• Tidak ada hasil yang ditemukan

AD-DAKHÎL DALAM TAFSIR HIZBUT TAHRIR INDONESIA (Studi Kritis Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Buletin Dakwah Kaffah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "AD-DAKHÎL DALAM TAFSIR HIZBUT TAHRIR INDONESIA (Studi Kritis Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Buletin Dakwah Kaffah)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kritis Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Buletin Dakwah Kaffah)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M. Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir

Oleh:

Tri Apriani NIM. 217410738

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PASCASARJANA MAGISTER ( S2 )

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1440 H/2019 M

(2)
(3)
(4)
(5)

iii MOTTO

ميحرلا نمحرلا للها مسب

اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah {94:06})

(6)

iv

ِميِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِللها ِمْسِب

KATA PENGANTAR

Al-hamdulillah puji syukur atas segala limpahan nikmat, kasih sayang dan karunia yang diberikan Allah swt. sehingga tesis yang berjudul AD-DAKHÎL DALAM TAFSIR HIZBUT TAHRIR INDONESIA (Studi Kritis Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Buletin Dakwah Kaffah) ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat beriringkan salam semoga selalu tercurah untuk baginda Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan sahabat.

Dalam perjalanan menyelesaikan tesis ini tentunya penulis tidak sendiri, ada banyak pihak yang telah berjasa memberikan dukungan baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA. Direktur Pascasarjana IIQ Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Ahmad Syukron, MA. Kaprodi IAT Pascasarjana IIQ Jakarta.

4. Bapak. Dr. H. Muhammad Ulinnuha Husnan, MA. Sebagai pembimbing I.

5. Bapak. Dr. Arrazy Hasyim, MA. Sebagai pembimbing II.

6. Bapak dan Ibu Dosen pascasarjana IIQ Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi penulis, semoga keberkahan selalu mengiringi di setiap langkah, dan ilmu yang telah diajarkan mengalirkan pahala jariyah.

7. Staf Tata Usaha Pascasarjana IIQ Jakarta yang telah bersedia direpotkan oleh penulis untuk berbagai keperluan. Semoga Allah swt.

membalasnya dengan kebaikan yang banyak.

(7)

v

sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Semoga Bapak dan Mama selalu sehat dan dalam lindungan Allah swt.

9. Semua keluarga tercinta, kakak-kakak, paman, bibi, dan keponakan- keponakan tersayang. Terimakasih do’a, dukungan, dan semua yang telah diberikan.

10. Teman-teman kuliah Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2017 yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Semoga tali persaudaraan kita akan tetap terjalin sampai kapanpun.

11. Guru-guru MI Bait Qur’any yang tidak dapat saya sebutkan.

Terimaksih telah membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Kepada Abang calon imam yang sholih berinisial ‘Zu’. Saya ucapkan terimakasih telah memotifasi saya dengan menjadikan tesis ini sebagai salah satu syarat menuju pelaminan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dan partisipasi dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini mendapat balasan pahala dari Allah SWT. dan semoga tesis ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya masyarakat pecinta ilmu dalam menambah wawasan dan referensi. Semoga Allah SWT.

selalu membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya. Aamiin

(8)

vi

LEMBAR PENGESAHAN TESIS………..…….…………i

PERNYATAAN……….……...ii

MOTO……….………...…….……..iii

KATA PENGANTAR………..………...……..……...iv

DAFTAR ISI………...vi

ABSTRAKSI………..………...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….…...………..1

B. Permasalahan Penelitian……….……...………..………8

1. Identifikasi Masalah……….…….…8

2. Pembatasan Masalah………...…...9

3. Perumusan Masalah……….……...………...…9

C. Tujuan Penelitian………...……….………...10

D. Kegunaan Penelitian………...……….……..…10

E. Kajian Pustaka………...……….………...11

F. Metodologi Penelitian………17

1. Jenis Penelitian………...……….………17

2. Pendekatan Penelitian………...….………..……18

3. Sumber Data………...….………19

4. Metode Pengumpulan Data………..……20

5. Metode Analisis Data………...21

6. Metode Validitas Data……….23

(9)

vii

BAB II: STUDI TEORITIS AD-DAKHIL DALAM TAFSIR AL- QUR’AN

A. Pengertian Ad-Dakhil………..…27 B. Latarbelakang Munculnya Ad-Dakhil dalam Tafsir Al- Qur’an...34 C. Faktor Perkembangan Ad-Dakhil dalam Tafsir Al-Qur’an…….40 D. Klasifikasi Ad-Dakhil dalam Wawasan Tafsir Al-Qur’an …...45 E. Karya-Karya Buku Terkait Ad-Dakhil………59 BAB III: HIZBUT TAHRIR INDONESIA DAN BULETIN DAKWAH

KAFFAH

A. Hizbut Tahrir………...65

1. Sejarah Hizbut Tahrir ………...…65 2. Ideologi Hizbut Tahrir………...69 3. Masuk dan Berkembangnya Hizbut Tahrir di Indonesia….78 B. Seputar Buletin Dakwah Kaffah…………...88 BAB IV: TELAAH KRITIS PENAFSIRAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA TERHADAP AYAT-AYAT AL-QURAN DALAM BULETIN DAKWAH KAFFAH

A. Penafsiran HTI Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah………90

1. Khilafah Wajib Ditegakkan………93 2. Demokrasi Adalah Sistem Kufur (Thaghut)……….140 3. Jihad Fisik Versi HTI Suatu Keniscayaan………….160

(10)

viii

Beragama………..……….192 B. Klasifikasi Ad-Dakhil Terhadap Penafsiran HTI dalam Bulletin Dakwah Kaffah………..………216

1. Khilafah Wajib Ditegakkan………..………216 2. Demokrasi Adalah Sistem Kufur (Thaghut)………216 3. Jihad Fisik Versi HTI Suatu Keniscayaan………...217 4. Pluralisme, Sebuah Penolakan HTI atas Ide Kebebasan

Beragama………217

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………...……….219 B. Daftar Pustaka………...…………..220

(11)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkritisi penafsiran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dalam Buletin Dakwah Kaffah ditinjau dari segi ad-dakhîl, serta untuk mengetahui status ad-dakhîl dalam penafsiran tersebut.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis yang bersifat kualitatif dengan pendekatan kritik ad-dakhîl dalam tafsir. Dalam penelitian ini penulis menjawab permasalahan yang ada melalui studi pustaka (Library Research) merujuk pada sumber data primer dan sekunder.

Sumber data primer yang penulis gunakan adalah Buletin Dakwah Kaffah edisi satu tahun (Januari-Desember 2018) sebanyak 50 Buletin, dan Kitab Tafsir Ayat Pilihan Al-Wa’ie karya Rakhmat S. Labib selaku ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HTI. Sedangkan sumber data sekunder adalah kitab- kitab tafsir seperti Kitab Ad-dakhîl fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim, karya ‘Abd al-Wahhab Mabruk Fayed, Kitab al-Dakhil fi al-Tafsir, karya Ibrahim ‘Abd al-Rahman Muhammad Khalifah, kitab Usul al-Dakhil fi Tafsir Ayi al-Tanzil karya Jamal Mustafa ‘Abd al-Hamid ‘abd al-Wahhab al-Najjar, Kitab Ad- dakhîl Fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim, karya Syaikh Husayn Muhammad Ibrahim Muhammad Umar ad-Dzahabi, buku Metode Kritik Ad-dakhîl Fit Tafsir, karya Muhammad Ulinnuha, dan kitab lainnya yang relevan dengan pembahasan ini.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, memberikan kesimpulan bahwa, dari 50 Buletin Dakwah Kaffah yang penulis teliti, terdapat 20 ayat dalam 4 tema pada edisi satu tahun terakhir (Januari- Desember 2018). Penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an versi HTI dalam Buletin Dakwah Kaffah tersebut secara keseluruhan termasuk ke dalam ad-dakhîl bi ar-Ra’y. Disebabkan karena faktor ideologi politik yang mereka usung, yaitu keharusan menegakkan Negara Khilafah Islamiyah terutama di Indonesia.

