• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK MULTIKULTURALISME BUDAYA DALAM PERGAULAN MAHASISWA DI IAIN BATUSANGKAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DAMPAK MULTIKULTURALISME BUDAYA DALAM PERGAULAN MAHASISWA DI IAIN BATUSANGKAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 675

DAMPAK MULTIKULTURALISME BUDAYA DALAM PERGAULAN MAHASISWA DI IAIN BATUSANGKAR

Azizul Maryati1), Andika Guruh Saputra2), dan Wilda Fathia3)

1) IAIN Batusangkar

E-mail: [email protected]

2) IAIN Batusangkar

E-mail: [email protected]

3) IAIN Batusangkar

E-mail: [email protected]

Abstract: Student association is a broad association because it is motivated by the cultural diversity of each student. This cultural diversity is often associated with multiculturalism. Therefore, the purpose of this study is to determine what are the impacts of cultural multiculturalism in student association at IAIN Batusangkar. The method used is a qualitative method with a literature and phenomenological study approach which is analyzed using content analysis techniques. The results of this study indicate that the impact of multiculturalism in student association is as a means of unifying the diversity that exists in students and maintaining that diversity so that it does not become a divider between students.

Keyword: Multiculturalism, Student, Culture

Abstrak: Himpunan mahasiswa merupakan perkumpulan yang luas karena dilatarbelakangi oleh keragaman budaya masing-masing mahasiswa. Keragaman budaya ini sering dikaitkan dengan multikulturalisme. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja dampak multikulturalisme budaya pada himpunan mahasiswa IAIN Batusangkar. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan fenomenologis yang dianalisis menggunakan teknik analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak multikulturalisme dalam pergaulan mahasiswa adalah sebagai sarana pemersatu kebhinekaan yang ada pada diri mahasiswa dan menjaga keberagaman tersebut agar tidak menjadi pemisah antar mahasiswa.

Kata Kunci: Multikulturalisme, Mahasiswa, Budaya

PENDAHULUAN

Pergaulan mahasiswa adalah kontak langsung antar mahasiswa yang satu dan mahasiswa lainnya. Pergaulan mahasiswa merupakan pergaulan yang luas karena latarbelakang keberagaman budaya dari setiap mahasiswa. Seperti yang terjadi di IAIN Batusangkar. Mahasiswa dari tersebut berasal dari berbagai daerah di Sematera, seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan bahkan dari Jawa. Keberagaman asal

(2)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 676

daerah itu sudah pasti membawa keberagaman budaya juga. Keberagaman budaya ini disebut dengan multikultural.

Multikultural adalah ciri khas dari negara indoensia yang memiliki beragam kebudayaan. Di dalam pendidikan, multikulturalisme diajarkan melalui pendidikan multikultural seperti halnya sudah ada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan multikultural tersebut. Menurut Isnarni Moeis (2014) (dalam Alzana dan Harmawati, 2021), pendidikan multikultural adalah usaha yang dilakukan dengan membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, sikap, serta keterampilan untuk menghargai budaya mereka, budaya nasional, dan antar budaya lain. Jadi ketika peserta didik bertemu dengan keberagaman di lapangan, mereka akan mengetahui cara untuk bertindak dan bagaimana menyingkapi keberagaman tersebut.

Sebagai siswa yang belum menempuh pendidikan multikultural secara resmi, sebenarnya secara tidak langsung, kita sudah pernah mempelajarinya didalam pembelajaran Pancasila atau dalam pembelajaran PPKN di sekolah. Karena di dalam Pancasila sendiri sudah memuat tentang multikulturalisme tepatnya dalam sila kedua yang berbunyi ‘Kemanusiaan yang adil dan beradap’. Didalam sila kedua ini, Pancasila mengakui bahwa Indonesia mempunyai berbagai kebudayaan dan harus dilakukan secara adil. Tidak ada perbedaan ras, agama, budaya dalam pemerintahan Indonesia. Hal ini sudah ditanamkan pada siswa bahkan semenjak Pendidikan sekolah dasar.

