• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

I

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim.

Abdullah, Boedi dan Beni Ahmad Saebani. Metode Penelitian Ekonomi Islam.

Bandung: Pustaka Setia, 2014.

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari bin Ibrahim bin Al- Mughirah bin Bardizbah. (t.th), Imam al-Bukhari, Sahih Bukhari. Bairut: Darul Ibnu Katsir al- Yammah.

Adiwarman A. Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Al-Quznawi, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yasid Ibnu Majah. tt.. Sunnan Ibnu Majah, Jilid II. Bairut: Dar-al Fikr.

Amir, Amri. Ekonomi dan Keuangan Islam. Jambi: Pustaka Muda, 2015.

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak, 2018.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001.

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2017.

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam 5, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Barudin, Pandu Topaji. Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam, Klaten: Cempaka Putih, 2019.

Basrowi, dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Chapra, Umer. Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Djojosumarto, Panut. Pestisida & Aplikasinya, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2008.

Djuwaini, Dimyauddin. Figh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 01 April 2000 tentang Murabahah.

Ikit, et al., eds., Jual Beli dalam Perspektif Ekonomi Islam. Yogyakarta: Gava Media, 2018.

(2)

II

Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2015.

Mardani. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2017.

_______. Hukum Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017.

Chapra, Umer. Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Nurdin, Ridwan. Fiqh Muamalah (Sejarah, Hukum dan Perkembanganya), Banda Aceh: Yayasan Pena, 2014.

Saeed, Abdullah. Bank Islam dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Sarwat, Ahmad. Fiqih Jual Beli, Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta. 2017.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012.

Suhendi, Hendi. fiqih muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Syarqawie, Fithriana. Fikih Muamalah, Banjarmasin: Iain Antasari Press, 2015.

Tim Penyusun, 2020, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Agama Islam Negeri Parepare.

Wahyu, Makkulau Rio A. Bank Islam di Indonesia, Surakarta: Kakata Group, 2019.

Wangsawidjaja, A. Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Wiroso. Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: UII Press, 2005.

Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2007.

Skripsi dan Jurnal

Amni, Sofiana Sri dan Ani Faujiah, ‘Manajemen Akad Salam dalam Lembaga Keuangan Syariah’, Ekosiana: Ekonomi Syariah, 7.1 (2020).

(3)

III

Efriyanti, Retni. “Penetapan Margin Pembiayaan Murabahah berdasarkan Perspektif Fiqih Muamalah di BPRS Carana Kiat Andalas Padang Luar” Skripsi Sarjana;

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Bukit Tinggi, 2019.

Farid, Muhammad. ‘Murabahah dalam Perspektif Fikih Empat Mazhab’, Episteme:

Jurnal Ilmiah, 1.8 (2013).

Hidayat, Rahmat. ‘Analisis Kedudukan Waktu dalam Keabsahan Praktek Jual Beli Syariah’, Al-Istinbath: Jurnal Hukum Islam, 4.1 (2019).

Imama, Shofa Lely. ‘Konsep dan Implementasi Murabahah pada Produk Pembiayaan Bank Syariah’, Iqtishadia: Konsep Dan Implementasi Murabahah, 1.2 (2014).

Ismail, Muhammad. ‘Pembiayaan Murabahah dalam Perspektif Islam’, Syaikhuna:

Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam, 10. 2 (2015).

M, Handayani Tutut. 2020. “Analisis Hukum Islam tentang Jual Beli Pupuk Pertanian secara Tangguh di Maddenra Kab. Sidrap” Skripsi Sarjana; Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam: Parepare.

Munandar, Wawan. 2016. “Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual-Beli Pupuk Pertanian dengan Sistem Pembayaran Tangguh (Studi pada Masyarakat Desa Siandong Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes)” Skripsi Sarjana; Fakultas Syari’ah dan Hukum: Yogyakarta.

Nurhadiah. 2020. “Sistem Jual Beli Racun Pertanian di Massulowalie Kabupaten Pinrang Perspektif Hukum Ekonomi Islam” Skripsi Sarjana; Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam: Parepare.

Permata, Srianti Irahusnawati, ‘Analisis Ekonomi Islam Sistem Pembayaran Tangguh Pupuk Pertanian dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Petani Desa Lasiai Kecamatan Sinjai Timur’, Adz Dzahab: Ekonomi Dan Bisnis Islam, 3.2 (2018).

