PENGURANGAN RISIKO BENCANA
BENCANA BERBASIS KOMUNITAS
Oleh
Chatarina Muryani Pusat Studi Bencana
LPPM Universitas Sebelas Maret
Bencana Masyarakat
Korban jiwa
Kerugian harta benda
Kerusakan infra struktur
Kerusakan lingkungan
Gangguan aktifitas ekonomi
Meninggal Luka2
Mengungsi
Publik Privat
Hutan Lahan Udara Alam
Non alam sosial
Contoh dampak bencana pada masyarakat
Tsunami Aceh Gempa Yogya Gempa Padang
Longsor Ponorogo
Longsor Banjarnegara
Banjir Bandang Wasior Banjir Bandang Sentani Banjir Bandang Lebak
Erupsi Merapi Erupsi Sinabung Banjir Kalimantan Erupsi G. Kelud Banjir Jakarta Banjir Bandung
Puting Beliung, Bogor
Faktor Pemicu
Faktor Utama: Kerentanan Masyarakat
Video longsor Ponorogo
PRBBK (Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas) CBDRM (Community Based Disaster Risk Management)
Dari berbagai definisi : komunitas umumnya terkait dengan tempat tertentu atau interaksi aktor, atau keduanya.
Hunter [2018] mengidentifikasi tiga dimensi komunitas: ekologis (ruang dan waktu), struktur sosial (jaringan dan interaksi), dan budaya simbolik (identitas, norma dan nilai-nilai).
Place Based Community (komunitas berbasis tempat) Dalam pendekatan ini, komunitas adalah totalitas individu danstruktur sosial dalam lokasi geografis tertentu. Fokusnya adalah spesifik tempat, biasanya sebuah desa atau daerah perumahan, dan masyarakat
termasuk semua penghuni lokasi. Selain itu, komunitas merangkul organisasi, institusi, dan otoritas di dalam tempat itu.
komunitas berbasis interaksi - merujuk pada interaksi antara orang-orang yang bisa dikonseptualisasikan sebagai jejaring sosial . Komunitas berbasis interaksi terkait erat dengan konsep modal sosial
komunitas praktik dan minat - merujuk pada jaringan khusus para pelaku yang terlibat dalam aksi bersama dan berbagi , menyelaraskan kegiatan ke arah tujuan bersama
Buku Panduan dari kang ET dkk ini sudah lengkap untuk mengetahui
apa dan bagaimana
PRBBK di
Indonesia
Kerentanan
masyarakat tinggi
PRBBKMenurunkan kerentanan
Meningkatkan kapasitas
Masyarakat
Tangguh
Recent Perspective Of Resilience
Resilience as Stability (Buffer capacity)
Resilience as Recovery
(Bounching back)
Resilience as Transformation
(Creatifity)
Empower Community
for disaster
PRBBK perlu ?
Pada saat ini
Pemerintah masih belum maksimal dalam penangan bencana.
Perlunya paradigma penanggulangan bencana yang bergeser dari tanggap darurat kepada pendekatan mitigasi dan preparadness.
Perlunya perubahan paradigma masyarakat dari berpasrah menjadi menyiapkan diri dalam berhadapan dengan bencana
Community based disaster
management
Pentingnya PRBBK
Pengelolaan bencana pada umumnya terfokus pada tanggap darurat dan pasca bencana
Urgensi dari manajemen bencana adalah pentingnya perubahan paradigma penanggulangan bencana yang
bergeser dari tanggap darurat kepada pendekatan mitigasi dan preparedness
community-based disaster Management dengan kata lain membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi
bencana baik pada sebelum, saat terjadi bencana, maupun
pasca bencana.
Kunci Keberhasilan
a)
Dukungan manajemen secara penuh dan konsisten yang ditunjukan secara nyata. Manajemen bencana harus
dianggap sebagai program strategis untuk memelihara dan menjaga hasil pembangunan atau proses produksi.
b)
Peran serta semua pihak yang ditunjukkan dengan
keterlibatan dalam proses manajemen bencana sesuai dengan porsinya masing-masing. Semakin tinggi
keberhasilannya.
c)
Ketersediaan sumberdaya yang memadai untuk
menangani bencana sesuai dengan kondisi dan sifat
masing-masing.
Sampai di mana keberhasilan PRBBK ?
Komunitas2 di lereng G. Merapi : Komunitas Siaga Merapi (KSM) Desa Glagaharjo, Cangkringan ; Komunitas Lereng Merapi di Desa Jrakah Kecamatan Selo ; Radio Komunikasi Merapi di Kec.
Kemalang, Komunitas Kancing, dll
Komunitas peduli banjir: Di kota Surakarta ada Sibat, Jabotabek ada Komunitas Matarantai,
Komunitas longsor desa Bojong, Purworejo, Kader Siaga Desa Candi, Pacitan
Masih banyak lagi komunitas2 bidang kebencanaan. Pertanyaanya adalah, apakah mereka berkegiatan terus?
Perlu kajian lebih lanjut
Bagaimana mengukur keberhasilan PRBBK ?
Telah melakukan berbagai kegiatan transfer ilmu, pelatihan dan simulasi tentang ancaman dan mitigasi bencana
Telah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk pengurangan risiko bencana
Hasil dari berbagi kegiatan tersebut telah merubah sikap masyarakat mulai dari kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga masyarakat telah memiliki kesiap-siagaan tinggi
dalam menghadapi bencana serta memiliki resiliensi tinggi jika
terjadi bencana
Contoh keberhasilan SIBAT Sewu
Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) adalah binaan PMI yang anggota2nya merupakan relawan yang dilatih untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana
Di kota Surakarta yang paling berhasil adalah Sibat Sewu (ada di Kelurahan Sewu)
Kegiatan2 yang pernah dilakukan: (1) Melakukan Participatory Rural Appraisal (PRA) Pengkajian / Penilaian (keadaan) Risiko secara
partisipatif . (2) mengadakan kegiatan pelatihan Code of Conduct dan
Saffer Acces. (3) Pelatihan pembuatan dapur umum, (4) membantu
pembuatan sumur resapan, (5) membantu pembuatan biopori, dll
DESA TANGGUH BENCANA (DESTANA)
Merupakan salah satu bentuk PRBBK
Komponen DESTANA: (1) Legislasi , (2) Perencanaan, (3)
Kelembagaan, (4) Pendanaan, (5) Pengembangan kapasitas, (6) penyelenggaraan penanggulangan bencana
Pengukuran DESTANA menggunakan 60 pertanyaan yang
dikembangkan dari 6 indicator di atas, setiap pertanyaan jika dijawab ya skornya 1 dan jika dijawab tidak skornya 0