i
iii
Daftar Isi
PERAN SERTA TNI AL UNTUK
MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT PAPUA MELALUI BHAKTI KESEHATAN TNI AL
TAHUN 2015 DI JAYAPURA
Letda Laut (K) Rubai
STRATEGI RS MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Letkol Laut (K/W) Drg. Caecilia Indarti M.Kes
PELAKSANAAN LATIHAN KESEHATAN TERPADU WILAYAH TIMUR TAHUN 2015 DALAM RANGKA MENINGKATKAN PROFESIONALISME KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG TUGAS POKOK TNI
Kolonel Laut (K) dr. Mozart, Sp.B PERAN DOKTER GIGI PADA
DISASTER VICTIM IDENTIFICATION
Mayor Laut (K) drg. Ruli Yusman, SpKG INFEKSI NOSOKOMIAL
“HOSPITAL ACQUIRED INFECTION”
Kolonel Laut (K) Mariyono MERS
Mayor Laut (K/W) dr. Dian Yokebet Sp.P
RUMKITAL ILYAS TARAKAN
SEBAGAI FASILITAS KESEHATAN TNI DI DAERAH PERBATASAN
Kapten Laut (K/W) Diyane Irene Komalig,SST.
INDONESIA BANGGA MENJADI TUAN RUMAH PENYELENGGARA KONGRES KEDOKTERAN MILITER INTERNASIONAL KE 41
Letkol Laut (K/W)Dr.Lila Irawati Tjahjowiduri, SpAn. M.Kes
RENCANA PEMBENTUKAN ASEAN CENTER FOR MILITARY MEDICINE (ACMM) DALAM FORUM ASEAN DEFENCE MINISTERS MEETING PLUS (ADMM-PLUS) EXPERTIES WORKING GROUP ON MILITARY MEDICINE (EWG ON MM) KE 6 DI SAINT PETERSBURG RUSIA
Letkol Laut (K) dr RM Tjahja Nurrobi M Kes SpOT (K) Hand,
5 TH ASEAN CHIEFS OF
MILITARY MEDICINE CONFERENCE NAY PYI TAW, MYANMAR
( 27 APRIL – 1 MAY 2015 )
Mayor laut (K) Dr.Gunady Wibowo R, SpPD
PERESMIAN PEMBANGUNAN DAN RENOVASI GEDUNG DAN FASILITAS SERTA ALAT KESEHATAN RUMKITAL Dr.
RAMELAN OLEH KASAL
Mayor Laut (K) M. Anang S, SKM, MM
PERAN BATALYON KESEHATAN MARINIR DAN DISKES LANTAMAL VIII DAN IX DALAM MENDUKUNG KEGIATAN SAVE OUR LITTORAL LIFE (SOLL) DAN SAVE OUR SEA (SOS) DI SABANG, MANADO, AMBON
Letkol Laut (K) drg. Sudarmono, Sp.Orth
GLOBAL HEALTH SECURITY AGENDA Kolonel Laut (K) dr. Arie Zakaria, Sp.OT., FCIS
1 5
30 10 16 20 24
39
44
48 50
59
55
5
STRATEGI RS MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(MEA)
Penulis:
Letkol Laut (K/W) Drg. Caecilia Indarti M.Kes Kasubdepdokgimatla Rumkital Dr. Ramelan
I. PENDAHULUAN
Memasuki era terbukanya pasar Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 merupakan tantangan bagi semua jenis industri untuk berkompetisi termasuk industri dibidang layanan kesehatan. Hal yang paling sering menjadi perhatian adalah apakah Indonesia siap memasuki MEA? Siapkah kita mampu bersaing dalam pelayanan kesehatan dengan investor dari negara lain yang mulai melirik untuk membangun rumah sakit di Indonesia. Disamping itu seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka kebutuhan akan layanan kesehatan yang prima semakin meningkat, hal ini mendorong tumbuhnya rumah sakit baru dengan pesat untuk memenuhi kebutuhan pasien di Indonesia.
Layanan kesehatan sudah menjadi industri yang menguntungkan dan menarik investor untuk menanamkan modalnya.
Pertumbuhan rumah sakit ini menimbulkan kompetisi yang semakin ketat dan pasien semakin mempunyai pilihan yang selektif, dan ini merupakan tantangan yang akan mempengaruhi keberlanjutan organisasi.
Tantangan seperti ini menghadapkan para
pelaku pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit baik pihak pemerintah maupun swasta pada dua pilihan, yaitu masuk dalam arena kompetisi dengan melakukan perubahan dan perbaikan atau keluar arena kompetisi tanpa dibebani perubahan dan perbaikan.