Walaupun sudah dibekali dengan pengetahuan tentang multikulturalisme, generasi muda masih kerap mengalami culture shock di daerah barunya. Seperti yang dikatakan Roy Mundeza dalam jurnalnya (2021) bahwasanya “Individual often feel anxiety of social differences when they move or go to a new location. He/She will have a sense of alienation from others to him/her.” Menurut Mundeza, seseorang akan sering merasa cemas ketika dia tinggal di tempat baru yang memiliki perbedaan faktor sosial dengan tempat tinggal asalnya. Mereka cenderung merasa terasingkan dari lingkungan karena perbedaan kebiasaan dan hal lainnya. Hal itu terjadi karena ia masih belum terbiasa dengan lingkungan barunya. Mereka juga cenderung terkejut dengan budaya baru di tempat tinggal baru mereka yang berbeda dengan budaya asli ibu mereka.

Oleh karena itu, pengaruh multikulturalisme tersebut sangat menarik untuk dibahas. Dalam penelitian ini, pengaruh multikulturalisme dalam pergaulan mahasiswa akan dilakukan di IAIN Batusangkar dengan penelitian yang difokuskan pada mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Inggris kelas 1A. Penilitian ini akan membahas bagaimana mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Inggris di IAIN Batusangkar yang berasal dari luar provinsi Sumatera Barat menghadapi pergaulan dengan budaya asli di Batusangkar yang berbeda dengan budaya asli mereka. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian menyangkut hal ini dengan tujuan untuk mengetahui apa saja dampak dari multikulturalisme budaya terhadap pergaulan mahasiswa IAIN Batusangkar khususnya pada mahasiswa jurusan Tadris Bahasa inggris tahun 2021. Hal yang akan menjadi fokus penelitian pada penulisan artikel ini adalah mengetahui seluk beluk multikulturalisme budaya, bagaimana pergaulan mahasiswa, dan apa saja dampak dari multikulturalisme ini dalam pergaulan mahasiswa di kelas 1A Tadris Bahasa Inggris di IAIN Batusangkar.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975), metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode penelitian yang akan menghasilkan data yang deskriptif berupa kata kata tertulis dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Objek dari metode ini adalah individu secara holistic (utuh), bukan dengan membagi individu ke dalam variable atau hipotesis, tetapi mengamati dan memandang secara keseluruhan sebagai satu kesatuan yang utuh ( dalam

(3)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 677

Farida Nugnarahani, 2014 : 8 ). Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan studi literatur dengan sumber yang berasal dari artikel, makalah, skripsi, disertasi, dan juga buku. Penulis mengumpulkan artikel-artikel dan juga sumber lain yang terkait dengan penelitian ini untuk kemudian diambil dan dijadikan referensi atau dasar penelitian sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Selain studi literatur, penelitian ini juga memakai pendekatan fenomenologis yaitu dengan memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi atau apa saja kejadian yang tampak. Selanjutnya, semua data dikumpulkan dan dianalisis dengan teknik analisis konten yaitu menganalisis dukumen yang telah ada untuk kemudian menjadi dasar penyelesaian masalah dalam penelitian ini.

HASILDANPEMBAHASAN A. Multikulturalisme

1. Pengertian Multikulturalisme

Multikulturalisme bukanlah hal yang baru di Indonesia. Indonesia yang terkenal dengan keberagaman budaya menjadikan Indonesia menjunjung tinggi multikulturalisme. Multikulturalisme didefenisikan secara umum sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok budaya dapat hidup berdampingan secara damai dengan saling menghormati antar budaya (Ayu Dewi, 2021). Multikulturalisme yang menyatukan keberagaman yang ada. Oleh karena itu, multikulturalisme sangat penting di daerah kita yang terdiri dari berbagai keberagaman.