Razali, ‘Tinjauan Ekonomi Syariah terhadap Jual Beli Murabahah pada Perbankan Syariah (Studi Bank Aceh Sharia Lhokseumawe)’, Jeskape: Jurnal Ekonomi Syariah, 1. 2 (2017).

Setiady, Tri. ‘Pembiayaan Murabahah dalam Perspektif Fiqh Islam, Hukum Positif, dan Hukum Syariah’, Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, 8.3 (2014).

Shobirin, ‘Jual Beli dalam Pandangan Islam’, Bisnis: Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, 3.1 (2015).

(4)

LAMPIRAN

(5)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

ISLAM

Jl. Amal Bakti No. 8 Soreang 91131 Telp. (0421) 21307

VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN PENULISAN SKRIPSI

NAMA MAHASISWA : NISPA SANTI

NIM : 17.2300.101

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI : PERBANKAN SYARIAH

JUDUL : TANGGUHAN PEMBAYARAN JUAL BELI PESTISIDA PADA PETANI DI DESA LAMBARA

HARAPAN KABUPATEN LUWU TIMUR

(PERSPEKTIF AKAD MURABAHAH) PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara Untuk Pembeli

1. Apakah bapak/ibu sering melakukan pembelian pestisida?

2. Pada saat pembelian, apakah penjual menyebutkan atau menjelaskan harga jual yang terdiri dari harga pembelian pestisida ditambah dengan jumlah keuntungan yang ingin di dapatkan kepada bapak/ibu?

3. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa ibu/bapak lakukan?

4. Faktor apa yang mendorong bapak/ibu melakukan pembelian pestisida pertanian secara hutang atau ditangguhkan setelah panen?

5. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang sudah menjadi kebiasaan bapak/ibu?

(6)

6. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual pestisida meminta jaminan ataukah adakah kenaikan harga yang di tetapkan penjual kepada bapak/ibu?

7. Di awal pembelian, apakah ada kesepakatan dengan penjual terkait kenaikan harga, berapa besar kenaikan harganya?

8. Menurut bapak/ibu kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual memberatkan atau tidak? alasannya?

9. Apa keuntungan yang bapak/ibu dapatkan dalam melakukan pembelian pestisida pertanian secara hutang tersebut?

10. Apa kerugian yang bapak/ibu alami dalam melakukan pembelian pestisida secara tangguh/hutang ini?

11. Adakah pencatatan sebagai bukti transaksi jual beli pestisida dengan pembayaran tangguh yang dilakukan oleh bapak/ibu?

12. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

13. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup bapak/ibu?

Wawancara Untuk Penjual

1. Pada saat pembelian, apakah ibu menyebutkan harga pembelian dan besar keuntungan yang ibu inginkan kepada pembeli?

2. Di toko ibu sistem pembayaran apa saja yang ibu terapkan, apakah tunai atau dengan tangguhan pembayaran?

3. Faktor apa yang mendorong ibu untuk melakukan jual beli pestisida secara hutang?

(7)

4. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut dilakukan pencatatan serta adakah saksinya?

5. Apakah dalam jual beli pestisida secara tangguh ini, ibu memberikan syarat kepada pembeli? apa syaratnya?

6. Bagaimana cara ibu menentukan harga dalam jual beli pestisida dengan pembayaran ditangguhkan?

7. Mengapa pestisida dengan pembayaran tunai dan pembayaran ditangguhkan setelah panen memiliki perbedaan harga di toko ibu, alasannya?

8. Bagaimana cara ibu menyelesaikan permasalahan, apabila timbul perselisihan dalam jual beli tersebut?

9. Adakah kerugian yang ibu alami dalam jual beli pestisida dengan sistem pembayaran tangguh ini?

10. Apakah keuntungan yang ibu dapatkan dalam jual beli pestisida dengan sistem pembayaran tangguh ini?

Setelah mencermati instrumen dalam penelitian skripsi mahasiswa sesuai dengan judul di atas, maka instrumen tersebut dipandang telah memenuhi kelayakan untuk digunakan dalam penelitian yang bersangkutan.