Basis dan sumber autentik tafsir HTI menggunakan Al-Qur’an, Hadis Nabi, dan juga pendapat para Mufasir. Akan tetapi ayat dan hadis Nabi tersebut ditafsirkan oleh HTI dengan pemaknaan yang jauh dari makna ayat dan hadis yang sebenarnya. HTI juga menukil pendapat dari para Mufasir seperti Imam al-Qurthubi, dan Wahbah az-Zuhaili, akan tetapi penukilannya pun tidak secara utuh, HTI hanya mengambil (memotong) bagian yang menurut HTI sesuai dengan pemikiran atau ideologi HTI saja. Tentunya, dalam kaidah penafsiran, hal ini sudah menyalahi aturan. Sehingga penafsiran HTI ini termasuk ke dalam ad-dakhîl bi ar-ra’y.

(12)

The purpose of this study is to criticize the interpretation of Hizb At- Tahrir Indonesia (HTI) on the verses of the Qur'an in the Da'wah News Kaffah in terms of ad-dakhîl, as well as to determine the status of ad-dakhîl in the interpretation.

This study uses a descriptive analysis of qualitative research with an ad-dakhîl critical approach in interpretation. In this study the authors answer the existing problems through library research (Library Research) referring to primary and secondary data sources. Primary data sources that the author uses are the one year edition of the Da'wah Kaffah Bulletin (January- December 2018) of 50 Bulletins, and Al-Wa'ie's Selected Verses of Interpretation of the Book by Rakhmat S. Labib as chairman of the Central Leadership Council (DPP) of HTI. While secondary data sources are interpretive books such as the Book of Ad-dakhîl fi Tafsir Al-Qur'an al- Karim, the work of 'Abd al-Wahhab Mabruk Fayed, the book of al-Dakhil fi al-Tafsir, by Ibrahim' Abd al-Rahman Muhammad Khalifah, the book Usul al-Dakhil fi Tafsir Ayi al-Tanzil by Jamal Mustafa 'Abd al-Hamid' abd al- Wahhab al-Najjar, Book Ad-dakhîl Fi Tafsir Al-Qur'an al-Karim, by Shaykh Husayn Muhammad Ibrahim Muhammad Umar ad-Dzahabi, the book The Method of Criticism of Ad-dakhîl Fit Tafsir, the work of Muhammad Ulinnuha, and other books that are relevant to this discussion.

From the research conducted by the author, it concludes that, from the 50 Bulletin Da'wah Kaffah that the writer examined, there were 20 verses in 4 themes in the last one-year edition (January-December 2018). The interpretation of the verses of the Qur'anic version of the HTI in the Da'wah Kaffah Bulletin as a whole is included in ad-dakhîl bi ar-ra’y. Because of the political ideology that they are carrying out, namely the necessity to uphold the Islamic Khilafah State especially in Indonesia. The basis and authentic source of HTI's interpretation uses the Qur'an, the Prophet's Hadis, and also the opinions of the Mufasir. However, the Prophet's verses and traditions are interpreted by HTI with a meaning that is far from the true meaning of the verse and Hadis. HTI also quoted the opinions of Mufasir such as Imam al- Qurthubi, and Wahbah az-Zuhaili, but the deduction was not complete, HTI only took (cut) parts which according to HTI were in line with HTI's ideas or ideology. Of course, in the rules of interpretation, this violates the rules. So that this interpretation of HTI is included in ad-dakhîl bi ar-ra’y.

(13)

يمركلا نآرقلا تايآ ىلع ، يسينودنلإا ريرحتلا بزح يرسفت داقتنا وى ةساردلا هذى نم ضرغلا

حافك ةيرابخلإا ةوعدلا ةفيحص في يرسفتلا في نلاعلإا ةلاح ةفرعلد كلذكو ، لخدلاب قلعتي اميف

.

ةساردلا هذى في .يرسفتلا في دقنلا جنه عم يعونلا ثحبلل اايفصو الايلتح ةساردلا هذى مدختست

رداصم لىإ ةراشإ في )ثوحبلا ةبتكم( ةبتكلدا ثبح للاخ نم ةمئاقلا تلاكشلدا ىلع نوفلؤلدا بييج ، ةيلولأا تانايبلا ةوعدلا ةرشن نم ةدحاو ةنس رادصإ يى اهمدختسأ تيلا ةيلولأا تانايبلا رداصم .ةيوناثلاو

رياني( ةيفاكلا -

يرسفت نم ةراتخلدا يئاولا تايآو ، ةرشن ينسخم لىإ لصي ابم )رشع ةيناثمو نافلأ برمسيد

بلا رداصم نأ ينح في .ةيزكرلدا ةدايقلا سلمج سيئر بيبل دعس تخمر بتاكلل باتكلا ةرابع ةيوناثلا تاناي

باتكو ، دياف كوبرم باىولا دبع لامعأو ، يمركلا نآرقلا يرسفت في ليخدلا باتك لثم ةييرسفت بتك نع ، لزنتلا يأ يرسفت في ليخدلا لوصأ باتك ، ةفيلخ دممح نحمرلا دبع ميىاربإو ، يرسفتلا في ليخدلا اتك ، راجنلا باىولا دبع ديملحا دبع ىفطصم لاجم فيلأت خيشلل ، يمركلا نآرقلا يرسفت في ليخدلا ب

نم اىيرغو ، اىونلوأ دممح لمعو ، يرسفت في دقنلا ةقيرط باتك ، بيىذلا رمع دممح ميىاربإ دممح ينسح لا تاذ بتكلا ةلص

ذبه ى انلدا ةشق .

تيلا حافكلا ةوعدلا ةرشن نم ينسخم ينب نم ونأ جتنتسي ، فلؤلدا هارجأ يذلا ثحبلا نم

اهسرد رياني نم( ةدحاو ةنس نم ةيرخلأا ةعبطلا في تاعوضوم ةعبرأ في ةيآ نيرشع كانى ناك ، نوفلؤلدا ريرحتلا بزح نم ةيسينودنلإا ةخسنلا في نآرقلا تايآ يرسفت ينمضت متي .)رشع ةيناثمو نافلأ برمسيد لىإ

في لكك لكك ةوعدلا ةرشن في يئّرلا في ليخّدلا

. ةيسايسلا ةيجولويديلإا ببسب يىو ، ابه نوموقي تيلا

ريرحتلا بزح يرسفتل يقيقلحا ردصلداو ساسلأا .ايسينودنإ في ةصاخ ةيملاسلإا ةفلالخا ةلود معد ةرورض يوبنلا ثيدلحاو ةيلآا يرسفت تم دقف ، كلذ عمو .رسفلدا ءارآ كلذكو ، يوبنلا ثيدلحاو نآرقلا مدختسي لدا نع ديعب نىعبم يسينودنلإا ريرحتلا بزح لبق نم ريرحتلا بزح سبتقا .ثيدلحاو ةيآيل يقيقلحا نىع

ذخأي لمو ، لمتكي لم جاتنتسلاا نكل ، يليحزلا ةبىو بيثرقلا ماملإا لثم رسيفلدا ءارآ ااضيأ يسينودنلإا وأ ركفل ااقفو يسينودنلإا ريرحتلا بزح ويلع قفاوي لم يذلا ءزلجا لاإ )عوطقلدا( يسينودنلإا ريرحتلا بزح لا ةيجولويديأ لا كهتني اذىو ، يرسفتلا دعاوق في ، عبطلاب .طقف ايسينودنا ريرحت

يرسفت نأ تىح .دعاوق

ةيسينودنلإا بزح

ريرحتلا لىإ يمتني اذى يئّرلا في ليخّدلا

.

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tafsir adalah suatu jalan dalam memahami pesan-pesan Allah SWT. yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Dengan demikian, para penafsir Al-Qur‟an mempunyai tugas mulia. Akan tetapi, sadar atau tidak, dalam menjalani tugas mulia ini seringkali para mufasir terjebak pada pra-pemahaman yang membelokkan kesadarannya.

