• Tidak ada hasil yang ditemukan

Delta Making Community Engagement in Padang Panjang Work Training Center

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Delta Making Community Engagement in Padang Panjang Work Training Center"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Delta Making Community Engagement in Padang Panjang Work Training Center

Yuliarni1*), Widdiyanti2, Maulid Hariri Gani3, Yandri4 Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang1,2,3,4 Korespondensi: Jl. Bahder Johan Padangpanjang

Email:[email protected],[email protected],[email protected],Yandri@isi- padangpanjang.co.id

*)Corresponding Author

Abstract:In Minangkabau society, deta can serve as both a social status indicator and the identity of a society. The government makes an effort to introduce and maintain the local cultures. One of them is having pupils in elementary school through secondary school wear regionally specific traditional clothing as their school uniform. The public now has more opportunities to participate in the creative economy because to this legislation. The Padang Panjang Vocational Training Center (BLK) trains residents of Padang Panjang to work as data suppliers for students in West Sumatra as well as Padang Panjang. In addition to lectures and Q&A sessions, this activity also involves direct practice or demonstrations. Sewing and written batik are the techniques that are taught. Students are able to create deta as a result of this training activity, from processing fabric through producing deta that is suitable for use.

Keywords:Batik, Minangkabau, Economy

PENDAHULUAN

ementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengeluarkan Permendikbud No.

50 Tahun 2022 mengenai aturan terbaru seragam sekolah, termasuk seragam khas sekolah serta pakaian adat yang dikenakan hari atau acara adat tertentu (cnbcindonesia.com). Model dan warna pakaian adat ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan hak setiap siswa atau peserta didik untuk menjalankan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai keyakinannya (indonesiabatik.id).

Sehubungan dengan pakaian adat tersebut, Pemerintah Daerah Sumatera Barat merencanakan untuk menjadikan deta sebagai salah satu bagian dari kelengkapan pakaian adat bagi peserta didik laki-laki.

Di Minangkabau, dahulunya kaum laki-laki menggunakan deta dalam kesehariannya. Deta merupakan penutup kepala yang terbuat dari kain segi empat yang dililitkan ke kepala, tidak hanya sekedar untuk menutupi kepala bagi kaum laki-laki Minang, tetapi juga berguna untuk menunjukkan kewibaan dan kehormatan seorang laki-laki (Malik,

K

Received:22-11-2022; Revised:17-12-2022; Accepted:30-12-2022

(2)

2000). Saat itu deta memiliki motif kain batik yang biasanya bermotifkan bentuk tumbuh-tumbuhan dan berwarna cokelat.

Ini merupakan salah satu bentuk dari pelestarian terhadap kain batik tanah like yang ada di Minangkabau. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah berusaha memperkenalkan dan melestarikan budaya daerah yang pernah ada kepada peserta didik.

Umumnya deta merupakan kain kosong polos berukuran 110 cm x 110 cm yang dililitkan ke kepala. Cara pemakaiannya adalah dengan melipatkannya dalam bentuk segitiga yang kemudian digulung untuk dikenakan di kepala masing-masing pengguna, sesuai model dan kebudayaan setempat. Oleh sebab itu, setiap model yang dikenakan selalu berbeda-beda dan memiliki makna tertentu. Deta yang sering digunakan bersama baju penghulu atau pemangku adat adalah deta saluak batimbo. Untuk masyarakat biasa menggunakan deta ameh dan deta cilien manurun yang bentuknya sederhana dan sering digunakan untuk kegiatan sehari- hari (Azizah, n.d.)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. Peserta pelatihan belum cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan deta, untuk itu pemerintah daerah melalui BLK Padangpanjang membekali peserta didik keterampilan membuat deta dengan teknik batik tulis dan menjahit.

METODE

Guna kelancaran kegiatan pelatihan serta mudah dipahami semua materi oleh para peserta pelatihan, maka dilakukan beberapa metode dalam pelaksanaan, yaitu metode ceramah dan tanya jawab, demonstrasi atau praktek langsung.

Metode ceramah dan tanya jawab bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman secara teoritis kepada peserta pelatihan. Materi yang diberikan seputar batik, desain, deta, dan prospek usaha, membuka wawasan para peserta agar dapat merespon peluang usaha yang ada di sekitar.

Metode demonstrasi atau praktek langsung dilakukan oleh para peserta pelatihan yang termasuk dalam tahapan praktek. Demonstrasi dilakukan melalui proses peragaan (praktek). Metode ini penting dikuasai oleh para peserta pelatihan agar memiliki keterampilan secara teknis. Pada saat demonstrasi peserta pelatihan mempraktekkan setiap tahapan dalam pembuatan deta, mulai dari mengolah kain, mendesain, membuat pola, memindahkan pola ke kain, proses membatik, dan pembuatan deta dari kain yang telah dibatik.

