Dampak Implementasi Kebijakan Renewable Energy Directive II terhadap Hubungan Indonesia-UE dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak implementasi kebijakan Renewable Energy Directive II terhadap hubungan Indonesia dan Uni Eropa.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
- Batasan masalah
- Rumusan Masalah
Tujuan dan kegunaan Penelitian
- Tujuan Penelitian
- Kegunaan Penelitian
Kerangka Konseptual
Metode Penelitian
- Tipe Penelitian
- Jenis dan Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
Rancangan Sistematika Pembahasan
TINJAUAN PUSTAKA
Ekonomi Politik Internasional
Robert Gilpin dalam bukunya yang berjudul The Political Economy of International Relations (1987) mendefinisikan konsep ekonomi politik, yaitu dinamika interaksi global antara kekuasaan, dalam hal ini politik, dan kekayaan, yaitu ekonomi timbal balik. Ekonomi Politik Internasional mencoba berargumen bahwa perekonomian sebenarnya melekat pada kekuasaan atau politik. Ekonomi politik internasional juga mengasumsikan bahwa negara, perusahaan multinasional, dan aktor lain menggunakan kekuasaan mereka untuk mempengaruhi sifat rezim internasional.
Ekonomi politik internasional juga sering disebut sebagai “bidang penelitian”, yaitu sebagai subjek yang berfokus pada hubungan antara kekuasaan publik dan swasta dalam hal alokasi sumber daya yang terbatas atau langka (Ravenhill, 2008: 21). Secara sederhana, ekonomi politik internasional dapat dipahami sebagai suatu kajian yang muncul akibat adanya persinggungan antara ilmu politik dan ilmu ekonomi dalam sistem dunia internasional, yang mencakup hubungan-hubungan yang terjadi antar negara. Pengaruh globalisasi terhadap indikator ekonomi politik internasional juga sangat besar, seperti yang dijelaskan oleh Robert Gilpin, dimana globalisasi akan menyebabkan berkembangnya tiga bagian ekonomi politik internasional yaitu;
Pandangan Ekonomi Politik Internasional Terhadap Kebijakan RED II
Ketergantungan atau hubungan ini menunjukkan bahwa suatu proses interaksi timbal balik antara suatu negara dengan negara lain akan saling menguntungkan dan harus dipenuhi kepentingan bersama. Aktor politik ekonomi, globalisasi akan memungkinkan aktor politik sebagai subjek kekuatan ekonomi mengembangkan usahanya dengan peran yang semakin luas dan canggih. Industri kelapa sawit di Indonesia, yang merupakan sumber pendapatan terbesar negara, mempunyai dampak besar terhadap perekonomian Indonesia.
Selain itu, lapangan kerja dan dibukanya pabrik atau produksi kelapa sawit akan berdampak besar terhadap peningkatan perekonomian Indonesia. Kebijakan Uni Eropa terhadap larangan impor minyak sawit akibat kerusakan lingkungan akibat industri kelapa sawit membuat Indonesia merasa didiskriminasi dan menimbulkan ketegangan politik dalam hubungan antara Uni Eropa dan Indonesia. Konsep ekonomi politik internasional yang fokus pada ilmu ekonomi dan politik kemudian menjadi titik temu yang mengaitkan penelitian ini.
Penelitian terdahulu
- Penelitian Pertama
- Penelitian Kedua
GAMBARAN UMUM
Dinamika Industri Biofuel Uni Eropa
Pada tahun 2014, ekspor minyak sawit Indonesia ke pasar Uni Eropa mencapai 33,85% yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar (UN Comtrade, 2016). Salah satu minyak nabati yang kemudian diimpor dari Uni Eropa adalah minyak sawit mentah (CPO) atau palm oil. Uni Eropa yang mengimpor minyak sawit masih berupaya memenuhi kebutuhan minyak nabati di kawasan Uni Eropa.
Lambat laun, sumber energi terbarukan mampu bersaing dengan energi konvensional yang digunakan Uni Eropa. Renewable Energy Directive II (RED II) yang menjadi bukti keseriusan Uni Eropa dalam mengelola sumber energi terbarukan. Sebagian besar negara di Uni Eropa mengkonsumsi produk biofuel, khususnya biodiesel dan biofuel yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar transportasi.