Pra-pemahaman itu tidak ada kaitannya dengan Al-Qur‟an, dan bahkan, bisa jadi, bertolak belakang dengan pesan-pesan Al-Qur‟an.1 Menjamurnya karya tafsir Al-Qur‟an menunjukkan dunia keilmuan tafsir dinamis dan terus berkembang (la nadaj wa la ihtaraq), tetapi juga membuatnya kian bebas dan terbuka. Bagi ulama arus utama, salah satunya tampak pada meresapnya elemen yang tidak valid dalam tafsir atau ad-dakhîl fit tafsir.2

Dalam menafsirkan Al-Qur‟an, seorang mufasir kerap tersandera oleh pra-pemahaman dan latarbelakang keilmuan serta ideloginya. Akibatnya, ia tidak mampu menafsirkan Al-Qur‟an secara objektif. Ketika objektivitas penafsiran tergadaikan, maka hasil penafsirannya akan jauh panggang dari api. Walhasil, Al-Qur‟an tidak lagi dapat “berbicara” tentang dirinya, akan tetapi justru semakin menjauh dari pesan-pesan universalnya.3

1Islah Gusmian, Dosen di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, Lihat Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil Fit-Tafsir, (Jakarta: QAF, 2019), hal. 1

2 Jajang A. Rohmana, Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Lihat Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil Fit-Tafsir, hal. 2

3Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil Fit-Tafsir, (Jakarta: QAF, 2019) , hal. 5

(15)

Banyak kalangan yang menganggap bahwa kitab-kitab tafsir yang ada merupakan karya yang sudah jadi, dan tidak bisa ditinjau ulang. Padahal, sebagai karya manusia, kitab-kitab itu bisa ditelaah ulang dan di kritisi. Kenyataannya, ada banyak informasi dalam kitab-kitab tafsir tertentu yang kredibilitas dan validitasnya masih dipertanyakan, bahkan tidak layak untuk dikonsumsi.4

Keadaan tersebut semakin memprihatinkan ketika ditemukan fakta bahwa di dalam kitab-kitab tafsir terdapat sejumlah sumber data penafsiran yang tidak dapat dipetanggung jawabkan keabsahannya, semacam riwayat isra‟iliyat, hadis palsu, dan pendapat para pendahulu yang tidak jelas asal-usulnya. Inilah yang kemudia dikenal dengan istilah al-dakhil fit tafsir (infiltrasi penafsiran).5

Secara sederhana, al-dakhil dapat dipahami sebagai sebuah data yang tidak ada sangkut pautnya dengan tafsir Al-Qur‟an, hanya saja dimasukkan (secara sengaja atau tidak) ke dalam kitab tafsir, sehingga bagi pembaca (terutama awam), data tersebut dianggap sebagai bagian dari tafsir Al-Qur‟an, padahal sejatinya tidak.6

Hizbut Tahrir yang dipelopori oleh Syekh Taqi al-Din al- Nabhani merupakan gerakan ideologi politik trans nasional yang juga masuk ke wilayah penafsiran Al-Qur‟an. Penafsiran ini banyak ditemukan dalam Majalah Al-Wa‟ie, Bulletin Al Islam, Tabloid Media Ummat, Buletin Dakwah Kaffah, Buletin Remaja Teman Syurga .7 Hizbut Tahrir merupakan salah satu gerakan penegak syariat Islam yang paling solid, terstruktur dan memiliki jaringan

4 Ahsin Sakho Muhammad, Pengasuh PP DAR AL-QUR‟AN, Arjawinangun, Cirebon, Lihat Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil Fit-Tafsir, hal. 2

5 Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil Fit-Tafsir, hal. 5

6 Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik Ad-Dakhil Fit-Tafsir, hal. 6

7 Hizbut Tahrir Indonesia, Struktur Negara Khilafah, (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2008), h. 11

(16)

internasional.8 Bahkan Hizbut Tahrir juga dikenal paling progresif, dalam arti tidak hanya berjuang menegakkan syariat Islam tetapi juga mendirikan Khilafah Islam. Menurut Hizbut Tahrir, syariat Islam Kaffah (total) tidak bisa diterapkan kecuali dalam kerangka sistem negara Khilafah.9

Dale F. Eickelman dan James Picastori mengatakan bahwa, kelompok HT mempunyai pemikiran untuk menciptakan ulang negara Islam yang dengannya kaum muslimin dapat membebaskan diri dari pengaruh buruk penjajahan politik dan budaya Barat.10 Hizbut Tahrir selain mengusung konsep pemikiran yang demikian, juga memiliki pemikiran-pemikiran ke Islaman yang lain; dari cara menegakkan Khilafah yang ambruk pada tahun 1924, metode memasuki dan mempengaruhi masyarakat, hingga pemikiran teologi, ushul fiqh, sosial kemasyarakatan, politik, dan pemikiran-pemikiran cabang lainnya.11

Dari ragam pemikiran Hizbut Tahrir tersebut, terdapat ide penting yang menjadi mainstream mereka, bahkan menjadi penopang eksistensi dan perjuangannya yang menarik untuk dikaji. Hal tersebut adalah mengenai model negara versi Hizbut Tahrir yang sering disebut dengan Negara Khilafah. Khilafah ini diklaim sebagai institusi politik atau negara yang sesuai dengan syariat Islam dan pernah tegak sejak masa Nabi Muhammad Saw, hingga tahun 1924.

Klaim ini dibersamai dengan tidak adanya pemikiran kenegaraan

8Khamami Zada, Islam Radikal: Pergolakan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di Indoesia, (Jakarta: Teraju, 2002), h. 3

9 Hizbut Tahrirut Tahrir, Mengenal Hizbut Tarirut Tahrir Partai Politik Islam Ideologis, (Depok: Pustaka Thariqul Izzah, 2000), h. 20

10Dale F. Eickelman dan James Picastori, Muslim Politics, (Princeto: Princeron University Press, 1985), h. 139

11 Hizbut Tahrir Indonesia, Struktur Negara Khilafah(Pemerintahan dan Administrasi), (Jakarta: HTI Press, 2006), h. 35

(17)

Islam pada saat ini. HTI menganggap, bahwa system pemerintahan yang ada saat ini tidak sesuai dengan Islam bahkan melanggar hukum Islam.12

Hizbut Tahrir menganggap bahwa ketaatan pada hukum Allah adalah refleksi tauhid seorang Muslim. Seorang Muslim tidak akan menjadikan syariat Islam sebagai perkara yang boleh dipilih sesuka hati. Syariat Islam adalah suatu kewajiban, dan seorang muslim hendaklah menjauhkan diri dari sifat sombong apalagi meremehkan hukum Allah. Ia tidak akan mungkin membanggakan sistem demokrasi dan kapitalisme yang jelas lahir dari hawa nafsu manusia.

Jika seorang muslim mengklaim bertauhid, maka tak ada hukum dan aturan yang wajib dilaksanakan selain aturan-aturan Allah SWT.

