• Tidak ada hasil yang ditemukan

Corporate Social Responsibility yang diartikan sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Corporate Social Responsibility yang diartikan sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kedudukan Hukum Corporate Social Responsibility Pada BUMD berdasar Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007

Muchamad Taufiq 1 STIE Widya Gama Lumajang email: muchamadtaufiqmh@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, menganalisis, menemukan makna filosofis Corporate Social Responsibility (CSR). Disisi lain penelitian ini bertujuan menemukan, menjelaskan kedudukan hukum Corporate Social Responsibility pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) telah memberikan guidance bahwa terdapat tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya. Namun UUPT tersebut belum memuat sanksi yang jelas sehingga sifatnya tidak imperative serta obyek sasarannya adalah perusahaan berbentuk PT yang bergerak dibidang pertambangan. Corporate Social Responsibility yang diartikan sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif Obyek penelitiannya adalah semua peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Corporate Social Responsibility dan BUMD. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara Library reseach. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kajian ilmu hukum khususnya hukum bisnis sehingga dapat menjadi acuan penelitian sejenis dan penelitian lanjutan.

Kata kunci: Kedudukan Hukum, CSR, dan BUMD.

Abstract

This study aims to study, analyze, find the philosophical meaning of Corporate Social Responsibility (CSR). On the other hand this study aims to find out, explain the legal position of Corporate Social Responsibility in Regionally Owned Enterprises (BUMD). Law Number 40 of 2007 concerning Limited Liability Companies (UUPT) has provided guidance that there is a corporate social responsibility to its environment. However, the UUPT does not contain clear sanctions so that its nature is not imperative and the target object is a company in the form of PT which is engaged in mining. Corporate Social Responsibility, which is defined as social and environmental responsibility, is a corporate obligation that is budgeted and counted as a company expense which is carried out with due regard to propriety and fairness. The research method used is the normative juridical approach. The object of the research is all the laws and regulations related to Corporate Social Responsibility and BUMD. Data collection techniques in this study, carried out by means of Library reseach. Furthermore, this research is expected to contribute to the development of the study of legal science, especially business law so that it can be a reference for similar research and further research.

Keyword : Legal Position, CSR, and BUMD.

PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan dasar implementasi Corporate Social Responsibility(CSR) bagi dunia perusahaan di Indoensia.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian Indonesia disusun berdasar atas azas kekeluargaan.

Makna demokrasi ekonomi dalam Perekonomian nasional diselenggarakan dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

(2)

PerseroanTerbatas (PT) sebagai badan hukum di Indonesia merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional perlu didukung berbagai regulasi untuk lebih memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Undang-Undang (UU)RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan jawaban atas kelemahan UU RI Nomor 1 Tahun 1995 yang dipandang sudahtidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.

Dunia bisnis saat ini berkembang pesat, sementara persaingan meningkat tajam dan ketat.

Perkembangan perusahaanberkorelasi pada tingkat kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan.

Kesenjangan sosial ditunjukkan dengan bersinggungannya antara kepentingan perusahaan untuk berekspansi dengan hak-hak masyarakat yang harus dilindungi. Disisi lain, semakin tingginya aktifitasperusahaansehingga tidak terkendali terhadap pemanfaatan berbagai sumber daya untuk meningkatkan laba perusahaan mengakibatkan berkurangnya fungsi lingkungan. Selain pihak yang terkait langsung dengan perusahaan, masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan pun merasakan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas operasionalperusahaan. Kondisi tarik ulur terhadap kepentingan lingkungan, menyebabkan perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada para stakeholder, tetapi juga kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, seperti pelanggan, pemilik atau investor, supplier, komunitas dan juga pesaing (Rika dan Islahihudi, 2008 dalam Gusti Ayu Made Ervina Rosiana dan Gede Juliarsa, 2013).

Duniabisnis dewasa ini, salah satu faktor keberhasilannya ditentukan oleh kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat umum. Suatu entitas dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sehingga menciptakan hubungan timbal balik antara masyarakat dan perusahaan. Perusahaan membutuhkan suatu respon yang positif dari masyarakat yang diperoleh melalui apa yang dilakukan oleh perusahaan kepada para stakeholder, termasuk masyarakat dan lingkungan sekitar (Kamil dan Antonius, 2012).