Oleh karena itu diperlukan alternatif strategi bersaing yang tepat agar rumah sakit mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Kondisi lingkungan usaha demikian mengharuskan rumah sakit meningkatkan kualitas dan mutu layanan agar tetap sukses, baik ditingkat operasional, manajerial maupun strategi. Ada beberapa pilihan strategi yang kompetitif, diantaranya adalah strategi cost leadership, strategi differentiation atau blue ocean strategy.
II. ISSUE STRATEGIS PERUBAHAN BISNIS RS
Perubahan bisnis perumahsakitan dengan hadirnya MEA, tentunya harus diantisipasi, semua RS menginginkan kinerja RS yang bagus. Oleh karena itu penting bahwa RS harus punya strategi. Hal ini guna
6
menghadapi perubahan lingkungan yang sangat dinamis, adanya persaingan yang semakin tajam. Jauh sebelum MEA banyak pasien dari Indonesia yang pergi mencari pengobatan ke luar negeri khususnya kelas menengah keatas merasa belum puas dengan kualitas dan layanan yang diberikan rumah sakit di Indonesia. Hal ini terlihat dari tahun ketahun jumlah pasien yang berobat ke luar negeri khususnya Singapura, Penang Malaysia semakin meningkat. Beberapa negara banyak yang mengivestasikan modal dengan membangun RS ke Indonesia.
Dewasa ini ada 3 issue strategis yang akan berpengaruh pada manajemen kinerja :
1. Pasar yang di serbu.
Dengan adanya globalisasi, orang akan dengan mudah mengakses untuk menentukan pilihan RS mana yang akan dipilihnya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah penduduk Indonesia yang besar akan dilirik sebagai peluang pasar yang menguntungkan dalam bisnis perumahsakitan.
2. Bonus demografi
Meningkatnya tingkat pendapatan karena semakin membaiknya ekonomi masyarakat khususnya klas menengah ke atas akan berpengaruh kuat pada life style masyarakat dalam segala hal dalam kebutuhan hidup
7
termasuk juga kebutuhan pelayanan kesehatan
3. Adanya kecurigaan biaya kesehatan di RS.
Hal ini ditenggarai dengan asumsi biaya kesehatan yang semakin lama semakin meningkat, sehingga muncul Universal Couverage dengan berjalannya asuransi jaminan kesehatan yang dikenal dengan BPJS. RS yang melayani peserta BPJS seolah kita memancing dalam kolam besar dimana banyak orang yang memancing sehingga untuk mendapatkan ikan tidak mudah.
Apalagi ketentuan sistem rujukan berjenjang mulai diberlakukan. Akibatnya RS tipe A
posisinya kurang menguntungkan, sebagai PPK III yang hanya melayani kasus-kasus sub spesialistik akan mengalami penurunan jumlah pasien. Ketentuan sistem rujukan berjenjang telah mengurangi keleluasaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Karena pelayanan dimulai dari PPK I untuk pelayanan kesehatan dasar. Apabila tidak dapat dilayani untuk kasus spesialistik dirujuk ke PPK II. Dari PPK II apalagi tidak dapat terlayani untuk kasus sub spesialistik baru dirujuk ke PPK III. Dengan ketentuan rujukan ini tentunya akan mempengaruhi operasional RS, khususnya RS TNI AL yang sebagian besar pasiennya adalah keluarga besar TNI AL.
8
III. STRATEGI & SISTEM PENGENDALIAN MANAGEMEN
Issue di atas perlu dihadapi dengan strategi yang kompetitif. Ibaratnya apakah kita akan menjual secangkir kopi model “JITU”
(Kopi siji Jagung pitu) yang dapat kita beli di warung pinggir jalan dengan harga Rp.
2.500 ataukah model kopi “STARBUCK” yang hanya kita dapatkan di mall seharga Rp.
30.000 an. Ada beberapa pilihan strategi, diantaranya apakah RS akan bermain sebagai Cost Leadership atau memilih strategi Differentiation atau Blue Ocean Strategy
1. Cost Leadership
Adalah Strategi dengan taktik harga murah.
Tentu saja oleh karena mengutamakan harga murah, jika RS memilih strategi ini mutu layanan yang diberikan adalah standar, tidak berarti tidak peduli dengan kualitas pelayanan, namun semua jenis pelayanan yang diberikan berdasarkan standar yang telah dibuat oleh RS. Pelayanan terhadap BPJS adalah contoh pada strategi ini, dimana harga sudah dipatok, tentu saja pelayanan harus disesuaikan dengan standar pelayanan. Pada strategi ini penting sekali dalam pengendalian biaya bagaimana RS dapat mengendalikan biaya secara effesien karena jika tidak terkendali maka RS akan defisit. Jumlah tindakan medis yang bisa menjadi pemicu munculnya biaya harus benar-benar dapat dikendalikan dengan baik Yang berlaku pada strategi ini adalah Low Cost Commodity Value. Target pasar pada strategi disini disini adalah masyarakat umum. Pada strategi ini harus hati-hati karena pasien akan rasional, sehingga lebih banyak keluhan pasien apabila dalam pemberian pelayanan banyak yang tidak sesuai dengan harapannya.