(Syariat Islam).13

Dalam tulisan-tulisan pengikut gerakan ini,14 Khilafah model Hizbut Tahrir inilah yang diklaim mampu menyelesaikan problem kehidupan umat Islam. Mereka juga mengklaim bahwa penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina dapat diatasi hanya melalui sistem Khilafah, bahkan sistem ini juga bisa mengatasi arogansi politik Israel dan sekutunya.15

Menurut Fahmi Amhar, hanya Khilafah saja yang mampu melawan arogansi Amerika Serikat.16 Bahkan, sistem Khilafah yang

12 M. Shiddiq Al-Jawi, “Akidah Islam: Dasar Negara dan Sumber Hukum”, dalam Al-Wa‟ie, No. 112 Tahun X, Desember, 2009, hlm. 41

13 Buletin Dakwah Kaffah, dalam tema : “Konsekuensi Tauhid: Taat Syariah”, (Jakarta Selatan: Lembaga Kajian Islam Kaffah, 2018) Edisi 057

14 Selebaran „Al-Islam‟,„Buletin Dakwah Kaffah‟, „Media Umat‟, „Al-Wa‟ie‟, Rumah Tsaqofah,

15 Buletin Al-Islam, edisi 437 tahun 2015

16 Fahmi Amhar, “Hanya KhilafahIslam yang Mampu Melawan AS”, (Al-Wa‟ie, No. 53, Tahun V, Januari 2005), hlm. 14

(18)

mampu memberikan perlindungan dan memberantas kasus LGBT.17 Khilafah juga yang akan membebaskan negeri-negeri muslim yang dijajah Amerika, seperti Irak dan Afganistan.18 Tidak ketinggalan, hanya Khilafah yang mempunyai kuasa menyatukan umat Islam di seluruh dunia yang berjumlah 1.4 miliar.19

Karena itulah, menurut Hizbut Tahrir Khilafah dianggap bagian yang sangat penting dan wajib ditegakkan. Terwujudnya Khilafah di muka bumi ini merupakan puncak dari perjuangan mereka. Argumen tersebut dapat ditelusuri dalam karya-karya mereka, sekaligus dalam aktivitas mereka ketika menyikapi beragam masalah, semuanya dikaitkan dengan eksistensi Khilafah.20

Salah satu strategi yang digunakan Hizbut Tahrir Indonesia dalam menyebarkan ide-ide dan gagasannya demi tegaknya negara Khilafah adalah dengan cara menguasai arena-arena strategis yang ada di masyarakat seperti masjid, kampus, mahasiswa dan komunitas, hingga birokrasi pemerintah dan lain sebagainya.21 Demikian pula dengan strategi Hizbut Tahrir dalam mentransformasikan pesan dakwah dan kritik sosialnya terhadap pemerintah juga menggunakan beragam media (multimedia).

Media yang mereka gunakan adalah, pertama, adalah media konvensional (penerbitan dan penyiaran) yaitu Majalah Al-Wa‟ie,

17 Buletin Dakwah Kaffah, LGBT Ancaman Nyata!, Edisi 025, 26 Januari 2018

18 Al-Wa‟ie, “Krisis Palestina dan Relevansi Khilafah” (Al-Wa‟ie, No. 72 Tahun VI, Agustus 2006), hlm. 70

19 Al-Wa‟ie, “Akhbar Al-Wa‟ie” (Al-Wa‟ie, No. 73 tahun VII, September, 2006), hlm. 38

20 Data-data ini bisa ditemukan dalam selebaran Al-Wa‟ie, Buletin Dakwah Kaffah, Media Umat, Al-Islam.

21 Sayuti, Hizbut Tahrir Perjuangan Menegakkan Khilafah: Respon Masyarakat Terhadap HTI di Jambi, (Jurnal: Kontekstualita, Vol. 24, NO.2 Desember 2008)

(19)

Bulletin Al Islam, Tabloid Media Ummat, Buletin Dakwah Kaffah, Buletin Remaja Teman Syurga, buku-buku karangan Hizbut Tahrir, media televisi dan radio. Kedua, adalah media online berupa website yang mengakomodasi seluruh informasi media konvensional Hizbut Tahrir, serta sosial media yaitu Facebook, Twitter, Google, Instagram, Youtube dan Subscribe.22 Adapun wilayah sebaran multimedia Hizbut Tahrir tidak hanya berskala regional dan nasional di Indonesia, tetapi multimedia Hizbut Tahrir menyebar hingga skala internasional untuk kepentingan informasi bagi seluruh anggota Hizbut Tahrir di berbagai negara.

Selebaran Bulletin Al-Islam, Buletin Dakwah Kaffah dan Buletin Remaja Teman Syurga terbit setiap minggunya pada hari jumat, Tabloid Media Ummat dan Majalah Al-Wa‟ie terbit setiap dua minggu sekali.Semua selebaran tersebut wajib dibeli dan dibaca oleh para anggota HTI. Meski demikian, majalah ini juga bersifat umum, artinya bisa dikonsumsi oleh siapapun dan dari kalangan apapun.23

Menurut Jalaluddin Rahkmat, media masa bukan berarti mempunyai kesanggupan untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk mengubah sikap, akan tetapi media masa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Bahkan media bisa dikatakan sebagai institusi informasi dan dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses perubahan sosial budaya, politik dan agama. Dalam beragam bentuknya (baik cetak maupun elektronik, dan aneka penerbitan), ia telah menjadi

22Data ini diperoleh dari hasil wawancara penulis terhadap salah satu anggota HTI (bpk. Muhar) kamis, 04 April 2019 pukul : 13.00 WIB

23Ainur Rofiq Al-Amin, “KhilafahHTI Dalam Timbangan” (Jakarta: Pustaka Harakatuna, 2017) h. 9

(20)

wahana transformasi yang mengusung wacana-wacana dari berbagai perspektif ke hadapan khalayak.24

Pada realitasnya, Hizbut Tahrir sangat intensif menyebarkan informasi (pesan dakwah dan kritik sosial) melalui beragam media yang dikelolanya. Masalah yang dikedepankan Hizbut Tahrir dalam medianya bukan hanya dakwah serta doktrin pencerahan atau penyadaran kepada umat Islam akan pentingnya menegakkan syariat Islam dengan jalan mendirikan negara yang bersistem Khilafah, tetapi konten (isi pesan) yang disampaikan lewat multimedia tersebut juga dominan kritikan terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap kotradiktif dengan ajaran Islam.25

Penelitian ini, ingin menganalisa sebuah penafsiran HTI yang dituangkan dalam selebaran yang diberi nama Buletin Dakwah Kaffah, yang mana di dalam buletin ini, tidak hanya membahas tentang permasalahan politik saja, akan tetapi juga terdapat beberapa permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya yang sedang melanda Negara Indonesia, kemudian mereka kritisi dengan mencantumkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadis Rasulullah Saw. lalu mereka menafsirkannya.

Untuk mengetahui bagaimana kualitas penafsiran HTI dalam Buletin Dakwah Kaffah tersebut, maka penulis menggunakan metode kritik ad-dakhîl fit-tafsir (infiltrasi penafsiran) untuk membedah pesan dan makna yang terkandung dalam Buletin Dakwah Kaffah tersebut.

24 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Yokyakarta: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 15

25 Nur Fitriyanti, Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia Berbasis Multimedia, (Skripsi:

UIN Alauddin Makassar, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2016), h. 3-4

(21)

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, diketahui bahwa kajian tentang kritik ad-dakhîl dalam Tafsir Hizbut Tahrir (Telaah dalam Buletin Dakwah Kaffah) belum pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Kecenderungan topik penelitian terdahulu hanya menyoal tentang ideologi gerakan Hizbut Tahrir yang pertentangan dengan konsep kenegaraan (demokrasi versus Khilafah) saja.

Dengan demikian, membahas tentang Penafsiran Hizbut Tahrir dalam Buletin Dakwah Kaffah menarik untuk dikaji. Akan tetapi penulis mengambil objek kajian ini hanya fokus pada media cetaknya saja yaitu pada Buletin Dakwah Kaffah edisi satu tahun terakhir (Januari-Desember 2018). Beranjak dari latar belakang diatas, maka judul penelitian ini adalah AD-DAKHÎL DALAM TAFSIR HIZBUT TAHRIR INDONESIA (Studi Kritis Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Buletin Dakwah Kaffah)”.

