• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI FITONEMATODA PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr) KLON MD2 BERGEJALA PENYAKIT LAYU DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR

N/A
N/A
Hamid Rizza As - shofy

Academic year: 2023

Membagikan "INVENTARISASI FITONEMATODA PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr) KLON MD2 BERGEJALA PENYAKIT LAYU DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

SEMINAR TUGAS AKHIR

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA : HAMID RIZZA AS-SHOFY

NIM : A34190084

PROGRAM STUDI : PROTEKSI TANAMAN

JUDUL TUGAS AKHIR : KEANEKARAGAMAN SPESIES SEMUT PADA LAHAN PERTANAMAN NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

DOSEN PEMBIMBING I : Dr. Ir. IDHAM SAKTI HARAHAP, M.Si.

DOSEN PEMBIMBING II : NADZIRUM MUBIN, S.P., M.Si.

DOSEN PENGUJI : Prof. Dr. Ir. SURYO WIYONO, M.Sc.Agr.

HARI/TANGGAL : SELASA/ AGUSTUS 2023

WAKTU : 10.00-11.00 WIB

TEMPAT : RUANG SIDANG 1

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

INVENTARISASI FITONEMATODA PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr) KLON MD2 BERGEJALA PENYAKIT LAYU DI

KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR

Inventory of Phytonematodes in Pineapple Plants (Ananas comosus L. Merr) MD2 Clone with Symptoms at Blitar Regency, East Java.

ABSTRACT

One of the obstacles in pineapple (Ananas comosus L. Merr) cultivation is the attack of pests and plant diseases. Phytonematodes are one of the diseases that are quite detrimental to pineapple cultivation. The life activity of nematodes can interfere with plant health, thus reducing the level of plant productivity. This study aims to determine the population of phytonematodes in pineapple plants with wilt symptoms. Soil and root samples were collected from healthy and diseased pineapple plants. Extraction of nematodes using flotation- centrifugation and mist- chamber methods. Identification of nematodes was based on morphological characteristics. Nine genera of phytonematodes were found: Rotylenchulus spp., Pratylenchus spp., Helicotylenchus spp., Tylenchus spp., Criconemoides spp., Criconemella spp., Coslenchus spp.., and Meloidogyne spp. Phytonematodes with the most dominant population in soil samples were Rotylenchulus spp. in healthy plants with an absolute population of 1,241.6 per 100 mL of soil and a prominence value of 1,155.95, then there were Pratylenchus spp. in diseased plants with an absolute population of 95.83 and a prominence value of 82.06. Root samples on diseased plants were dominated by Coslenchus spp. with an absolute population of 46.67 and a prominence value of

120.94. The absolute frequency of the three phytonematodes was in the range of 20-86.67%.

Keywords: morphology identification, phytonematodes, pineapple disease

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor penting yang memberikan peran penting bagi peningkatan perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik (2021) yang menunjukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sektor pertanian menempati angka yang cukup tinggi yaitu 13,70% pada tahun 2019. Salah satu subsektor yang mempunyai banyak andil dalam pencapaian ini adalah pertanian hortikultura, khususnya buah-buahan. Tanaman buah yang saat ini sedang gencar dikembangkan diantaranya adalah nanas. Buah yang tumbuh di daerah subtropis dan tropis ini memiliki tingkat produksi dan ekspor yang cukup tinggi. Nanas (Ananas comosus L. Merr) menempati diurutan keempat dalam tingat produksi dan ekspor setelah pisang, manga, dan jeruk siam atau keprok (BPS 2021). Menurut data FAO (2020), produksi nanas di Indonesia mencapai nilai 2,46 juta ton.

Budi daya nanas saat ini tersebar diberbagai daerah di Indonesia. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi penghasil nanas terbesar, total produksi nanas di Jawa Timur berturut-turut dari tahun 2018 hingga 2020 adalah 1.392.349 kuintal, 2.502.915 kuintal dan 2.105.476 kuintal (BPS, 2021). Sentra nanas di Provinsi Jawa Timur terletak di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar khususnya di daerah sekitar kaki Gunung Kelud (Nifsu 2022). Jenis nanas yang dibudidayakan di Blitar sendiri salah satunya adalah klon hibrida MD2. Klon MD2 adalah hasil dari penggambungan gen Smooth Cayenne, Red Spanish, Queen, dan Hilo Pernambuco (Mahmud 2015). Nanas MD2 ditanam pertama kali di Malaysia dan dikembangkan oleh Pineapple Research Institute

(3)

of Hawaii (PRI) pada tahun 1970-an. Nanas MD2 memiliki keunggulan berwarna kuning keemasan yang seragam, rasa buah manis, tinggi kandungan vitamin C, serat lebih sedikit, kulit nanas lebih tipis, bentuk kecil namun bobot buah yang berat antara 1,3-2,5 kg, serta penyimpanan cukup lama yaitu 30 hari (Ahmadi 2015).

