Oleh:
RANIA JASMINE 20131112090
SKRIPSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL
JAKARTA 2017
Oleh:
RANIA JASMINE 20131112090
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi Sebagian Syarat Guna mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL
JAKARTA 2017
OIeh:
RANIA JASMINE 20131fl2a90
Diterima dan disetujui untuk diajukan dalam Ujian Komprehensif
J akarta, I 0 Februari 201 7 Dosen Pembimbing Skripsi,
*"'
(Dr. ka Geraldina, S.E., M.S.Ak., CA)
Tanggal Ujian Penguji Ketua Anggota
Mengikuti Tm Amnesty
dm
yang Tidak Mengikuti Tax Amnesty16Marct2017
Dr. Sparta, Ak., M.E., CA
1. Dr. Ira Geraldina, S.E., M.S.Ak., CA 2. Vidiyanna Rizal Putri, S.E, M.Si
dengan
ini
nienyatakan bahwa mahasiswa tersebut diatas telah mengikuti ujian komprehensif:pada tanggal dengan hasil
Tim Penguji, Ketua,
(Dr.
: 16Maret20l7
: Lulus
Anggota
l,
/Ln'
riCI.r9rr{l /\/
\YAlf
(Dr.Ira Geraldina, S.E., M.S.Ak., CA)
Anggota 2,
(Vidiyanna Rizal Putri,
@
S.E, M.Si)ill
Nama
: RANIA JASMINENIM :2Al31112090
Program Studi : Akuntansi
Dengan ini menyatakan skripsi yang saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila kemudian hari temyata skripsi ini merupakan hasil plagiat atau menjiplak karya orang lain, saya bersedia mempertanggungiawabkannya dan sekaligus bersedia menerima sanksi sesuai dengd,n peraturan STIE IBS.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar.
(Rania Jasmine)
Nama
: RANIA JASMINENIM :2Al3lll2090
Program Studi : Akuntansi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIE Indonesia Banking School
Hak
Bebas Royalti Non-eksklusif (Noz-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:"Analisis Perbandingan Profil Perusahaan Yang Pemiliknya Terindikasi Mengikuti
Tax AmnestyDan Yarg Tidak Mengikuti Tax Amnesty".
beserta perangkat yang ada
(ika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- eksklusifini
STIE Indonesia Banking School berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dan bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.Dibuat di Jakarta
Pada tanggal: l0 Februari2}l7
Yang menyatakan,
.De
{_adlp\l'
(Rania Jasmine)
Amnesty Dan Yang Tidak Mengikuti Tax Amnesty” dengan tepat waktu. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) Ekonomi di STIE Indonesia Banking School.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua STIE Indonesia Banking School Bapak Dr. Subarjo Joyosumarto.
2. Wakil Ketua I Bidang Akademik Bapak Dr. Sparta, Ak., M.E., CA
3. Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan Umum Bapak Khairil Anwar, S.E., M.S.M.
4. Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan Bapak Ir. Mahirsah Emil Akbar, MBA.
5. Ibu Dr. Ira Geraldina, S.E., M.S.Ak., CA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
6. Bapak Dr. Sparta, Ak., M.E., CA dan Ibu Vidiyanna Rizal Putri, S.E., M.Si.
selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang diberikan terhadap penelitian ini.
7. Seluruh dosen STIE Indonesia Banking School atas ilmu yang diberikan selama ini.
8. Seluruh jajaran staff STIE Indonesia Banking School.
9. Keluarga penulis, Mama, Papa, Ervan, dan Kiki atas segala do’a, dukungan, kasih sayang, dan motivasi yang begitu besar.
Rizky, Mazidun, Dimas, Hawa, dan Sekar yang sama-sama merasakan pusingnya olah data, interpretasi data dan galaunya di PHP-in jadwal sidang.
12.Rifat Rasyid teman super baik yang selalu nemenin makan ojju, dan juga terkadang suka nyusahin saya.
13.Keluarga besar Hj. Nursidar dan Hj. Suhaemi yang telah memberikan do’a dan bantuan dukungan moral dalam menyelesaikan skripsi ini.
14.Umi Nina yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
15.Ka Nanda, Ka Nurul, dan Ka Fajar teman-teman senior yang selalu mau direpotin dan ditanya seputar masalah skripsi dan tugas kampus.
16.Pakde ojek yang bawa motornya suka lama, tapi selalu setia nungguin Rania yang siap-siapnya super lama juga.
17.Sarah DM, Kenhari, Tiwi, Winda, Eva, Ajeng, Risma, Lulu, dan Sitta yang telah menjadi teman terbaik dan teman gosip semasa SMA.
18.Seluruh teman-teman STIE Indonesia Banking School Angkatan 2013.
Terimakasih atas seluruh pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga.
