• Tidak ada hasil yang ditemukan

Darurat Mikroplastik pada Lingkungan dan Dampaknya bagi Kesehatan

N/A
N/A
Johan Ferli

Academic year: 2025

Membagikan "Darurat Mikroplastik pada Lingkungan dan Dampaknya bagi Kesehatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Resume Studium Generale (SG)

Program Studi

Rekayasa Tata Kelola Air Terpadu

Institut Teknologi Sumatera (ITERA)

Judul SG:

Darurat Mikroplastik pada Lingkungan dan Dampaknya bagi Kesehatan Pembicara

Dr. rer. nat. Tri Dewi, S.Pi., M.Si.

Resume:

Mikroplastik

Mikroplastik merupakan partikel plastik yang memiliki diameter kurang dari 5 mm. Penelitian terkait mikroplastik telah berkembang di dunia begitu pula di Indonesia. Penelitian yang ada di Indonesia telah dilakukan di berbagai tempat di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Namun, belum ada kajian tentang sudah sejauh mana status perkembangan penelitian mikroplastik yang ada di Indonesia saat ini. Paper ini menjelaskan perkembangan penelitian mikroplastik di Indonesia sejak tahun 2014 hingga 2020 menggunakan metode systematic review. Hasil review menunjukkan bahwa mayoritas penelitian mikroplastik yang ada di Indonesia rata-rata seputar persebaran dan distribusi mikroplastik, baik di perairan tawar, laut, dan dalam tubuh organisme. Dari segi lokasi, mayoritas penelitian mikroplastik berada di Pulau Jawa (66,67%), dengan bentuk mikroplastik yang banyak ditemukan adalah fiber, dibandingkan dengan bentuk yang lainnya. Selain itu, didapatkan konsentrasi mikroplastik yang bervariasi dari berbagai lokasi. Namun, konsentrasi yang didapatkan tidak bisa langsung dibandingkan, karena metode sampling yang digunakan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi yang lain. Hal ini disebabkan belum terstandardisasinya metode sampling mikroplastik.

Masuknya mikroplastik dapat berasal dari berbagai sumber. 70-90% partikel mikroplastik yang ada di kolom air laut akan mengendap di sedimen, tergantung pada kondisi laut, kecepatan pengendapan, jenis polimer, ukuran, bentuk, gelombang dan arus, serta proses biofouling.

Keberadaan mikroplastik dalam sedimen juga dipengaruhi oleh jarak dari daerah pengendapan serta tingginya aktivitas pasang surut di daerah tersebut (Harris, 2020).

Karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik dapat ditemui di mana saja. Dari perairan tropis hingga Arktik, dari pantai yang akrab dengan aktivitas antropogenik sampai laut dalam yang tidak

(2)

terjamah manusia. Di Indonesia, mikroplastik dapat ditemukan di perairan laut, sedimen sungai, estuari, sedimen di lingkungan terumbu karang, bahkan dalam perut ikan. Jumlah sampel ikan di Indonesia yang mengandung mikroplastik bahkan 5 kali lebih banyak dibandingkan di Amerika.

Fiber dan fragmen adalah jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan. Keduanya berasal dari pakaian dengan serat sintetis, alat pancing, dan jaring ikan.

Keberadaan mikroplastik di dalam perut ikan dan sumber air tawar dapat menjadi jalan masuk ke tubuh manusia. Mikroplastik mengandung berbagai zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan.

Mikroplastik juga dapat terakumulasi di saluran pernafasan dan paru-paru sehingga akan mengganggu sistem pernapasan. Potensi bahaya mikroplastik lainnya pada kesehatan manusia adalah memicu pertumbuhan tumor, penghambat sistem imun, dan mengganggu sistem reproduksi. Saat ini, keberadaan mikroplastik belum berada di tingkat yang mengancam. Namun, seiring berjalannya waktu jumlahnya akan meningkat dan bahanya akan semakin nyata.

Jenis-jenis Mikroplastik:

1. Foams

Mikroplastik foams adalah partikel-partikel kecil yang berasal dari busa plastik yang terdegradasi.

Mikroplastik ini biasanya berasal dari produk-produk yang menggunakan busa plastik seperti kemasan, insulasi, furnitur, dan berbagai barang konsumsi lainnya. Dalam lingkungan, partikel- partikel busa plastik ini dapat terpecah menjadi ukuran yang sangat kecil (kurang dari 5 milimeter) karena faktor-faktor lingkungan seperti radiasi UV, gesekan mekanis, dan degradasi kimia.

Mikroplastik jenis foams yang berasal dari bahan busa, seperti polistirena ekspandasi (EPS) atau lebih dikenal dengan nama dagang Styrofoam. Busa ini digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk kemasan makanan, minuman, dan bahan insulasi. Mikroplastik foams dapat tertelan oleh hewan laut, menyebabkan kerusakan fisik dan bisa mengganggu sistem pencernaan mereka.

Partikel ini juga bisa mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat meracuni organisme laut.