Parepare, 17 Maret 2021 Mengetahui,

(8)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM Jl. Amal Bakti No. 8 Soreang 91131 Telp. (0421) 21307

VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN PENULISAN SKRIPSI

HASIL WAWANCARA Nama : Abd. Rahman

Umur : 26 Tahun Pekerjaan : Petani

1. Apakah bapak sering melakukan pembelian pestisida?

Jawaban: “Sebagai seorang petani membeli pestisida sudah seharusnya dilakukan”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa bapak lakukan?

Jawaban: “Bisa dikatakan menggunakan kedua metode pembayaran tunai maupun tangguh, jika saya masih memiliki uang maka saya lakukan pembayaran secara tunai, dan secara tangguh jika uang yang saya miliki sudah tidak mencukupi”.

3. Faktor apa yang mendorong bapak melakukan pembelian pestisida dengan penangguhan pembayaran?

Jawaban: “Melakukan pembayaran setelah panen karena modal yang disediakan sudah tidak mencukupi sedangkan tanaman padi masih harus di semprot menggunakan pestisida seperti insektisida atau fungisida”.

4. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang atau pembayaran setelah panen sudah menjadi kebiasaan Bapak?

Jawaban: “Sudah menjadi kebiasaan saya begitu juga mayoritas masyarakat yang lainnya di sini (Desa Lambara Harapan).

(9)

5. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada bapak?

Jawaban: “Untuk jaminan barang dalam pembayaran tangguh yang kami lakukan itu tidak ada, tetapi untuk kenaikan harga tentu saja ada”.

6. Menurut bapak kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual memberatkan atau tidak?

Jawaban: “Kenaikan harga setelah panen ini bagi saya pribadi tidak memberatkan sama sekali, karena bisa dikatakan sudah sangat membantu petani yang kekurangan/kehabisan modal di saat tanaman padi masih perlu disemprotkan pestisida”.

7. Di awal pembelian, apakah ada kesepakatan dengan penjual terkait kenaikan harga, berapa besar kenaikannya?

Jawaban: “Terkait kenaikan harga ini, tentu saja ada kesepakatan dengan penjual, kenaikan yang terjadi tidak menentu setiap pestisida berbeda biasanya mulai dari Rp5000-25.000 per botol tergantung dari harga atau modal pestisida tersebut”.

8. Apa keuntungan dan kerugian yang bapak dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

Jawaban: “Keuntungan yang saya dapatkan dan mungkin sebagian besar masyarakat di Desa Lambara ini yaitu bisa mendapatkan modal memenuhi kebutuhan padi seperti kebutuhan pestisida walaupun kekurangan modal. Dan untuk kerugian tidak ada”.

9. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

(10)

Jawaban: “Pembayaran jika terjadi gagal panen itu tergantung dengan perjanjian dengan penjual misalnya total pembayaran Rp3.000,000. Maka ketika terjadi gagal panen kita diberikan keringanan untuk hanya membayar setengah dari harga total sementara”.

10. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup bapak?

Jawaban: “Bagi saya pribadi dan mungkin sebagian petani di desa ini menganggap pembayaran setelah panen ini merupakan modal bagi petani. Nah semisal jual beli pembayaran setelah panen ini tidak ada, lalu bagaimana dengan petani yang tidak memiliki cukup modal dalam merawat tanaman padi mereka. Itulah mengapa tangguhan pembayaran ini penting untuk saya.”

Nama : Hasriyanto Umur : 30 Tahun Pekerjaan : Petani

1. Apakah bapak sering melakukan pembelian pestisida?

Jawaban: “Iya, membeli pestisida sudah menjadi kebutuhan sebagai petani”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa bapak lakukan?

Jawaban: “Membayar setelah panen”.

3. Faktor apa yang mendorong bapak melakukan pembelian pestisida dengan penangguhan pembayaran?

Jawaban: “Karena tidak mencukupi modal”.

4. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang atau pembayaran setelah panen sudah menjadi kebiasaan bapak?

Jawaban: “Sudah menjadi kebiasaan tiap panen”.

(11)

5. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada bapak?

Jawaban: “Tidak ada jaminan tapi ada kenaikan harga”.

6. Di awal pembelian, apakah ada kesepakatan dengan penjual terkait kenaikan harga, berapa besar kenaikan harganya?

Jawaban: “Tidak ada kesepakatan, untuk kenaikan harga tergantung dari harga pestisida”.