19. Seluruh pihak lainnya yang telah memberikan bantuan, doa, dan semangat kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 10 Februari 2016
Rania Jasmine
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Pembatasan Masalah ... 7
1.4. Tujuan Penelitian ... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 10
1.6. Sistematika Penulisan Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
2.1. Landasan Teori ... 12
2.1.1. Teori Agensi ... 12
2.1.2. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ... 13
2.1.3. Penggelapan Pajak (Tax Evasion) ... 15
2.1.3. Profil Kinerja ... 16
2.1.3.1. Manajemen Laba ... 16
2.1.3.2. Rasio Keuangan ... 18
2.1.3.3. Tobin-Q ... 19
2.1.4. Profil Manajemen ... 20
2.1.4.1. Profil CEO ... 20
2.1.4.2. Kepemilikan Institusional. ... 21
2.1.5. Profil Penghindaran Pajak ... 22
2.1.6. Profil Risiko ... 22
2.1.6.1. Volatilitas Laba ... 22
2.1.7. Profil Bisnis ... 24
2.1.7.1. Multinational Operations ... 24
2.2. Kerangka Pemikiran ... 24
2.2.1. Penelitian Terdahulu ... 24
2.2.2. Kerangka Pemikiran ... 30
2.3. Pengembangan Hipotesis ... 30
2.3.1. Profil Kinerja dan Tax Amnesty ... 30
3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 36
3.3. Variabel dan Operasional Variabel ... 37
3.3.1. Profil Kinerja ... 37
3.3.1.1. Kinerja Kualitas Informasi Akuntansi (DA) ... 37
3.3.1.2. Kinerja Keuangan... 38
3.3.1.2.1. Profitabilitas ... 38
3.3.1.2.2. Leverage ... 39
3.3.1.3. Kinerja Pasar (Rasio Tobin-Q) ... 39
3.3.2. Profil Manajemen ... 40
3.3.2.1. Profil CEO ... 40
3.3.2.2. Kepemilikan Institusional ... 40
3.3.3. Profil Penghindaran Pajak ... 41
3.3.3.1. Cash ETR ... 41
3.3.3.2. GAAP ETR ... 41
3.3.4. Profil Risiko ... 41
3.4.4.1. Volatilitas Laba ... 41
3.3.5. Profil Bisnis ... 42
3.4.5.1. Multinational Operations ... 42
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 43
3.4.1. Statistik Deskriptif... 43
3.4.2. Uji Normalitas ... 44
3.5. Teknik Pengujian Hipotesis ... 44
3.5.1. Uji Beda Independen ... 44
3.5.2. Uji Mann – Whitney ... 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47
4.2. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
4.2.1. Statistik Deskriptif... 48
4.2.1.1. Profil Kinerja ... 48
4.2.1.1.1. Discretionary Accrual ... 48
4.2.1.1.2. Profitabilitas (Return On Asset) ... 49
4.2.1.1.3. Leverage (Debt to Equity Ratio) ... 50
4.2.1.1.4. Tobin-q ... 51
4.2.1.2. Profil Manajemen ... 52
4.2.1.2.1. Profil CEO ... 53
4.2.1.2.2. Kepemilikan Institusional ... 53
4.2.1.3. Profil Penghindaran Pajak ... 55
4.2.1.3.1. Cash ETR ... 55
4.2.2. Uji Normalitas ... 59
4.2.2.1. Profil Kinerja ... 60
4.2.2.2. Profil Manajemen ... 61
4.2.2.3. Profil Penghindaran Pajak ... 62
4.2.2.4. Profil Risiko ... 63
4.2.2.5. Profil Bisnis ... 64
4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 65
4.2.3.1. Pengujian Hipotesis I ... 65
4.2.3.2. Pengujian Hipotesis II ... 66
4.2.3.3. Pengujian Hipotesis III ... 67
4.2.3.4. Pengujian Hipotesis IV... 68
4.2.3.5. Pengujian Hipotesis V ... 69
4.2.4. Analisis Hasil Penelitian ... 70
4.2.4.1. Perbedaan Profil Kinerja Pada Perusahaan yang Pemiliknya Mengikuti Tax Amnesty dan yang Tidak Mengikuti Tax Amnesty ... 70
4.2.4.1.1. Discretionary Accrual ... 70
4.2.4.1.2. Profitabilitas ... 71
4.2.4.1.3. Leverage ... 72
4.2.4.1.4. Tobin-q ... 72
4.2.4.2. Perbedaan Profil Manajemen Pada Perusahaan yang Pemiliknya Mengikuti Tax Amnesty dan yang Tidak Mengikuti Tax Amnesty ... 73
4.2.4.2.1. Profil CEO ... 73
4.2.4.2.2. Kepemilikan Institusional ... 74
4.2.4.3. Perbedaan Profil Penghindaran Pajak Pada Perusahaan yang Pemiliknya Mengikuti Tax Amnesty dan yang Tidak Mengikuti Tax Amnesty ... 75
4.2.4.3.1. Cash ETR ... 75
4.2.4.3.2. GAAP ETR ... 76
4.2.4.4. Perbedaan Profil Risiko Pada Perusahaan yang Pemiliknya Mengikuti Tax Amnesty dan yang Tidak Mengikuti Tax Amnesty ... 76
4.2.4.4.1. Volatilitas ROA ... 77
4.2.4.5. Perbedaan Profil Bisnis Pada Perusahaan yang Pemiliknya Mengikuti Tax Amnesty dan yang Tidak Mengikuti Tax Amnesty ... 77
LAMPIRAN ... 87 RIWAYAT HIDUP PENYUSUN SKRIPSI ... 110
Tabel 4.2 ... 48
Tabel 4.3 ... 52
Tabel 4.4 ... 55
Tabel 4.5 ... 57
Tabel 4.6 ... 58
Tabel 4.7 ... 60
Tabel 4.8 ... 61
Tabel 4.9 ... 62
Tabel 4.10 ... 63
Tabel 4.11 ... 64
Tabel 4.12 ... 65
Tabel 4.13 ... 66
Tabel 4.14 ... 67
Tabel 4.15 ... 68
Tabel 4.16 ... 69
Tabel 4.17 ... 70
Tabel 4.18 ... 73
Tabel 4.19 ... 75
Tabel 4.20 ... 76
Tabel 4.21 ... 77
Lampiran 4 ... 105
Lampiran 5 ... 105
Lampiran 6 ... 105
Lampiran 7 ... 106
Lampiran 8 ... 106
Lampiran 9 ... 106
Lampiran 10 ... 107
Lampiran 11 ... 107
Lampiran 12 ... 107
Lampiran 13 ... 108
Lampiran 14 ... 108
Lampiran 15 ... 108
Lampiran 16 ... 109
Lampiran 17 ... 109
Lampiran 18 ... 109
Hasil ini menunjukkan bahwa profil perusahaan dapat digunakan untuk membedakan antara perusahaan tax amnesty dan nontax amnesty. Penelitian ini menggunakan lima indikator kinerja, seperti: profil kinerja keuangan, profil manajemen, profil penghindaran pajak, profil risiko, dan profil bisnis. Penelitian ini juga menggunakan 70 perusahaan sampel yang cocok, terdiri dari 35 perusahaan tax amnesty dan 35 perusahaan non tax amnesty yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2015. Jadi pengamatan akhir adalah 350 firm years. Menggunakan uji Mann-Whitney, terdapat hasil yang menarik: (1) terdapat perbedaan pada profil kinerja keuangan yang diukur dengan akrual diskresioner, profitabilitas, dan Tobin-q antara perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty; (2) terdapat perbedaan pada profil manajemen yang diukur dengan kepemilikan institusional antara perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty; (3) terdapat perbedaan pada profil penghindaran pajak yang diukur dengan cash ETR dan GAAP ETR antara perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty; (4) dan terdapat perbedaan pada profil bisnis yang diukur dengan operasi multinasional antara perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Kata kunci : amnesti pajak, profil bisnis, profil kinerja, profil manajemen, profil penghindaran pajak, profil risiko
that the profiles of firms are matters to differentiate between tax amnesty firm and non tax amnesty firm. This study uses 5 performance indicators, such as: financial performance profile, management profile, tax avoidance profile, risk profile, and business profile. This study also use 70 firms matching sample, consist of 35 tax amnesty firm and 35 non tax amnesty firm which are listed in Indonesian Stock Exchange during 2011-2015. So the final observation are 350 firms years. Using Mann-Whitney test analysis, there are interesting results: (1) there is difference in performance profil measured by discretionary accrual, profitability, and tobin- qbetween tax amnesty firm and non amnesty firm; (2) there is difference in management profile measured by institutional ownership between tax amnesty firm and non amnesty firm; (3) there is difference in tax avoidance profile measured by cash ETR and GAAP ETRbetween tax amnesty firm and non amnesty firm; (4) and there is difference in business profile measured by multinational operations between tax amnesty firm and non amnesty firm.