Lingkungan dan jenis tanaman yang baik belum cukup untuk mendapatkan hasil yang optimal pada budi daya nanas. Faktor serangan hama dan penyakit juga dapat mempengaruhi hasil panen secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian Mitrasari (2017) di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Subang, hama dan penyakit utama pada tanaman nanas adalah kutu putih (Dysmicoccus brevipes) dan penyakit layu nanas MWP (mealybug wilt of pineapple). MWP yang disebabkan oleh PMWaV (pineapple mealybug wilt associated virus) dengan gejala berupa pertumbuhan akar berhenti, tanaman menjadi layu, mati dan busuk. (Hutahayan 2006).

Selain itu terdapat hama dan penyakit yang menimbulkan gejala layu pada tanaman nanas yaitu Symphylid dan nematoda parasit tanaman. Symphylid akan merusak perakaran nanas, memakan akar muda membuat pertumbuhan dan jangkauan akar tidak sempurna, bahkan mati (Py et al. 1987). Sedangkan fitonematoda akan menyebabkan tanaman mengkerdil, warna kecoklatan pada akar (lesio) dan terdapat bintil pada akar.

Penelitian Sipes et al. (2002) menunjukan bahwa tanaman nanas yang terkena layu akibat terinfestasi nematoda Rotylenchulus reniformis mengalami penurunan hasil sebanyak 30%. Gejala layu yang disebabkan oleh PMWaV, Symphylid dan fitonematoda sekilas akan tampak mirip jika hanya melakukan pengamatan pada tajuk tanaman. Oleh karena itu, penelitian ini, bertujuan untuk mengidentifikasi jenis fitonematoda berdasarkan gejala penyakit layu pada tanaman nanas klon MD2.

Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar informasi untuk penelitian lebih lanjut terhadap fitonematoda yang diduga dapat memperparah gejala layu pada tanaman nanas.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan sampel tanah dan akar dilaksanakan pada bulan Agustus di lahan budi daya nanas Desa Ngarigi, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Ekstraksi sampel dan identifikasi fitonematoda dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2022 di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan diantaranya adalah corong Baermann termodifikasi, saringan 50 dan 400 mesh, botol koleksi, mikroskop stereo, mikroskop compound, beaker glass, counting dish, pipet 30 ml, kaca preparat, kaca obyek, buku kunci identifikasi, label, alat tulis, timbangan digital, dan kamera. Bahan yang digunakan terdiri atas larutan FAA (Formalin Acetic Acid), larutan dextrose 40%, akuades, kutek transparan, sampel tanah dan akar dari tanaman nanas klon MD2.

Pengamatan Gejala dan Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilaksanakan di kawasan perkebunan nanas di Desa Ngaringi, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria tanaman sehat dan tanaman sakit (bergejala). Kategori tanaman sehat memiliki ciri tanaman hijau, daun tegar, tidak ada klorosis dan nekrosis pada daun, serta akar utama dan akar halus dengan kondisi baik. Sedangkan

(4)

kategori tanaman sakit (bergejala) memiliki ciri tanaman kerdil, daun berwarna kuning, layu atau hilang ketegarannya, terdapat klorosis atau nekrosis pada daun, dan kondisi akar halus yang sedikit. Sampel diambil masing-masing sebanyak 15 tanaman pada setiap kategori dan dipisahkan setiap tanaman untuk dimasukkan kedalam plastik dan diberi label. Sampel tanah yang diambil dengan jarak 10 cm dari tanaman sebanyak empat sisi dan kedalaman 10-15 cm. Sementara sampel akar diambil dari perakaran utama dan akar halus. Sampel kemudian disimpan dalam cooling box untuk tetap menjaga suhu dan kelembaban sampel.