Corporate Social Responsibility(CSR) adalah suatu bentuk tanggung jawab yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya perusahaandalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi akibat dari aktifitas operasional perusahaan. Semakin tinggi penerapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, akan meningkatkan imageperusahaan di masyarakat.

kualitas pelaksanaan CSR dapat meningkatkan citra perusahaan. Dunia investasi modern membuktikan bahwa investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra baik di masyarakat.Hal mana menunjukkan bahwa semakin baik citra perusahaan, maka dapat dipastikan loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu lama maka penjualan perusahaan akan membaik dan perusahaanakan berjalan lancar. Secara teoretis perusahaan dikatakan mempunyai nilai baik jika kinerja perusahaanbaik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, apabila nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Rimba Kusumadilaga, 2010)

Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela namun telah bergeser menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk menerapkannya, meskipun masih belum ada sanksi yang tegas terhadap perusahaan yang tidak melaksanakan CSR.Pesan moral penyelenggaraan CSR ini sebagaimana diamanatkan dalam UUPT yang disahkan pada 20 Juli 2007.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) telah dicantumkan dalam Pasal 74 UUPT yang berbunyi yaitu :

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau keterkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Mendasarkan pada UUPT maka perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak dibidang dan atau terkait dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Ketentuan tersebut bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

(3)

Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 itulah yang menjadi dasarperusahaandibidang pertambangan wajib melakukan pertanggung jawaban terkait kegiatan perusahaannya tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan perusahaan yang berkewajiban melaksanakan CSR adalah difokuskan pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), meskipun tidak adanya pasal yang mengatur secara jelas tentang Corporate Social Responsibility bagi BUMD namun kata “usaha” pada frase “Badan Usaha Milik Daerah” telah memberikan arti unsur “perusahaan”.

Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa, “ Ada sejumlah faktor yang mendorong dunia usaha melaksanakan aktifitas CSR sebagai bagian dari seluruh aktifitasperusahaan, walau bagi dunia usaha tertentu kegiatan CSR tidak diwajibkan, tetapi masih ada banyak faktor yang mendorong mereka untuk melakukan kegiatan CSR sehingga tidak jarang dijumpai adanya lembaga independen yang memberikan sertifikasi kepada dunia usaha yang telah melakukan berbagai aktifitas kepedulian sosial dan hal itu dianggap dapat menaikkan citra perusahaan sehingga memberikan stimulan bagi dunia usaha itu sendiri, selain itu banyak dunia usaha yang memperhitungkan bahwa kegiatan CSR yang dilakukan dapat menjadi bagian dan alat promosi pemasaran, dengan demikian mereka justru memasukkan kegiatan CSR ini sebagai bagian integral dan keseluruhan aktifitas bisnisnya”.

Undang-Undang Dasar NRI 1945, Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang- cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, sedangkan bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Era otonomi daerah merupakan situasi dan kondisi bangkitnya kekuatan pemerintah daerah.Mendasarkan pada kondisi tersebut, perlu dilakukan review literatur untuk memberikan konsep dan kondisi pengelolaan BUMD berdasarkan referensi sebagai dasar pelaksanaan kajian selanjutnya.

Dari review literatur mengenai Perusahaan Daerah ini dapat diketahui bahwa Perusahaan Daerah menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

Hasil penelusuran terhadap peraturan perundang-undangan ternyata belum ditemukan Undang- undang tentang Badan Usaha Milik Daerah pengganti UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagai payung hukum Perusahaan Daerah. Kondisi ini sangat berbeda dengan Badan Usaha Milik Negara dimana telah memiliki payung hukum yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Tidak adanya payung hukum terhadap perusahaan daerah secara otomatis tidak terdapat dasar penerapan CSR bagi BUMD, sementara disisi lain akibat pelaksanaan operasional BUMD justru bersinggungan dengan kepentingan perlindungan lingkungan bagi masyarakat.