7. Menurut bapak kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual memberatkan?

Jawaban: “Sama sekali tidak memberatkan, malah sangat beruntung karena masih ada toko yang mau membantu para petani”.

8. Apa keuntungan dan kerugian yang bapak dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

Jawaban: “Kentunganya bisa mendapatkan hasil panen yang memuaskan walaupun tanpa modal yang cukup untuk memenuhi keperluan pestisida”.

9. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

Jawaban: “Tergantung kesepakatan dari penjual”.

11. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup bapak?

Jawaban: “Tentu saja, karena tidak semua petani memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertaniannya”.

Nama : Mustafa T.

Umur : 47 Tahun Pekerjaan : Petani

1. Apakah bapak sering melakukan pembelian pestisida?

(12)

Jawaban: “Iya, Sering membeli racun”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa bapak lakukan?

Jawaban: “Bisa cash kalau ada uang, tetapi ketika tidak ada uang maka di bayar setelah panen”.

3. Faktor apa yang mendorong bapak melakukan pembelian pestisida dengan penangguhan pembayaran?

Jawaban: “Karena tidak ada modal”.

4. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang atau pembayaran setelah panen sudah menjadi kebiasaan Bapak?

Jawaban: “Sudah kebiasaan tiap panen”.

5. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada bapak?

Jawaban: “Ada kenaikan harga”.

6. Di awal pembelian, apakah ada kesepakatan dengan penjual terkait kenaikan harga, berapa besar kenaikan harganya?

Jawaban: “Kurang tau/tergantung jenis racunnya”.

7. Menurut bapak kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual memberatkan atau tidak?

Jawaban: “Alhamdulillah tidak memberatkan, malah bersyukur bisa bayar setelah panen”.

8. Apa keuntungan dan kerugian yang bapak dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

Jawaban: “Tidak pernah dirugikan”.

9. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

(13)

Jawaban: “Belum pernah gagal panen”.

12. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup bapak?

Jawaban: “Tanpa tangguhan pembayaran maka kita bisa gagal panen dikarenakan tidak ada modal untuk beli racun.”.

Nama : Sahar Umur : 47 Tahun Pekerjaan : Petani

1. Apakah bapak pernah melakukan pembelian pestisida?

Jawaban: “Iya, pernah”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa bapak lakukan?

Jawaban: “Habis Panen”.

3. Faktor apa yang mendorong bapak melakukan pembelian pestisida dengan penangguhan pembayaran?

Jawaban: “Karena tidak ada modal”.

4. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada bapak?

Jawaban: “Tidak ada jaminan, tetapi ada kenaikan harga dalam catatan hutang yang di perlihatkan kepada saya pada saat pembayaran”.

5. Apa keuntungan dan kerugian yang bapak dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

Jawaban: “Saya merasa adanya kenaikan harga disebabkan pembayaran setelah panen merugikan bagi saya, baiknya penjual tidak usah menaikkan harga terlalu tinggi lagi. Walaupun disisi lain pembayaran setelah

(14)

panen juga memberikan bantuan kepada saya dalam hal lama waktu pembayarannya”.

6. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

Jawaban: “Jika terjadi gagal panen maka cara pembayaranya dengan dicicil”.

7. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup bapak?

Jawaban: “ya, karena tidak semua petani memiliki modal yang cukup”.

Nama : Hasanuddin Umur : 49 Tahun Pekerjaan : Petani

1. Apakah bapak pernah melakukan pembelian pestisida?

Jawaban: “Iya, pernah beli pestisida”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa bapak lakukan?

Jawaban: “Setelah panen”.

3. Faktor apa yang mendorong bapak melakukan pembelian pestisida dengan penangguhan pembayaran?

Jawaban: “Na’ kan tae modal”.

4. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang atau pembayaran setelah panen sudah menjadi kebiasaan Bapak?

Jawaban: “Setiap panen, sudah jadi kebiasaan sejak awal kerja sawah”.

5. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada bapak, berapa besar kenaikan harganya?

(15)

Jawaban: “Taera jaminan, tentu den kenaikan harga tae tandai si pira dari pabbalukna bang mora to dan itu seimbang dengan lama waktu pembayaran menurut saya”.

6. Menurut bapak kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual apakah memberatkan?

Jawaban: “Tae iya nah mebberatkan, meringankanra iya sebenarnya jo kan saling menolong to, kan madongki ma cash nah tae doi to”.