Multikulturalisme bisa menjadi pemersatu budaya, tapi di sisi lain multikulturalisme malah bisa menjadi pemecah bangsa. Seperti halnya yang sebutkan oleh Kelly (2015) bahwasanya keberagaman kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang dapat ditonjolkan dan menjadi ciri khas. Namun hal ini juga menjadi konflik yang menjadi sumber perpecahan apabila keragaman itu tidak dikelola dengan baik. Salah satu hal yang menjadi masalah dalam multikulturalisme adalah egosentrik. Ketika mulai ada perasaan mengagungkan diri sendiri atau golongan tertentu, maka multikulturalisme akan terancam.

Maka hal itu harus diantisipasi dengan adanya multikulturalisme.

2. Jenis-Jenis Multikulturalisme

Jenis-jenis multikulturalisme menurut Sari dan Siregar (2021) membagi multikulturalisme menjadi 5 bagian, yaitu :

1. Multikulturalisme Isolasionis, yaitu masyarakat yang kelompok kulturalnya menjalankan hidup secara otonom, dalam artian mereka menjalankan hidup dengan budayanya masing-masing dan interaksi yang tercipta hanya interaksi yang minimal satu sama lain.

2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat dengan kultur dominan membuat penyesuaian atau akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas dan juga memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mengembangkan budayanya.

3. Multikulturalisme otonomis, berada pada masyarakat plural yang kultur kaum utamanya berusaha mewujudkan kesetaraan antar budaya sehingga seluruh kelompok masyarakat bisa eksis sebagai mitra sejajar.

4. Multikulturalisme interaktif, masyarakat plural membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan perspektif-perspektif khas mereka.

5. Multikulturalisme kosmopolitan, yang masyarakat pluralnya berusaha menghapus batas-batas kultural sehingga menciptakan masyarakat yang tidak terikat pada budaya tertentu.

3. Sejarah Singkat Multikulturalisme di Indonesia

(4)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 678

Multikulturalisme muncul di Indoensia pada saat Sumpah Pemuda.

Pada saat Sumpah Pemuda, semua pemuda di Indonesia dari Sabang sampai Merauke memutuskan untuk bersatu karena mereka menyadari bahwa perjuangan kedaerahan tidak bisa mengusir penjajah dari Nusantara. Akhirnya mereka mengumpulkan pemuda-pemuda dari berbagai daerah dengan latar belakang budaya, agama, ras, atau suku yang berbeda, namun mereka menerima perbedaan itu dan terus bersatu. Disitulah muncul multikulturalisme yang menerima semua kebudayaan yang ada, kemudian disatukan dalam satu kesatuan. Hal ini juga disebutkan oleh Sujanto (2009) (dalam Lestari, 2021) bahwasanya kesadaran akan dibutuhkannya persatuan dari keberagaman di Indonesia itu terwujud kedalam ‘Soempah Pemoeda’ tahun 1928. Kemudian setelah proklamasi kemerdekaan, saat seluruh Nusantara bersatu, ditetapkanlah Pancasila sebagai dasar negara dan lahirnya Sesanti Bhineka Tunggal Ika yang keduanya memuat paham tentang multikulturalisme. Dan khusus Bhineka Tunggal Ika adalah ciri khas indoesia sebagai sebuah negara multikultural. Hal ini juga dijelaskan oleh Lestari (2021) bahwa Bhineka Tunggal Ika sebagai kunci dan pemersatu keragaman bangsa merupakan ciri persatuan bangsa Indonesia sebagai negara multikultural.

4. Pendidikan Multikultural

Multikulturalisme sangat berkaitan dengan pendidikan multikultural.

Hal ini dikarenakan pengenalan terhadap multikulturalisme bisa dilakukan melalui pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural sendiri adalah pendidikan yang khusus untuk mengakui dan menghormati perbedaan budaya.

