• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Creative thinking process at class viii students' in solving problems based on hayes' theory viewed from cognitive style and gender

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Creative thinking process at class viii students' in solving problems based on hayes' theory viewed from cognitive style and gender"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Wahana publikasi karya tulis ilmiah di bidang pendidikan matematika p-issn: 2459-9735 e-issn: 2580-9210 http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/matematika

CITATION FORMATS: Masfufah, M., Iffah , J. D. N., & Nurwiani, N. (2023). Creative thinking process at class viii students’ in solving problems based on hayes’ theory viewed from cognitive style and gender. Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana Publikasi Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Matematika, 9(2), 230-243.

https://doi.org/10.29407/jmen.v9i2.21096

Creative Thinking Process at Class VIII Students' in Solving Problems Based on Hayes' Theory Viewed from Cognitive Style and Gender

Masfufah1, Jauhara Dian Nurul Iffah 2*, Nurwiani3

1MTs Darul Ulum Bandung. Jl.Raya Bandung No.32 Bandung Diwek Jombang, Indonesia.

2,3 Universitas PGRI Jombang. Jl. Patimura III/20, Jombang, Jawa Timur, Indonesia

E-mail:1 [email protected], 2 [email protected]*, 3[email protected]

Article received : September 4, 2023, article revised : November 17, 2023, article Accepted: November 23, 2023.

* Corresponding author

Proses Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII dalam Memecahkan Masalah Berdasarkan Teori Hayes Ditinjau dari Gaya Kognitif dan Jenis Kelamin

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan proses berfikir kreatif siswa laki-laki dan perempuan bergaya kognitif field dependen(FD) dan field Independen (FI) dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan teori Hayes. Penelitian ini merupakan pebelitian deskriptif dengan subjek adalah dua siswa laki-laki dan dua siswa perempuan kelas VIII MTs Darul Ulum Bandung yang masing-masing memiliki gaya kognitif FD dan FI. Instrumen penelitian ini adalah instrumen utama yaitu penulis sendiri, instrumen pendukung angket gaya kognitif, lembar tes dan pedoman wawancara. Triangulasi menggunakan triangulasi waktu, analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berfikir kreatif siswa FD laki-laki yaitu pada Flexibility Nampak langkah perencanaan solusi, dapat menjelaskan berbagai strategi yang digunakan, originality Nampak langkah pelaksanaan rencana, menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat sendiri, elaboration Nampak langkah mengevaluasi rencana dan evaluasi hasil, memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berfikir kreatif siswa FD perempuan yaitu pada originality Nampak langkah pelaksanaan rencana, dapat menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat sendiri. elaboration Nampak langkah mengevaluasi rencana dan evaluasi solusi, memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan lebih detail dan memberi penilaian hasil pemecahan masalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa berfikir kreatif siswa FI laki-laki yaitu pada semua aspek yaitu aspek fluency, Aspek flexsibility, Aspek originality, Aspek elaboration. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berfikir kreatif siswa FI perempuan yaitu pada semua aspek yaitu aspek fluency, Aspek flexsibility, Aspek originality, Aspek elaboration.

Kata Kunci: Berfikir Kreatif; Gaya Kognitif; Jenis Kelamin memecahkan masalah Hayes.

Abstract: The aim of this research is to describe the creative thinking process of male and female students with field dependent (FD) and field independent (FI) cognitive styles in solving mathematical problems based on Hayes' theory. This research is a descriptive study with the subjects being two male and two female students in class VIII MTs Darul Ulum Bandung, each of whom has FD and FI cognitive styles. The results of the research show that male FD students' creative thinking is based on flexibility, visible steps in planning solutions, being able to explain the various strategies used, originality, visible steps in implementing plans, determining new strategies in solving problems according to their own opinion, elaboration, visible steps in evaluating plans and evaluating results. , provide an assessment of problem solving planning. The results of the research show that the creative thinking of female FD students, namely originality, shows the steps in implementing the plan, and can determine new strategies in solving problems according to their own opinion. elaboration There are steps to evaluate plans and evaluate solutions, provide assessments on problem solving plans so that ideas are more detailed and provide

(2)

assessments of problem solving results. The results of the research show that male FI students think creatively in all aspects, namely the fluency aspect, the flexibility aspect, the originality aspect, Elaboration aspect. The research results show that students think creatively Women's FI, namely in all aspects, namely the fluency aspect, flexibility aspect, originality aspect, elaboration aspect.

