PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Cicis Widya Fitriani, Alfi Yunita, Rina Febriana
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
The research was to find out whether student’s mathematical learning outcome implementing Talking Stick method was better than conventional learning. It was an experimental research with random-to-subject research design. The population was all students at VIII class SMPN 1 Ranah Pesisir Academic Year 2017/2018 consisting four classes. Sampling technique was random sampling and it was selected VIII.3 class as the experimental class and VIII.4 class as the control class. The instrument was posttest. Technique of data analysis used one-tailed t test. Hypothesis testing shows that tcount =2,35 and ttable=1,67. The hypothesis is accepted with significant level 95%. It is concluded student’s mathematical learning outcome implementing Talking Stick method is better than conventional learning.
Keywords:Talking Stick Learning Method, Learning Outcome
PENDAHULUAN
Suherman (2003: 22) “Matematika adalah ilmu yang tersturuktur dimana konsep-konsepnya tersusun secara hierarkis, tertsruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks”. Dalam matematika terdapat topic atau konsep yang menjadi prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik selanjutnya. Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan mampu mengkonstruksi suatu pengetahuan baru berdasarkan proses interaksi terhadap pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Seorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya, seperti dalam perubahan dalam segi keterampilan, sikap dan kebiasaan baru lainnya. Majid (2014:
27) “ Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.
Kemampuan seperti ini dapat
dikembangkan melalui proses
pembelajaran matematika. Hasil belajar matematika siswa kenyataannya masih rendah di SMPN 1 Ranah Pesisir.
Rendahnya hasil belajar siswa juga terjadi di SMPN 1 Ranah Pesisir. Banyak siswa memperoleh nilai di bawah KKM seperti yang terjadi di SMPN 1 Ranah Pesisir. Hal ini terlihat dari banyaknya nilai siswa yang masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak menguasai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 31 Oktober 2016 sampai dengan 07 November 2016 permasalahan yang ditemukan di SMPN 1 Ranah Pesisir adalah pembelajaran yang masih terpusat pada guru, mulai dari menjelaskan materi sampai menyelesaikan contoh soal, sedangkan siswa hanya melihat, mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru sehingga membuat pembelajaran kurang menyenangkan dan membuat siswa bosan, keberanian siswa sangat kurang dalam menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu siswa juga banyak yang mengobrol dengan teman sebelahnya saat guru menjelaskan materi. Pada saat guru memberikan soal latihan, sebagian siswa hanya menunggu dan menyalin jawaban temannya tanpa mengetahui bagaimana hasil tersebut diperoleh. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami konsep yang telah dipelajari, sehingga hasil belajarnya tidak maksimal.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika SMPN 1 Ranah Pesisir diperoleh informasi bahwa siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih suka mengobrol dengan temannya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, siswa lebih banyak diam pada saat guru bertanya tentang apa yang belum dipahami siswa, dan pada saat mengerjakan latihan siswa
lebih suka menyalin punya temannya saja daripada mengerjakan sendiri.
Berdasarkan masalah tersebut maka diberikan solusi yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran Talking Stick.
Suprijono (2015: 182-183)
“Pembelajaran dengan metode Talking Stick adalah pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat”. Adapun langkah-langkah dari metode pembelajaran Talking Stick sebagai berikut: (1) Diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari; (2) Peserta didik diberikan kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut; (3) Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini; (4) Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya; (5) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya; (6) Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik; (7) Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya; (8) Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogianya diiringi musik; (9) Guru memberikan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya; (10) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya
bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Talking Stick lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMPN 1 Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Oktafiani (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 3 Pasaman”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan metode Talking Stick lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010: 9) “eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi, mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu”. Penelitian eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus sampai 04 September 2017 semester 1 dikelas VIII SMPN 1 Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan.
Populasi adalah keseluruhan dari sampel. Menurut Sudjana (2005: 6)
“Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberi informasi yang berguna bagi masalah pendidikan”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII kecuali VIII.1 karena kelas unggul SMPN 1 Ranah Pesisir tahun ajaran 2017/2018. Sebagai gambaran populasi siswa kelas VIII tersebut, maka penulis menggambarkan data siswa yang masih berada di kelas VIII SMPN 1 Ranah Pesisir tahun ajaran 2016/2017 yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah siswa kelas VIII SMPN 1 Ranah Pesisir
Tahun Pelajaran 2017/2018
No Kelas Jumlah Siswa
1 VIII.2 29
2 VIII.3 29
3 VIII.4 29
4 VIII.5 30
Sumber : Guru Matematika Kelas VIII SMPN 1 Ranah Pesisir.
Sampel adalah bagian dari populasi, segala karakteristik populasi tercermin dalam sampel yang diambil.