Ekstraksi Sampel Tanah dan Akar

Ekstraksi nematoda pada sampel tanah menggunakan metode flotasi-sentrifugasi yang mengacu pada Caveness dan Jensen (1955). Suspensi disentrifugasi sebanyak dua kali yaitu pada kecepatan 1500 rpm selama lima menit dengan campuran akuades dan pada kecepatan 1700 rpm selama satu menit dengan campuran larutan dextrose 40%.

Suspensi disaring menggunakan saringan bertingkat 50 dan 400 mesh. Ekstraksi nematoda dari sampel akar menggunakan metode mist chamber yang dimodifikasi mengacu pada Hooper et al. (2005). Sampel akar dibersihkan dari tanah dan serasah yang menempel, lalu ditimbang dan dipotong dengan panjang ± 0,5 cm. Akar kemudian diletakkan pada corong yang sudah terdapat saringan dan dimasukkan ke dalam lemari mist chamber selama 72 jam. Suspensi disaring dengan saringan 40 mesh. Suspensi hasil ekstraksi tanah dan akar kemudian disimpan dalam botol koleksi sebanyak 25 mL.

Sampel siap diidentifikasi atau disimpan pada suhu 10 °C.

Pembuatan Preparat Semi-permanen dan Identifikasi Nematoda

Suspensi hasil ekstraksi diletakkan pada kaca preparat yang telah diberi FAA (Formalin Acetic Acid) semipermanen dan ditutup dengan kaca obyek serta direkatkan dengan kutek transparan. Preparat kemudian diamati menggunakan mikroskop compound OLYMPUS BX51 dan menggunakan software ToupView.Ink 2015.

Identifikasi nematoda dilakukan sampai tingkat genus berdasarkan karakter morfologi spesimen nematoda dengan kunci identifikasi “Pictorial Key to Genera of Plant- Parasitic Nematodes” Mai dan Lyon (1975).

Analisis Komunitas Fitonematoda

Analisis komunitas fitonematoda dengan mengamat peubah yaitu populasi absolut (PA), frekuensi absolut (FA) dan nilai prominensi (NP) (Norton 1978) dan indeks populasi (Fourie et al. 2001). Rumus perhitungan sebagai berikut :

n p × V PA = 𝑖=1 v )

n

PA (populasi absolut) adalah populasi spesies fitonematoda total per sampel tanah atau akar, p adalah populasi spesies fitonematoda teramati pada counting dish, V adalah volume suspensi fitonematoda hasil ekstraksi, v adalah volume suspensi nematoda saat di counting dish, dan n adalah ulangan pengamatan 3 kali pada counting dish.

Σ kejadian ditemukannya fitonematoda target FA = Σ contoh yang diamati

PA √FA

NP = 10

(5)

a b c d

Fitonematoda yang dihitung indeks populasinya memiliki NP (nilai prominensi) yang paling tinggi pada kedua jenis sampel. Indeks populasi fitonematoda ditujukkan untuk menghitung pola sebaran fitonematoda penting pada tanaman nanas dengan beberapa derajat kesehatan tanaman. Perhitungan ini dengan mengubah nilai PA menjadi indeks pada tiap kondisi tanaman dengan rumus:

Indeks populasi TSH = rata − rata PA dari TSH

rata − rata PA dari penjumlahan TSH + TSK

TSH adalah tanaman sehat dan TSK adalah tanaman sakit (bergejala).

Perhitungan indeks populasi juga dilakukan pada populasi TSK dengan mengganti nilai pembilangnya dengan rata-rata populasi absolut uji. Perhitungan populasi, frekuensi absolut, nilai prominensi dan indeks populasi menggunakan microsoft excel 365.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala pada Tanaman Nanas

Pengamatan gejala meliputi bagian tajuk dan perakaran tanaman. Secara umum hasil pengamatan tajuk tanaman sakit dilapangan menunjukan gejala daun layu, menguning atau klorosis, nekrotik di bagian ujung daun, dan turgiditas rendah.

Beberapa tanaman dengan gejala lebih parah bahkan menunjukan gejala kerdil dan tidak berbuah. Insidensi klorosis pada pertanaman bergejala terlihat dari rentang 1-3%.