Keywords: Creative Thinking; Cognitive Style; Gender solved Hayes' problem.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pendidikan dilakukan untuk mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh siswa (Kunandar, 2013). Melalui proses pendidikan, siswa diharapkan mampu meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya dengan sadar sehingga mereka harus dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian, peraturan positif, spiritual, dan lainnya.

Matematika merupakan salah satu bagian yang penting dalam bidang ilmu pengetahuan dan pondasi yang esensial yang dikuasai oleh semua orang (Bernard & Senjayawati, 2019).

Dilihat dari sudut pengklasifikasian bidang ilmu pengetahuan, matematika termasuk ke dalam ilmu-ilmu eksakta yang lebih banyak memerlukan kemampuan berpikir kreatif dari pada hafalan . Keterampilan pemecahan masalah adalah seperangkat komponen kognitif, perilaku, dan sikap kompleks yang bersifat situasional dan bergantung padanya pengetahuan dan pengalaman menyeluruh. Keterampilan pemecahan masalah diperoleh seiring berjalannya waktu dan merupakan keterampilan kognitif yang paling banyak diterapkan alat . Keterampilan pemecahan masalah sangat penting dalam pendidikan matematika.

Perkembangan matematika keterampilan pemecahan masalah dapat berbeda berdasarkan usia, stereotip gender, dan lokasi sekolah (Amalina & Vidakovich, 2023). Berpikir kreatif diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Salah satu kemampuan siswa yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan berpikir kreatif. Salah satu variabel penting yang dapat mempengaruhi pemecahan masalah adalah gaya kognitif. Gaya kognitif mengacu pada cara yang disukai individu (misalnya remaja) dalam berproses informasi atau cara berbeda di mana mereka berpikir dan belajar ( Mefoh et al., 2016). Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah, sedangkan berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif (Siswono, 2005). Dengan berpikir kreatif, memungkinkan lebih dari satu macam cara untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, sehingga siswa memiliki kreatifitas yang tinggi.

Berpikir Kreatif adalah sebuah proses yang mengembangkan ide-ide yang tidak biasa dan menghasilkan pemikiran yang baru yang memiliki ruang lingkup yang luas. Berpikir kreatif dapat menghasilkan pemikiran yang bermutu, proses kreatif tersebut tentunya tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengetahuan yang didapat dengan pengembangan pemikiran dengan baik ( Yeyen et al., 2016). Melalui proses berpikir kreatif, individu menggabungkan unsur-unsur, mempersepsi, memahami, dan menghasilkan ide-ide baru, dan membagikan

(3)

hasilnya ( Marcos et al., 2023). Teori tentang kekhususan domain berpikir kreatif menggarisbawahi bagaimana kemampuan berpikir kreatif anak bervariasi tergantung pada lingkungannya tugas yang sedang dipertimbangkan (Willemsen, 2023).

Dian et al. ( 2014) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik berfikir kreatif yaitu: (1) kelancaran (fluency), mengacu pada sejumlah besar ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan. Kelancaran menyiratkan pemahaman, tidak hanya mengingat sesuatu yang dipelajari. (2) keluwesan (flexibility), mengacu pada produksi gagasan yang menunjukkan berbagai kemungkinan. Keluwesan melibatkan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan banyak strategi atau pendekatan yang berbeda. (3) kebaruan (originality), mengacu pada solusi yang berbeda dalam suatu kelompok atau sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya. Jonh R.Hayes ( 1981) menyatakan Biasanya ketika kita memecahkan suatu masalah, kita menaruh sebagian besar perhatian kita pada masalah tersebut dan sangat sedikit perhatian pada diri kita sendiri yakni, pada apa yang kita lakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Jika kita memperhatikan tindakan kita sendiri, kita mungkin memperhatikan bahwa tindakan tersebut sering kali terjadi dalam urutan yang khas: (a) Menemukan Masalah: menyadari bahwa ada masalah yang harus dipecahkan. (b) Mewakili Masalah: memahami sifat kesenjangan yang harus dilintasi. (c) Merencanakan Solusi: memilih metode untuk melintasi kesenjangan tersebut. (d) Melaksanakan Rencana (e). Mengevaluasi Solusi: menanyakan “Seberapa bagus hasilnya?”

setelah rencana tersebut dilaksanakan. (f) Konsolidasi Keuntungan: belajar dari pengalaman penyelesaian. Urutan tindakan ini diilustrasikan dalam soal berikut.