Pendidikan multikulturalisme merupakan sebuah pendidikan yang membahas tentang bagaimana cara menanggapi keberagaman kebudayaan yang ada di masyarakat (Alzana dan Harmawati, 2021). Menurut Isnarni Moeis (2014) (dalam Alzana dan Harmawati, 2021), pendidikan multikulturalisme adalah upaya untuk membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, sikap yang harus ditunjukkan, dan keterampilan untuk menghormati kebudayaan mereka, budaya nasional, dan antar budaya. Sudah ada beberapa sekolah yang mulai menerapkan pendidikan multikultural secara resmi. Namun tanpa kita sadari, sedari dulu, pendidikan multikultural sudah diajarkan secara tidak langsung dalam pendidikan Pancasila yang diajarkan dalam mata pelajaran PPKN.

Pancasila sudah memuat tentang multikulturalisme, tepatnya pada sila kedua.

Sila ‘Kemanusian yang adil dan beradap’ adalah penggambaran dari multikulturalisme. Sila tersebut mengakui keberagaman kebudayaan di Indonesia dan harus diposisikan sama rata secara adil. Tidak ada perbedaan diantar setiap suku, ras, agama, ataupun budaya. Dan semenjak dulu, di sekolah dasar sudah diajarkan Pancasila serta nilai-nilainya. Salah satunya yaitu nilai toleransi terhadap keberagaman yang ada di Indonesia sudah ditananamkan semanjak kecil dan selalu dipupuk sampai sekarang di setiap pembelajaran PPKN. Oleh karena itulah, Mahasiswa yang sudah menempuh pembelajaran sekolah selama 12 tahun, sudah pasti memiliki pengetahuan tentang multikulturalisme. Pendidikan Pancasila sebagai pendidikan multikultural mendorong generasi muda bangsa untuk peduli dengan lingkungan sekitar dimanapun dia berada dan mampu berpartisipasi dalam masyarakat dan menjadi manusia beradab sesuai dengan sila ke 2 dalam Pancasila (Alzana dan Harmawati, 2021).

B. Pergaulan Mahasiswa

(5)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 679

1. Pergaulan

Pergaulan adalah kontak langsung antara individu yang satu dengan individu lainnya (Kiawati, 2021). Pergaulan bisa terjadi atas berbagai faktor seperti usia, pengalaman, pengetahuan, lingkungan dan lain sebagainya. Sebagai makhluk sosial, kita pasti akan melakukan kontak langsung dengan manusia lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Aristiteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial tak akan pernah lepas dari yang namanya kebersamaan dengan manusia lain. Hal itu tidak bisa dihindari karena kita hidup di tengah-tengah masyarakat. Karena ini jugalah kita bisa berinteraksi dengan manusia lainnya.

Sedangkan didalam islam, pergaulan dikaitkan dengan toleransi, karena ketika suatu pergaulan terjadi, pasti terdapat toleransi didalamnya. Baik itu toleransi menyangkut budaya, agama, lingkungan, perbedaan status sosial, dan lain-lain. Pergaulan adalah salah satu cara untuk berinteraksi dengan alam sekitar. Bergaul dengan orang lain adalah fitrah manusia yang memerlukan orang lain dalam kehidupannya (Agustiawan, 2019:58-59). Tidak ada satupun manusia yang bisa hidup sendiri. Kita diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda dengan salah satu tujuannya adalah untuk saling melengkapi. Kekurangan di salah satu manusia dilengkapi oleh kelebihan manusia lainnya. Begitupun sebaliknya, kelebihan orang lain pasti diperlukan juga untuk menutupi kekurangan orang lain. Oleh karena itu pergaulan sangat diperlukan bagi kita manusia.