Pengamatan akar pada tanaman bergejala menunjukan reduksi yang cukup tinggi pada akar. Hasil pengamatan menunjukan akar pada tanaman sehat terdapat lesi atau luka yang menyebabkan akar berubah kehitaman dibeberapa bagian.

Gambar 1 Gejala penyakit layu pada nanas klon MD2 (a) gejala layu pada tajuk tanaman, (b) perbedaan daun tanaman sehat dan tanaman sakit, (c) reduksi akar pada tanaman sakit, (d) gejala lesi pada akar tanaman sakit

Hasil pengamatan gejala pada perakaran menunjukan kemiripan dengan infeksi nematoda lesi (Pratylenchulus spp) yang dilaporkan oleh Mitrasari (2017). Nematoda Pratylenchulus spp. menyebabkan lesi hitam pada akar yang akan berkembang menjadi nekrosis yang meluas sampai ke seluruh permukaan akar. Infeksi dengan keparahan tinggi akan menyebabkan jaringan parenkim hancur dan menyebabkan jaringan korteks terpisah dengan jaringan silinder pusat (Guerout 1975; Sapak 2021). Rabie (2017) juga menyebutkan bahwa lesi hitam dan nekrotik akan terlihat di tempat nematoda melakukan penetrasi, tetapi lesio juga dapat meluas hingga ke seluruh permukaan akar.

Setelah penetrasi, pertumbuhan akar akan terhambat hingga terjadi reduksi akar halus.

Sistem perakaran yang terinfeksi dengan tingkat tinggi akan kehilangan akar halus dan hanya menyisakan akar utama yang tidak berkembang dengan baik (Sipes et al. 2005).

(6)

a b c

Gejala pada tajuk tanaman sesuai dengan Masdek et al. (2007) dan Rabie (2017), bahwa infeksi akar oleh nematoda akan menyebabkan tanaman terlihat seperti defesiensi hara. Daun tanaman yang terinfeksi akan berubah kuning hingga kemerahan, turgiditas rendah, dan pada kasus lebih parah akan menyebakan kematian pada tanaman.

Lesio pada akar akan mengganggu serapan unsur hara, terutama kalium yang akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan menghambat produktivitas sehingga menghasilkan kualitas buah yang rendah.

Identifikasi Morfologi Fitonematoda

Hasil identifikasi nematoda pada suspensi hasil ekstraksi tanah dan akar yaitu nematoda non-parasit (NNP) (data tidak ditampilkan) dan fitonematoda. Terdapat beberapa jenis fitonematoda yang ditemukan pada tanaman nanas klon MD2 sehat maupun sakit (bergejala). Hasil ekstraksi sampel tanah dan akar ditemukan sembilan genus fitonematoda yaitu Rotylenchulus spp., Pratylenchus spp., Helicotylenchus spp., Criconemoides spp., Criconemella spp., Tylenchus spp., Coslenchus spp., Rotylenchus spp., dan Meloidogyne spp.

Gambar 2 Morfologi nematoda (a) Pratylenchus spp., (b) Rotylenchulus spp., dan (c)Helicotylenchus spp. Skala a, b, dan c 20 μm

Nematoda parasit dari genus Pratylenchus spp. atau dikenal sebagai nematoda lesi akar termasuk ordo Tylenchida, sub-ordo Tylenchina, dan famili Pratylenchidae (Geraert 2013). Nematoda ini memiliki ciri morfologi ujung anterior atau bibir menebal dan datar serta tidak set-off (berlekuk) berbentuk stomatostilet yang pendek dan tebal.

Sedangkan ujung posterior atau ekor mengerucut dengan ujung tumpul. Nematoda Rotylenchulus spp. termasuk ordo Tylenchida, sub-ordo Tylenchina, famili Hoplolaimidae, dan sub- famili Rotylenchulinae (Dropkin 1996). Rotylenchulus spp.

memiliki ciri bibir yang tidak set-off berbentuk menonjol hingga kerucut dan posterior yang meruncing berbentuk conoid (Pustikasari 2008). Nematoda ini memiliki spikula melengkung, kerangka bersklerotin dan anulasi kutikula yang halus. Bentuk khas dari nematoda ini adalah membentuk huruf C saat dorman (Benzonan 2021). Nematoda parasit tanaman Helicotylenchus spp. masuk ke dalam ordo Tylenchida dan famili Hoplolaimidae (Benzonan 2021). Bagian anterior berbentuk kerucut tumpul dengan bibir tidak set-off, memiliki stilet panjang berbentuk stomatostilet dengan knob basal datar, dan esofagus yang tidak overlap. Sedangkan bagian posterior berbentuk digitate dengan mukro yang berukuran kecil. Helicotylenchus spp memiliki anulasi kutikula sedang dan bentuk spiral pada fase dorman.