Keywords : business profile, financial performance profile, management profile, risk profile, tax avoidance profile, tax amnesty
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro dalam Resmi (2014) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Terdapat perbedaan kepentingan antara pemerintah dan perusahaan selaku wajib pajak. Pajak di mata negara merupakan sumber penerimaan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan cenderung mencari cara untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal (Ngadiman dan Puspita Sari, 2014). Cara legal yang ditempuh oleh wajib pajak salah satunya adalah melalui tax amnesty.
Target penerimaan pajak setiap tahunnya mengalami peningkatan, begitu juga dengan realisasinya. Pemerintah berupaya agar tercapainya taget penerimaan pajak, seperti penghapusan sanksi administrasi perpajakan yaitu bunga, penurunan tarif final revaluasi aset, dan yang sedang dibahas yaitu kebijakan tax amnesty atau pengampunan pajak (Annisa et,.al, 2017).
Amnesti pajak adalah program pemerintah yang memaafkan semua atau sebagian dari hukuman yang harus dibayar oleh cheater pajak jika mereka secara
sukarela membayar tunggakan pajak mereka (Andreoni, 1991). Cheater pajak didefinisikan sebagai orang-orang yang tidak taat dan tidak jujur pada kewajiban pajaknya
Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak orang-orang kaya di Indonesia yang memarkir dananya di luar negeri demi menghindari kewajiban membayar pajaknya (Haryanto, 2016).
Pada tahun 1984, pemerintah pernah melakukan kebijakan tax amnesty di era Orde Baru. Dalam implementasinya, kebijakan tersebut dinilai tidak terlalu sukses mengingat respon WP yang tidak terlalu besar serta tidak terjadinya modernisasi sistem perpajakan di Indonesia. Berkaca dari ketidakberhasilan kebijakan tax amnesty tahun 1984, salah satu hal pokok yang menimbulkan keraguan bagi pihak WP adalah persoalan regulasi. Kebijakan tax amnesty tahun 1984 tidak didasarkan kepada payung hukum Undang-undang (UU) (Haryanto, 2016).
Tahun ini pemerintah kembali melakukan kebijakan tax amnesty.
Kebijakan ini diperkuat dengan ditebitkannya UU No. 11 tahun 2016 tentang tax amnesty. UU tersebut diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pertanggal 1 Juli 2016. Benar saja adanya tax amnesty ini merupakan sinyal bagi para pengusaha- pengusaha besar untuk turut serta.
Berdasarkan data yang dihimpun melalui halaman kompas dan tempo ada sebanyak 15 pengusaha dan tokoh kakap yang mengaku dirinya mengikuti tax amnesty, mereka adalah Hutomo Mandala Putra (Pengusaha), Hotman Paris Hutapea (Pengacara), James Riady (Pemilik Grup Lippo), Sofjan Wanandi
(Pemilik Grup Gemala), Erick Thohir dan Garibaldi “Boy” Thohir (Pemilik dan pendiri Mahaka Group), Chandra Lie (Pendiri dan pemilik Sriwijaya Air Group), Alim Markus (Pemilik Maspion Group), Anindya Bakrie CEO PT Bakrie Global Ventura, Sandiaga Uno (Pendiri PT Saratoga Investama), Arifin Panigoro (Pemilik Medco Grup), Prajogo Pangestu (Pendiri Barito Pacific Group), Anthoni Salim (Pemilik Grup Indofood), Franky Widjaja (Pemilik Grup Sinar Mas), Djoko Susanto (Pemilik Alfamart), Aburizal Bakrie (Pendiri Grup Bakrie).
Oleh karena itu menarik untuk menginvestigasi profil perusahaan yang pemiliknya mengikuti tax amnesty dan membandingkannya dengan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan indikasi awal mengenai motivasi mereka mengikuti tax amnesty. Profil perusahaan dilihat dari profil kinerja, profil manajemen, profil penghindaran pajak, profil risiko, dan profil bisnis.
Profil kinerja dibagi menjadi dua yaitu kinerja akuntansi dan kinerja pasar.
Kinerja akuntansi diukur menggunakan manajemen laba dan rasio keuangan.
Kinerja pasar diukur menggunakan Tobin-Q.