Kebijakan Reneweble Energy Directive II Uni Eropa
Kebijakan yang dibuat oleh Uni Eropa mengenai peraturan biofuel kemudian ditetapkan untuk seluruh negara di kawasan UE. Kebijakan yang dirumuskan UE juga menekankan kriteria lingkungan berdasarkan pembangunan berkelanjutan untuk menghasilkan produk biofuel yang sesuai dengan kriteria kebijakan. Selain itu, produsen biofuel di UE telah menerima dukungan pasar dalam bentuk bea masuk atas impor produk biofuel asing.
Terakhir, Uni Eropa telah memberlakukan kebijakan pembatasan produk biofuel dari negara lain dengan mematuhi standar lingkungan. Secara global, Uni Eropa adalah salah satu produsen energi terbarukan terkemuka di sektor teknologi pembangunan. Uni Eropa kemudian berharap hal ini dapat mengurangi ketergantungannya terhadap produk CPO impor dengan merancang Renewable Energy Directive II sebagai solusi permasalahan tersebut.
Alasan Uni eropa Menetapkan Kebijakan Reneweble Energy Directive II
Penerima manfaat nyata dari kebijakan RED II UE ditunjukkan kepada industri biofuel UE. Data statistik BPS menunjukkan nilai ekspor minyak sawit dan biofuel Indonesia ke UE mengalami penurunan dalam 5 (lima) tahun terakhir. Kebijakan yang mengatur energi terbarukan di UE dan melarang impor minyak sawit dan turunannya.
Akibat keluarnya kebijakan Renewable Energy Directive II yang sudah mulai diterapkan, terjadi ketegangan hubungan politik antara UE dan Indonesia. Pengaruh kebijakan Directive on Renewable Energy II yang berdampak pada hubungan politik Indonesia dan UE. Post Truth in Indonesia-EU Dispute Over Palm Oil Issues [Post Truth in Indonesia-European Union Dispute Over Palm Oil Issues].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dinamika Kebijakan Reneweble Energy Directive II
Penggunaan energi Uni Eropa yang cenderung sangat besar menjadi pertimbangan Uni Eropa yang tergabung dalam keanggotaan Protokol Kyoto. Dengan mempertimbangkan masa depan energi dan kemajuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), Uni Eropa kemudian mengambil kebijakan yang mengatur penggunaan energi di Uni Eropa, yaitu Renewable Energy Directive I. Renewable Energy Directive II diterapkan pada 24 Desember 2018 dan diwajibkan menjadi undang-undang di setiap negara anggota Uni Eropa pada tanggal 30 Juni 2021 (Komisi Eropa, 2021).
Berdasarkan data di atas, setiap negara anggota Uni Eropa pada tahun 2005 dan 2020 mempunyai tujuan yang ingin dicapai berbeda-beda, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing negara. Namun, setiap negara anggota harus mewaspadai produk biofuel yang memenuhi kriteria keberlanjutan UE yang ditetapkan dalam aturan Petunjuk Energi Terbarukan. Oleh karena itu, negara-negara anggota UE bergantung pada pengolahan minyak nabati yang ramah lingkungan.
Kebijakan Ekonomi yang Dipengaruhi Oleh Ilmu Pengetahuan
Parlemen Eropa menyatakan dalam resolusi mengenai kelapa sawit dan hutan hujan bahwa. Alasan utama diambilnya kebijakan Renewable Energy Directive II adalah hasil kajian Komisi Eropa yang menetapkan bahwa minyak sawit atau CPO menyebabkan deforestasi atau kerusakan lingkungan. Luas perkebunan kelapa sawit di lahan gambut sekitar 11% dari total 14,9 juta ha lahan gambut di Indonesia.
Dari hasil persentase tersebut, luas areal perkebunan kelapa sawit yang relatif kecil di lahan gambut terkesan berlebihan jika dituding berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Perkebunan kelapa sawit merupakan penyerap karbon dioksida (CO2), yang menyerap 64,5 ton CO2/ha/tahun. Kaitannya dengan hilangnya biomassa di atas permukaan tanah ketika hutan dikonversi menjadi kelapa sawit perlu dikaji lebih dekat.
Interaksi Pasar Internasional
Data menunjukkan sekitar 27 juta ton minyak sawit diekspor ke sejumlah negara, sedangkan 6 juta ton sisanya dikonsumsi di dalam negeri. Total ekspor minyak sawit berhasil memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara pada tahun 2016 sebesar USD 17,8 miliar atau sebanyak 12,3% dari total nilai ekspor Indonesia. Produk minyak sawit yang dihasilkan industri sawit Indonesia diekspor ke berbagai negara.