(7)

a b c

a b c

Gambar 3 Morfologi nematoda (a) Criconemoides spp., (b) Criconemella spp., dan (c) Tylenchus spp. Skala a, b 20 μm dan c 50 μm

Criconemoides spp. merupakan nematoda dari ordo Tylenchida dan famili Criconematidae (Garaert 2010). Nematoda ini memiliki tubuh dengan kutikula kasar berbentuk lipatan yang sangat jelas. Bentuk morfologi anterior dengan kepala seukuran lebar tubuh, dengan stomatostilet yang tebal dan panjang dan knob basal yang melengkung. Bentuk posterior atau ekor bulat melengkung. Tubuh nematoda ini berbentuk silindris dengan vulva yang terletak dibagian posterior dan memiliki gonad tunggal (Dropkin 1996). Nematoda Criconemella sp. atau sering disebut Mesocriconema sp. dengan artian nematoda cincin. Criconemella sp. masuk dalam klasifikasi ordo Tylenchida dan famili Criconematidae. Bentuk morfologi nematoda ini mirip dengan Criconemoides spp, hanya saja ukurannya tubuhnya lebih pendek dan membulat. Klasifikasi Tylenchus masuk dalam ordo Tylenchida dan famili Tylenchidae (Bastian 1865). Tylenchus memiliki bentik anterior bibir tidak set-off, dengan stomatostilet tebal yang pendek. Sedangkan bagian posterior mengerucut panjang dengan tipe filiform.

Gambar 4 Morfologi nematoda (a) Coslenchus spp., (b) Rotylenchus spp., dan (c) Meloidogyne spp. Skala a, b, dan c 20 μm

Coslenchus spp. secara taksonomi termasuk dalam ordo Tylenchida Nematoda ini memiliki stilet halus dan pendek serta memiliki anulasi kutikula sedang. Memiliki median bulb oval serta bagian esofagus overlapping. Bagian posterior berbentuk lurus menyerupai filiform (Mizukubo dan Minagawa 1984). Rotylenchus spp. termasuk dalam ordo Tylenchida, famili Hoplolaimidae (Volvas et al. 2008). Ciri morfologi Rotylenchus spp. memiliki bibir tidak set-off, dengan tipe stilet stomatostilet. Bagian ekor atau posterior tipe convex-conoid atau membulat dengan bentul tubuh spiral dan anulasi kutikula halus. Meloidogyne spp. atau yang biasa disebut nematoda puru akar termasuk dalam ordo Tylenchida dan famili Meloidogynidae (Dropkin 1996). Memiliki bentuk tubuh seperti cacing dengan stilet kuat dan bagian ekor berbentuk setengah melingkar.

Umumnya tubuh nematoda ini akan berbentuk lingkaran pada fase dorman.

(8)

Komunitas Fitonematoda

Fitonematoda pada sampel tanah dan akar

Jenis fitonematoda yang ditemukan pada sampel tanah ada delapan jenis.

Nematoda dengan populasi paling dominan dengan frekuensi absolut tertinggi yaitu Rotylenchulus spp dengan rentang 73,33-86,67% dan Pratylenchus spp dengan rentang 20-73,33%. Nematoda Rotylenchulus spp. memiliki nilai populasi absolut pada sampel tanah tanaman sehat dan sakit yaitu masing-masing dengan nilai 1.241,67 dan 266,57 per 100 mL tanah serta nilai prominensi 1.115,95 dan 228.27. Sedangkan Pratylenchus spp. memiliki nilai populasi absolut pada sampel tanah tanaman sehat dan sakit yaitu masing-masing dengan nilai 33.33 dan 95.83 serta nilai prominensi 14,9 dan 82,06 . Hasil perhitungan ini sesuai dengan pernyataan Sipes (2002) bahwa Rotylenchulus lebih dominan pada tanaman sehat daripada tanaman sakit. Rotylenchulus bersifat semi endoparasit sedenter yang akan menetap pada tanah ketika telah menemukan inangnya dan bersifat parasit obligat, dimana kondisi fisiologis tanaman sangat berpengaruh pada keberadaan nematoda itu sendiri (Dropkin 1996). Sedangkan Pratylenchus memiliki siklus hidup dominan di dalam akar dari stadia telur hingga dewasa (Ferdianto 2008).

