• Tidak ada hasil yang ditemukan

culicidae pada nepenthes di bukit taratak kampuang

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "culicidae pada nepenthes di bukit taratak kampuang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

CULICIDAE PADA NEPENTHES DI BUKIT TARATAK KAMPUANG TANJUANG ALAI NAGARI KOTO TARATAK

KABUPATEN PESISIR SELATAN

E JURNAL

GUSRIADI RUSMAN NIM. 10010047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

CULICIDAE PADA NEPENTHES DI BUKIT TARATAK KAMPUANG TANJUANG ALAI NAGARI KOTO TARATAK KABUPATEN PESISIR SELATAN

Gusriadi Rusman, Jasmi1, Elza Safitri1

Program Studi Pendidikan biologi STKIP PGRI Sumatera barat E-mail : [email protected]

ABSTRACT

Nepenthes is a unique plant leaftip modified form pitcher can hold water and can be used as habitat by Culicidae. Culicidae exploited Nepenthes pitcher as a breeding place. In connection with that conducted research that aims to identify the genus Nepenthes Culicidae Hill Taratak Kampuang Tanjuang Alai Nagari KotoTaratak Kabupaten Pesisir Selatan. Sampling was conducted in February- May 2015. Samples were taken at liquid N. ampularia Jack, N. gracilis Korth, and N. mirabilis Jack using descriptive survey method directly in the field. Indentification were conducted in the laboratory of Zoology Biology Education Studies Program STKIP PGRI West Sumatra. This study found that two genera of Aedes and Culex Culicidae. Number of individuals genus Culex mosquitoes as many as 132 individuals and 10 individuals genus Aedes.

Keywords: Culicidae, Nepenthes, Aedes, Culex PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara yang subur, ditumbuhi beranekaragam jenis tumbuhan salah satunya Nepenthes yang tersebar diseluruh wilayah ditemukan 29 jenis Nepenthes diantaranya tersebar di Pulau Sumatera (Mansur, 2006). Nepenthes termasuk tumbuhan yang unik dengan ujung daun yang termodifikasi membentuk kantung yangberfungsi sebagai perangkap dari hewan- hewan kecil sehingga dikenal dengan carnivorous plant dan insectivorous plant (pemakan serangga). Beberapa serangga yang masuk ke dalam kantung dapat dicerna oleh cairan kantung untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya (Handoyo dan Maloedyn, 2006).

Selain itu cairan kantung Nepenthes dapat digunakan sebagai habitat dari beberapa serangga (hunian akuatik) yang lebih dikenal dengan phytotelmata (Peterson dkk., 2008).

Phytotelmata merupakan bagian tumbuhan yang dapat berpontensi menampung genangan air yang berfungsi sebagai hunian akuatik bagi beberapa organisme seperti golangan Diptera, Isoptera dan lainnya (Rosa, 2012). Bukit Taratak salah satu daerah di

Sumatera Barat yang ditumbuhi beberapa jenis Nepenthes. salah satu daerah di Sumatera Barat yang ditumbuhi beberapa jenis Nepenthes.Daerah ini merupakan kawasan perbukitan berbatu yang miskin unsur hara.

Pada daerah ini ditemukan beberapa jenis Nepenthes yang tumbuh pada dinding perbukitan diantaranya Nepenthes. gracilis N.ampularia dan N. mirabilis (Enjelina, 2011).

Kantung Nepenthes salah satu bentuk phytotelmata yang dapat dimanfaatkan beberapa serangga sebagai habitat, phytotelmata digunakan dalam siklus hidup serangga dari golongan Culicidae. Sampai saat ini kurangnya informasi tentang Culicidae pada Nepenthes relatif terbatas, sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui genus Culicidae yang terdapat dalam cairan kantung N. gracilis korth, N. ampularia dan N. mirabilis Jack yang terdapat di daerah Bukit Taratak Kampuang Tanjuang Alai Nagari Koto Taratak Kabupaten Pesisir Selatan.

(4)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2015 di Bukit Taratak Kabupaten Pesisir Selatan.

Identifikasi serangga dilakukan di laboratorium Zoologi Program Studi Pendidkan Bioogi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei deskriptif yaitu dengan cara mengoleksi air dan material yang berada dalam kantung Nepenthes di lokasi.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang mengacu pada kemiringan lokasi dan ketinggian kantung dari permukaan tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Culicidae yang ditemukan terdiri dari 2 Genus yaitu Genus Aedes dan Genus Culex.

Jumlah individu Genus Aedes sebanyak 10 individu dan Genus Culex 132 individu.