Hayes (Hidayat & Sadewa, 2020) menyatakan bahwa masalah adalah situasi yang masih kabur, bagaimana menjembatani adanya situasi yang masih kabur, bagaimana menjembatani adanya kesenjangan antara dimana kita berada dan kemana kita menuju. Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa untuk dapat memecahkan masalah diperlukan cara yang tepat untuk dapat menjembatani kesenjangan yang ada. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dimiliki oleh setiap siswa karena (a) pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, (b) pemecahan masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika (Branca, 1980). Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik ( Thamrin & Anita, 2017). Hayes (Renatha, 2015) memecahkan masalah adalah berfikir dengan mengadakan pemahaman terhadap suatu masalah untuk mencapai tujuan definisi ini terdapat dalam bukunya yang berjudul Cognitive Psycology. Ada beberapa teori tentang pemecahan masalah salah satu yaitu teori Teori Hayes, alasan penulis menggunakan Teori Hayes karena karakteristik langkah-langkah yang dikemukakan sesuai dengan proses berfikir kreatif dalam pemecahan masalah dan sesuai digunakan pada materi Persamaan linier dua variabel. Materi Persamaan linier dua variabel adalah salah satu materi matematika yang dapat digunakan untuk mempersiapkan Proses berfikir kreatif, karena materi tersebut secara langsung diidentifikasikan dengan kejadian nyata (kontekstualisasi), teori Hayes mengklasifikasikan pemecahan masalah sebagai berikut:

(4)

1) mengidentifikasi permasalahan; (2) representasi masalah; (3) merencanakan sebuah solusi;

(4) merealisasikan rencana; (5) mengevaluasi rencana; (6) mengevaluasi. Sehingga memecahkan masalah matematika setiap anak berbeda – beda, hal tersebut dikarenakan proses kognitif yang terjadi pada masing – masing siswa berbeda pula.

Menurut Kafiar et al. (2015) gaya kognitif merupakan cara seseorang memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau berbagai jenis kondisi lingkungan yang bermacam macam.Wulandari et al.,(2016) Gaya kognitif erat kaitannya dengan aktivitas belajar. Untuk Misalnya, pembelajaran kategori dikenal sebagai cara mengumpulkan informasi untuk mempelajari sesuatu. Ada dua macam kategori pembelajaran, yaitu tugas berbasis aturan dan integrasi informasi. Siswa dikatakan mempunyai gaya kognitif field dependent jika siswa yang menerima sesuatu lebih secara global dan mengalami kesulitan untuk memisahkan diri dari keadaan sekitarnya atau lebih dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan gaya kognitif field independent jika siswa cenderung menyatakan sesuatu gambaran lepas dari latar belakang gambaran tersebut, serta mampu membedakan objek-objek dari konteks sekitarnya. Setiap individu memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda, ada banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah jenis kelamin. Faktor jenis kelamin diambil karena diduga adanya perbedaan dalam pemecahan masalah antara siswa laki laki dan perempuan. Nafi’an (2011) menjelaskan secara umum siswa laki-laki sama dengan siswa perempuan ,akan tetapi siswa laki-laki lebih baik dari pada siswa perempuan dalam bidang matematika. Gender dapat memberdakan proses seseorang berpikir dan mencari ide serta cara berkomunikasi yang diambil. Ketika dihadapkan sebuah masalah, peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki kreativitas dan komunikasi dalam mengungkapkan ide yang cenderung berbeda ( Nabila & Rizky, 2021). Penelitian Mubarok (2019) menganalisis proses berfikir kreatif siswa berdasarkan gaya kognitif field Independent , dimana siswa perempuan dan laki-laki yang cenderung ada perbedaan. Adapun perbedaan yang diketahui secara jelas antara penelitian Sari et al (2017) dan Mubarok et al (2019), dengan peneliti terletak pada materi yang digunakan, jenjang pendidikan yang di ambil. Penelitian Sari et al (2017) menganalisis proses berfikir kreatif siswa berdasarkan kemampuan matematika siswa dengan kriteria tinggi, sedang, rendah, dimana siswa yang memiliki kemampuan matematika yang berbeda maka kemampuan berfikir kreatif juga berbeda. Sedangkan pada penelitian Mubarok et al (2019), menganalisis proses berfikir kreatif siswa berdasarkan gaya kognitif field Independent , dimana siswa perempuan dan laki-laki yang cenderung ada perbedaan. Adapun persamaan dari ketiga penelitian tersebut yaitu sama-sama menganalisis proses berfikir kreatif siswa.