7. Apa keuntungan dan kerugian yang bapak dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

Jawaban: “Ya’mo keuntungan to’jo meloki ma cash nah tae modal ta, karena meloki barang nah tae doi, kerugian tergantung dari hasil”.

8. Adakah pencatatan sebagai bukti transaksi jual beli pestisida dengan pembayaran tangguh yang dilakukan oleh bapak?

Jawaban: “Untuk saya pribadi tidak melakukan pencatatan karena saya tau atau masih ingat semua pestisida apa saja yang saya ambil tetapi penjual melakukan pencatatan. Yang kemudian di perlihatkan kepada kita jumlah keseluruhan dari setiap satu botol tertera harga yang harus dibayarkan setelah panen”.

9. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

Jawaban: “Tatta dibaja tapi den sia keringanan contoh nah bisa dicicil”.

10. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup bapak?

Jawaban: ya, karena kita tidak tau kedepanya apakah akan memiliki terus modal.”.

(16)

Nama : Jumariah Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : Petani/ IRT (Ibu Rumah Tangga) 1. Apakah ibu pernah melakukan pembelian pestisida?

Jawaban: “Iya, pernah”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa ibu lakukan?

Jawaban: “Sesudah panen”.

3. Faktor apa yang mendorong ibu melakukan pembelian pestisida dengan penangguhan pembayaran?

Jawaban: “karena faktor biaya yang kurang memadai”.

4. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang atau pembayaran setelah panen sudah menjadi kebiasaan ibu?

Jawaban: “Sudah jadi kebiasaan setiap panen”.

5. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada ibu, berapa besar kenaikan harganya?

Jawaban: “Tidak ada jaminan, jelas ada kenaikan harga tetapi untuk besaran kenaikannya kurang tau. Pada saat pembelian, penjual memberitahukan bahwa ada kenaikan harga.

6. Menurut ibu kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual apakah memberatkan?

Jawaban: “Sama sekali tidak memberatkan, karena sudah termasuk saling membantu.”.

7. Apa keuntungan dan kerugian yang ibu dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

(17)

Jawaban: “Iya sangat menguntungkan, karena dimana lagi kita dapat racun jika tidak dengan cara seperti bayar panen, sedangkan kita tidak memiliki cukup modal. Tidak ada kerugian”.

8. Adakah pencatatan sebagai bukti transaksi jual beli pestisida dengan pembayaran tangguh yang dilakukan oleh ibu?

Jawaban: “Ada pencatatan, dan itu diperlihatkan kepada kita pada saat pembayaran”.

9. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

Jawaban: “Pada saat gagal panen, biasa saya cicil umpama saya makan habis panen ini kedepannya terus ada sisanya maka saya bayar sedikit- sedikit”.

10. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup ibu?

Jawaban: “ya, karena kan bagaimana tommi kasian itu petani, jelas macam kita petani bagaimana kasian ambil modal. Kayak semacam orang yang tidak ada sertifikatnya atau BPKB motornya untuk ambil pinjaman di bank seperti Dana KUR, dimana lagi ambil pinjaman kalau bukan dengan bayar panen”.

Nama : Syamsiah Umur : 39 Tahun

Pekerjaan : Petani/ IRT (Ibu Rumah Tangga) 1. Apakah ibu pernah melakukan pembelian pestisida?

Jawaban: “Iya, pernah”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa ibu lakukan?

(18)

Jawaban: “Kadang bayar cash kadang setelah panen. Kalau tidak ada uang maka bayar panen”.

3. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang atau pembayaran setelah panen sudah menjadi kebiasaan ibu?

Jawaban: “Sudah menjadi kebiasaan”.

4. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada ibu, berapa besar kenaikan harganya?

Jawaban: “Tidak ada jaminan, tetapi ada kenaikan harga. Saya cuman ambil saja, saya tau ada kenaikan tetapi saya tidak tau berapa besar kenaikan harganya”.

5. Menurut ibu kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual memberatkan atau tidak?

Jawaban: “Tidak memberatkan, malah sudah sangat di tolong, resikonya hutang yah pasti ada kenaikan”.

6. Apa keuntungan dan kerugian yang ibu dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

Jawaban: “Untung karena bisa ambil barang dan dibayar setelah panen, tidak ada kerugian”.