Sudjana (2005: 6) menyatakan bahwa
“Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasinya”. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah kelas VIII.3 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol, untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan teknik random sampling atau undian. Teknik pengambilan sampel dengan cara undian dilakukan agar semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian.
Langkah pengambilan sampel dengan cara undian adalah uji normalitas populasi dengan menggunakan uji liliefors, berdasarkan perhitungan nilai ujian siswa maka diperoleh 4 kelas populasi berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji barlett dan diperoleh data homogen dan dan dilakukan uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan uji anava satu arah diperoleh data populasi memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel dilakukan dengan secara acak.
Berdasarkan pengundian yang dilakukan, pengambilan pertama kelas VIII.3 sebagai kelas eksperimen dan pengambilan kedua yaitu kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol.
Instrumen penelitian berupa tes yang berbentuk essay yang disusun berdasarkan materi yang telah dipelajari.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau validitas kurikulum sesuai yang dikemukakan oleh
Arikunto (2013:82). Analisis butir soal tes akhir dilakukan dengan menyelidiki tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal dan reliabilitas tes. Analisis data untuk menguji hipotesis digunakan uji t seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:
239).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus sampai 04 September 2018 pada kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka diperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa.
Data diperoleh setelah melakukan tes akhir yang dilakukan pada akhir penelitian berupa tes esai sebanyak 6 butir soal.
Jumlah siswa kelas eksperimen sebanyak 29 orang dan 29 orang siswa tersebut mengikuti tes akhir dan jumlah siswa kelas kontrol sebanyak 29 orang dan yang mengikuti tes akhir sebanyak 29.
Penerapan metode Talking Stick memiliki 10 langkah. Suprijono (2015:
182-183) Langkah pertama diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan materi mengenai menjelaskan dengan kata-kata dan menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi serta menyatakan suatu fungsi dengan notasi, pada pertemuan kedua guru menjelaskan
materi tentang menghitung nilai fungsi, pada pertemuan ketiga menghitung nilai perubahan fungsi jika nilai variable berubah, dan pertemuan keempat menentukan bentuk fungsi jika nilai dan data fungsi diketahui,
Langkah kedua, Peserta didik diberikan kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Pada langkah ini di pertemuan pertama setalah guru selesai menjelaskan materi tentang menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi, guru lalu menyuruh siswa untuk membaca dan memahami kembali tentang materi yang berkaitan dengan relasi dan fungsi yang dijelaskan oleh guru, apabila masih ada siswa yang kurang mengerti, guru akan menjelaskan kepada siswa pada bagian mana yang tidak dimengerti oleh siswa.
Langkah ketiga, Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Pada langkah ini guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan lembar pertanyaan dengan materi pada pertemuan pertama yaitu masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi, dipertemuan pertama terdapat 2 pertanyaan yang akan dikerjakan oleh siswa. Pada pertemuan kedua tentang menyatakan suatu fungsi dengan notasi individu yang berisikan 2 pertanyaan yang akan dijawab lagi oleh siswa. Pada pertanyaan ketiga guru akan membagi
lembar soal latihan tentang menghitung nilai perubahan fungsi jika nilai variable berubah yang berisikan 2 pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Pada pertemuan keempat guru memberikan lembar soal latihan individu dengan 2 pertanyaan juga yang dengan materi menentukan bentuk fungsi jika nilai dan data fungsi diketahui diberikan oleh guru kepada siswa. Guru akan membimbing siswa dalam langkah ini. Setelah siswa selesai mengerjakan lembar soal latihan individu, siswa pun mengumpulkan lembar kerja tersebut di meja guru. Berikut adalah salah satu bentuk lembar soal latihan yang dikerjakan oleh siswa.
Gambar 1. Lembar Soal Latihan Berdasarkan Gambar 1, siswa masih kurang teliti dalam menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi. Ini terlihat ketika mereka menjawab beberapa soal pada jawaban dilembar soal. Mereka masih kurang teliti memasangkan anggota pada diagram panah. Solusi nya guru lebih menekankan
siswa tentang materi yang telah dipelajari tadi. Setelah siswa selesai mengerjakan lembar soal latihan, guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan dimeja guru.
Langkah keempat, Guru
selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Dalam langkah ini, guru menyuruh siswa untuk menutup semua buku yang berkaitan dengan matematika, setelah siswa mengumpulkan lembar jawaban soal latihan individunya.
Semua siswa harus siap untuk permainan Talking Stick. Pada permainan ini siswa dilarang membuka buku yang berkaitan dengan matematika.
Langkah kelima, Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada langkah ini, sebelum guru mengambil tongkat. Guru menyiapkan tongkat dan musik yang berjenis barok yang akan dimainkan pada waktu tongkat digulirkan.