Data tahun 2016 menunjukkan bahwa India, Uni Eropa, Tiongkok, Pakistan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Serikat menjadi negara pembeli minyak sawit india terbanyak, diurutkan berdasarkan impor terbesar. Menurut perkiraan Gabungan Produsen Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), total kebutuhan minyak nabati dunia akan meningkat menjadi 226,7 juta ton pada tahun 2025. Pada tahun 2017 saja, minyak sawit memiliki pangsa sebesar 30,8% dari total minyak nabati yang digunakan di dunia (Idris, 2017).
Aktor Ekonomi Politik
Gambar di atas menunjukkan bahwa Belanda merupakan negara pengekspor minyak kelapa terbesar dibandingkan negara lain di Uni Eropa. Oleh karena itu, resolusi kebijakan Parlemen Eropa, yaitu rekomendasi pengurangan penggunaan minyak sawit secara bertahap, dianggap sebagai bentuk perilaku proteksionis yang juga tidak berdasar. Fakta bahwa resolusi tersebut kemudian merekomendasikan promosi minyak lobak dan biji bunga matahari, yang sebenarnya tidak lebih produktif dan ramah lingkungan dibandingkan minyak dari kelapa sawit.
Konsumsi minyak nabati yang paling dominan di negara-negara UE adalah minyak sawit, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari. Selain minyak sawit yang diimpor dari Indonesia, minyak sawit juga berasal dari negara-negara di UE seperti Perancis, Hongaria, Spanyol, Rumania, dan Belanda. Minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari sangat terkenal dan diproduksi dalam jumlah besar di kawasan Eropa, oleh karena itu ada indikasi jika produk minyak sawit masuk ke pasar Eropa, maka minyak zaitun dan minyak sawit yang terkenal dan diproduksi di tanah Eropa, akan menjadi lebih baik. akan bersaing dengan kelapa sawit. Julianto, 2017).
Ketegangan Hubungan Politik Indonesia – Uni Eropa
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan Renewable Energy Directive II yang dirancang oleh Uni Eropa pada bulan November 2016 sebagai bentuk revisi kebijakan Renewable Energy Directive 1 diterapkan pada tanggal 24 Desember 2018. Petunjuk Energi Terbarukan II ini akan diubah untuk periode tahun 2021 hingga 2030 dan akan menjadi undang-undang di setiap negara anggota kawasan Uni Eropa pada tanggal 30 Juni 2021. Larangan impor minyak sawit oleh Uni Eropa yang menyatakan bahwa deforestasi bersifat lingkungan Kerusakan tersebut kemudian akan dianggap sebagai bentuk diskriminasi terhadap industri kelapa sawit.
Indonesia yang memperoleh devisa terbesar dari ekspor minyak sawit merasa dirugikan dengan pengakuan Uni Eropa. Ketegangan yang kemudian muncul akibat kebijakan Renewable Energy Directive II adalah gugatan Indonesia terhadap WTO terhadap kebijakan RED II yang dianggap sebagai bentuk diskriminasi. Selain itu, Indonesia juga mengeluarkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel ke Amerika Serikat. Uni Eropa mulai tahun 2020. Tak terima dengan kebijakan larangan tersebut, Uni Eropa pun menggugat Indonesia di WTO atas larangan ekspor bijih nikel.
Saran
Tren Meningkatnya Proteksionisme Ramah Lingkungan: Biofuel dan Uni Eropa, ECIPE: Pusat Ekonomi Politik Internasional Eropa Chairunisa, A. Toegang verkry pada 29 Januari 2023, melalui https://www.researchgate.net/pub lication/265037791_Biofuels_Poli cy_in_the_European. Toegang op 6 Juni 2022, melalui https://www.aprobi.or.id/id/2-peran-utama-industri-sawit-terhadap-devisa-ekspor-nasional/.
Diakses pada 7 Februari 2023 melalui https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9LYWppYW 4lMjBCUFBLL1AzSzIlMjBBTUVST1AvMDVGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9LYWppYW 4lM jBCUFBLL1AzSzIlMj BBTUVST1AvMDVGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9LYWppYW 4lMjBCUFBLL1AzSzIlMjBBTUVST1AvMDVX1FRG0Lbt yaWFuX0 x1YXJfTmVnZXJpXzIwMTcucGRm. Diakses 7 Februari 2023, melalui https://energy.ec.europa.eu/topics/renewable-energy/bioenergy/biofuels_en. Diakses 31 Januari 2023, melalui https://energy.ec.europa.eu/topics/renewable-energy/renewable-energy-directive-targets-and-rules/cooperation-.