B. Permasalahan Penelitian a. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka dapat didefiniskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Penafsiran Hizbut Tahrir terhadap konsep Khilafahyang diusung untuk menegakkan Negara berbasis Khilafah Islamiyah khususnya di Indonesia 2. Pengaruh ideologi Hizbut Tahrir yang dituangkan

dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang dinukil di Buletin Dakwah Kaffah

(22)

3. Metodologi tafsir Hizbut Tahrir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah

4. Kategorisasi al-dakhil dalam tafsir Hizbut Tahrir Indonesia pada Buletin Dakwah Kaffah

5. Dampak ad-dakhîl terhadap masyarakat awam setelah membaca Buletin Dakwah Kaffah

b. Pembatasan Masalah

Kajian ini bermaksud untuk mengkaji semua pembahasan pada identifikasi masalah di atas, namun agar tidak terlampau luas, maka penelitian ini dibatasi pada selebaran Buletin Islam Kaffah saja. Untuk ulasan lebih lanjut, berikut dipaparkan ruang lingkup masalah yang akan diteliti:

a. Pembahasan ini dibatasi pada ayat-ayat Al-Qur‟an yang dijadikan oleh HTI untuk memperkuat argumentasi ideologi mereka dalam Buletin Dakwah Kaffah

b. Kategorisasi al-dakhîl dalam tafsir Hizbut Tahrir Indonesia pada Buletin Dakwah Kaffah

c. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Penafsiran HTI Terhadap Ayat-ayat Al- Qur‟an dalam Buletin Dakwah Kaffah ?

2. Bagaimana Status ad-dakhîl Terhadap Penafsiran Ayat- ayat Al-Qur‟an dalam Buletin Dakwah Kaffah ?

(23)

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yaang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Penafsiran HTI Terhadap Ayat-ayat Al- Qur‟an yang Terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah 2. Untuk mengetahui Status ad-dakhîl Terhadap Penafsiran

Ayat-ayat Al-Qur‟an yang Terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pengembangan wawasan dan khazanah keilmuan di bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

b. Secara praktis, penelitian terhadap Penafsiran Hizbut Tahrir dalam Buletin Dakwah Kaffah diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi semua pihak yang berkompeten, bagi mahasiswa, dan seluruh masyarakat dalam upaya menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan Penafsiran Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Ayat-Ayat Al-Qur‟an yang terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah

c. Dengan penelitian awal ini, diharapkan agar peneliti lainnya dapat merujuk hasil penelitian ini sebagai bahan tambahan dalam pengkajiannya

d. Diharapkan agar masyarakat khususnya pengkaji ilmu semakin bijak dalam memandang setiap model ataupun kecenderungan karya tafsir.

(24)

E. Kajian Pustaka

Kajian kepustakaan pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan topik penelitian yang akan diajukan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga dapat dipastikan tidak terjadi pengulangan dalam penelitian selanjutnya. Selain itu, kajian pustaka ini perlu dilakukan untuk mencari celah atau peluang dari sudut penelitian yang akan dilakukan.26

Terkiat dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yakni tentang Tafsir Hizbut Tahrir dalam Buletin Dakwah Kaffah ini memang belum ada yang melakukan penelitian terdahulu.

Berdasarkan penelusuran data pustaka (literature review), diketahui bahwa objek penelitian tentang eksistensi gerakan Hizbut Tahrir di Indonesia bukan merupakan kajian yang baru dalam literatur ilmiah.

Hal ini dilihat sejak awal kemunculan Hizbut Tahrir di Indonesia sebagai fenomena organisasi sosial politik dan keagamaan, memicu perhatian kalangan akademik dan kompetensinya.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapatkan beberapa penelitian yang memiliki sisi kajian yang sama, akan tetapi berbeda pada sisi yang lain. Beberapa kajian terdahulu yang berkaitan antara lain adalah:

Pertama, Tesis yang ditulis oleh Muhammad Herowandi dengan judul “Kontroversi Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Pancasila (Studi Kasus di DPP Hizbut Tahrir Indonesia).” Penelitian ini merupakan Tesis di perguruan tinggi Universitas Lampung tahun 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HTI adalah ormas

26 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Bahari Alam Ceria, Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. Ke-18, h. 183-184

(25)

di bidang keagamaan yang bersifat radikal secara pemikiran tanpa melakukan tindakan kekerasan atau anarkis, taat, dan patuh terhadap aturan-aturan yang ada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). HTI dengan tegas menolak konsep demokrasi, nasionalisme, dan sekulerisme. Kontroversi HTI terjadi manakala sebagian kalangan menganggap HTI sebagai ormas yang anti terhadap Pancasila, hal ini dikarenakan HTI selalu menyuarakan Khilafah yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Akan tetapi HTI menolak ormasnya dikatakan anti terhadap Pancasila karena HTI berjuang atas nama Islam sedangkan nilai-nilai di dalam Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan Islam, sehingga HTI menerima konsep Pancasila. Metode pergerakan HTI adalah dengan cara memberikan pemahaman dan pencerahan kepada masyarakat tanpa melakukan tindakan kekerasan atau anarkis. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HTI pada Bab II pasal 4 tentang identitas dan azas, memberikan penegasan bahwa HTI adalah gerakan dakwah Islam berazas Islam di dalam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. HTI termasuk ormas yang mengikuti segala peraturan yang ada di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan keputusan menteri hukum dan hak asasi manusia (menkumham) nomor AHU-00282.60.10.2014 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Hizbut Tahrir Indonesia.

Akan tetapi pada tanggal 19 Juli 2017 status badan hukum ini dicabut oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) nomor

(26)

2 tahun 2017 yang kemudian digugat oleh HTI ke Mahkamah Konstitusi (MK).27

Kedua, buku yang berangkat dari disertasi yang ditulis oleh Ainur Rofiq Al-Amin dengan judul “Khilafah HTI Dalam Timbangan.” Penelitian ini merupakan disertasi di perguruan tinggi UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2011. Penulis sendiri adalah mantan aktifis HTI, dimana ia mencoba membedah dan menguliti secara mendalam ide-ide Khilafah yang (mungkin) masyarakat Indonesia belum mengetahuinya secara konkret dan komprehensif.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah produk Khilafah disebut Ainur sebagai “politisasi agama dalam proses sosial” yang sangat mencolok. Ainur sampai menyimpulkan memaksa umat untuk meyakini bahwa mendirikan Khilafah HTI adalah kewajiban yang paling agung. Tidak lebih sebagai interpretasi yang gegabah dan ahistoris. HT bukanlah gerakan dakwah an sich, dakwah (syiar agama) hanyalah pelengkap, tujuan akhir yang sebenarnya adalah politik dan kekuasaan.28

Ketiga, Tesis yang ditulis oleh Turhamun dengan judul

“Komunikasi Organisasi (Studi Analisis Strategi Komunikasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Banyumas Sebagai Upaya Mewujudkan KhilafahIslamiyah).” Penelitian ini merupakan Tesis di perguruan tinggi Universitas Islam Negri Semarang tahun 2015. Menurut Turhanum, dari hasil penelitian yang dilakukan, komunikasi organisasi HTI Banyumas menggunakan dua model, yaitu

27 Muhammad Herowandi, “Kontroversi Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Pancasila (Studi Kasus di DPP Hizbut Tahrir Indonesia).” (Tesis Universitas Lampung, 2017)

28 Ainur Rofiq Al-Amin, “KhilafahHTI Dalam Timbangan” (Jakarta: Pustaka Harakatuna, 2017) (Disertasi UIN Sunan Ampel Surabaya 2011)

(27)

komunikasi internal sebagai bentuk instruksi dan koordinasi sehingga secara struktur memungkinkan terjadinya komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi horizontal, komunikasi diagonal.