Pergaulan juga terbagi 2, yaitu pergaulan sehat atau posistif dan pergaulan yang tidak sehat atau pergaulan negatif. Pergaulan sehat terjadi pada saat antar individu yang berinteraksi menghasilkan suatu nilai positif. Pergaulan ini bisa dicontohkan dalam bentuk kerjasama dalam dalam melakukan hal hal yang berbau positif. Menurut Kiawati (2021), ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pergaulan positif dengan mencari teman dengan tipe berikut, seperti :

1. Teman yang rajin beribadah agar kita bisa ikut rajin beribadah. Walaupun ini tidak menjamin kita untuk menjadi rajin beribadah, setidaknya hal ini lebih baik daripada kita berteman dengan teman yang sama-sama pemalas karena itu akan membuat kita berjalan ditempat dan tidak berkembang.

2. Orang yang mempunya nilai lebih. Biasanya seseorang yang memiliki nilai lebih memiliki cakupan pergaulan yang lebih luas karena ia dikenal di suatu lingkungan. Dengan begitu, kita juga ikut terbawa dan memiliki kenalan baru.

3. Orang yang suka berorganisasi. Dari organisasi, kita bisa belajar menjadi seorang pemimpin, belajar mengolah suatu kegiatan, bisa bertukar fikiran karena sering berdiskusi, melatih berfikir kritis karena sering dihadapkan pada permasalahan yang harus mempunyai solusi dan lain-lain.

4. Teman yang bisa berbisnis agar kita juga bisa belajar berbisnis dengannya.

Belajar marketing, belajar untuk berani promosi dan lain-lain.

5. Mencari teman yang berbeda tipe agar bisa menambah pengalaman dalam menghadapi tipe-tipe orang yang berbeda-beda yang nantinya pasti akan sangat dibutuhkan di masa depan.

Dengan adanya teman teman seperti itu dalam pergaulan kita, maka dengan sendirinya pergaulan yang kita lakukan membawa dampak positif bagi kita maupun orang lain.

(6)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 680

Pergaulan yang tidak sehat terjadi ketika pergaulan itu menyimpang dari norma-norma yang berlaku dan merugikan bagi individu yang melakukan pergaulan itu sendiri serta lingkungan di sekitarnya. Hal ini bisa terjadi akibat beberapa faktor seperti tidak maksimalnya peran orang tua, konflik sosial dalam keluarga ataupun masyarakat, tidak adanya pondasi yang kuat dalam diri individu tersebut yang bisa membentengi dirinya dari pergaulan yang tidak sehat (Maulana, 2020). Contoh dari pergaulan yang tidak sehat ini seperti pergaulan bebas yang bisa mengarah kepada penyalahgunaan narkoba, seks bebas, hura-hura, dan lain sebagainya.

Untuk membangun pergaulan yang baik, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan menurut Agustiawan (2019).

1. Akhlak. Akhlak merupakan cerminan diri secara utuh dari apa yang ada di dalam hati. Akhlak sepadan dengan budi pekerti dan moral.

2. Adil, maksud adil didalam pergaulan adalah memberikan hak kepada yang berhak tanpa memihak dan membeda-bedakan. Jadi semuanya harus diberlakukan sama tanpa perbedaan antara yang satu dan yang lainnya jika memang itu hak mereka.

3. Amanah. Didalam pergaulan, amanah juga harus dijaga karena amanah harus di tepati. Dengan begitu, di dalam pergaulan tidak ada yang merasa dikhianati ataupun dicurangi serta akan timbul rasa aman dalam pergaulan.

4. Jujur. Membuat seseorang menjadi pribadi yang dapat dipercaya dalam pergaulan.

5. Takwa akan membentengi diri dari perbuatan yang tidak baik.

6. Menjaga hati akan menjaga kita dari perbuatan Riya’ dan dengki atau hasad yang akan berpengaruh buruk dalam pergaulan.

7. Menjaga lisan. Lisan merupakan salah satu kunci dalam pergaulan.

Komunikasi yang terjadi harus sesuai dengan situasi pergaulan. Salah menggunakan lisan akan berdampak buruk pada pergaulan itu sendiri 2. Pergaulan Mahasiswa

Pergaulan mahasiswa tidak jauh beda dengan apa yang sudah dijelaskan di atas. Karena pada dasarnya konsep pergaulannya masih sama. Cuma yang membedakan hanyalah individu yang terlibat didalam pergaulannya. Pergaulan mahasiswa adalah pergaulan yang terjadi dalam lingkungan mahasiswa.