Gaya kognitif merupakan cara seseorang memproses, menyimpan maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau berbagai jenis lingkungannya (Syekhudin et al., 2022). Gaya kognitif FI merupakan karakteristik individu yang cenderung memandang obyek terdiri dari bagian-bagian diskrit dan terpisah dari lingkungannya serta mampu menganalisis dalam memisahkan elemen-elemen dari konteksnya secara lebih analitik. Gaya kognitif FD merupakan suatu karakteristik individu yang cenderung mengorganisasi dan memproses

(5)

informasi secara global sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan (Sasongko & Siswoyo, 2013).

Materi pokok pada penelitian ini adalah persamaan linier dua variabel yang disajikan dengan model soal cerita, karena lebih relevan dengan penelitian ini. Berdasarkan pentingnya berfikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah maka dilakukan penelitian dengan judul Proses Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII Dalam Memecahkan Masalah Berdasarkan Teori Hayes ditinjau dari Gaya Kognitif dan Jenis Kelamin. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan Proses berfikir kreatif siswa laki-laki dan perempuan bergaya kognitif field dependen dan field independen dalam memecahkan masalah berdasarkan teori Hayes.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah deskriptif.

Penelitian ini dilakukan di semester 1 siswa kelas VIII MTs Darul Ulum Bandung, subjek dalam penelitian ini yakni 2 Siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan yang memperoleh skor tertinggi tipe Field Independent (FI) dan nilai terendah tipe Field Dependent (FD). Prosedur penelitian ini yaitu tahap persiapan,tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Instrument dalam penelitian ini ada dua macam yaitu instrument utama dan instrument pendukung. Instrument utama adalah peneliti sendiri, sedangkan instrument pendukung ada 3 macam, yaitu angket gaya kognitif,lembar tes dan pedoman wawancara.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket, metode tes dan metode wawancara. Teknik keabsahan data pada penelitian ini yaitu menggunakan triangulasi waktu.

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah Reduksi data (data reduction), Penyajian data/

display, Verifikasi data (conclusions drowing/verifiying). Penelitian ini menganalisis data menggunakan software nvivo 12 plus. Prosedur penelitian ini adalah tahap persiapan,tahap pengumpulan data,tahap analisis data,tahap penulisan laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitan yang dilakukan oleh peneliti di MTs Darul Ulum Bandung, peneliti mendapatkan sumber data berupa hasil tes berfikir kreatif dan wawancara yang telah disusun ke dalam transkip wawancara. Semua sumber data yang diperoleh diimpor ke dalam software NVivo 12 plus.

(6)

Gambar 1 Sumber Data yang Telah Diimpor pada software NVivo 12 Plus

Pada Gambar 1 menunjukan hasil impor ke software NVivo 12 plus berupa foto hasil tes berfikir kreatif 1 subjek FI laki-laki dan perempuan dan subjek FD laki-laki dan perempuan.

Software NVivo tidak hanya dapat mengganalis berupa foto dan audio, tetapi juga dapat menganalisis data berupa vidio, sumber data dari email, Excel dan SPSS. Peneliti tidak langsung mengimpor audio hasil wawancara ke software NVivo 12 plus tetapi di transkipkan terlebih dahulu agar dapat mempermudah peneliti dalam mengkoding data. Gambar 2 dibawah ini menunjukan hasil impor ke software NVivo 12 plus berupa transkip wawancara 1 subjek FI laki-laki dan perempuan dan subjek FD laki-laki dan perempuan.