2. Films

Mikroplastik film adalah film plastik yang telah terurai menjadi partikel-partikel kecil yang berukuran mikroskopis. Film plastik ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti kemasan makanan, kantong belanja, atau bahan baku industri lainnya. Ketika film plastik ini terurai oleh proses alami atau karena penggunaan yang berulang, seperti terkena sinar matahari dan air, mereka dapat pecah menjadi fragmen-fragmen yang sangat kecil, sering kali lebih kecil dari 5 milimeter. Partikel-partikel mikroplastik ini kemudian dapat tersebar di lingkungan, termasuk di air laut, sungai, danau, serta tanah. Mereka juga dapat terakumulasi dalam organisme hidup, termasuk hewan dan manusia. Mikroplastik telah menjadi perhatian besar karena dampaknya yang mungkin terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Misalnya, mikroplastik dapat ditelan oleh hewan laut dan dapat berpotensi merusak organisme tersebut, dan dalam beberapa kasus, memasuki rantai makanan dan mencapai manusia.

(3)

3. Fibres/lines

Mikroplastik serat atau sering disebut juga mikroplastik garis merupakan partikel-partikel mikroskopis dari plastik yang berbentuk serat atau garis. Mereka dapat berasal dari berbagai sumber, seperti serat sintetis yang dilepaskan saat mencuci pakaian yang terbuat dari bahan seperti polyester atau nylon, atau dari produk-produk seperti sikat gigi, benang jahit, dan produk-produk tekstil lainnya. Seperti halnya dengan mikroplastik lainnya, mikroplastik serat juga dapat menimbulkan masalah lingkungan. Mereka dapat mencemari lingkungan air dan tanah, serta dapat tertelan oleh organisme hidup, termasuk hewan dan manusia. Permasalahan yang timbul adalah bahwa partikel-partikel tersebut sangat kecil sehingga sulit untuk dihilangkan dari lingkungan, dan karena itu, mereka dapat bertahan dalam lingkungan untuk waktu yang lama, berpotensi menyebabkan dampak jangka panjang yang belum sepenuhnya dipahami.

4. Pellets

Mikroplastik pellets, juga dikenal sebagai nurdles, adalah bentuk mikroplastik yang berasal dari bahan baku plastik mentah yang dilelehkan dan dibentuk menjadi butiran-butiran kecil. Pellets ini merupakan bahan dasar yang digunakan dalam proses pembuatan produk plastik lainnya. Mereka sering digunakan dalam industri plastik untuk membuat berbagai produk, mulai dari botol hingga kemasan makanan. Seringkali, mikroplastik pellets ini dapat tumpah atau terbuang secara tidak sengaja selama proses produksi, transportasi, atau penggunaan. Ketika itu terjadi, mereka dapat mencemari lingkungan, terutama perairan, karena ukurannya yang sangat kecil dan kemampuannya untuk mengapung di permukaan air. Mikroplastik pellets dapat menjadi ancaman serius bagi kehidupan laut karena mereka dapat tertelan oleh organisme laut dan masuk ke dalam rantai makanan, berpotensi menyebabkan dampak yang merugikan bagi ekosistem laut dan kesehatan manusia.

5. Fragment

Mikroplastik fragment adalah fragmen-fragmen kecil dari plastik yang terbentuk dari degradasi atau pemecahan bahan plastik yang lebih besar. Mereka sering kali memiliki ukuran yang sangat kecil, seringkali kurang dari 5 milimeter, dan bahkan bisa mencapai ukuran nanoplastik yang jauh lebih kecil. Fragmentasi mikroplastik dapat terjadi karena sejumlah faktor, termasuk paparan sinar UV dari matahari, aksi mekanis seperti abrasi, dan proses kimia. Plastik yang memasuki lingkungan, baik dalam bentuk limbah langsung maupun sebagai hasil dari degradasi produk plastik yang sudah ada, dapat memecah menjadi fragmentasi mikroplastik. Mikroplastik fragment dapat tersebar luas di berbagai lingkungan, termasuk air laut, air tawar, dan tanah. Mereka dapat menimbulkan dampak negatif bagi organisme hidup jika tertelan, serta mencemari lingkungan secara keseluruhan. Seiring fragmentasi yang lebih lanjut, mikroplastik dapat mencapai ukuran yang sangat kecil, dan bahkan dapat sulit untuk dideteksi dan dihilangkan dari lingkungan.

Alur Mikroplastik di Lingkungan

(4)

Bahaya Mikroplastik :

 Mikroplastik dalam Tubuh

Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa jalur. Salah satunya adalah melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh mikroplastik, terutama dari produk- produk laut yang telah terkontaminasi oleh partikel plastik dari lingkungan laut. Selain itu, mikroplastik juga dapat terhirup melalui udara, terutama jika kita terpapar debu yang mengandung mikroplastik. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, meskipun tingkat penyerapan melalui jalur ini mungkin lebih rendah dibandingkan dengan melalui makanan dan udara.

Saat ini, masih banyak penelitian yang dilakukan untuk memahami lebih lanjut tentang seberapa besar dampak kesehatan yang mungkin ditimbulkan oleh paparan mikroplastik bagi manusia.