Selanjutnya ialah komunikasi eksternal, yaitu hubungan dengan masyarakat, periklanan, promosi dan survaei konsumen yang keseluruhannya untuk melakukan publikasi. Adapun pola yang digunakan iala pola instruktif, diplomasi, propaganda dan controlling, sedang gaya komunikasinya menggunakan gaya struktural dan kultural. Sedangkan di dalam melakukan strategi komunikasi sebagai upaya mewujudkan Khilafah Islamiyah HTI Banyumas, dilakukan dalam bentuk turunan kegiatan dari tahapan dakwahnya. Tahapan tersebut meliputi tahap kaderisasi, tahap interaski dan tahap pengambil alihan kekuasaan. Langkah turunan tersebut ialah dengan melakukan komunikasi terhadap komunikan yang dikelasifikasi menjadi enam yaitu; anggota, pelajar, mahasiswa, organisasi kemasyarakatan, pemerintah dan masyarakat umum. Adapun pelaksanaan komunikasinya ialah dengan berbagai macam kegiatan yang disiapkan secara terprogram dan insidental serta berdasarkan instruksi dari DPP HTI meliputi diskusi, Halaqoh Islam dan Peradaban, Kegiatan Rajaban, Training, Workshop, Aksi, Gelaran Pustaka dan lain sebagainya. Media komunikasi yang digunakan meliputi media cetak dan media elektroni.29

Keempat, Tesis yang ditulis oleh Nurhayati dengan judul Dinamika Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) : (Studi Gerak Dakwah Politik HTI Pasca Era Reformasi). Penelitian ini merupakan

29 Turhamun, “Komunikasi Organisasi (Studi Analisis Strategi Komunikasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Banyumas Sebagai Upaya Mewujudkan KhilafahIslamiyah).”

(Tesis: Universitas Islam Negri Semarang, 2015)

(28)

Tesis di perguruan tinggi UIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2016. Sejak abad XIII Hijriyah atau XIX Masehi, telah berdiri berbagai gerakan yang bertujuan untuk membangkitkan umat Islam.

Di Indonesia, masuk pada era pembaruan atau lebih familiar disebut era reformasi gerakan-gerakan untuk membangkitkan umat Islam mendapat ruang gerak yang begitu luas, salah satunya yakni dengan menawarkan berbagai formulasi syari‟ah hingga penegakan Khilafah Islamiyah (Sistem pemerintahan Islam bersekala Internasional), yang tentunya membutuhkan pengakuan atau legalitas formal dari negara.

Kelompok ini bernama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Organisasi ini juga merupakan gerakan politik Islam modern yang memiliki paradigma integralistik dalam memandang hubungan antara agama dan politik. Kecenderungan integralistik memandang Islam sebagai suatu agama yang lengkap dengan aturan-aturan, petunjuk, bimbingan yang mengatur segala aspek kehidupan tiap hari, termasuk kehidupan bermasyarakat dan berpolitik, artinya bahwa korelasi antara agama dan Negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu, penulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan HTI sebagai gerakan politik Islam Ekstraparlementer dan cara-cara yang mereka tempuh untuk mewujudkan cita-citanya, teori dan konsep-konsep yang relevan dengan keberadaan sistem pemerintahan di Indonesia.30

Kelima, Tesis yang ditulis oleh Kurniawan Abdullah, dengan judul, “Gerakan Politik Islam Ekstraparlementer: Studi Kasus Hizbut Tahrir Indonesia.” Penelitian ini merupakan Tesis di perguruan

30 Nurhayati, Dinamika Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) : (Studi Gerak Dakwah Politik HTI Pasca Era Reformasi), (Tesis UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2016)

(29)

tinggi Universitas Indonesia (UI) tahun 2017. Dari penelitian ini, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa, HTI merupakan organisasi gerakan alih-alih partai politik. Ciri ekstraparlementer dari gerakannya dapat dilihat dari curahan konsentrasinya pada pembinaan masyarakat dan penolakannya untuk terlibat dalam pemilu, dari mobilisasinya di seputar isu tunggal berupa kewajiban kaum muslim untuk mendirikan negara Khilafah, dan dari pemaknaannya terhadap politik sebagai kultur tandingan, yakni sebagai aktivitas yang mulia dan wajib, sebagai lawan dari anggapan muslim kontemporer bahwa politik itu kotor dan, karenanya, patut dijauhi. Sebagai kelompok organisasi revolusioner, HTI merupakan organisasi politik, bukan paramiliter. Pembagian kerjanya tergolong rapi dan sentralitas kebijakan maupun kegiatannya tergolong sangat tinggi. Ia dikendalikan secara tertutup dan memiliki ruang perbedaan pendapat yang sempit. Dari segi mobilisasi, penguasaannya terhadap sumberdaya tergolong masih sangat lemah. Ia hanya memiliki sumberdaya normatif (berupa keanggotaan atau partisipasi aktif kader) dan utilitarian (iuran anggota, satu kantor sekretariat resmi, dan terbitan dengan oplah hanya belasan ribu hingga ratusan ribu). Ia sama sekali tidak memiliki sumberdaya koersif (persenjataan, angkatan perang, atau teknologi canggih). Dari segi cara mobilisasi yang diterapkan, HTI lebih banyak melakukan mobilisasi penyiapan (preparatory), di mana ia hanya berkonsentrasi pada pengerahan sumberdaya untuk mengantisipasi peluang dan ancaman di masa depan. Bentuk utama mobilisasi penyiapan yang dilakukan HTI adalah aktivitas penerbitan, kegiatan diskusi dan seminar, tablig akbar, silaturrahmi dan dialog dengan kelompok muslim lain, serta audiensi dengan pemerintah dan tokoh-tokoh politik.

(30)

HTI menginternasionalisasikan gerakannya lewat pengadaan forum-forum internasional, respons terhadap berbagai peristiwa internasionaI yang merugikan kaum muslim, dan koordinasi gerakan internasional dengan HT di negara lain. la terus mengembangkan gerakan massa secara perlahan-lahan dengan harapan suatu saat akan meledak menjadi pergolakan besar yang mengarah pada perubahan politik dan sosial yang berjangkauan luas.31

Dari uraian kajian pustaka di atas, dapat dilihat adanya persamaan dalam konteks pemilihan objek penelitian, yaitu Hizbut Tahrir Indonesia sebagai objek penelitian. Namun juga penelitian terdahulu menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sementara letak perbedaan anatara penelitian terdahulu dengan penelitian ini antara lain yaitu pada fokus permasalahan. Pada penelitian ini, tidak hanya membahas tentang ideologi Khilafahnya saja, akan tetapi penelitian ini lebih terarah untuk membahas tentang ayat-ayat Al-Qur‟an yang Hizbut Tahrir Tafsirkan dalam selebaran Buletin Dakwah Kaffah menggunakan kacamata ad-dakhîl bi ar-ra‟yi. Tentunya pendekatan teori yang digunakan, metode penelitian, dan hasil penelitian juga akan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach),32 yang artinya semua data-data berasal dari bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan

31 Kurniawan Abdullah, Gerakan Politik Islam Ekstraparlementer: Studi Kasus Hizbut Tahrir Indonesia, (Tesis: Universitas Indonesia, 2017)

32 Penelitian kepustakaan adalah serangakaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan-bahan penelitian. Lihat: Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), edisi ke-2, Cet. Ke-1, h. 3

(31)

masalah yang akan dibahas. Oleh karena itu, penelitian ini lebih banyak mendasarkan pada bahan-bahan tulisan, telaah naskah, atau dokumen.33

Penelitian ini juga menggunakan model penelitian kualitatif34 yang berfokus pada analisis tentang Tafsir Hizbut Tahrir Indonesia dalam Buletin Dakwah Kaffah. Oleh karena itu, penelitian ini membutuhkan sebuah pendekatan induktif terhadap seluruh proses penelitian dengan analisis yang bersifat deskriptif kualitatif. Menurut Bungin, pendekatan induktif adalah format penelitian kualitatif yang cenderung menggunakan strategi memperoleh data di lapangan (field research).35 Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam kutipan Meleong mengemukakan, bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.36

2. Pendekatan Penelitian

Dalam proses analisis data, penulis menggunakan pendekatan kritik ad-dakhîl dalam tafsir. Penelitian ini adalah penelitian terhadap sebuah produk tafsir yang objeknya adalah ayat- ayat Al-Qur‟an dalam Buletin Dakwah Kaffah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penafsiran ayat-

33 Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya adalah catatan harian, biografi, dan lainnya.