Gambar 2Sumber Data yang Telah Diimpor pada software NVivo 12 Plus

Gambar 3 di bawah ini menunjukan Nodes yang dibuat peneliti dengan kategori tema dan sub-kategori berdasarkan indikator (dapat dilihat pada tabel 1.1 bab II).

(7)

Gambar 3 Nodes pada software NVivo 12 Plus

Gambar 4. Istilah project map sebenarnya mengacu pada tema-tema hasil koding sehingga peneliti dapat memvisualisasikan hasil koding.

Gambar 4Project Map Indikator berfikir kreatif

Berdasarkan hasil koding di NVivo 12 Plus yang menggunakan fitur Matrix Coding Query, di peroleh Gambar 5 di bawah ini.

(8)

Gambar 5Hasil Analisis Berfikir Kreatif Subjek FD Laki-Laki berdasarkan teori Hayes

Gambar 5 menunjukan hasil analisis berfikir kreatif subjek FD laki-laki. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang pertama dan ke dua yaitu mengidentifikasi masalah dan representasi masalah. Hal ini tampak dari subjek menentukan dan menyebutkan apa yang diketahui dan yang ditanya, pada wawancara juga menyebutkan bagian yang diketahui dan ditanya, tetapi tidak menggambarkan situasi yang ada pada masalah secara tulis dan lisan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FD pada aspek Fluency.

Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke tiga yaitu perencanaan solusi. Hal ini tampak dari subjek menjelaskan berbagai strategi yang digunakan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FD pada aspek Flexsibility. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke empat yaitu pelaksanaan rencana, Hal ini tampak dari subjek menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat diri siswa, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FD pada Aspek originality. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke lima dan ke enam yaitu mengevaluasi rencana dan evaluasi hasil, Hal ini tampak dari subjek memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FD pada Aspek elaboration. Hal ini sejalan dengan penelitian Quintasari

& Rahaju (2019), yang mengatakan bahwa peserta didik field dependent, membaca soal empat kali dalam memahami masalah, menjelaskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan melihat soal, dan mulai membangun ide dengan membuat coret-coretan.

Berdasarkan hasil koding di NVivo 12 Plus yang menggunakan fitur Matrix Coding Query, di peroleh Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6 Hasil Analisis Berfikir Kreatif Subjek FD Perempuan berdasarkan teori Hayes

(9)

Gambar 6 menunjukan hasil analisis berfikir kreatif subjek FD perempuan berdasarkan teori Hayes, Berfikir Kreatif subjek perempuan dengan gaya kognitif FD. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang pertama dan kedua yaitu mengidentifikasi masalah dan representasi masalah Hal ini tampak dari subjek tidak lancar dalam menentukan yang diketahui dan yang ditanya. Menggambarkan situasi yang ada pada masalah secara tulis dan lisan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FD pada aspek Fluency. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke tiga perencanaan solusi, Hal ini tampak dari subjek Tidak dapat menjelaskan berbagai strategi yang digunakan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FD pada Aspek flexsibility. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke empat pelaksanaan rencana, Hal ini tampak dari subjek Menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat diri siswa sendiri tampak pada, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FD pada Aspek Originality. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke lima dan enam yaitu Mengevaluasi rencana dan Evaluasi solusi, Hal ini tampak dari subjek memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FD pada Aspek elaboration. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasan (2020), mengatakan bahwa Siswa dengan gaya kognitif field dependent cenderung hanya mampu merima konsep yang diberikan dan lebih global dalam memberikan penjelasan sehingga mengalami kesulitan dalam memahami konsep, selain itu subjek gaya kognitif field dependent masih dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan hasil koding di NVivo 12 Plus yang menggunakan fitur Matrix Coding Query, di peroleh Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7 Hasil Analisis Berfikir Kreatif Subjek FI Laki-Laki berdasarkan teori Hayes