KAJIAN PUSTAKA

1. Makna Corporate Social Responsibility

Dasar filosofis Corporate Social Responsibility dapat kita lihat pada Dasar Negara Republik Indonesia Pancasila pada Sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sila ke-5 Pancasila ini dipandang sebagai dasar filosofis CSR karena nilai „keadilan‟ yang termuat didalamnya memberikan norma hubungan yang balance antara pelaku usaha dengan masyarakat.

Undang-Undang Dasar NRI Pasal 33 menyebutkan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kakeluargaan. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.Bumi dana air dan kekayaan yanh terkandung di dalamnnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Pasal 33 UUD NRI 1945 mengisyaratkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,efisiensi, berkeadilan,berkelanjutan ,berwawasan lingkungan,kemandirian,serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Bab V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pada Pasal 74 menyebutkan :

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bab I Pasal 1 angka 3 UU RI Nomor 40 Tahun 2007 menyebutkan, “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

(4)

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Ditinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak terdapat makna leksikal dari termCSR yang dalam bahasa Indonesia dimaknai “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Namun jika ditinjau dari kata perkata dapat ditemukan makna sebagai berikut :

 Tanggung jawab : (1) keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan). (2) hak fungsi menerima pembebanan, sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain.

 Sosial : berkenaan dengan masyarakat : perlu adanya komunikasi, suka memperhatikan kepentingan umum

Kamus online Wikipedia mendefinisikan CSR sebagai suatu konsep bahwa suatu organisasi memiliki kewajiban untuk memperhatikan kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham, komunitas dan pertimbangan-pertimbangan ekologis dalam segala aspek dari usahanya. Corporate Social Responsibility berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuntungan melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang

Corporate Social Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatiannya terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Rimba Kusumadilaga, 2010)

MenampilkanCorporate Social Responsibility pada dasarnya dilandasi oleh adanya stakeholder dan legitimacy theory. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberi manfaat bagi stakeholder-nya, sementara pada legitimacy theory perusahaan dikatakan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice sebagaimana diamanatkan dalam Dasar Negara Pancasila yaitu Sila ke-5“Keadilan Sosialbagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Mas Achmad Daniri selaku chairman of mirror committee on social responsibility Indonesia menyebutkan CSR merupakan basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Secara teoretis, CSR didefinisikan sebagai tanggung jawab moral perusahaan terhadap para strategic-stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya. Sedangkan Edi Suharto (2008) berpendapat CSR sebagai operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan.

2. Hukum Bisnis

Aspek hukum senantiasa menuntut sebuah kejelasan. Keberadaan CSR dalam perusahaan tidak lepas dari aspek hukum bisnis karena perusahaan merupakan bagian dari bisnis. Beberapa pendapat dibawah ini memberikan pemahaman bahwa CSR membutuhkan kejelasan dalam sisi administrasi perusahaan.Menurut Martin Freedman, ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial, yaitu : a. Pemeriksaan Sosial (social Audit)

b. Laporan Sosial (Social Report)

Ekspos CSR adalah menampilkan informasi tentang aktifitasperusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan.MenampilkanCSR dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan sementara, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa. Perusahaan cenderung untuk menampilkan informasi yang berkaitan dengan aktifitas dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.

3. Teori Stakeholder

Stakeholder theory artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha (Rimba Kusumadilaga, 2010).

Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan bagaimana manajemen perusahaan memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder. Teori stakeholder menekankan mengenai akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela menampilkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder. Salah satu bentuk menampilkan sukarela yang

(5)

berkembang saat ini yaitu publikasi CSR. Melalui publikasi CSR,perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan.

4. Teori Legitimasi

Menurut Haniffa dan Cooke (2005) dalam Imam Subekti, dalam legitimacyperusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan berdasarkan nilai-nilai justice, dan perusahaan berusaha menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk mendapatkan legitimasi dari kelompok tersebut. Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidupnya juga tergantung dari hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut menjalankan setiap aktifitasnya. Menampilkan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat.