Tabel: Genus dan jumlah individu nyamuk yang ditemukan pada Nepenthes ampularia Jack, N.

gracilis Korthdan N. mirabilis Jack yang ditemukan di Bukit Taratak Kampuang Tanjuang Alai Nagari Koto Taratak Kabupaten Pesisir Selatan

No Jenis Nepenthes

pH air

Posisi kantung / genus nyamuk

Jumlah Total

Kantung atas Kantung bawah

Aedes Culex jumlah Aedes Culex Jumlah

1 N. ampularia 3 0 17 17 0 33 33 50

2 N. gracilis 2 0 13 13 0 14 14 27

3 N. mirabilis 6 9 29 38 1 26 27 65

Total 9 59 68 1 73 74 142

Jumlah individu dari genus nyamuk yang ditemukan pada cairan kantung atas adalah 68 individu diantaranya 9 individu termasuk genus Aedes dan49 individu genus Culex. Pada kantung bawah ditemukan 74 individu diantaranya 1 individu dari genus Aedes dan 73 individu dari genus Culex.

Bervariasinya individu yang ditemukan diduga karena Nepenthes memiliki bentuk dan ukuran kantung yang berbeda-beda. Jumlah individu yang paling banyak ditemukan pada N.

mirabilis Jack. N. mirabilis Jackmemiliki ukuran kantung besar dan panjang. Menurut Kissinger (2007) keadaan bentuk kantung yang bervariasi akan mempengaruhi jumlah individu yang terdapat di dalam kantung Nepenthes.

Bentuk mulut kantung juga berpengaruh terhadap volume air yang ada di dalam di kantung. Mulut kantung yang besar akan menampung volume air yang banyak begitu juga sebaliknya. Tinggi valume air di dalam kantung akan mempegaruhi serangga berada di dalam katung tentu akan

memberikan kesempatan yang tinggi untuk organisme yang hidup di dalamnya. Peterson dkk., (2008) menyatakan, ukuran jumlah individu di dalam kantung di pengaruhi oleh ukuran kantung.

Faktor lain yang memperngaruhi jumlah individu adalah posisi kantunng.

Jumlah individu yang paling banyak ditemukan pada kantung bawah yaitu 74 individu. Kantung bawah berada dalam kisaran ketinggian 0 – 15 cm dari permukaan tanah sedangkan kantung atas 15 cm dari permukaan tanah. Hal ini diduga pada kantung bawah volume air lebih banyak dibanding pada kantung atas. Selain air yang ada di dalam kantung air hujan juga dapat masuk melalui tetesan air daun yang berada pada sekitar mulut kantung. Selain volume air nutrisi juga akan lebih banyak dibanding kantung atas, karena kantung bawah lebih awal terbuka penutup kantungnya dibandingkan pada kantung atas. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Patang (2008) telah mengidentifikasi serangga

(5)

1118 individu pada kantong atas dan 1404 individu pada kantong bawah.

Genus Aedes hanya ditemukan pada N. mirabilis Jack (Tabel). Diduga kantung N.

mirabilis Jackmimiliki kondisi yang sesuai dengan tempat perkembangan larva Aedes.

Kondisi lingkungan akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme itu sendiri. Air yang ada di dalam cairan kantung memilikiderajat keasaman yang berbeda.

Derajat keasaman (pH) air perindukan merupakan faktor yang sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva Aedes. Menurut Sayono (2011) larva Aedes akan mati pada pH ≤ 3dan ≥ 12, pertumbuhan larva secara optimum terjadi pada kisaran pH antara 6,0 – 7,5. Peryataan ini di perkuat Novianto, (2007) pertumbuhan larva secara optimal pada kisara pH 6,0 sampai 8,0.

Pada setiap titik pengambilan sampel, Culex merupakan individu yang memiliki jumlah yang paling dominan dibandingkan dengan Aedes. Kemelimpahan suatu organisme pada suatu daerah atau wilayah dapat dipengaruhi oleh lingkungan biotik maupun abiotik. Pada saat pengambilan sampel di Bukit Taratak memasuki musim transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

Diduga dalam massa transisi sesuai dengan perkembangan larva Culex. Menurut Robert., et al, (1998) menyatakan larva Culex banyak dijumpai pada akhir musim hujan memasuki musim kemarau.

Deskripsi masing-masing genus dari Culicidaeyang ditemukan pada kantung N.

ampularia Jack, N. graclis Korth dan N.

mirabilis Jackdi Bukit Taratak Kampuang Tanjuang Alai Nagari Koto Taratak Kabupaten Pesisir Selatan adalah:

a. Genus Aedes

Genus Aedes yang ditemukan dengan ciri-ciri probosis melengkung dengan cincin putih di tengah, papila maksilaris lebih pendek dari pada probosis. Torak yang berwana cerah dan keperakan, abdomen memiliki cincin yang berwarna perak, kaki memilliki warna bercak perak dan memiliki rambut. Contoh individu dari genus Aedes yang ditemukan ditampilkan pada Gambar 1.