Tabel 1 Komunitas fitonematoda pada sampel tanah tanaman Nanas MD2 dalam dua derajat kesehatan tanaman

Nematoda Frekuensi absolut (%) Populasi absolut /100

mL tanah Nilai prominensi

TSH TSK TSH TSK TSH TSK

Crl 0 6.67 0 4.17 0 1.08

Cri 40 6.67 66.67 4.17 42.16 1.08

Hel 6.67 26.67 41.67 4.17 10.76 2.15

Mel 6.67 0 8.33 0 2.15 0

Pra 20 73.33 33.33 95.83 14.9 82.06

Rty 6.67 0 8.33 0 2.15 0

Rtl 86.67 73.33 1241.67 266.57 1155.95 228.27

Tyl 26.67 13.33 83.33 12.5 43.03 45.64

Ket: PA= populasi absolut, DKS=derajat kesehatan, TSH=tanaman sehat, TSK=tanaman sakit, Crl= Criconemella spp., Cri= Criconemoides spp., Hel= Helicotylenchus spp., Mel=

Meloidogyne spp., Pra= Pratylenchus spp., Rty= Rotylenchus spp., Rtl= Rotylenchulus spp., Tyl= Tylenchus spp.

Jenis nematoda yang ditemukan pada sampel akar sebanyak lima genus dengan frekuensi absolut dan nilai prominensi tertinggi adalah Coslenchus spp.

Frekuensi absolut Coslenchus spp. di rentang 6.67-46,67% dengan nilai prominensi 2,15 dan 120,94. Nematoda Coslenchus spp memiliki nilai populasi absolut pada sampel akar tanaman sehat dan sakit masing-masing adalah 8,33 dan 191,67 per 10 g akar. Populasi Coslenchus spp. pada sampel akar tanaman sakit sangat dominan. Yeates et al. (1993) menyebutkan bahwa nematoda ini merupakan nematoda yang memakan sel epidermis pada akar dan paling banyak ditemukan pada akar tanaman. Populasi Pratylenchus spp. pada sampel akar tanaman sakit tidak sebanyak pada sampel tanah tanaman sehat, hal ini dikarenakan sifat nematoda berpindah yang akan terus mencari inang yang sesuai untuk menetap.

(9)

(a) (b) (c) Tabel 2 Komunitas fitonematoda pada sampel akar tanaman Nanas MD2 dalam

dua derajat kesehatan tanaman

Nematoda Frekuensi absolut (%) Populasi absolut/10 g

akar Nilai prominensi

TSH TSK TSH TSK TSH TSK

Cos 6.67 46.67 8.33 191.67 2.15 120.94

Hel 0 6.67 0 4.17 0 1.08

Pra 0 6.67 0 29.17 0 7.53

Rtl 0 6.67 0 16.67 0 4.3

Tyl 0 6.67 0 4.17 0 1.08

Ket: PA= populasi absolut, DKS= Derajat kesehatan, TSH=tanaman sehat, TSK=tanaman sakit, Cos= Coslenchus spp., Hel= Helicotylenchus spp., Pra= Pratylenchus spp., Rtl=

Rotylenchulus spp., Tyl= Tylenchus spp.

Kerusakan oleh nematoda dapat diketahui oleh jumlah populasi nematoda itu sendiri. Fitonematoda Rotylenchulus spp. dan Pratylenchus spp.

memiliki nilai rentang populasi tertentu untuk mencapai ambang kerusakan yang menyebabkan kehilangan hasil pada tanaman nanas. Ambang batas kerusakan Rotylenchulus berkisar antara 310-1.020 nematoda/250 mL tanah (Sipes 2000).

Populasi Rotylenchulus sudah diatas ambang batas kerusakan (1.241,67/100 mL tanah). Sedangkan Pratylenchus memiliki nilai ambang batas kerusakan sebesar 100-300 nematoda per satu tanaman. Populasi Pratylenchus pada penelitian ini masih belum mencapai ambang batas kerusakan (29,17/10 g akar).