7. Adakah pencatatan sebagai bukti transaksi jual beli pestisida dengan pembayaran tangguh yang dilakukan oleh ibu?

Jawaban: “Ada catatan, tetapi diserahkan kepada penjual. Itu nanti uyang kita lihat pada saat pembayaran”.

8. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

(19)

Jawaban: “Tidak pernah gagal panen”.

9. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup ibu?

Jawaban: “ya, karena bagaimana cara nya kita memenuhi kebutuhan sawah sedangkan kita tidak punya cukup modal”.

Nama : Laupa Umur : 39 Tahun Pekerjaan : Petani

1. Apakah bapak pernah melakukan pembelian pestisida?

Jawaban: “Iya”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa bapak lakukan?

Jawaban: “Setelah panen”.

3. Faktor apa yang mendorong bapak melakukan pembelian pestisida dengan penangguhan pembayaran?

Jawaban: “Karena belum ada uang”.

4. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang atau pembayaran setelah panen sudah menjadi kebiasaan bapak?

Jawaban: “Sudah jadi kebiasaan tiap panen sawah”.

5. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada bapak, berapa besar kenaikan harganya?

Jawaban: “Tidak ada jaminan, hanya saling kepercayaan, Jelas ada kenaikan harga karena kan di hutang dan itu sampaikan”.

6. Menurut bapak kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual memberatkan atau tidak?

(20)

Jawaban: “Sama sekali tidak memberatkan adanya kenaikan harga selama 3 bln”.

7. Apa keuntungan dan kerugian yang bapak dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

Jawaban: “Keuntunganya karena uang tidak keluar, tetapi kita bisa mendapatkan racun. Alhamdulillah selama ini tidak ada kerugian”.

8. Adakah pencatatan sebagai bukti transaksi jual beli pestisida dengan pembayaran tangguh yang dilakukan oleh bapak?

Jawaban: “Dari pihak penjual ada catatan, dan itu yang di perlihatkan kepada kita dan sesuai dengan barang yang kita ambil”.

9. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

Jawaban: “Tidak pernah gagal panen”.

10. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup bapak?

Jawaban: “ya, karena jika bukan dengan pembayaran ditangguhkan setelah panen maka mungkin akan banyak petani yang tidak kerja sawah disebabkan kurangnya modal”.

Nama : Mading Umur : 55 Tahun Pekerjaan : Petani

1. Apakah bapak pernah melakukan pembelian pestisida?

Jawaban: “Pernah ”.

2. Bagaimana cara pembayaran jual beli pestisida yang biasa bapak lakukan?

Jawaban: “Setelah panen”.

3. Faktor apa yang mendorong bapak melakukan pembelian pestisida dengan penangguhan pembayaran?

(21)

Jawaban: “Kurangnya dana”.

4. Apakah dalam pembelian pestisida secara hutang atau pembayaran setelah panen sudah menjadi kebiasaan Bapak?

Jawaban: “Sudah jadi kebiasaan”.

5. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut, penjual meminta jaminan atau adakah kenaikan harga yang ditetapkan penjual kepada bapak, berapa besar kenaikan harganya?

Jawaban: “Tidak ada jaminan, Pasti naik kalau habis panen, tapi tidak tau berapa, karena saya umpama saya bilang saya mau beli racun, bayarnya setelah panen”.

6. Menurut bapak kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual apakah memberatkan?

Jawaban: “Tidak memberatkan sama sekali, saya iklas dan bersyukur karena sudah dibantu”.

7. Apa keuntungan dan kerugian yang bapak dapatkan ketika melakukan pembelian pestisida secara hutang atau ditangguhkan pembayarannya seperti ini?

Jawaban: “Untungnya karena kita bisa panen tanpa modal untuk memenuhi kebutuhan pestisida, tidak ada kerugian”.

8. Adakah pencatatan sebagai bukti transaksi jual beli pestisida dengan pembayaran tangguh yang dilakukan oleh bapak?

Jawaban: “Ada pencatatan yang dilakukan penjual, dan itu diperlihatkan pada kita”.

9. Bagaimana sistem pembayaran jika terjadi gagal panen?

Jawaban: “Gagal panen bisa dicicil”.