Lihat: Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-8, h. 240. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai metode penelitian naskah dan dokumentasi dapat dilihat; Nabilah Lubis, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi, (Jakarta: Yayasan Media Alo Indonesia, 2001), h. 30-43

34Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Lihat: Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif R&D, h.1

35 Bungin Burhan, Penelian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) h. 28

36 Lexy Johannes Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) Cet. XV, hal. 3

(32)

ayat Al-Qur‟an dalam Buletin Dakwah Kaffah ditinjau dari ad- dakhîl, serta bagaimana status ad-dakhîl dalam penafsiran tersebut. Oleh karena itu, pisau analisis yang digunakan adalah dengan memakai kritik ad-dakhîl .37 Ad-dakhîl sendiri dibagi menjadi dua, yaitu ad-dakhîl bi al-ma‟tsur dan ad-dakhîl bi ar- ra‟yi al-fasid.38 Pada prakteknya, kritik ad-dakhîl adalah pendekatan utama yang penulis pilih dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan objek penelitian penulis, yakni objek berupa penafsiran Hizbut Tahrir Indonesia terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an yang terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah.

3. Sumber Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer (primary resources) dan sekunder (secondary resources) yang relevan dengan penulisan tesis ini.39 Untuk mendapatkan data primer, maka teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data analisis isi (content analysis).

37 Secara terminologi, menurut Fayed (w. 1895-1966 M), Ad-Dakhil adalah menafsirkan Al-Qur‟an dengan metode dan cara yang tidak berbasis pada ajaran dan risalah Islam. Dengan kata lain bahwa, penafsiran tersebut tidak memiliki landasan sah dan ilmiah, baik dari Al-Qur‟an hadis shahih, pendapat sahabat, tabi‟in, serta akal sehat yang memenuhi kriteria. Lihat, Abd al-Wahhab Fayed, Ad-Dakhil fi Tafsir Al-Qur‟an al-Karim, Juz 1, (Kairo: Universitas Al-Azhar, 1398 H/1978 M), Cet. Ke-1, h. 13

38 Ad-Dakhil bi al-ma‟tsur meliputi tafsir Al-Qur‟an dengan menggunakan hadis- hadis lemah (dha‟if) atau palsu (maudhu‟) dan tafsir yang menggunakan sumber isra‟iliyyat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Sementara ad-dakhil bi ar-ra‟yi al-fasid yakni penafsiran yang berdasar pada teori-teori dan kepentingan mufasir tanpa menghiraukan syarat dan metode tafsir bi ar-ra‟yi. Termasuk dalam hal ini adalah penafsiran yang dilakukan oleh mereka yang tidak memenuhi syarat sebagai mujtahid. Lihat: Abd al- Wahhab Fayed, Ad-Dakhil fi Tafsir Al-Qur‟an al-Karim, Juz 1, h. 13. Lihat juga:

Muhammad Ulinnuha, Rekonstruksi Metodologo Kritik Tafsir, (Jakarta: Azzamedia, 2015), h. 85-86

39 Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari objek penelitian. Sementara data sekunder adalah data mengenai objek penelitian yang didapat dari tangan kedua, yakni data yang diperoleh oleh peneliti lain kemudian dipublikasikan.

Lihat: Jujun S. Suriasumantri, Penelitian Ilmiah, Kefilsafatan, dan Keagamaan; Mencari Paradigma Kebersamaan, Dalam Tradisi Baru Penelitian Agama Islam; Tinjauan Antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2001), h. 78

(33)

Sementara untuk mendapatkan data sekunder, maka penulis melakukan teknik pengumpulan data di basis data.40

Secara praktis, sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buletin Dakwah Kaffah yang dibuat oleh ormas Hizbut Tahrir Indonesia itu sendiri, lebih khusus kepada ayat-ayat Al-Qur‟an yang mereka tafsirkan dalam Buletin Dakwah Kaffah tersebut. Sedangkan sumber data sekunder yang penulis gunakan dalam penulisan tesis ini adalah kitab-kitab tafsir seperti Kitab Ad-dakhîl fi Tafsir Al-Qur‟an al-Karim, karya „Abd al- Wahhab Mabruk Fayed, Kitab al-Dakhil fi al-Tafsir, karya Ibrahim

„Abd al-Rahman Muhammad Khalifah, kitab Usul al-Dakhil fi Tafsir Ayi al-Tanzil karya Jamal Mustafa „Abd al-Hamid „abd al- Wahhab al-Najjar, Kitab Ad-dakhîl Fi Tafsir Al-Qur‟an al-Karim, karya Syaikh Husayn Muhammad Ibrahim Muhammad Umar ad- Dzahabi, buku Metode Kritik Ad-dakhîl Fit Tafsir, karya Muhammad Ulinnuha, dan kitab lainnya yang relevan dengan pembahasan ini. Selain itu, buku-buku karangan Hizbut Tahrir seperti Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasinya) yang diterbitkan tahun 2008, Kitab Tafsir Ayat Pilihan Al-Wa‟ie karya Rakhmat S. Labib yang juga merupakan ahli tafsir HTI itu sendiri menjadi sumber rujukan dalam menulis tesis ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, maka pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi.41

40 Jigiyanto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, (Yogyakarta: Andi, 2008), h.

121

(34)

Teknik ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan penelitian melalui perpustakaan.42 Penelusuran kepustakaan penulis lakukan dengan sistem manual43 maupun dengan sistem komputerisasi.44 Sistem manual yang penulis maksud adalah dengan mengumpulkan data dari berbagai perpustakaan dan sumber di beberapa tempat terkait dengan karya- karya Hizbut Tahrir dan tafsirnya, khususnya selebaran Buletin Dakwah Kaffah penulis mendapatkan data tersebut melalui sebuah lembaga milik Hizbut Tahrir itu sendiri. Kemudian penulis mengumpulkan ayat-ayat yang terdapat dalam selebaran Buletin Dakwah Kaffah tersebut, lalu mengklasifikasikan (mengelompokkannya) menjadi beberapa sub tema.

Adapun sistem komputerisasi yang dimaksud adalah penulis mencari informasi terkait dari berbagai sumber di internet. Setelah menemukan bahan, selanjutnya akan ditelaah secara intens sehingga dapat membantu proses penelitian ini.

5. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Atau secara singkat, analisis data ialah

41 Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, interview (wawancara), kuisioner (angker), dokumentasi, dan triangulasi (gabungan keempatnya). Lihat: Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif R&D, h.

225

42Bentuk dokumen yang berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental.

Contoh dokumen berbentuk tulisan yakni, catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, dll. Lihat: Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif R&D, h. 240

43 Yang dimaksud dengan sistem penelusuran secara manual adalah menemukan kembali informasi yang pernah ditulis oleh orang lain mengenai suatu topik tertentu dengan menggunakan terbitan tercetak seperti majalah abstrak, indeks, tinjauan kepustakaan. Lihat;

Jusni Djatin, Penelusuran Literatur, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h. 281

44 Cara penelusuran dengan komputer diantaranya meliputi; penelusuran dengan akses langsung (online), penelusuran menggunakan CD-ROM (Compact Disk-Read Onli Memory). Lihat; Jusni Djatin, Penelusuran Literatur, h. 316

(35)

menata, menyusun, dan memberi makna pada kumpulan data.45 Cara yang ditempuh adalah dengan mengelompokkan data ke dalam kategori, menjabarkan secara detil, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.46

Adapun untuk menganalisis data pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang menguraikan dan menganalisa data-data yang ada. Dengan demikian, penelitian ini tidak terbatas hanya pada pengumpulan data, namun juga menganalisa dan menginterpretasi data guna memunculkan sebuah gagasan baru.47

Secara praktis, data-data yang sudah penulis kumpulkan kemudian dilakukan interpretasi serta analisa mendalam. Data tersebut merupakan data yang komprehensif mengenai ayat-ayat Al- Qur‟an yang terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah. Data selebaran Buletin Dakwah Kaffah tersebut dikumpulkan, lalu penulis melakukan pembatasan data agar data yang diteliti tidak terlalu banyak. Jumlah selebaran Buletin Dakwah Kaffah yang akan penulis teliti dengan menggunakan kritik ad-dakhîl adalah sejumlah 50 lembar Buletin Dakwah Kaffah edisi Januari-Desember 2018.