Penelitian yang dilakukan (Suyanto dan Supramono, 2012) membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan tindakan manajemen laba terhadap agresifitas pajak. Perusahaan cenderung akan melakukan income decreasing untuk mengurangi penghasilan kena pajak. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage dan profitabilitas. Penelitian yang dilakukan Mustikasari (2007) membuktikan bahwa perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur daripada
perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah. Menurut Kurniasih dan Sari (2013), leverage merupakan penambahan jumlah hutang yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tambahan berupa bunga atau interest. Pembiayaan melalui hutang terutama hutang jangka panjang akan menimbulkan beban bunga yang akan mengurangi beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2009) membuktikan bahwa rasio Tobin Q berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Profil manajemen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan profil CEO (Kompetensi Eksekutif) dan kepemilikan perusahaan, khususnya kepemilikan institusional. Penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan- perusahaan tentulah melibatkan pimpinan-pimpinan perusahaan didalamnya sebagai pengambil keputusan. Pada kenyataannya CEO dapat mempengaruhi keputusan penghindaran pajak dengan mengatur “tone at the top” berkaitan dengan kegiatan pajak perusahaan (Dyreng et al., 2010). Pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajemen. Besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan (Merslythalia dan lesmana, 2016).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dyreng et al., (2010) profil penghindaraan pajak yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode GAAP ETR dan Cash ETR. Xing dan Shunjun (2007) mendefinisikan effective tax rate (ETR) sebagai rasio (dalam presentase) dari pajak yang dibayarkan perusahaan berdasarkan total pendapatan sebelum pajak penghasilan akuntansi sehingga dapat
mengetahui seberapa besar presentase perubahan membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh perusahaan.
Profil risiko diukur melalui melalui standar deviasi dari ROA selama lima tahun. Penelitian yang dilakukan (Damayanti dan Susanto, 2015) membuktikan bahwa risiko perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak suatu perusahaan. Semakin besar risiko perusahaan maka akan semakin besar tindakan tax avoidance yang dilakukan (Maharani dan Suardana, 2014).
Profil bisnis (operasi) dalam penelitian ini dilihat dari multinational operations. Perusahaan yang beropersi lintas negara memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan tax avoidance yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang beroperasi lintas domestik, karena mereka bisa melakukan transfer laba ke perusahaan yang berada di lain negara, dimana negara tersebut memungut tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan negara lainnya (Rego, 2003).
Penelitian ini mengembangkan penelitian sebelumnya mengenai penghindaran pajak dengan mengambil topik tax amnesty yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu kontribusi utama penelitian ini adalah melakukan analisis perbandingan profil perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty. Secara spesifik penelitian ini menganalisisis pertama profil kinerja, profil manajemen, profil penghindaran pajak, profil risiko, dan profil bisnis.
1.2. Perumusan Masalah
Secara umum rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan profil kinerja, profil manajemen, profil penghindaran pajak, profil risiko dan profil bisnis antara perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty. Secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Profil Kinerja
a. Apakah terdapat perbedaan profil kinerja kualitas informasi akuntansi yang diukur melalui discretionary accrual pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ? b. Apakah terdapat perbedaan profil kinerja keuangan yang diukur melalui return on asset pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ?
c. Apakah terdapat perbedaan profil kinerja keuangan yang diukur melalui debt to equity ratio pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ?
d. Apakah terdapat perbedaan profil kinerja pasar yang diukur melalui tobin- q pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
2. Profil manajemen
a. Apakah terdapat perbedaan profil manajemen yang diukur melalui profil CEO pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ?
b. Apakah terdapat perbedaan profil manajemen yang diukur melalui kepemilikan institusional pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ?
3. Profil penghindaran pajak
a. Apakah terdapat perbedaan profil penghindaran pajak yang diukur melalui cash ETR pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ?
b. Apakah terdapat perbedaan profil penghindaran pajak yang diukur melalui GAAP ETR pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ?
4. Profil risiko
a. Apakah terdapat perbedaan profil risiko yang diukur melalui standar deviasi ROA pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ?
5. Profil bisnis
a. Apakah terdapat perbedaan profil risiko yang diukur melalui standar deviasi ROA pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty ?
1.3. Pembatasan Masalah
Identifikasi sampel untuk perusahaan yang pemiliknya mengikuti tax amnesty dan memiliki data keuangan yang published dari tahun 2010-2015. Tax amnesty dalam penelitian ini masuk kedalam kategori cara penghindaran pajak yang memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang
memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning). Tax amnesty dalam penelitian ini juga masuk kedalam kategori wajib pajak yang membayar uang tebusan dan juga melakukan repatriasi harta mereka.
1.4. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil kinerja, profil manajemen, profil penghindaran pajak, profil risiko dan profil bisnis antara perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Profil Kinerja
a. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil kinerja kualitas informasi akuntansi yang diukur melalui discretionary accrual pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
b. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil kinerja keuangan yang diukur melalui return on asset pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
c. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil kinerja keuangan yang diukur melalui debt to equity ratio pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
d. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil kinerja pasar yang diukur melalui tobin-q pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
2. Profil manajemen
a. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil manajemen yang diukur melalui profil CEO pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
b. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil manajemen yang diukur melalui kepemilikan institusional pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
3. Profil penghindaran pajak
a. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil penghindaran pajak yang diukur melalui cash ETR pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
b. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil penghindaran pajak yang diukur melalui GAAP ETR pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
4. Profil risiko
a. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil risiko yang diukur melalui standar deviasi ROA pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
5. Profil bisnis
a. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan profil bisnis yang diukur melalui operasi multinasional pada perusahaan yang mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
1.5. Manfaat Penelitian
Berikut adalah manfaat penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian dilakukan dengan harapan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat, khususnya mengenai motivasi awal tax amnesty yang dilihat dari profil perusahaan.
2. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan perusahaan untuk menentukan keputusan perusahaan dalam rangka mengikuti tax amnesty.
3. Bagi pemerintah
Sebagai sarana evaluasi pemerintah tentang keberhasilan program tax amnesty.
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar beakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tinjauan pustaka yang digunakan sebagai dasar untuk membahas masalah dalam penelitian ini. Bab ini juga mencakup teori-teori dan peneliti terdahulu yang mendukung perumusan hipotesis serta analisis hasil penelitian lainnya.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang bagaimana penelitian ini akan dilaksanakan secara operasional. Menguraikan definisi variabel, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pengujian hipotesis dan penyajian hasil dari pengujian tersebut, serta pembahasan dengan analisis yang dikaitkan dengan teori yang berlaku.
BAB V : PENUTUPAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian serta saran bagi peneliti selanjutnya dengan penelitian sejenis dan juga implikasi penelitian terhadap praktik yang ada.
