D. Bagaimana Solusi atau Cara Menghadapi Hambatan dan Tantangan di Dalam Ketekunan
Seperti yang kita sudah ketahui apa saja hambatan dan rintangan dalam menerapkan sifat dan karakter bertekun, kita juga harus mengetahui bagaimana cara kita sebagai anak anak-Nya menghadapi rintangan tersebut dengan berlandaskan kitab suci dan dengan melihat kepada cara Yesus menghadapi hambatan dan tantangan dalam ketekunan.Tinggal bagaimana cara kita mengelola dan bagaimana reaksi kita terhadap hambatan dalam ketekunan ini.
Seperti Ayub yang mengalami tantangan dalam ketekunan, kita juga harus melihat bagaimana Ayub berhadapan dengan hambatan ketekunan ini. Namun, melalui semua hal ini, Ayub berdiri teguh, memelihara integritas. (Ayub 27:5) Hal-hal yang ia tanggung serupa dengan cobaan yang dihadapi orang kristen pada masa ini.
Bagaimana Ayub sanggup bertekun menanggung semua cobaan tersebut? Satu hal utama yang memelihara Ayub adalah harapan. ”Bagi pohon masih ada harapan,” katanya.
”Apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh.” (Ayub 14:7) Harapan apa yang Ayub miliki? Sebagaimana dicatat di beberapa ayat berikutnya, ia
mengatakan, ”Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? . . . Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada [atau, mendambakan] buatan tanganMu.”
(Ayub 14:14, 15) Ya, Ayub melihat apa yang ada di balik rasa sakit yang ia derita. Ia mengetahui bahwa cobaan-cobaannya tidak akan berlangsung selamanya. Paling tidak ia harus bertekun sampai mati. Penantiannya yang penuh harapan adalah agar Tuhan, yang secara pengasih ingin sekali membangkitkan orang-orang mati, akan menghidupkannya lagi.
—Kisah 24:15.
Apa yang kita pelajari dari ketekunan Ayub? Untuk bertekun sampai akhir, kita jangan pernah kehilangan pandangan akan harapan kita. Ingat juga bahwa kepastian harapan Kerajaan berarti bahwa penderitaan apa pun yang kita alami relatif
”sementara”. (2 Korintus 4:16-18 , NW) Harapan kita yang berharga secara teguh didasarkan pada janji Tuhan akan suatu masa di waktu dekat manakala ”Ia akan menghapus segala air mata dari mata [kita], dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu”. (Wahyu 21:3, 4 ) Harapan tersebut, yang ”tidak mengecewakan”, harus menjaga pikiran kita. (Roma
5:4,
5; 1 Tesalonika 5:8 ) Hal itu harus nyata bagi kita—begitu nyata sehingga melalui mata iman, kita dapat membayangkan diri kita berada dalam dunia baru—tidak lagi bergumul dengan penyakit dan depresi tetapi setiap hari bangun dalam kesehatan yang baik dan dengan pikiran yang jernih; tidak lagi mengkhawatirkan tekanan-tekanan ekonomi yang serius tetapi hidup dalam keamanan; tidak lagi berkabung karena kematian orang-orang yang kita kasihi tetapi merasa tergetar melihat mereka dibangkitkan. (Ibrani 11:1) Tanpa harapan demikian kita dapat menjadi begitu dibebani oleh cobaan-cobaan kita sekarang sehingga kita menyerah.
Dengan harapan yang kita miliki, betapa kuatnya motivasi yang kita peroleh untuk terus berjuang, untuk terus bertekun sampai akhir!
Seperti halnya yang cobaan dan hambatan yang dialami Tuhan kita, Tuhan Yesus saat menjadi manusia sama seperti kita. Tuhan Yesus juga pastinya mengalami hambatan dan tantangan dalam ketekunan. Namun Tuhan Yesus sudah memberikan kita teladan dan contoh tentang bagaimana kita memandang secara realistis tentang ketekunan. Apa yang
memungkinkan Tuhan Yesus bertekun sampai akhir? Rasul Paulus menyebut dua hal yang mendukung Tuhan Yesus, ”doa dan permohonan” serta ”sukacita yang disediakan bagi Dia”.
Yesus, Putra Allah yang sempurna, tidak malu meminta bantuan. Ia berdoa ”dengan ratap tangis dan keluhan”. (Ibrani 5:7; 12:2) Khususnya ketika cobaannya yang terberat mendekat, ia merasa perlu untuk berdoa memohon kekuatan berulang kali dan dengan sungguh-
sungguh. (Lukas 22:39-44) Sebagai jawaban atas doa Tuhan Yesus, Bapa tidak
menyingkirkan cobaan, namun Ia menguatkan Tuhan Yesus untuk dapat bertahan. Tuhan Yesus bertekun juga karena ia melihat apa yang ada di balik tiang siksaan yaitu ganjaran—
sukacita yang akan Ia miliki dan penebusan manusia dari kematian.—Matius 6:9; 20:28.
Jadi, pada intinya solusi dari hambatan dan tantangan yang kita alami di dalam ketekunan yakni, berfokus kepada maksud Tuhan dan terus memanjatkan doa dan permohonan. Karena buah dari ketekunan sangatlah indah yakni, sukacita yang sudah
persiapkan untuk orang yang bertahan sampai akhir dan keselamatan pada saat kesudahannya tiba. Teruslah bertekun dalam doa dan permohonan serta bertekun dalam menanti janji Tuhan dengan memandang kepada janji Tuhan yang akan kita dapatkan.