Langkah keenam, Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik.
Guru memberikan tongkat kepada salah seorang murid yang duduk paling ujung kanan, setelah itu guru menghidupkan musik. Pada saat musik berjalan, tongkat akan digulirkan dari tangan ke tangan oleh siswa, guru akan menghentikan musik tersebut. Siapa yang memegang tongkat pada saat musik dihentikan, dialah yang akan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dipapan tulis.
Langkah ketujuh, Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Pada langkah ini guru menyuruh siswa yang memegang tongkat pada saat musik berhenti maju kedepan, guru memberikan lembar pertanyaan kepada siswa tersebut, siswa tersebut menjawab pertanyaan di papan tulis, apabila pertanyaan tersebut mampu dijawab oleh siswa, maka tongkat akan digulirkan kembali dimulai dari siswa yang mendapat pertanyaan pertama tadi.
Langkah kedelapan, Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogianya diiringi musik. Pada saat stick bergulir dan diiringi oleh musik.
Siswa yang mendapat tongkat pada saat musik berhenti mendapat pertanyaan dari guru, pada saat siswa yang mendapat pertanyaan dan menuliskan jawaban nya dipapan tulis, pada pertemuan pertama siswa hanya memperhatikan siswa yang menulis jawaban dipapan tulis, dan pada pertemuan kedua, pada saat siswa yang mendapat pertanyaan dan menuliskan jawaban nya dipapan tulis, siswa yang lain dapat menjawab pertanyaan tersebut dibuku latihan mereka masing-masing setelah guru membaca pertanyaan kepada siswa yang lain.
Langkah kesembilan, Guru memberikan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang
telah dipelajarinya. Setelah siswa selesai menjawab pertanyaan guru dan permainan untuk Talking Stick selesai, guru memberikan refleksi kepada siswa, guru menanyakan kepada siswa apa ada siswa yang kurang paham dengan materi atau pertanyan-pertanyaan yang diberikan guru tadi, maka guru akan menjelaskan lagi tentang materi yang belum dipahami siswa.
Langkah kesepuluh, Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan. Setelah siswa selesai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru, guru memberikan ulasan jawaban kepada siswa, setelah guru memberikan ulasan kepada siswa, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pada hari itu secara bersama-sama.
Pelaksaan metode pembelajaran Talking Stick dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional dengan 4 kali pertemuan juga. Setelah materi selesai, diberikan tes akhir kepada kedua kelas sampel. Hasil analisi tes akhir dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Deskripsi Data Skor Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Sampel ´x S Xmaks Xmin Kelas
Eksperimen
72,4
5 11,16 92,3 51,3 Kelas
Kontrol
64,9
4 13,07 84,6 33,3
Berdasarkan Tabel 2, bahwa rata- rata hasil belajar matematika siswa kelas ekperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 72,45 dan kelas kontrol adalah 64,94. Selain itu, simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan simpangan baku kelas kontrol, dimana simpangan baku kelas eksperimen adalah 11,16 dan kelas kontrol adalah 13,07. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen memiliki keragaman yang kecil, sehingga menyebabkan pada umumnya nilai tersebar tidak terlalu jauh dari nilai rata-rata kelas. Selain itu, nilai maksimal dan minimal yang diperoleh siswa pada kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dimana nilai maksimal pada kelas ekperimen adalah 92,3 dan nilai minimal 51,3, sedangkan pada kelas kontrol nilai maksimal adalah 84,6.
Untuk melihat hipotesis diterima atau ditolak dilakukan uji normalitas dan uji homegenitas sampel. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh
kedua kelas sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen.
Oleh karena itu, dilakukan uji hipotesis dengan uji-t satu pihak. Berdasarkan uji-t satu pihak yang dilakukan diperoleh
thitung = 2,35 dengan ttabel
= 1,67 , karena thitung>¿ ttabel maka
terima H1 . Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan metode Talking Stck lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMPN 1 Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Hartanto, Sriyani (2016), ”model pembelajaran Talking Stick telah terbukti bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP NEGERI 11 BATAM dengan pokok bahasan bangun ruang sisi datar lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan konvensional
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran Talking Stick lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMPN 1 Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Majid, Abdul. (2014). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Oktafiani, Fifi. (2015). Pengaruh
Penerapan Metode
Pembelajaran Talking Stick Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 3 Pasaman. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sudjana, (2005). Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito
Suherman, Erman dkk. (2003) . Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jakarta : FPMIPA UPI.
Hartanto, Suryo dkk. (2016). Pengaruh
Penerapan Model
Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 11 BATAM, FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam
Suprijono, Agus. (2015). Edisi Revisi.
Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Yokyakarta:
Pustaka Pelajar