2.1.1. Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan adalah kontrak antara satu pihak yang disebut dengan principal dengan pihak lain yang disebut dengan agent, yaitu pihak yang melaksanakan kegiatan untuk mewakili para principal yang melibatkan pendelegasian wewenang pembuatan keputusan kepada para agent. Dalam hubungan ini, keduanya baik prinsipal maupun agent, memiliki tujuan untuk memaksimalkan kepentingan masing- masing. Principal yang bertindak sebagai pihak yang menanamkan dananya pada perusahaan berkepentingan untuk menerima kembali dananya. Di lain pihak, agent yang bertindak sebagai pengelola dana berkepentingan untuk memaksimalkan kompensasi yang dapat diterima dengan memaksimalkan sumber daya yang ada. Adanya perbedaan kepentingan ini memunculkan suatu konflik yang disebut dengan konflik kepentingan (conflict of interest).
Eisenhardt (1989) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic,
yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Hal itu dapat menimbulkan konflik yang dinamakan agency problem.
Masalah ini dapat muncul apabila manajer memanfaatkan posisinya untuk mengalihkan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadinya, dimana manajer yang menggerakkan jalannya perusahaan termasuk menentukan tingkat penghindaran pajak yang akan dilakukan perusahaan (Puspita, 2014).
Manajer memandang kebijakan penghindaran pajak adalah cara untuk meniminumkan beban pajak secara legal sehingga dapat meningkatkan laba dan meningkatkan kinerja perusahaan (Chen et al., 2014). Desai dan Dharmapala (2006) menyatakan semakin tinggi insentif yang ada, maka akan membuat manajer semakin agresif dalam melakukan tax avoidance.
Tax avoidance merupakan suatu strategi pajak yang agresif yang dilakukan oleh perusahaan dalam memimalkan beban pajak, sehingga kegiatan ini akan merugikan pemegang saham dan memunculkan risiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik (Annisa dan Kurniasih, 2012).
2.1.2. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Tax avoidance adalah strategi dan teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan (Pohan, 2013).
Menurut Dyreng (2008), tax avoidance merupakan segala bentuk kegiatan yang memberikan efek terhadap kewajiban pajak, baik kegiatan diperbolehkan oleh pajak atau kegiatan khusus untuk mengurangi pajak.
Praktek tax avoidance biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan hukum pajak dan tidak melanggar hukum perpajakan.
Adapun cara tersebut menurut Merks (2007) dalam Kurniasih dan Sari (2013) adalah:
a) Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning), b) Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah (Formal tax planning),
c) Ketentuan Anti Tax Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule); serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).
Secara teori, arti tax amnesty adalah penghapusan pajak bagi Wajib Pajak (WP) yang menyimpan dananya di luar negeri dan tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak lewat imbalan menyetor pajak dengan tarif yang lebih rendah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak orang-orang kaya di Indonesia yang memarkir dananya di luar negeri demi menghindari kewajiban membayar pajaknya (Haryanto,2016).
Tax amnesty dalam penelitian ini masuk kedalam kategori cara penghindaran pajak yang pertama yaitu memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-
negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning).
Menurut penelitian Tax Justice Network (2010), lebih dari 331 miliar dollar AS (setara Rp 4.500 triliun) asset orang Indonesia berada di tax havens.
Sedangkan, menurut Global Financial Integrity (2014), sedikitnya terdapat Rp 200 triliun aliran dana ilegal keluar Indonesia setiap tahunnya. Lembaga lain seperti McKinsey pernah menyebut jumlah asset orang Indonesia di luar negeri mencapai Rp 4.000 triliun1.
2.1.3. Tax Evasion
Mardiasmo (2009) mengidentifikasikan penggelapan pajak sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang.
Menurut Wallschutzky dalam Nurmantu (2004) sebab-sebab WP melakukan tax evasion adalah:
1. WP berpersepsi tentang: (a) Tarif pajak terlalu tinggi; (b) Sistem keadilan dan kejujuran dalam perpajakan yang kurang; (c) Bagaimana kebijakan pemerintah dalam membelanjakan uang dari pembayaran pajak oleh Wajib Pajak;
2. Kecenderungan individu yang kurang memahami aturan dan hukum yang berlaku;
3. Perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelompok sehingga mempengaruhi individu tersebut melakukan tax evasion;
1 bisniskeuangan.kompas.com
4. Tax audit, pelaporan informasi dan potongan dalam pajak;
5. Administrasi pajak yang kurang dimengerti oleh tax payer;
6. Praktisi pajak;
7. Kemungkinan ketahuan dan penegakan hukum yang kurang dari pemerintah; dan
8. Servis dari Wajib Pajak yang kurang dinikmati.
Kenyataannya sulitnya penerapan Tax Avoidance membuat para wajib pajak lebih memilih melakukan penggelapan pajak (Tax Evasion).
2.1.4. Profil Kinerja 2.1.4.1. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah pilihan manajer atas kebijakan akuntansi atau tindakan riil yang akan mempengaruhi laba untuk mencapai tujuan pelaporan laba tertentu (Scott, 2012).
Berikut ini adalah jenis-jenis strategi yang dilakukan manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba (Subramanyam dan Wild, 2010):
1. Meningkatkan Laba adalah meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode.
2. Big Bath dilakukan melalui penghapusan (write-off) sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering kali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi.
3. Perataan Laba (Income Smoothing) dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya.
Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan.
Terdapat dua cara dalam melakukan manajemen laba, yaitu:
1. Manajemen laba akrual dilakukan dengan cara mengubah metode akuntansi atau estimasi yang digunakan pada perusahaan dalam mencatat suatu transaksi yang akan berpengaruh pada pendapatan yang dilaporkan pada laporan keuangan (Zang, 2012).
2. Manajemen laba riil dilakukan dengan cara memanipulasi aktivitas riil serta memiliki dampak langsung terhadap arus kas perusahaan.
Manajemen laba riil ini juga cenderung lebih sulit untuk dipahami oleh investor dan biasanya kurang menjadi perhatian dari auditor, regulator, dan pihak yang berkaitan lainnya (Kim dan Sohn, 2013).
