pencatatan memiliki risiko yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan petugas dalam menjalankan tugasnya. Objek penelitian ini adalah SOP kesehatan dan keselamatan kerja pada rekam medis dan alat pelindung diri pada penyimpanan rekam medis. Di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang belum terdapat Standar Operasional Prosedur (SPO) keselamatan dan kesehatan kerja pada instalasi arsip khususnya pada tempat penyimpanan arsip.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang berkelanjutan mengacu pada instruksi dari manajemen dan kesadaran diri setiap petugas pencatatan. Dan sarung tangan yang digunakan pada ruang penyimpanan arsip adalah sarung tangan karet yang tidak steril. Jurnalis sudah familiar dengan penggunaan alat pelindung diri yang digunakan saat menyimpan rekaman.
Selain alat pelindung diri, juga harus ada pelatihan terkait keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dalam pencatatan. Lingkungan kerja (K3) pada instalasi arsip di ruang penyimpanan arsip RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang sudah berjalan, namun belum maksimal. Penerapan lingkungan kerja dalam pencatatan ditandai dengan upaya penggunaan alat pelindung diri yaitu alat bantu pernapasan/masker dan pelindung tangan/sarung tangan.
Namun, belum ada SOP kesehatan dan keselamatan khusus untuk penyimpanan rekam medis.
Simpulan dan Saran Simpulan
Perilaku petugas terkait penggunaan respirator/masker sudah baik, petugas pencatatan sadar akan pentingnya resiko dalam pekerjaan serta mematuhi dan bertanggung jawab terhadap lingkungan kerja di ruang penyimpanan arsip. Pengamatan penggunaan alat pelindung diri (APD) yaitu sarung tangan dilakukan selama enam hari kerja yaitu Senin sampai dengan Sabtu kepada 9 orang petugas di ruang penyimpanan arsip instalasi arsip K.R.M.T. RSUD Wongsonegoro,Semarang. Hal ini terjadi karena petugas pencatatan percaya bahwa penggunaan sarung tangan dapat menghambat pekerjaan mereka, dan hanya sedikit petugas yang mengetahui penggunaan sarung tangan dalam pekerjaan mereka.
Petugas berkas medis sudah sadar akan penggunaan alat pelindung diri, hal ini terlihat dari kesadaran diri para pegawainya. Selain itu, perilaku petugas dalam penggunaan alat pelindung diri masih perlu ditingkatkan karena angka penggunaan masker sudah mencapai 91% dan angka penggunaan sarung tangan sudah mencapai 41%. Pengetahuan pegawai rekam medis sudah baik, artinya pegawai menggunakan alat pelindung diri berdasarkan kesadaran diri pegawai.
Keselamatan dan kesehatan kerja di bidang penyimpanan rekam medis sudah berjalan, namun belum optimal, karena belum adanya standar operasional prosedur dan perlunya perbaikan perilaku petugas dalam penggunaan alat pelindung diri. Sebaiknya dibuatkan SOP mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di instalasi rekam medis, sehingga penerapan keselamatan dan kesehatan kerja lebih baik. Disarankan agar penggunaan alat pelindung diri di tempat penyimpanan ditingkatkan, terutama penggunaan masker dan sarung tangan.
Wulandari, 2013, Tinjauan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Unit Penyimpanan Rekam Medis RS Pasar Rebo Jakarta Timur, Penulisan Ilmiah, Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Recording and Reporting Information System Health Service in Remote and very Remote Area Based on Android
Sistem Informasi Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Berbasis Android di Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil
Syefira Salsabila 1)
Universitas Esa Unggul
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 90 Tahun 2015, arah politik yang diterapkan adalah meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar yang bermutu dengan mengembangkan pola pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan di daerah terpencil dan sangat terpencil, salah satunya berupa Pelayanan Kesehatan Keliling (PKB) (Kementerian Kesehatan, 2016). Pelaksana PKB adalah tenaga kesehatan dan non kesehatan atau dapat disebut Tim Pelayanan Kesehatan Keliling (TPKB). Penggunaan teknologi elektronik yang diterapkan di Kenya membuat sistem layanan kesehatan berjalan efisien dan efektif.
Jika proses pendokumentasian suatu kegiatan tidak berjalan, maka informasi kesehatan yang terkait dengan layanan tersebut juga mungkin berkualitas buruk, yang pada akhirnya menyebabkan kurang optimalnya perencanaan dan pengelolaan layanan kesehatan dan sistem kesehatan. Perancangan ini dipilih karena akan mengeksplorasi secara mendalam proses dan manajemen pengembangan aplikasi berbasis Android untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak pada Mobile Health Services. Hasil wawancara mendalam terhadap informan baik di Puskesmas maupun pemegang program PKB di Dinas Kesehatan Provinsi, diketahui bahwa PKB dilaksanakan di wilayah yang sulit dijangkau oleh layanan kesehatan.
Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kesehatan dasar dan pemberdayaan masyarakat. (f) Pendaftaran dan pelaporan, proses ini dilakukan oleh TPKB. Pencatatan data kesehatan pada PKB ini dapat dikatakan sama dengan pencatatan data kesehatan pasien yang datang ke Faskes pada umumnya. Laporan data PKB dikirimkan oleh dinas kesehatan provinsi ke sektor pelayanan kesehatan primer Kementerian Kesehatan.
Selain itu, data pelayanan kesehatan tidak hanya terbatas pada pelayanan kesehatan dasar saja, namun dapat mencakup kegiatan KIA, Imunisasi, Gizi, Wellness, Kesehatan Gigi, P2M.