(22)

10. Apakah jual beli dengan tangguhan pembayaran ini penting dalam proses memenuhi kebutuhan hidup bapak?

Jawaban: “ya, karena tidak punya modal yang cukup memenuhi kebutuhan pestisida”.

Nama : Yuliana Umur : 54 Tahun

Pekerjaan : Penjual Pestisida

11. Pada saat pembelian, apakah ibu menyebutkan harga pembelian dan besar keuntungan yang ibu inginkan kepada pembeli?

Jawaban: “Untuk harga, disebutkan hanya ketika petani/pembeli menanyakan detail harga barang”.

12. Di toko ibu sistem pembayaran apa saja yang ibu terapkan?

Jawaban: “bisa di cash dan ada juga bayar setelah panen”.

13. Faktor apa yang mendorong ibu untuk melakukan jual beli pestisida secara hutang?

Jawaban: “Karena sebagian besar petani tidak bisa cash/tidak punya modal”.

14. Apakah dalam jual beli pestisida secara hutang tersebut dilakukan pencatatan?

Jawaban: “Ada pencatatan, satu buku untuk setiap orang. Kadang ada juga pembeli yang melakukan pencatatan juga”.

15. Apakah dalam jual beli pestisida secara tangguh ini, ibu memberikan syarat kepada pembeli? apa syaratnya?

Jawaban: “Tidak ada syarat sama sekali, tetapi ada kenaikan harga dibandingkan pembayaran secara cash”.

(23)

16. Bagaimana cara ibu menentukan harga dalam jual beli pestisida dengan pembayaran ditangguhkan?

Jawaban: “Besar kenaikan harga pada saat pembayaran setelah panen untuk tiap botol pestisida biasanya maksimal Rp25.000. Contohnya pestisida dengan merek Loyant saya beli dengan harga Rp350.000/botol kemudian saya jual dengan pembayaran tunai sebesar Rp360.000/botol dan sebesar Rp. 385.000/botol untuk pembayaran tangguh, harga ini berlaku sampai pembeli melakukan pembayaran, dan tidak akan berubah walaupun petani mengalami gagal bayar”.

17. Mengapa pestisida dengan pembayaran tunai dan pembayaran ditangguhkan setelah panen memiliki perbedaan harga di toko ibu, alasannya?

Jawaban: “Harga pestisida yang dibayarkan secara cash lebih murah dibandingkan bayar panen. kenaikan harga terjadi ketika di bayar panen, disebabkan karena lama waktu pembayaran. Besar kenaikan harga hanya terjadi sekali sampai waktu pembayaran. Saya ambil barang dari perusahaan seperti corteva, sygenta, dll. Saya juga melakukan pembayaran setelah panen dengan ketentuan harus dilunaskan tiap panen. Terjadi kenaikan harga juga tapi tidak seberapa, itulah kenapa ada perbedaan harga yang saya terapkan di toko saya”.

18. Bagaimana cara ibu menyelesaikan permasalahan, apabila timbul perselisihan dalam jual beli tersebut?

Jawaban: “Jika terjadi gagal panen petani boleh membayar sedikit demi sedikit, tergantung kemampuan mereka. Adapun untuk petani yang mampu

(24)

tetapi tidak juga membayar, tidak ada sanksi yang saya berikan karena ketika melakukan penagihan mereka tetap tidak membayar yah hilang modal hilang untung. Sudah resikonya. Mau tidak mau yang harus kita terima. Maka modal sendiri kita seperti hasil usaha, hasil sawah, dan sebagian pinjaman dari bank yang digunakan untuk menutupi hutang petani”.

19. Adakah kerugian yang ibu alami dalam jual beli pestisida dengan sistem pembayaran tangguh ini?

Jawaban: “Ada sebagian petani yang menunda-nunda pembayarannya walaupun sudah memiliki cukup uang, mereka lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan mereka terlebih dahulu seperti mambangun rumah ataupun membeli motor dan lain-lain dibandingkan membayar hutang mereka”.

20. Apakah keuntungan yang ibu dapatkan dalam jual beli pestisida dengan sistem pembayaran tangguh ini?

Jawaban: “Keuntungan karena lebih banyak yang laku dibandingkan dengan pembayaran cash, serta mendapatkan banyak bonus-bonus ketika mencapai target penjualan. Biasanya saya menerima bonus dalam berbagai bentuk contohnya emas batangan, mesin cuci, kipas angin, voucher belanja di alfamidi atau alfamart, kompor gas, kulkas, semrot mesin, maupun barang-barang ringan seperti sabun, sirup, minyak, dan lain-lain. Bonus-bonus tersebut kadang saya berikan juga kepada petani yang saya rasa membutuhkan yang melakukan pembelian pestisida di toko saya”.