Gambar 7 menunjukan hasil analisis berfikir kreatif subjek FI laki-laki. Berfikir Kreatif subjek laki-laki dengan gaya kognitif FI, Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang pertama dan kedua yaitu mengidentifikasi masalah dan representasi, Hal ini tampak dari subjek lancar dalam menentukan yang diketahui dan yang ditanya, lancar menggambarkan situasi yang ada pada masalah baik secara tulisan, lisan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FI pada Aspek Fluency. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke tiga yaitu perencanaan solusi, hal ini tampak dari subjek menjelaskan

(10)

berbagai strategi yang digunakan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FI pada Aspek Flexsibility. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke empat yaitu pelaksanaan rencana, hal ini tampak dari subjek menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat diri siswa sendiri, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FI pada Aspek originality. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke lima dan ke enam yaitu mengevaluasi rencana dan evaluasi solusi, hal ini tapak pada subjek memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FI pada Aspek elaboration. Hal ini sejalan dengan penelitian Mubarok & Kurniasari (2019) mengatakan bahwa siswa laki-laki dengan gaya kognitif field independent dalam pemecahan masalah matematika sudah memenuhi semua komponen dari berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. diri siswa sendiri. Aspek keempat elaboration pada langkah mengevaluasi rencana dan evaluasi solusi, memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan penelian Al Jabbar (2022), mengatakan bahwa Peserta didik gaya kognitif field independent (FI) dengan motivasi belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir kreatif sangat baik, memenuhi indikator kelancaran, kelenturan, keaslian dan elaborasi.

Berdasarkan hasil koding di NVivo 12 Plus yang menggunakan fitur Matrix Coding Query, di peroleh Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8Hasil Analisis Berfikir Kreatif Subjek FI perempuan berdasarkan teori Hayes

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil tes berfikir kreatif siswa dan wawancara dari subjek FI perempuan. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang pertama dan kedua yaitu mengidentifikasi masalah dan representasi masalah, hal ini tampak pada subjek lancar dalam menentukan yang diketahui dan yang ditanya. Pada langkah representasi dari masalah, lancar menggambarkan situasi yang ada pada masalah baik secara tulisan, lisan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FI pada Aspek fluency. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ketiga yaitu perencanaan solusi, hal ini tampak pada subjek menjelaskan berbagai strategi yang digunakan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FI pada Aspek flexsibility.

Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yangkeempat yaitu pelaksanaan rencana, hal ini

(11)

tampak pada subjek menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat diri siswa sendiri, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FI pada Aspek originality . Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yangkelima dan keenam yaitu mengevaluasi rencana dan evaluasi solusi, hal ini tampak pada subjek memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FI pada Aspek elaboration. Hal ini sejalan dengan penelian Al Jabbar (2022) mengatakan bahwa Peserta didik gaya kognitif field independent (FI) dengan motivasi belajar tinggi mempunyai kemampuan berpikir kreatif sangat baik, memenuhi indikator kelancaran, kelenturan, keaslian dan elaborasi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh simpulan Proses berfikir kreatif subjek FD laki-laki. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang pertama dan ke dua yaitu mengidentifikasi masalah dan representasi masalah. Hal ini tampak dari subjek menentukan dan menyebutkan apa yang diketahui dan yang ditanya, pada wawancara juga menyebutkan bagian yang diketahui dan ditanya, tetapi tidak menggambarkan situasi yang ada pada masalah secara tulis dan lisan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FD pada aspek Fluency. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke tiga yaitu perencanaan solusi. Hal ini tampak dari subjek menjelaskan berbagai strategi yang digunakan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FD pada aspek Flexsibility. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke empat yaitu pelaksanaan rencana, Hal ini tampak dari subjek menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat diri siswa, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FD pada Aspek originality. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke lima dan ke enam yaitu mengevaluasi rencana dan evaluasi hasil, Hal ini tampak dari subjek memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FD pada Aspek elaboration.

Proses berfikir kreatif subjek FD perempuan berdasarkan teori Hayes, Berfikir Kreatif subjek perempuan dengan gaya kognitif FD. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang pertama dan kedua yaitu mengidentifikasi masalah dan representasi masalah Hal ini tampak dari subjek tidak lancar dalam menentukan yang diketahui dan yang ditanya.