Menurut Rahayu dan Panday (tt), Mahasiswa adalah seseorang pelajar di perguruan tinggi setelah menamati sekolah dan memenuhi wajib belajar selama 12 tahun. Sarwono (2007) berpendapat bahwa mahasiswa adalah orang yang sudah terdaftar di suatu perguruan tinggi secara resmi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.

Mahasiswa memiliki makna yang lebih luas dari seorang yang terdaftar di perguruan tinggi. Mahasiswa terdiri dari kata maha yang berarti “ter” dan siswa yang berarti pelajar. Jadi mahasiswa adalah seseorang terpelajar yang memiliki pikiran yang beredukasi tinggi, serta dapat mengaplikasikan dan berkreatifitas dalam bidang yang dipelajarinya masing masing (Qomarudin, 2021). Hal yang membedakan mahasiswa dengan orang biasa adalah pikirannya. Mahasiswa sudah dibekali dengan ilmu-ilmu yang tidak bisa didapatkan dari luar perguruan tinggi. Mahasiswa juga memiliki kemapuan analisis yang tinggi terhadap suatu masalah sehingga bisa mencari solusi dari permasalahan tersebut dengan baik, yang tentu saja berbeda dengan orang biasa yang tidak dibekali dengan ilmu-ilmu tertentu. Mahasiswa berfikir secara luas, bukan lagi terpaku pada satu point tertentu. Mereka bisa memikirkan sesuatu

(7)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 681

dengan perspektif yang berbeda dengan perspektif yang biasa dipakai orang pada umumnya. Sehingga hasil pemikiran mahasiswa kerap dikagumi masyarakat.

Sebagai orang yang terpelajar, kebanyakan Mahasiswa sudah bisa menciptakan pergaulan positif sendiri karena mereka sudah punya ilmu tentang pergaulan negative. Kebanyakan mahasiswa saling berlomba untuk masuk ke organisasi, mereka suka membuat kelompok kelompok belajar agar lebih memudahkan dalam memahami pembelajaran, memulai bisnis kecil-kecilan Bersama teman teman, dan lain lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Kiawati untuk membuat pergaulan positif. Secara tersendirinya, Mahasiswa sudah menerapkan hal hal yang harus diperhatikan dalam membuat pergaulan yang baik.

C. Pergaulan dan Multikulturalisme di IAIN Batusangkar

IAIN Batusangkar adalah salah satu universitas PTKIN favorit di pulau Sumatera, bahkan IAIN Batusangkar juga dikenal di daerah lainnya di luar pulau Sumatera. IAIN Batusangkar pada awalnya merupakan bagian dari Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang yang pada saat itu dikenal dengan sebutan Fakultas Tarbiyah Imam Bonjol Batusangkar. Selama 26 tahun, Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Batusangkar berada dibawah naungan IAIN Imam Bonjol Padang yang kemudian bisa berdiri sendiri dengan nama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar pada tahun 1997. Kemudian pada tahun 2015, STAIN Batusangkar berganti nama menjadi IAIN Batusangkar.

Pada saat ini, IAIN Batusangkar terdiri dari 4 fakultas yang mana fakultasnya itu adalah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) dengan 11 jurusan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syariah (FEBI) dengan 3 jurusan, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) dengan 7 jurusan, dan Fakultas Syariah (FASYA) dengan 3 jurusan. Disamping itu, IAIN Batusangkar juga sudah memiliki program Pasca Sarjana yang memiliki 6 program studi. Banyaknya jurusan yang ditawarkan di IAIN Batusangkar membuat IAIN Batusangkar menjadi salah satu perguruan tinggi pilihan, Oleh karena itu, banyak pelajar dari setiap daerah di pulau Sumatera, bahkan diluar pulau Sumatera, yang memilih untuk melanjutkan studinya di IAIN Batusangkar.