Pada penelitian ini akan menggunakan manajemen laba akrual. Pengukuran manajemen laba akrual akan menggunakan model Modified Jones. Model ini digunakan karena dinilai merupakan model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Menurut Scott (2000) salah satu motivasi manajer melakukan manajemen laba adalah motivasi pajak. Pajak merupakan beban yang harus ditanggung perusahaan. Manajer mengolah laba atau melakukan praktik manajemen laba agar dapat menekan beban pajak penghasilan perusahaan. Suyanto dan Supramono
(2012) membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan tindakan manajemen laba terhadap agresifitas pajak.
2.1.4.2. Rasio Keuangan
Harahap (2007) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Subramanyam dan Wild (2010) menyajikan analisis rasio untuk diterapkan pada tiga area penting analisis laporan keuangan:
1. Analisis Kredit (Risiko)
a. Likuiditas. Untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.
b. Struktur modal dan solvabilitas. Untuk menilai kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang.
2. Analisis Profitabilitas
a. Tingkat pengembalian atas investasi (return on investment- ROI). Untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang.
b. Kinerja operasi. Untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi.
c. Pemanfaatan aset (asset utilization). Untuk menilai efektivitas dan intensitas aset dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover).
3. Valuasi
a. Untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (saham).
Rasio keuangan dalam penelitian ini akan menggunakan leverage dan profitabilitas. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suyanto dan Supramono (2012) yakni menguji Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, Dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan.
Kemudian penelitian yang dilakukan Maharani dan Suardana (2014) menguji Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Karakter Eksekutif pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur.
Penelitian yang dilakukan Mustikasari (2007) membuktikan bahwa perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur daripada perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah.
Menurut Kurniasih dan Sari (2013), leverage merupakan penambahan jumlah hutang yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tambahan berupa bunga atau interest. Pembiayaan melalui hutang terutama hutang jangka panjang akan menimbulkan beban bunga yang akan mengurangi beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
2.1.4.3. Tobin-Q
Tobin’s q adalah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya tentang nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu proforma manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Nilai Tobin’q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham (market value of all outstanding stock) dan nilai pasar hutang (market value of all debt) dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang ditempatkan
dalam aktiva produksi (replacement value of all production capacity), maka Tobin’s q dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).
Rasio Tobin's Q ini disebut sebagai salah satu alternatipe jenis rasio yang menggunakan pendekatan harga pasar dengan nilai buku perusahaan (price to book value ratio (P/BV ratio) seperti yang dikemukakan oleh Damodaran, (1996).
Penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2009) membuktikan bahwa rasio Tobin Q berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Rasio Tobin Q pada umumnya diterapkan untuk mengukur kinerja manajemen, disamping dipakai sebagai proxy untuk ukuran perusahaan, kinerja saham perusahaan di pasar modal atau nilai perusahaan (firm value), perusahaan dengan kinerja dan nilai perusahaan baik lebih besar pengaruh menurunkan penghindaran pajaknya daripada perusahaan yang mempunyai kinerja relatip kurang baik.
2.1.5. Profil Manajamen 2.1.5.1. Profil CEO
Tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan melalui kebijakan pimpinan perusahaan itu sendiri dalam pengambilan keputusan. Keputusan dan kebijakan diambil tidak semata-mata menggunakan perasaan tetapi juga berdasarkan kemampuan dan pengetahuannya. Kemampuan dan pengetahuannya dapat dilihat berdasarkan pengalamannya. Tentunya keputusan dan kebijakan yang diambil harus selaras dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan (Merslythalia dan Lasmana, 2016).
Penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan tentu saja melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri, CEO dapat mempengaruhi keputusan penghindaran pajak dengan mengatur “tone at the top”
berkaitan dengan kegiatan pajak perusahaan (Dyreng et al., 2010).
2.1.5.2. Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan saham pada perusahaan publik dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pemegang saham perorangan, pemegang saham institusi, dan kepemilikan saham manajerial termasuk dalam pemegang saham yang dimiliki oleh ekskutif atau direktur dengan demikian masuk dalam kategori pemegang saham perorangan. Kepemilikan saham institusional adalah prosentasi saham yang dimiliki institusi dan kepemilikan blockholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama perorangan diatas 5% tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan insider atau managerial, investor institusi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu investor aktif dan pasif (Pohan, 2009).
Shleifer dan Vishney (1986) dalam Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusi menjalankan tugas untuk memantau, mendisplinkan dan mempengaruhi manajer untuk dapat selalu fokus dalam menjalankan bisnis perusahaan dan menghindari manajer mementingkan diri sendiri.
Besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan, dan semakin kecil kepemilikan institusional akan meningkatkan kebijakan pajak agresif, tetapi semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin mengurangi tindakan
kebijakan pajak yang agresif. Pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajemen (Merslythalia dan lesmana, 2016).
2.1.6. Profil Penghindaran Pajak
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dyreng et al., (2010) pengukuran penghindaran pajak dalam penelitian ini menggunakan dua standar pengukuran yaitu GAAP ETR dan Cash ETR. Xing dan Shunjun (2007) mendefinisikan effective tax rate (ETR) sebagai rasio (dalam presentase) dari pajak yang dibayarkan perusahaan berdasarkan total pendapatan sebelum pajak penghasilan akuntansi sehingga dapat mengetahui seberapa besar presentase perubahan membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil nilai rata-rata effective tax rate (ETR) perusahaan maka dapat mencerminkan semakin besar adanya penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan (Sartika, 2015).
2.1.7. Profil Risiko
2.1.7.1. Volatilitas Laba
Paligorova (2010) mengartikan risiko perusahaan merupakan volatilitas laba perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus standar deviasi. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa risiko perusahaan merupakan penyimpangan atau standar deviasi dari laba baik penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin lebih dari yang direncanakan (upside potential), semakin besar deviasi laba perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada (Budiman dan Setiyono, 2012).
Menurut Hartono (2008) resiko ada kaitanya dengan return yang diperoleh perusahaan, bahwa resiko merupakan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Dengan demikian dapat diartikan semakin besar deviasi antara outcome yang diterima dengan diekspektasikan mengindikasikan semakin besar pula resiko yang ada. Seorang investor akan menghadapi risiko investasi berupa kemungkinan terjadinya perbedaan hasil yang diharapkan (expected return) dengan hasil yang benar-benar terjadi (Penman, 2007 dalam Budiman dan Setiyono, 2012).