Pola persebaran fitonematoda

Hasil dari penelitian ini menunjukkan fitonematoda penting yang ditemukan adalah dari genus Rotylenchulus spp., Pratylenchus spp. dan Coslenchus spp. Rotylenchulus spp. dan Pratylenchus spp. ditemukan pada sampel tanah dan sampel akar dengan jumlah populasi yang cukup tinggi dibandingkan nematoda lainnya. Sedangkan Coslenchus spp. hanya ditemukan pada sampel akar dengan populasi yang cukup tinggi dibanding nematoda lainnya. Indeks populasi Rotylenchulus spp. pada sampel tanah lebih dominan pada tanaman sehat, sedangkan pada sampel akar dominan pada tanaman sakit (Gambar 5a). Pratylenchulus spp. pada sampel tanah dan akar lebih dominan pada tanaman sakit (Gambar 5b). Coslenchus spp. pada sampel akar lebih dominan pada tanaman sakit (Gambar 5 c). Pola persebaran ini dapat dipengaruhi oleh faktor populasi awal nematoda, kecenderungan bertelur, fisiologis tanaman, sifat parasitisme, dan pergerakan nematoda.

Gambar 5 Sebaran indeks populasi Rotylenchulus spp. (a), Pratylenchus spp. (b), dan Coslenchus spp. (c)

(10)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Fitonematoda yang ditemukan pada penelitian ini adalah Rotylenchulus spp., Pratylenchus spp., Helicotylenchus spp., Tylenchus spp., Criconemoides spp., Criconemella spp., Coslenchus spp., dan Meloidogyne spp. Terdapat tiga nematoda penting yaitu Rotylenchulus spp, Pratylenchus spp, dan Coslenchus spp. Populasi Rotylenchulus spp. telah mencapai ambang batas kerusakan sehingga telah mempengaruhi kesehatan tanaman nanas klon MD2.

Saran

Perlunya penelitian lebih lanjut terkait pengaruh kondisi fisiologis tanaman terhadap jenis dan jumlah nematoda serta pemetaan genus fitonematoda yang menyebabkan gejala layu pada pertanaman nanas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi A, Tong SP, Casey NG. 2015. The MD2 “super sweet” pineapple (Ananas comosus). Journal Utar Agriculture Science. [diakses 2023 Mar 12]. 1(4):14-17.

http://eprints.utar.edu.my/1982/

Bastian CH. 1865. Monograph on the Anguillulidae, or free nematoids, marine, kand and freshwater; with descriptions of 100 new species. Trans. Linn. Soc. Lond.

25(2):73-184. https://www.marinespecies.org/aphia.php?p.

Benzoan NC, Dalisay LCS, Reponte KCC, Mapanao CP, Alvarez LV, Rendon AO, Zurbano LY. 2021. Plant-parasitic nematodes associated with pineapple (Ananas comosus) in selecterd provinve in Luzon, Philipines. European Journal of Molecular & Clinical Medicine. [diakses 2023 Mar 12]. (8):945-957.

https://ejmcm.com/article_7565.html.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Tanaman Buah-Buahan 2021. Jakarta:BPS.

[diakses 2023 Mar 5]. https://www.bps.go.id/indicator/55/62/1/produksi- tanaman-buah-buahan.html.

Caveness FE, Jensen HJ. 1955. Modification of the centrifugal-flotation technique for the isolation and concentration of nematodes and their eggs from soil and plant tissue. Proc. Helminth. Soc. Wash. [diakses 2023 Mar 12]. 22:87-89.

http://bionames.org/bionames-archive/issn/0018-0130/22/87.pdf.

Dropkin HV. 1996. Pengantar Nematologi Tumbuhan Ed ke-2. Supratoyo, penerjemah.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2020. Global pineapple production by

leading countries. [diakses pada 2023 Maret 12].

https://www.statista.com/statistics/298517/global-pineapple-production-by- leading-countries/.

Ferdianto A. 2008. Peranan Pratylenchulus dalam menginduksi penyakit layu (mealybug wilt of pineapple) pada tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr) [skripsi]. Bogor:IPB University.