Asal daerah yang berbeda tersebut membuat IAIN Batusangkar menjadi sebuah wadah Multikulturalisme budaya. Pergaulan yang terjadi di dalam perguruan tinggi ini diwarnai dengan adanya budaya beragam. Adanya berbagai Bahasa daerah yang dibawa dari daerah masing masing dan dipertemukan di perguruan tinggi ini.

Belum lagi kebiasaan dan adat dari berbagai daerah yang dibawa oleh para mahasiswa IAIN Batusangkar.

Bagi mahasiswa yang berasal dari Sumatera Barat, mereka akan berhadapan dengan kondisi lingkungan di IAIN Batusangkar. Yang awalnya mereka berkomunikasi dengan Bahasa daerah mereka masing-masing, sekarang dihadapkan dengan Bahasa Minang yang merupakan Bahasa yang dipakai di daerah Batusangkar. Yang lingkungan kehidupannya dulu begini, sekarang harus menghadapi lingkungan kehidupan baru di IAIN Batusangkar. Belum lagi kebiasaan dan juga norma atau adat di daerah Batusangkar yang harus mereka pahami. Jadi, pergaulan di IAIN Batusangkar sangat beragam karena pergaulan disini didasari dengan multikulturalisme budaya.

D. Hubungan Multikulturalisme dengan Pergaulan Mahasiswa

(8)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 682

Seperti yang kita tahu bahwasanya Multikulturalisme adalah suatu paham yang menyatukan keberagaman yang ada. Multikultur yang ada di suatu lingkungan dijaga keberagamannya dengan adanya multikulturalisme sehingga keberagaman itu tidak membuat perpecahan. Pengetahuan tentang multikulturalisme ini atau yang biasa dikenal dengan pendidikan multikultural sudah diajarkan semenjak sekolah dasar. Walaupun tidak dengan mata pelajaran khusus, tapi pendidikan multikultural ini sudah diajarkan secara tidak langsung didalam pembelajaran Pancasila yang kita dapat dari pembelajaran PPKN. Secara tidak langsung, sekolah sudah membekali para mahasiswa dengan pendidikan multikultural.

Mahasiswa memiliki pergaulan yang lebih luas daripada siswa sekolah umum biasa karena banyak mahasiswa dengan latar belakang budaya yang berbeda disatukan dalam satu perguruan tinggi. Ketika latar belakang budaya yang berbeda ini berada dalam satu lingkungan, maka akan tercipta keberagaman budaya di lingkungan tersebut. Multikulturalisme berfungsi untuk menjaga keberagaman itu agar bisa menjadi suatu persatuan, bukan perpecahan.

Menurut pengamatan penulis di kelas 1A jurusan Tadris Bahasa Inggris IAIN Batusangkar, keberagaman budaya dari berbagai daerah berbeda tidak membuat mahasiswa kelas tersebut mengalami culture shock sama sekali.

Keberagaman ini malah membuat mahasiswa penasaran dengan budaya antar satu sama lain. Dari studi literatur yang sudah penulis lakukan, ternyata hal ini bisa terjadi karena setiap mahasiswa sudah punya bekal masing-masing dengan pengetahuan multikultural sehingga keberagaman tidak membuat mereka terkejut atau merasa terasingkan. Sebaliknya, mereka ingin bertanya lebih jauh tentang budaya budaya yang pernah mereka pelajari pada saat sekolah. Multikulturalisme yang sudah ditanamkan kedalam diri mahasiswa membantu mereka dalam menciptakan pergaulan yang baik.

SIMPULAN

Dari penjelasan diatas, hasil studi literatur yang sudah penulis lakukan mengungkapkan bahwa dampak multikulturalisme dalam pergaulan mahasiswa adalah sebagai pemersatu dari keberagaman yang ada pada mahasiswa. Multikulturalisme juga menjaga agar keberagaman tidak menjadi pemecah diantara mahasiswa.