Teori legitimasi merupakan suatu gagasan tentang kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Menurut teori ini, untuk diterima oleh masyarakat, perusahaan harus menampilkanaktifitas sosial perusahaan sehingga akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

5. Value dalam Hukum Bisnis

Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

Value dalam hukum bisnis dapat diartikan sebagai nilai perusahaan yang merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual.

Perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Valueperusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik, karena tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemagang saham (Wahidahwati,2002).

Saham dalam bahasa Indonesia disebut “andil”. Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya. Kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya. Hak tersebut dapat dipertahankan terhadap setiap orang.

METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah tinjauan yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, sejarah, kasus dan putusan pengadilan sebagaimana sifat Ilmu Hukum yang “Sui Generis”.

2. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan dan teknik pengumpulan dan inventarisasi peraturan perundang-undangan, buku-buku, karya ilmiah, artikel-artikel yang ada hubungannya dengan masalah Corporate Social Responsibility, serta data yang diperoleh dari instansi atau lembaga tempat penelitian Peneliti yang telah tersedia.

b. Data Sekunder

Yaitu keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau melalui penelitian di lapangan dalam hal ini data yang diperoleh dari masyarakat dan BUMD.

3. Sumber Data a. Sumber Data Primer

Semua data primer yang bersifat menjelaskan bahan hukum primer berupa pendapat para ahli sarjana serta literatur-literatur yang relevan dengan objek penelitian.

Bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berlaku atau ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan untuk mendukung bahan hukum primer, diantaranya yang berasal dari karya para sarjana, jurnal, data yang diperoleh dari instansi,

(6)

serta buku-buku kepustakaan yang dapat dijadikan referensi yang dapat menunjang penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan hukum yang mengandung bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus.

b. Sumber Data Sekunder

Sejumlah data atau fakta yang diambil secara langsung dari sumber data di lapangan (Perusahaan Daerah dan masyarakat).

4. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan perolehan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara library research, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berlaku, putusan pengadilan, majalah ilmiah dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan pokok bahasan Corporate Social Responsibility.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif. Data-data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral (holistic) tentang Corporate Social Responsibility dalam pengelolaan BUMD dan didukung oleh kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku (compliance).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Landasan Filosofis Corporate Social Responsibility.

Corporate Social Responsibilityadalah komitmen bisnis untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan yang bekerja dengan karyawan dan reprsentatif mereka, masyarakat lokal dan masyarakat untuk bisnis dan baik untuk pembangunan.

Perusahaan yang sedang menjalankan operasional bisnisnya memiliki keterkaitan dengan dengan masyarakat di lingkungannya, yang secara langsung dapat dipastikan merasakan dampak dari proses produksi perusahaan.

Dampak yang dirasakan masyarakat sekitar tersebut pasti memiliki efek terhadap kehidupan mereka, yang sebelum kehadiran perusahaan di lingkungan tersebut, situasi dan kondisinya telah ada dan berjalan alami.

Undang-Undang selalu mengandung norma hukum yang diidealkan

(ideal norms) oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara hendak diarahkan. Cita-cita luhur yang terkandung dalam landasan filosofis hendaklah mencerminkan

cita-cita filosofis yang dianut oleh bangsa Indonesia sendiri.

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, telah memberikan panduan dalam Sila kelima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memberi kewajiban kepada pemerintah untuk melaksanakan program-program yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial.

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tercantum dengan jelas cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Cita- cita dan tujuan bangsa Indonesia tersebut adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

2. Badan Usaha Milik Daerah

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

Terdapat dua bentuk BUMD, yaitu: 1) Perusahaan Umum Daerah adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh satu Daerah dan tidak terbagi atas saham, dan 2) Perusahaan Perseroan Daerah adalah BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah.