2. Differentiation
Adalah strategi dengan taktik pelayanan yang berbeda dengan pesaingnya.
Supaya bisa berbeda dengan pesaingnya tentu saja sebuah RS harus menyiapkan
keunggulan pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Pada strategi ini berlaku High Value dengan High Cost. Target pasarnya adalah sedikit. Pada strategi ini rasionalitas pasien seolah hilang terganti oleh loyalitas pasien artinya bahwa apabila pasien tersebut perlu pelayanan kesehatan tidak akan melirik untuk berobat di RS lain karena RS pilihannya telah memberikan kepuasan. Pada strategi ini penting sekali peningkatan pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan dan harapan pasien bahkan melebihi apa yang diharapkan.
3. Blue Ocean
Adalah strategi dengan taktik menciptakan sebuah pelayanan yang tidak ada tempat lain yang mampu menyaingi. RS harus melakukan inovasi terus menerus sehingga memiliki value innovation, menciptakan produk layanan baru yang susah untuk ditiru pesaingnya.
Oleh karena itu biaya harus bisa ditekan dengan menghilangkan dan mengurangi value yang tidak butuhkan pasien, namun sebaliknya nilai yang didapatkan pasien harus ditingkatkan dengan menaikkan dan menciptakan faktor-faktor tertentu. RS mempunyai pelayanan unggulan yang tidak dimiliki RS lain.
IV. KENDALA STRATEGI
Untuk melakukan strategi di atas tidak mudah, karena sering terjadi kegagalan yang pemicunya bisa bervariasi sebagai berikut :
1. Vision Barrier : Sistim komunikasi yang kurang baik sehingga antara manajemen dengan staf kurang benar benar memahami visi RS
2. Management Barrier : Hambatan pada managemen yang jarang membahas strategi yang diterapkan RS karena pembahasan selalu berkisar pada issue operasional yang terjadi
3. People Barrier : Kompetensi tidak selaras dengan tugas yang diemban, sehingga kurang maksimal menjalankan
9
tupoksinya
4. Resource Barrier : Anggaran yang kurang mendukung strategi untuk bisa dijabarkan dalam program kegiatan
V. COST DRIVER IN HEALTH CARE INDUSTRY
Dalam persaingan RS, biaya amat sensitive dan penting untuk dipikirkan karena terkait dengan keberlangsungan organisasi RS. Ada banyak Cost Driver (pemicu biaya) yang saling berhubungan satu dengan lainnya dalam industri pelayanan kesehatan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut
Pada gambar diatas ada 6 komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam industri pelayanan kesehatan yang berpengaruh cukup kuat dalam memicu biaya RS, yaitu: Asuransi, Pemasok alkes, Rumah sakit, Dokter, Farmasi, dan Pemerintah. Sebagai contoh bagi RS, Pemasok alkes dan farmasi akan berpengaruh pada biaya yang dkeluarkan oleh RS. Kebijakan pemerintah dalam hal pelayanan, obat, alkes juga akan mempengaruhi pada operasional pelayanan di RS. Dokter selaku tenaga medis akan berpengaruh pula dalam jasa medis yang
dikeluarkan RS. Demikian juga ketentuan pihak asuransi akan mempengaruhi pada pembiayaan pasien yang di cover nya ke RS. Managemen biaya sangat penting untuk senantiasa diperhatikan dalam kelangsungan persaingan antar RS.
VI. PENUTUP
RS harus memilih strategi mana yang akan dipakai. Perlu dianalisa terlebih dahulu dengan melihat pangsa pasar. Agar dapat bersaing dalam era MEA, maka RS harus memiliki Brand. Brand adalah suatu persepsi, kesan dan keyakinan yang ada di benak konsumen atas suatu merek dimana kesan ini muncul karena pengalaman atau pengetahuan konsumen terhadap merek yang bersangkutan. Bagaimana persepsi pasien atas pengalamannya mendapatkan pelayanan di rumah sakit tersebut. Loyalitas pasien akan didapatkan apabila pelayanan yang diberikan melebihi harapannya. Dengan membangun brand, maka kita mampu bersaing dengan RS kompetitor dari luar Indonesia saat MEA 2015 diberlakukan. Tidak ada ketakutan lagi, sebaliknya menjadi pemicu agar kta semakin bertambah baik. Semangat!