Paligrova (2010) untuk mengukur risiko perusahaan ini dihitung melalui standar deviasi dari EBITDA (Earning Before Income Tax, Depreciation, Amortization) dibagi dengan total aset perusahaan. Besar kecilnya risiko perusahaan mencerminkan apakah eksekutif perusahaan termasuk dalam kategori risk taking atau risk averse, semakin besar risiko perusahaan menunjukan eksekutif perusahaan tersebut adalah risk taking, sebaliknya semakin kecil risiko perusahaan menunjukan eksekutif perusahaan tersebut adalah risk averse.
Damayanti dan Susanto (2015) membuktikan bahwa risiko perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Maharani dan Suardana (2014) menyatakan semakin besar risiko perusahaan maka akan semakin besar tindakan tax avoidance yang dilakukan.
2.1.8. Profil Bisnis
2.1.8.1. Multinational Operation
Menurut Rego (2003) semakin besar ukuran perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan
perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi. Selain itu perusahaan yang beropersi lintas negara memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan tax avoidance yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang beroperasi lintas domestik, karena mereka bisa melakukan transfer laba ke perusahaan yang berada di lain negara, dimana negara tersebut memungut tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan negara lainnya.
Slemrod (2001) dalam Taylor dan Richardson (2011) mengklaim bahwa perusahaan multinasional menggunakan seperangkat metode yang saling terkait dan berorientasi global dalam melakukan perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak perusahaan. Perbedaan tarif pajak antar negara akan mendorong perusahaan untuk melakukan tax avoidance.
Rego (2003) meneliti perencanaan pajak perusahaan multinasional di Amerika Serikat. Rego (2003) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dengan operasi luar negeri yang luas memiliki ETR yang rendah.
2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Penulis Tahun Judul Variabel Kesimpulan
Profil Kinerja Pohan 2009 Analisis Pengaruh
Kepemilikan Institusi, Rasio Tobin q, Akrual
Dependen:
Penghindaran Pajak Independen:
1. Kepemilikan
1. Tidak terdapat pengaruh kepemilkan
Pajak, dan Biaya Pajak Ditunda
Terhadap Penghindaran Pajak
Pada Perusahaan Publik
2. Rasio Tobin-Q 3. Akrual Pilihan 4. Tarif Efektif
Pajak
5. Biaya Pajak Ditunda
terhadap penghindaran pajak.
2. Terdapat pengaruh rasio Tobin Q terhadap penghindaran pajak
3. Terdapat pengaruh perata laba terhadap penghindaran pajak
4. Terdapat pengaruh akrual pilihan terhadap pengh
indaran pajak 5. Terdapat
pengaruh tarif efektif terhadap penghindaran pajak
6. Tidak terdapat pengaruh biya pajak ditunda terhadap penghindaran pajak
Tiaras dan
Wijaya 2015 Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba,
Komisaris Independen Dan
Dependen:
Agresivitas Pajak Independen:
1. Likuiditas 2. Leverage
1. Manajemen Laba
berpengaruh secara signifikan
Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak
3. Manajemen Laba 4. Komisaris
Independen 5. Ukuran
Perusahaan
terhadap agresivitas pajak 2. Ukuran
Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak Suyanto
Supramono dan
2012 Pengaruh Likuiditas, Leverage, Komisaris
Independen, Dan Manajemen Laba
Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan
Dependen:
Agresivitas Pajak Independen:
1. Likuiditas 2. Leverage 3. Komisaris
Independen 4. Manajemen
Laba
1. Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Agresivitas Pajak.
2. Komisaris Independen berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak.
3. Manajemen laba
berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak.
Maharani dan Suardana
2014 Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Karakter Eksekutif pada Tax Avoidance
Perusahaan
Dependen:
Tax Avoidance Independen:
1. Corporate Governance 2. Profitabilitas
1. Proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif
terhadap tax
Manufaktur 3. Karakter
Eksekutif avoidance
2. Kualitas audit
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance 3. Komite Audit
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance 4. ROA
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance 5. Risiko
perusahaan berpengaruh positif
terhadap tax avoidance Profil Manajemen
Dyreng et
al., 2010 The Effects of Executives on Corporate Tax
Avoidance
Dependen:
Tax Avoidance Independen:
Individu Top Executives
Individu Top Executives berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance Ngadiman
Puspitasari dan
2014 Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Dependen:
Tax Avoidance Independen:
1. Leverage 2. Kepemilikan
Institusional 3. Ukuran
Perusahaan
1. Leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance 2. Kepemlikan
Institusional berpengaruh signifikan terhadap Tax
Indonesia 2010-
2012 Avoidance
3. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance Merslythali
a dan lesmana
2016 Pengaruh
Kompetensi Eksekutif, Ukuran
Perusahaan, Komisaris Independen, Dan
Kepemilikan Institusional Terhadap Tax
Avoidance
Dependen:
Tax Avoidance Independen:
1. Kompetensi eksekutif 2. Ukuran
perusahaan 3. Komisaris
independen 4. Kepemilikan
institusional
Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tax avoidance
Profil Risiko Damayanti
dan Susanto
2015 Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko
Perusahaan dan Return On Asset
terhadap Tax Avoidance
Dependen:
Tax Avoidance Independen:
1. Komite Audit 2. Kualitas Audit 3. Kepemilikan
Institusional 4. Risiko
Perusahaan 5. Return On
Asset
1. Risiko perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance 2. Return on
asset
berpengaruh terhadap tax avoidance Profil Bisnis
Taylor dan
Richardson 2011 International Corporate Tax
Avoidance Practices: Evidence
from Australian Firms
Dependen:
Tax Avoidance Independen:
1. Thin
capitalization 2. Transfer
pricing 3. Income shifting
1. Thin
capitalization berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance 2. Transfer
pricing berpengaruh
4. Multinational operations 5. Tax haven
signifikan terhadap tax avoidance 3. Income
shifting berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance 4. Multinational
operations berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance 5. Tax haven
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance Dewi dan
Jati 2014 Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, Dan Dimensi Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik Pada Tax Avoidance Di Bursa
Efek Indonesia
Dependen:
Tax Avoidance Independen:
1. Risiko perusahaan 2. Ukuran
perusahaan 3. Multinational
company 4. Kepemilikan
institusional 5. Proporsi
dewan komisaris independen 6. Kualitas audit 7. Komite audit
1. Risiko perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance 2. Kualitas
audit
berpengaruh terhadap tax avoidance 3. Komite audit
berpengaruh terhadap tax avoidance
Sumber: Olahan penulis
2.2.2. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Olahan penulis 2.3. Pengembangan Hipotesis
2.3.1. Profil Kinerja dan Tax Amnesty
Suyanto dan Supramono (2012) membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan tindakan manajemen laba terhadap agresifitas pajak.