(25)

02 Juni 2021 Dekan,

Nomor : B.1787/In.39.8/PP.00.9/6/2021 Lampiran : -

Hal : Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian Yth. BUPATI LUWU TIMUR

Cq. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di KABUPATEN LUWU TIMUR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Dengan ini disampaikan bahwa mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Parepare : Nama :

NISPA SANTI

Tempat/ Tgl. Lahir : LEMBARA HARAPAN, 02 MEI 1999

NIM : 17.2300.101

Fakultas/ Program Studi : EKONOMI DAN BISNIS ISLAM/PERBANKAN SYARIAH Semester : VIII (Delapan)

Alamat : DSN. MARANNU, KEL. LAMBARA HARAPAN, KEC. BURAU, KAB. LUWU TIMUR

Bermaksud akan mengadakan penelitian di wilayah KABUPATEN LUWU TIMUR dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul :

TANGGUHAN PEMBAYARAN JUAL BELI PESTISIDA PADA PETANI DI DESA LAMBARA HARAPAN KABUPATEN LUWU TIMUR (PERSPEKTIF AKAD MURABAHAH)

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada bulan Juni sampai selesai.

Demikian permohonan ini disampaikan atas perkenaan dan kerjasama diucapkan terima kasih.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS ISLAM

Jalan Amal Bakti No. 8 Soreang, Kota Parepare 91132 Telepon (0421) 21307, Fax. (0421) 24404 PO Box 909 Parepare 91100, website: www.iainpare.ac.id, email: [email protected]

(26)
(27)

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR KECAMATAN BURAU

DESA LAMBARA HARAPAN

Alamat : Jln. Perintis Lambara Harapan. Kodepos : 92975

SURAT KETERANGAN Nomor : 145/287/LBH-BR

Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Desa Lambara Harapan menerangkan bahwa:

Nama : Nispa Santi

Tempat/ Tgl Lahir : Lambara Harapan/2 Mei 1999 Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 22 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Desa Lambara Harapan Kec. Burau Kab. Luwu Timur Atas nama tersebut telah melakukan penelitian di Desa Lambara Harapan Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur dengan judul penelitian "Tangguhan Pembayaran Jual Beli Pestisida Pada Petani Di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur (Perspektif Akad Murabahah)”, jenis penelitian kualitatif dengan lama penelitian sejak 7 Juni 202 l s.d 7 Juli 2021.

Demikian Surat keterangan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

** I*

(28)

DOKUMENTASI

Wawancara dengan Petani/Pembeli

Ibu Jumariah (37 tahun)

Bapak Hasanuddin (49 tahun)

(29)

Bapak Laupa (39 tahun)

Ibu Syamsiah (39 tahun)

(30)

Wawancara dengan Penjual

Ibu Yuliana (54 tahun)

(31)
(32)

Toko Tillah Tani

(33)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

NISPA SANTI

, Lahir di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur pada tanggal 02 Mei 1999. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Yuliana dan Bancong, dan tinggal di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Nurul Hikmah pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Luwu Timur pada tahun 2006-2011, selanjutnya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Wotu pada tahun 2012-2014. Selanjutnya pada tahun 2015 melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Luwu Timur mengambil jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan lulus pada tahun 2017. Hingga pada tahun yang sama pula melanjutkan ke jenjang Strata 1 (Sarjana) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare, yang telah berganti nama menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, mengambil jurusan Perbankan Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Penulis menyelesaikan skripsinya pada tanggal 25 Agustus 2021 yang berjudul “Tangguhan Pembayaran Jual Beli Pestisida pada Petani di Desa Lambara Harapan Kabupaten Luwu Timur (Perspektif Akad Murabahah)”.

(34)

Referensi

Dokumen terkait

[19:15, 19/03/2020] Nuning Setyo �: Sekedar info,kuliah akuntansi akn kt mulai jm 20.00 Mohon yg muslim sdh sholat isya nggih agr tdk telat absen �� Utk efektifitas wktu brikut akn sy