Selanjutnya, setelah semua selebaran Buletin Dakwah Kaffah terkumpul, penulis mengklasifikasikannya ke dalam beberapa pokok permasalahan, lalu penulis melakukan analisis mendalam terhadap

45 Boy. S. Sabarguna, Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI Press, 2008), h. 31

46 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. Ke- 9, h. 89

47 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Edisi ke-2, Cet. Ke-1, h. 7

(36)

penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an yang terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah, bagaimana penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an yang terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah ditinjau dari ad-dakhîl , serta sejauh mana dampak ad-dakhîl terhadap hasil penafsiran Hizbut Tahrir Indonesia yang terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah tersebut.

6. Metode Validitas Data

Untuk membuktikan penelitian ini adalah sebuah karya ilmiah yang baik, maka dalam penelitian ini penulis perlu untuk melakukan validitas data. Bahwa data yang ada dalam penelitian ini, meliputi data seputar profil Hizbut Tahrir, data pengenalan ad- dakhîl, data selebaran Buletin Dakwah Kaffah, serta penafsiran Hizbut Tahrir Indonesia terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an dalam Buletin Dakwah Kaffah, adalah hasil penelusuran penulis sendiri, atau dikenal dengan istilah cross-check, yakni mengumpulkan dan mengecek data dengan menggunakan beragam sumber, teknik, dan waktu.48

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan tesis ini mengacu pada buku Panduan Penulisan Proposal, Tesis, & Disertasi Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang apa yang diuraikan dalam penelitian ini, maka secara keseluruhan penyajian tesis ini akan memuat lima bab dengan perincian dan sistematika penulisannya sebagai beriku:

48 Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Jogjakarta: Andi, 2014), h. 76

(37)

Bab satu, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah yang memuat alasan-alasan pemunculan masalah yang diteliti. Pokok masalah merupakan penegasan terhadap apa yang terkandung dalam latar belakang masalah. Tujuan yang akan dicapai dan kegunaan (manfaat) yang diharapkan dari penelitian. Kajian pustaka sebagai penelusuran terhadap kajian-kajian yang telah ada sebelumnya dan kaitannya dengan objek penelitian. Metodologi penelitian berupa penjelasan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Selanjutnya adalah sistematika penulisan sebagai upaya untuk mensistematiskan penyusunan tesis.

Bab kedua, mengulas tentang studi teoritis ad-dakhîl dalam tafsir Al-Qur‟an. Di antara pembahasan yang akan penulis jelaskan meliputi pengertian ad-dakhîl , kelahiran dan latar belakang unculnya ad-dakhîl, perkembangan ad-dakhîl dalam Tafsir Al-Qur‟an, macam-macam ad-dakhîl, implikasi ad-dakhîl dalam tafsir Al- Qur‟an, serta kitab-kitab yang membahas tentang ad-dakhîl .

Bab ketiga, penulis memaparkan seputar Hizbut Tahrir dan Buletin Dakwah Kaffah. Pembahasan ini meliputi profil organisasi Hizbut Tahrir, sejarah Hizbut Tahrir, ideologi Hizbut Tahrir, masuknya Hizbut Tahrir ke Indonesia, dan strategi Hizbut Tahrir dalam menegakkan Negara Khilafah Islamiyah. Kemudian di bab tiga ini juga akan dipaparkan seputar Buletin Dakwah Kaffah, sejarah pembuatan Buletin Dakwah Kaffah, tujuan dibuatnya Buletin Dakwah Kaffah, pusat percetakan Buletin Dakwah Kaffah, strategi penyebaran atau wilayah penyebaran Buletin Dakwah Kaffah.

Bab keempat, adalah inti dari penelitian, yang mana penulis akan mencoba mengkaji Penafsiran Hizbut Tahrir terhadap ayat-ayat

(38)

Al-Qur‟an yang terdapat dalam Buletin Dakwah Kaffah dengan mengggunakan pendekatan ad-dakhîl. Setelah mengelompokkan permasalahan menjadi beberapa tema beserta ayat-ayat yang terkadung di dalamnya, penulis pencantumkan penafsiran Hizbut Tahrir Indonesia terhadap ayat tersebut. Kemudian penulis pelakukan analisis terhadap ayat-ayat tersebut dengan menggunakan ilmu ad-dakhîl. Apakah terdapat unsur ad-dakhîl di dalam penafsiran HTI tersebut atau tidak, dan termasuk ke dalam ad-dakhîl yang manakah penafsiran ayat-ayat tersebut. Hal ini merupakan tujuan akhir dari bab ini.

Bab kelima penutup yang bersisi kesimpulan dari hasil penelitian beserta saran-sarannya.

(39)

219

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an versi HTI dalam Buletin Dakwah Kaffah cenderung tekstualis. Penafsiran yang tekstualis hanya akan “memperkosa teks”, karena pada metode penafsirannya memaksa konteks teks masalalu kepada konteks teks masa kini.

Produk penafsiran yang tekstualis tidak akan mampu menjawab tantangan zaman yang semakin berkembang. Padahal konteks masa lalu dengan konteks masa kini sangat jauh berbeda, terutama jika dilihat dari segi sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mengitarinya. Karena tidak dipungkiri, faktor-faktor yang mengitari tersebut sangat mempengaruhi hasil dari sebuah penafsiran teks. Perlu adanya usaha untuk mempetimbangkan situasi sosio-historis dimana teks tersebut turun kemudian ditarik ke dalam konteks kekinian. Karena prinsip Al-Qur’an adalah shalih likulli zaman wa makan, walaupun ia diturunkan di daerah Arab, namun sifatnya tetap berlaku universal (mendunia), melebihi ruang dan waktunya.

2. Dari 50 Buletin Dakwah Kaffah yang penulis teliti, terdapat sebanyak 20 ayat dalam 4 tema pada edisi satu tahun terakhir (Januari-Desember 2018). Penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an versi HTI dalam Buletin Dakwah Kaffah tersebut secara keseluruhan termasuk ke dalam ad-dakhîl bi ar-Ra‟y. Disebabkan karena faktor ideologi politik yang mereka usung, yaitu keharusan menegakkan Negara Khilafah Islamiyah terutama di Indonesia.

Dari beberapa ayat Al-Qur’an yang ditafsirkan, basis dan sumber

(40)

autentik tafsir HTI menggunakan Al-Qur’an, Hadis Nabi, dan juga pendapat para Mufasir. Akan tetapi ayat dan hadis Nabi tersebut ditafsirkan oleh HTI dengan pemaknaan yang jauh dari makna ayat dan hadis yang sebenarnya. HTI juga menukil pendapat dari para Mufasir seperti Imam al-Qurthubi, dan Wahbah Zuhaili, akan tetapi penukilannya pun tidak secara utuh, HTI hanya mengambil (memotong) bagian yang menurut HTI sesuai dengan pemikiran atau ideologi politik HTI saja. Tentunya, dalam kaidah penafsiran, hal ini sudah menyalahi aturan.

Sehingga penafsiran HTI ini termasuk ke dalam ad-dakhîl bi ar- Ra‟y.

B. SARAN

Alhamdulillâhirabbil „âlamîn, berkat pertolongan dan karunia Allah SWT didasari niat dan kesungguhan akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “AD-DAKHÎL DALAM TAFSIR HIZBUT TAHRIR INDONESIA (Studi Kritis Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Al-Qur‟an Dalam Buletin Dakwah Kaffah)” dengan harapan semoga dapat memberi manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Namun penulis menyadari, bahwa tesis ini masih banyak kelemahan dan kekurangan, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak, sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini. Penulis berharap semoga tesis ini memberikan semangat dan motivasi kepada para pembaca yang sedang menggali ilmu-ilmu Islam.

Gambar

Tabel Klasifikasi Ad-Dakhil dalam Penafsiran HTI:

Referensi

Dokumen terkait