Fourie H, McDonald A, Loots G. 2001. Plant-parasitic nematodes in field crops in South Africa 6 Soybean. Nematology. [diakses 2023 Mar 12]. 3(5):447-454.

https://doi.org/10.1163/156854101753250773.

(11)

Geraert E. 2010. The Criconematidae of The World. Identification of The Family Criconematidae (Nematoda). Ghent (BE): Academia Press.

Hutahayan AJ. 2006. Peranan strain dan pineapple mealybug wilt-associated virus dan kutuputih (Dysmcoccus spp.) dalam menginduksi gejala layu pada tanaman nanas [tesis]. Bogor:IPB University.

Hooper DJ, Hallmann J, Subbotin SA. 2005. Methods for extraction, processing and detection of plant and soil nematodes. Plant parasitic nematodes in subtropical and tropical agriculture. Ed 2:53-86. doi: 10.1079/9780851997278.0053.

Mahmud T. 2015. Pembangunan Agropreneur MD2. Seminar Industri Nanas 2015;

2015 30 Nov-1 Des. Serawak, Malaysia.

Mai WF, Lyon HH. 1975. Pictorial Key to Genera of Plant-Parasitic Nematodes. New York (US):Cornell University Press.

Masdek, HN, Ismail AB, Zulkifli M, Malip M. 2007. Paratylenchus sp. associated with pineapple yield decline. Journal of Tropical Agriculture and Food Science.

[diakses 2023 Mar 12]. 35(1):191-199.

http://jtafs.mardi.gov.my/index.php/publication/issues/archive/39-2007/volume- 35-no1/152-350121.

Mitrasari WA, 2017. Hama dan penyakit tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr) di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor:IPB University

Mizukubo T and Minagawa N. 1984. The genus Coslenchus Siddiqi, 1978 (Tylenchidae: Nematoda) from Japan I: record of C. costatus and description of a new species. Japanese Journal of Nematology. [diakses 2023 Mar 12]. 14:28- 13. https://www.jstage.jst.go.jp/article/jjn1972/14/0/14_0_28/_pdf.

Nifsu L. 2022. Analisis kelayakan usaha minuan sari nanas PT. Putra Jaya Nanas di Kabupaten Blitar [tesis]. Jember: Politeknik Negeri Jember.

Norton DC. 1978. Ecology of Plant-Parasitic Nematodes. New York (US): John Wiley

& Sons, Inc.

Py C, Lacoeuilhe JJ, Teisson C. 1987. The Pineapple: Cultivation and Uses.

Prancis(FRA):GP. Maisonneuve et Larose.

Rabie EC. 2017. Nematode pests of pineapple. Fourie H, Spaull VW, Jones R, Daneel MS, De Waele D (editor). Nematology in South Africa: A View from the 21st Century.395-407.

Sapak Z, Mahadeven AN, Farhana MH, Norsahira S, Zafri AW. 2021. A review of common diseases of pineapple: the casual pathogens, disease symptoms, and available control measures. Food Research. [diakses 2023 Mar 12]. 5(4):1-14.

http://dx.doi.org/10.26656/fr.2017.5(S4).004.

Sipes BS, Caswell EP, Sarah JL, Apt WJ. 2005. Plant Parasitic Nematode in Subtropic and Tropical Agriculture, 2nd Ed. Inggris (UK): CAB International.

Sipes BS, Sether DM, Hu JS. 2002. Interactions between Rotylenchulus reniformis and pineapple mealybug wilt associated virus-1 in pineapple. Plant Disease. [diakses 2023 Mar 12]. (86):933-938. https://doi.org/10.1094/PDIS.2002.86.9.933.

Vovlas N, Inserra R. 1985. Single modified food cell induced by Helicotylenchus pseudorobustus in corn roots. Journal of Nematology. [diakses 2023 Mar 12].

17(3):371-373. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2618460/

Yeates GW, Bongers T, Goede RGM, Freckman DW, Georgieva SS. 1993. Feeding habits in soil nematode families and genera – an outline for soil ecologist.

Journal of Nematology. [diakses 2023 Mar 12]. 25(3):315-331.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2619405/.

Referensi

Dokumen terkait

1 Where a person has been directed by a member of the police force acting pursuant to section 3 3 to abate excessive noise forthwith on 3 separate occasions within any period of 6