Hasil yang ditemukan sesuai dengan (Borror,1992; Delfinando,1996; Theodore,

2005) memiliki papila maksilaris lebih pendek dari pada probosisnya, memiliki torak yang berwarna cerah keperakan

b. Genus Culex

Genus Culex yang ditemukan dengan ciri-ciri Probosis melengkung papila maksilaris lebih pendek dari pada probosis, memliki torak yang berwana coklat keabu- abuan, abdomen berwarna abu-abu, kaki berwana coklat keabu-abuan dan berambut.

Contoh individu dari genus Culex yang ditemukan ditampilkan pada Gambar 2. Hasil yang ditemukan sesuai dengan (Borror, 1992;

Delfinando, 1996; Theodore, 2005) Culex memiliki papila maksilaris lebih pendek dari pada probosisnya, torak dan abdomen berwarna keruh keabu-abuan.

SIMPULAN

Culicidae yang ditemukan pada Nepenthes ampularia Jack, N. gracilis Korth dan N. mirabilis Jack di Bukit Taratak Kampung Tanjuang Alai Nagari Koto Taratak Kabupaten Pesisir Selatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan, bahwa Culicidae yang ditemukan terdiri dari dua genus dan 132 individu. Genus Culex 122 individu dan Aedes 10 individu. Jumlah individu yang banyak ditemukan pada Nepenthes mirabilis Jack yang terendah pada Nepenthes gracilis Korth. Genus Culex ditemukan pada Nepenthes ampularia Jack, N.

gracilis Korth dan N. mirabilis Jack.

Sedangkan Genus Aedes hanya ditemukan pada N. mirabilis Jack. Genus Aedes tidak ditemuka pada pH 2-3.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dra. Gustina Indriati, M.Kes, Drs.

Ismed Wahidi, M.Si, Armein Lusi Z, M.Si yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D. J, C. A. dkk. 1992. An Introductio to The Study Of Insect.Gaja Mada University Press

(6)

Delfinando, M. D. 1996. Memoirs Of The America Entomological Institute Number 7 The Culicini Mosquitoes of The Philippines Tribe Culicini (Diptera, Culicudae). The American Entomological Institute 5950 Warren Road, Ann Arba, Michigan USA.

Handoyo, F dan Maloedyn, S. 2006. Petunjuk Praktis Perawatan Nepenthes.

Agromedia Pustaka: Jakarta

Kissinger. 2007.Kemampuan dan Pola Tangkap Kantong semar (Nepenthes Sp.) Terhadap Jenis-Jenis Serangga Pada Hutan Kerangas.

Enjelina, W. 2011. Analisis Hibrid Alam Kantong Semar Di Bukit Taratak Kabupaten Pesisir Selatan. FMIPA Universitas

Mansur, M. 2006. Nepenthes Kantong Semar yang Unik. Penebar Swadaya: Jakarta.

Mogi, M,. Chan. K. L. 1996 Pederatory Habits Of Dipteran Larvae Inhabiting Nepenthes Pitchers.

Robert ,V,. Ambene A,. Thioulouse J. 1998.

Ecology of Larval mosquitoes, with special reference to Anopheles arabiesis (Diptera: Culicudae) in urban Dakar, Senegal.J Med Entomol 35 : 948-955.

Rosa, E. 2012. Jenis-Jenis Dan Tipe Phytotelmata Sebagai Tempat Perindukan Alami Nyamuk Di Beberapa Lokasi Di Sumatera Barat.

Jurusan Biologi Univ.Andalas.

Novianto, I. W. 2007 Kemampuan Hidup Larva Culex quinquefasciatus Say.

FMIPA Universitas Sebelas Maret.

Surakarta

Patang, F. 2008. Identifikasih Berbagai Kelompok Serangga yang Terdapat Pada Kantong Semar (Nepenthes reindwartiana) di Cagar Alam Padang Luwai Desa Sekolaq Darat Kabupaten Kutai Barat FMIPA Universitas Mulawarman Vol 4.

Peterson, C. N., S. Day, B.E. Wolfe, A. M.

Ellison, R. Kolter and A. Pringle.

2008. A keyston predator controls bacterial diversity in the pitcher-plant

(Sarracenia purpurea)

microecosystem. Environmental Microbilogy 10 (9); 2257-2266 Sayono, 2011. Pertumbuhan larva Aedes

aegypti Pada Air Tercemar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Semarang. Vol 7 No 1.

Theodore, G,. Andredis. Michael, C,. Thomas and Jhon J. Shepar. 2005.

Indentification of Connecticut The Connecticut Agricultural Experiment Station. Bulietin No. 966

Referensi

Dokumen terkait