Multikulturalisme yang kita tahu dari penjelasan diatas adalah suatu keyakinan yang menyatakan bahwa keragaman bisa hidup damai dan berdampingan. Keyakinan inilah yang membuat mahasiswa bisa hidup damai walaupun dengan budaya yang berbeda- beda. Keberagaman budaya mahasiswa malah membuat pergaulan mahasiswa menjadi lebih luas dan berwarna. Hal ini dikarenakan pergaulan mereka diwarnai oleh beragam budaya yang berbeda. Adanya berbagai Bahasa daerah yang dibawa dari daerah masing- masing. Belum lagi kebiasaan dan adat dari berbagai daerah yang dibawa oleh para mahasiswa IAIN Batusangkar. Pergaulan dengan multikulturalisme ini bisa menambah pengetahuan mahasiswa mengenai kebudayaan yang ada. Pergaulan dengan budaya yang berbeda ini malah membuat mereka lebih tertarik antara satu sama lain.

Ternyata di lapangan, perbedaan budaya tidak membuat mahasiswa mengalami culture shock karena para mahasiswa sudah punya bekal pengetahuan tentang multikulturalisme yang diberikan semenjak sekolah dasar. Pendidikan multikultural membuat mereka sudah paham dengan perbedaan yang ada diantara mereka. Pendidikan multikultur ini juga yang menyebabkan mahasiswa mudah bergaul dengan mahasiswa lainnya. Pengetahuan ini juga membantu para mahasiswa untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.

(9)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 683

DAFTAR RUJUKAN

Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian dalam Penelitian Bahasa.

Alzanaa, A. W., & Harmawati, Y. (2021). Pendidikan Pancasila sebagai pendidikan multikultural. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 9(1), 51-57.

Mundeza, R. S. (2021). Process of Student Adaptation of Culture Shock. Journal La Sociale, 2(2), 26-31.

Sari, I. K., & Siregar, N. (2021). Pendidikan Multikultural dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Hikmah, 18(2), 108-118.

Kecerdasan Interpersonal dan Kecerdasan Intrapersonal dengan Sikap Multikultural pada Mahasiswa Malang. Jurnal Psikologi: Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan, 3(1), 39-59.

Qomarudin, A. (2021). Hilangnya Kesadaran Diri Mahasiswa untuk Kuliah. PENSA, 3(1), 1-13.

Lestari, G. (2016). Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah Kehidupan SARA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 28(1).

Kiawati, K., & Th, A. P. M. (2021). Pergaulan Menurut Amsal 17: 17 Sebagai Makhluk Sosial Dalam Kebersamaan. FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, 2(2), 219-235.

Maulana, G. R. (2020). Mengatasi Pergaulan Bebas Dikalangan Masyarakat Ilmiah. PINISI: Journal of Teacher Professional, 1(1).

Rahayu, A. D., & Panday, R. Korelasi Antara Unit Kegiatan Mahasiswa (Ukm) Terhadap Pengembangan Diri Mahasiswa Di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.

ISLAM, E. P. D. (2019). Konsep Pergaulan Dalam Surat Az-Zuhkruf Ayat 67 Dan Ali- Imron Ayat 118 Dalam Tafsir Al-Misbah Dan Relevansinya Dengan.

DEWI, D. A. T. (2021, October 31). Multikulturalisme Membangkitkan Persatuan Dan Kesatuan NkrI. https://doi.org/10.31219/osf.io/gzk3bKelly, E. (2015).

Referensi

Dokumen terkait

Namun kenyataan yang tampak di lapangan terdapat beberapa anak yang merasa takut, malu, kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan ataupun untuk melanjutkan karakter saat

Pekerjaan pemindahan pupuk kompos dari timbangan ke pengayakan dilakukan oleh 1 orang pekerja dengan cara memegang, mengangkat, membawa dan meletakkan secara manual