Mendasarkan pada peraturan perundang-undangan ditemukan belum adanya Undang-undang tentang Badan Usaha Milik Daerah pengganti UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagai payung hukum BUMD. Kondisi ini sangat berbeda dengan Badan Usaha Milik Negara dimana

(7)

telah memiliki payung hukum yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Konsep pengelolaan BUMD non persero (Perusahaan Daerah/Perusahaan Umum Daerah) dimungkinkan dengan model pengelolaan BUMD dengan sistem ”swakelola mandiri”. Konsep pengelolaan ini menggunakan sistem pengawasan ataupun pembinaan secara bertanggungjawab dan intensif.

Pengelolaan BUMD dilakukan dengan pengawasan dan pembinaan secara langsung oleh pemangku kebijakan yang dilakukan oleh kepala daerah selaku pemegang otoritas tertinggi di pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah selaku pemegang otoritas dapat melakukan ”intervensi kebijakan” dalam konteks yang positif terkait kinerja dari BUMD melalui dewan pengawas.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa dalam pengelolaan BUMD salah satunya harus mengandung unsur tata kelola perusahaan yang baik.

Namun demikian, peraturan pemerintah maupun peraturan lain yang mengatur lebih lanjut ketentuan mengenai tata kelola perusahaan yang baik dalam pengelolaan BUMD tersebut belum dikeluarkan.

Sementara konsep pengelolaan BUMD persero (Perseroan Terbatas/Perusahan Perseroan Daerah), berdasarkan Permendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Badan Hukum BUMD, menyatakan bahwa BUMD berbentuk perseroan terbatas tunduk pada UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannya.

3. Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) yang disahkan pada Tanggal 20 Juli 2007 mengatur kewajiban perusahaan untuk melakukan CSR. Kewajiban untuk melakukan tanggung jawab sosial tidak boleh dianggap sebagai beban bagi perusahaan, karena secara normative merupakan ketentuan yang wajib dilaksanakaan sebagai bentuk ketaatan terhdap peraturan. Pasal 74 UU No. 40/2007 merupakan aturan formal yang memperkenalkan konsep Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang di Indonesia pemakaian istilahnya sering dipertukarkan dengan Corporate Social Responsibility (CSR).

Putusan Mahkamah Konstitusi Tanggal 15 April 2009 yang menolak permohonan uji materiil terhadap Pasal 74 ayat (1), (2) dan (3) UU No.40/ 2007 menguatkan bahwa CSR tetap merupakan kewajiban bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.

Amanat Pasal 74 ayat (1) bahwa CSR wajib hukumnya bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Ayat tersebut dikuatkan oleh ayat (2) yang menyatakan bahwa sebagai wujud konkret kewajiban CSR, perseroan harus memasukkan dana CSR didalam anggaran perseroan dan diperhitungkan sebagai biaya.

4. Kedudukan Hukum Corporate Social Responsibility

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 (PP No. 47/2012) yang diterbitkan Tanggal 4 April 2012, mengatur tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perseroan Terbatas. Peraturan pemerintah ini merupakan turunan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU No. 40/2007).

Pasal 74 ayat (3) UU No. 40/2007, ternyata bukan merupakan penguatan terhadap ayat (1) dan (2) yaitu „Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan‟.

Substansi ayat (3) tidak menguatkan konsep yang mengatur tentang kewajiban perseroan menganggarkan dana CSR sebagai biaya sebagaimana yang diamanatkan oleh ayat (2). Ayat (3) ini mengatur tentang kewajiban lain, yaitu kewajiban perseroan untuk mematuhi aturan tentang tanggung jawab perseroan sebagaimana yang tertera didalam peraturan perundang-undangan tertentu.

Peraturan Pemerintah No. 47/2012 yang diharapkan menjadi peraturan turunan yang menguatkan CSR pada UU No.40/2007, ternyata didalamnya tidak memuat kalimat yang

“memerintahkan perseroan untuk memasukkan dana CSR dalam anggaran biaya perseroan, justru PP No. 47/2012 memberikan sepenuhnya otonomi penganggaran CSR itu kepada internal perseroan”.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar sesuai amanat Pembukaan UUD NRI 1945 Pasal 33 ayat (1), CSR merupakan program-program pembangunan dalam masyarakat untuk mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dan pemegang saham serta untuk menjalankan bisnisnya sesuai

(8)

ketentuan hukum yang berlaku, karena perusahaan harus memiliki tanggung jawab moral, etika, dan filantropik.