Namun demikian, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa mikroplastik dalam tubuh manusia telah terdeteksi dalam berbagai organ dan jaringan, seperti saluran pencernaan, paru- paru, dan bahkan dalam cairan tubuh seperti darah dan air seni. Meskipun dampak kesehatan yang tepat dari paparan mikroplastik masih menjadi topik penelitian yang aktif, beberapa kekhawatiran utama termasuk potensi efek toksik dari bahan kimia yang terkandung dalam plastik dan kemampuan mikroplastik untuk bertindak sebagai vektor bagi zat-zat berbahaya yang terikat padanya di lingkungan. Selain itu, terdapat kekhawatiran bahwa mikroplastik dalam tubuh manusia dapat memicu respon inflamasi dan merusak fungsi organ tertentu.

 Mikrplastik dalam Laut

Mikroplastik dalam laut adalah salah satu dampak signifikan dari polusi plastik di lingkungan laut.

Mikroplastik bisa berupa fragmentasi dari plastik yang lebih besar, serat-serat kecil dari tekstil sintetis, atau butiran-butiran kecil seperti pellets (nurdles) yang merupakan bahan baku untuk pembuatan plastik.

Mereka dapat masuk ke laut dari berbagai sumber, termasuk limbah industri, limbah perkotaan yang tidak terkelola dengan baik, dan aktivitas pelayaran.

Setelah masuk ke laut, mikroplastik tersebar di seluruh ekosistem laut, mulai dari permukaan air hingga ke dasar laut. Mereka dapat membahayakan organisme laut dalam berbagai cara. Misalnya, mikroplastik dapat tertelan oleh makhluk laut, mulai dari plankton hingga ikan besar, yang dapat menyebabkan cedera fisik, gangguan pencernaan, dan bahkan kematian. Selain itu, mikroplastik juga memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi bahan kimia beracun dari lingkungan, dan kemudian dapat memasuki rantai makanan, mencapai organisme di level trofik yang lebih tinggi, termasuk manusia.

Selain dampak langsung pada organisme laut, keberadaan mikroplastik dalam laut juga dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem secara keseluruhan. Misalnya, mikroplastik dapat membawa mikroorganisme patogen dan spesies invasif, serta dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia dari perairan laut, termasuk peningkatan kadar polutan dan gangguan pada siklus biogeokimia. Upaya perlindungan lingkungan laut dan upaya untuk mengurangi polusi plastik telah menjadi fokus bagi banyak organisasi dan pemerintah di seluruh dunia. Langkah-langkah seperti pengelolaan limbah yang lebih baik, penggunaan plastik yang lebih ramah lingkungan, dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan laut merupakan langkah-langkah yang penting dalam mengatasi masalah mikroplastik dalam laut.

(5)

 Mikroplastik dalam Hewan

Mikroplastik dalam hewan mengacu pada keberadaan partikel- partikel plastik mikroskopis dalam tubuh hewan. Partikel- partikel mikroplastik ini bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk air laut, lingkungan darat, atau makanan yang terkontaminasi. Hewan dapat mengonsumsi mikroplastik secara tidak sengaja melalui makanan yang tercemar atau melalui air yang terkontaminasi.

Saat hewan mengonsumsi mikroplastik, partikel-partikel tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi di berbagai organ, seperti usus, hati, dan jaringan lemak.

Penelitian telah menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan berbagai dampak negatif pada kesehatan hewan, termasuk gangguan pencernaan, gangguan reproduksi, kerusakan organ, dan bahkan kematian.

Selain itu, mikroplastik juga dapat berfungsi sebagai vektor bagi zat-zat beracun yang menempel padanya di lingkungan. Ini berarti bahwa selain efek fisiknya, mikroplastik juga dapat membawa bahan kimia berbahaya ke dalam tubuh hewan, meningkatkan risiko keracunan. Kehadiran mikroplastik dalam tubuh hewan juga memiliki implikasi ekologis yang luas, karena hewan- hewan yang terpengaruh dapat menjadi bagian dari rantai makanan. Dengan demikian, mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh hewan di level trofik yang lebih rendah dapat ditransfer ke hewan-hewan yang lebih tinggi di rantai makanan, termasuk manusia.

(6)

Lampiran Foto:

(7)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365 Telepon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: [email protected]

www.itera.ac.id

LEMBAR PENYERAHAN RESUME STUDIUM GENERALE PROGRAM STUDI REKAYASA TATA KELOLA AIR TERPADU

Nama Mahasiswa : Yospi Arda Jaya

NIM : 122470035

Judul SG : Darurat Mikroplastik pada Lingkungan dan Dampaknya bagi Kesehatan

Hari/Tanggal : Kamis, 25/01/2024

Tempat : Zoom

Penyelenggara : ECOEDU

No Tanggal Catatan NIlai

Mengetahui, Dosen Pengampu

M. Hakiem Sedo Putra, S.T., M.T.

NIP. 199202162022031007

(8)

Referensi

Dokumen terkait