Menggambarkan situasi yang ada pada masalah secara tulis dan lisan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FD pada aspek Fluency. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke tiga perencanaan solusi, Hal ini tampak dari subjek Tidak dapat menjelaskan berbagai strategi yang digunakan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FD pada Aspek flexsibility. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke empat pelaksanaan rencana, Hal ini tampak dari subjek Menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat diri siswa sendiri

(12)

tampak pada, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FD pada Aspek Originality. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke lima dan enam yaitu Mengevaluasi rencana dan Evaluasi solusi, Hal ini tampak dari subjek memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FD pada Aspek elaboration.

Proses berfikir kreatif subjek FI laki-laki. Berfikir Kreatif subjek laki-laki dengan gaya kognitif FI, Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang pertama dan kedua yaitu mengidentifikasi masalah dan representasi, Hal ini tampak dari subjek lancar dalam menentukan yang diketahui dan yang ditanya, lancar menggambarkan situasi yang ada pada masalah baik secara tulisan, lisan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FI pada Aspek Fluency. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke tiga yaitu perencanaan solusi, hal ini tampak dari subjek menjelaskan berbagai strategi yang digunakan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FI pada Aspek Flexsibility. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke empat yaitu pelaksanaan rencana, hal ini tampak dari subjek menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat diri siswa sendiri, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FI pada Aspek originality. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ke lima dan ke enam yaitu mengevaluasi rencana dan evaluasi solusi, hal ini tapak pada subjek memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek laki-laki dengan gaya Kognitif FI pada Aspek elaboration.

Proses berfikir kreatif siswa dan wawancara dari subjek FI perempuan. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang pertama dan kedua yaitu mengidentifikasi masalah dan representasi masalah, hal ini tampak pada subjek lancar dalam menentukan yang diketahui dan yang ditanya. Pada langkah representasi dari masalah, lancar menggambarkan situasi yang ada pada masalah baik secara tulisan, lisan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FI pada Aspek fluency. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang ketiga yaitu perencanaan solusi, hal ini tampak pada subjek menjelaskan berbagai strategi yang digunakan, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FI pada Aspek flexsibility. Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang keempat yaitu pelaksanaan rencana, hal ini tampak pada subjek menentukan strategi baru dalam pemecahan masalah menurut pendapat diri siswa sendiri, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FI pada Aspek originality . Pada langkah penyelesaian masalah Hayes yang kelima dan keenam yaitu mengevaluasi rencana dan evaluasi solusi, hal ini tampak pada subjek memberikan penilaian pada perencanaan pemecahan masalah sehingga gagasan bisa lebih detail dan memberi penilaian hasil dari pemecahan masalah, hal ini merupakan berfikir kreatif subjek perempuan dengan gaya Kognitif FI pada Aspek elaboration.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Al Jabbar, M. (2022). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Nilai Mutlak Ditinjau Gaya Kognitif (FI & FD) Serta Motivasi Belajar (Studi Kasus pada Kelas 11 SMA Islam Sabilurrosyad Gasek).

Amalina. I. K., & Vidakovich. T. (2023). Development and differences in mathematical problem solving skill: A cross sectional study of differences in demographic backgrounds, journal Heliyon, 9 ( 2023), 1-10. Doi:

https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e16366

Argarini, D. F., Budiyono, B., & Sujadi, I. (2014). Karakteristik berpikir kreatif siswa kelas VII SMP N 1 Kragan dalam memecahkan dan mengajukan masalah matematika materi perbandingan ditinjau dari gaya kognitif. JMEE, 4(2), 1-11.

Bernard, M., & Senjayawati, E. (2019). Developing the students’ ability in understanding mathematics and self_confidence with VBA for excel. JRAMathEdu (Journal of Research and Advances in Mathematics Education)

Branca, N.A. (1980). Problem Solving as Goal, Process and Basic Skills. in S Krulik and R.E.

Reys (Eds). Problem Solving in School Mathematics. Washington DC: NCTM

Ernawati, R. (2015). Pengaruh konsep diri terhadap pemecahan masalah bagi siswa kelas X di SMA Negeri Jakarta Timur. Jurnal Dinamika Pendidikan, 8(3), 191-198.