2. Corporate Social Responsibility dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tidak memiliki daya imperative, tidak mampu memberikan daya paksa terhadap perusahaan sehingga negara tidak memiliki kuasa untuk memaksa perseroan yang tidak memasukkan mata anggaran CSR di dalam daftar biayanya.

Saran

Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, beberapa hal yang dapat direkomendasikan, yaitu:

1. Hendaknya penerapan CSR oleh perusahaan tidak didasarkan pada alasan normative peraturan perundang-undangan semata, namun lebih pada substansi CSR yang dapat meningkatkan value perusahaan.

2. Pemerintah berkewajiban menerbitkan peraturan perundang-undangan yang memuat substansi lebih tegas atas kewajiban dan sanksi bagi perusahaan dalam mengimplementasikan CSR.

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Indriyanto Seno, Korupsi Sistemik sebagai Kendala Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 24, No. 3, Tahun 2005.

Ahmad Kamil, Antonius Herusetya, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan kegiatan Corporate Social Responsibility, p.5, Asshidqie, Jimly, Perihal Undang-Undang, Jakarta, Sekretariat Jenderal MK, 2006, hal.170. Asyhadie, Zaeni. Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2012.

Burton, Richard Simatupang. Aspek Huku dalam Bisnis, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003. Center, The Ary Suta. Strategis Management, Jakarta : The Ary Suta Center, 2013. Chazawi, Adam.

Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia. Malang : Bayumedia Publishing, 2011.

Daryanto, Eksistensi BUMD dalam Otonomi Daerah, Majalah BUMN Link, Volume I, No.1, Tahun 2012.

Dimyati, Khudzaifah dan Kelik Wardiono, Paradigma Rasional dalam Ilmu Hukum, Yogyakarta : GENTA Publishing, 2014.Harold Arthur John Ford, Principles of Company Law, 5th Edition, Butterworths Pty. Limited, 1990

Hery, Controllership. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2014 Hidayat, Syarif. Too Much Too Soon, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2007.

Imam, Sentot Wahyono. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010.

Kumaat, Valery G. Internal Audit. Jakarta : Erlangga, 2011

Kusumadilaga, Rimba,Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan sebagai Variabel Moderating, Skripsi S1 FE Universitas Diponegoro, 2010.

Nasution, Bismar. Hukum Kegiatan Ekonomi I. Bandung: Books Terace & Library, 2009.

Purwanto, Iwan. Manajemen Strategi, Bandung : CV. Yrama Widya, 2012.

Ridwan, Juniarso& Acmad Sodik Sudrajat. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung : Nuansa, 2009.

Rosiana, Gusti Ayu Made Ervina, Gede Juliarsa, Maria M. Ratna Sari, Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Denpasar, 2013

Setiyono, Teori-teori& Alur Pikir Penerapan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. Malang : Bayu Media Publishing, 2012.\

Sidhu, Inder. Cisco Doing Both, Yogyakarta : CV. ANDI Offset, 2012.

Suharto, Edy, Kebijakan Sosial sebagai Kebiajakan Publik, Alfabeta, 2008.

Taufiq, Muchamad, Eksistensi Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Daerah Jurnal Relasi Volume XI, No.2 Tahun 2015.

Widjaja, Gunawan. Seri Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta Timur : Prenada Media, 2004.

Widjaya, IG.Rai. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. Jakarta: Keasint Blanc, 2000.

http://bersamadeddy.blogspot.co.id/2009/11/pengertian-dan-macam-macam-perusahaan.html http://www.hariansumutpos.com/2016/11/10

http://www.slideshare.net/budi22/kajian-bumd

http://lib.law.ugm.ac.id/ojs/index.php/pl/article/view/4766

https://hukumdankeadilan.wordpress.com/tag/uu-no-40-tahun-2007

Referensi

Dokumen terkait

PERYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan

Keywords: Corporate social responsibility, profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage Pendahuluan Salah satu bentuk keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan nasional yang