Penelitian yang dilakukan Mustikasari (2007) membuktikan bahwa perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur daripada perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah.
Menurut Kurniasih dan Sari (2013), leverage merupakan penambahan jumlah hutang yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tambahan berupa bunga atau interest. Pembiayaan melalui hutang terutama hutang jangka panjang akan
Tax Amnesty Firm 1. Profil kinerja 2. Profil
manajemen 3. Profil
penghindaran pajak
4. Profil risiko 5. Profil Bisnis
Non Tax Amnesty Firm 1. Profil kinerja 2. Profil
manajemen 3. Profil
penghindaran pajak
4. Profil risiko 5. Profil Bisnis
menimbulkan beban bunga yang akan mengurangi beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2009) membuktikan bahwa rasio Tobin Q berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Oleh karena itu penelitian ini menduga terdapat perbedaan profil kinerja akuntansi dan kinerja pasar antara perusahaan yang terindikasi mengikuti tax amnesty dengan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho1a: Tidak terdapat perbedaan profil kinerja kualitas informasi akuntansi yang diukur melalui discretionary accrual pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha1a: Terdapat perbedaan profil kinerja kualitas informasi akuntansi yang diukur melalui discretionary accrual pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ho1b: Tidak terdapat perbedaan profil kinerja keuangan yang diukur melalui return on asset pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha1b: Terdapat perbedaan profil kinerja keuangan yang diukur melalui return on asset pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ho1c: Tidak terdapat perbedaan profil kinerja keuangan yang diukur melalui debt to equity ratio pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha1c: Terdapat perbedaan profil kinerja yang diukur melalui debt to equity ratio pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ho1d: Tidak terdapat perbedaan profil kinerja pasar yang diukur melalui tobin-q pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha1d: Terdapat perbedaan profil kinerja yang diukur melalui tobin-q pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
2.3.2. Profil Manajemen dan Tax Amnesty
Penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan tentu saja melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri, CEO dapat mempengaruhi keputusan penghindaran pajak dengan mengatur “tone at the top”
berkaitan dengan kegiatan pajak perusahaan (Dyreng et al., 2010)
Menurut Pohan (2009), kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki institusi dan kepemilikan blockholder (investor dengan posisi kepemilikan saham paling sedikit 5%). Semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan mampu menciptakan kontrol yang lebih baik, dan diharapkan dapat mengurangi praktik penghindaran pajak didalam suatu perusahaan.
Oleh karena itu penelitian ini menduga terdapat perbedaan profil manajemen antara perusahaan yang terindikasi mengikuti tax amnesty dengan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho2a: Tidak terdapat perbedaan profil manajemen yang diukur melalui profil CEO pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha2a: Terdapat perbedaan profil manajemen yang diukur melalui profil CEO pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ho2b: Tidak terdapat perbedaan profil manajemen yang diukur melalui kepemilikan institusional pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha2b: Terdapat perbedaan profil manajemen yang diukur melalui kepemilikan institusional pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
2.3.3. Profil Penghindaran Pajak dan Tax Amnesty
Seperti yang dikemukakan oleh Andreoni (1991) amnesti pajak adalah program pemerintah yang memaafkan semua atau sebagian dari hukuman yang harus dibayar oleh cheater pajak jika mereka secara sukarela membayar tunggakan pajak mereka. Cheater pajak didefinisikan sebagai orang-orang yang tidak taat dan tidak jujur pada kewajiban pajaknya.
Perusahaan yang mengikuti tax amnesty terindikasi merupakan perusahaan yang melakukan penghindaran pajak dimasa lalunya.
Oleh karena itu penelitian ini menduga terdapat perbedaan profil penghindaran pajak antara perusahaan yang terindikasi melakukan tax amnesty dengan perusahaan yang tidak melakukan tax amnesty.
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho3a: Tidak terdapat perbedaan profil penghindaran pajak yang diukur melalui Cash ETR pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha3a: Terdapat perbedaan profil penghindaran pajak yang diukur melalui Cash ETR pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ho3b: Tidak terdapat perbedaan profil penghindaran pajak yang diukur melalui GAAP ETR pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha3b: Terdapat perbedaan profil penghindaran pajak yang diukur melalui GAAP ETR pada perusahaan yang yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
2.3.4. Profil Risiko dan Tax Amnesty
Damayanti dan Susanto (2015) menguji pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return On Asset terhadap Tax Avoidance diperoleh hasil bahwa risiko perusahaan berpengaruh terhadap perilaku penghindaran pajak.
Maharani dan Suardana (2014) menyatakan semakin besar risiko perusahaan maka akan semakin besar tindakan tax avoidance yang dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho4a: Tidak terdapat perbedaan profil risiko pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha4a: Terdapat perbedaan profil risiko pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
2.3.5. Profil Bisnis dan Tax Amnesty
Perusahaan multinasional menggunakan seperangkat metode yang saling terkait dan berorientasi global dalam melakukan perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak perusahaan. Perbedaan tarif pajak antar negara akan mendorong perusahaan untuk melakukan tax avoidance (Slemrod, 2001 dalam Taylor dan Richardson, 2011).
Oleh karena itu penelitian ini menduga terdapat perbedaan profil bisnis antara perusahaan yang terindikasi mengikuti tax amnesty dengan perusahaan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho5a: Tidak terdapat perbedaan profil bisnis pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.
Ha5a: Terdapat perbedaan profil bisnis pada perusahaan yang pemiliknya terindikasi mengikuti tax amnesty dan yang tidak mengikuti tax amnesty.