Firdaus, A., & Shodikin, A. (2022). Analisis Berpikir Kreatif Siswa dalam Pemecahan Soal Cerita pada Materi Pecahan Berdasarkan Jenis Kelamin. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP), 6(1), 61-68.

Hasan, B. (2020). Proses Kognitif Siswa Field Independent Dan Field Dependent Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 3(4), 323-332. DOI: https://doi.org/10.22460/jpmi.v3i4.p%25p

Hayes, J.R. (1981). The Complete Problem Solver, America : THE FRANKIN INSTITUTE PRESS Hidayat, A., & Sadewa, P. (2020). Pengaruh Penggunaan Aplikasi Eviews Terhadap Sikap

Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Statistik. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(1), 321-328. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v4i1.253

Kafiar, E., Kho, R., & Triwiyono, T. (2015). Proses berpikir siswa SMA dalam memecahkan masalah matematika pada materi SPLTV ditinjau dari gaya kognitif field independent dan field dependent. Jurnal Ilmiah Matematika dan Pembelajarannya, 2(1).

Kunandar. 2013. Penilaian Authentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers.

Marcos, R. S., Carrillo, A. M., Fernández, V. L., & González, M. T. D. (2023). Age-related changes in creative thinking during late childhood: the contribution of Cooperative

Learning. Thinking Skills and Creativity, 101331.

https://doi.org/10.1016/j.tsc.2023.101331

Maryanto, N. R., & Siswanto, R. D. (2021). Analisis kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari gaya kognitif dan gender. ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 4(1), 109-118. DOI: https://doi.org/10.24176/anargya.v4i1.6171

(14)

Mefoh, P.C., Nwoke, M.B., Chukwuorji, J.C., & Chijioke, A.O. (2017). Effect of cognitive style and gender on adolescents’ problem solving ability. Thinking Skill and Creativity, http://dx.doi.org/10.1016/j.tsc.2017.03.002

Mubarok, M. A., & Kurniasari, I. (2019). Berpikir Kreatif Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan Jenis Kelamin. Jurnal

Ilmiah Pendidikan Matematika, 8(2), 142-147.

DOI: https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v8n2.p142-147

Nafi’an, M. I. (2011). Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita ditinjau dari gender di sekolah dasar. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Putri, A. P., & Tayeb, T. (2017). Kemampuan Metakognisi untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII B MTs Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa. MaPan: Jurnal Matematika Dan Pembelajaran, 5(1), 1-17.

DOI: https://doi.org/10.24252/mapan.2017v5n1a1

Quintasari, D., & Rahaju, E. B. (2019). Proses Berpikir Kreatif Peserta Didik SMP dalam Menyelesaikan Masalah Open Ended Segiempat Ditinjau Berdasarkan Gaya

Kognitif. MATHEdunesa, 8(2), 267-276.

DOI: https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v8n2.p267-276

Sari, A. P., Ikhsan, M., & Saminan, S. (2017). Proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan model Wallas. Beta: Jurnal Tadris Matematika, 10(1), 18–32. https://doi.org/10.20414/betajtm.v10i1.102

Sasongko, D. F., & Siswono, T. Y. E. (2013). Kreativitas Siswa dalam Pengajuan Soal Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Field-Independent (FI) dan Field-Dependent (FD). Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 2(1), 1-8.

Siswono, T. Y. E., & Rosyidi, A. H. (2005). Menilai Kreativitas Siswa dalam Matematika.

In Proseding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA Unesa (Vol. 28).

Syekhudin, R., Supandi, S., & Wulandari, D. (2022). Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual pada Siswa Kelas VIII Ditinjau dari Gaya Kognitif. Imajiner: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 4(2), 98-102. DOI: https://doi.org/10.26877/imajiner.v4i2.8981 Willemsen, R. H., de Vink, I. C., Kroesbergen, E. H., & Lazonder, A. W. (2023). The role of

creative thinking in children's scientific reasoning. Thinking Skills and Creativity, 49, 101375. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2023.101375

Wulandari, N. H., Widayati, K. A., & Suryobroto, B. (2016). Cognitive style and creative quality: Influence on academic achievement of university students in Indonesia. HAYATI Journal of Biosciences, 23(3), 121-124.

https://doi.org/10.1016/j.hjb.2016.09.001

Referensi

Dokumen terkait