Tahapan ini dipelajari oleh peserta pelatihan secara terstruktur, sehingga antara praktek dan teori yang diberikan sejalan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 16 orang peserta, terdiri dari 15 orang peserta perempuan dan satu orang peserta laki-laki. Peserta pelatihan merupakan perwakilan dari setiap kelurahan dalam wilayah Kecamatan Padangpanjang Timur. Peserta pelatihan adalah ibu-ibu rumah tangga dan remaja yang baru menyelesaikan perkuliahan.

Kegiatan ini dilakukan selama 20 hari dari hari senin sampai sabtu, dengan durasi delapan jam sehari dan bertempat di BLK Padangpanjang. Salah satu tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi kreatif. Peserta pelatihan sangat antusias dengan materi yang diajarkan,

(3)

dibuktikan dengan lancarnya kegiatan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pada pelatihan pembuatan deta ini, peserta tidak hanya sekedar membuat deta, tetapi diajarkan dari mulai mengolah kain agar siap untuk dicanting, mendesain, membatik, hingga menjahit kain tersebut menjadi sebuah deta.

Pelatihan ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu pemberian materi yang bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan mengenai batik dan deta, sehingga peserta memiliki pengetahuan dan pemahaman seputar batik dan deta.

Selain itu, pemberian materi mengenai desain sangat penting dilakukan, sehingga peserta dapat memahami dan merancang desain batik, terutama dalam pembuatan deta. Melalui pelatihan ini, peserta tidak hanya diajarkan membuat desain dan pola deta, tetapi juga diajarkan merancang desain serta pola kain batik untuk berbagai kebutuhan.

Kegiatan selanjutnya merupakan demontrasi proses membatik, instruktur dan peserta

A. Tahapan Pemahaman

Pada tahapan ini, peserta pelatihan diberikan pengetahuan seputar batik, desain, deta, dan peluang usaha.

Tujuannya agar peserta pelatihan memiliki wawasan mengenai kain batik dan kain bermotif batik, sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman seperti yang ada di tengah masyarakat. Pengetahuan lainnya yang diberikan adalah mengenai desain, yaitu bagaimana cara mendesain kain batik untuk berbagai kebutuhan, khususnya untuk pembuatan deta. Selain itu peserta juga diberi pengetahuan mengenai deta, berbagai macam bentuk deta serta penggunaannya, serta cara membuat deta. Materi mengenai peluang usaha merupakan pengetahuan yang sangat penting bagi peserta pelatihan,

sehingga peserta pelatihan memiliki gambaran mengenai prospek usaha ke depannya.

B. Tahap Pengerjaan Batik

Peserta pelatihan sebelum memulai membatik diajarkan cara mengolah kain untuk siap dibatik. Selanjutnya dilakukan demontrasi cara membatik kepada para peserta pelatihan. Demontrasi ini langsung dipraktekkan oleh seluruh peserta pelatihan. Peserta pelatihan belajar dari mulai memegang canting, mencanting pada kain eksperimen, mewarna, mengunci warna, hingga melorod kain. Kain yang digunakan sebagai eksperiman dalam mencanting berukuran kecil dan sudah diberi motif sederhana. Setiap tahapan penting dilakukan agar masing-masing peserta pelatihan memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat bekerja secara mandiri.

1. Tahap Membatik

a. Persiapan sebelum mencanting Peserta pelatihan sebelum mencanting pada kain yang akan dijadikan deta terlebih dahulu membuat desain motif pada kertas kerja yang telah dibagikan. Desain motif dibuat sesuai produk yang akan dikerjakan. Oleh karena produk yang dibuat adalah deta, maka desain motif yang dibuat merupakan motif-motif khas Minangkabau yang dikreasikan sesuai kreativitas masing-masing peserta. Desain motif yang telah selesai dikerjakan dipindahkan ke pola yang berukuran 1 : 1, seterusnya pola motif tersebut dipindahkan ke kain yang akan dicanting.

(4)

Gambar 1.Memindahkan pola motif ke kain yang akan dijadikan deta

(Difoto oleh: Julia Dwi Sasmita, 2022)

b. Mencanting

Kain yang telah bermotif, selanjutnya mulai dicanting, teknik yang dipilih adalah batik tulis. Batik tulis merupakan cara membuat kain batik dengan menggunakan alat bantu canting tulis sebagai alat untuk melekatkan malam (Carlo, 2020, p. 20).

Mencanting merupakan proses menutupi motif yang ada di atas kain menggunakan malam dengan bantuan alat canting. Caranya dengan memanaskan malam pada wajan dengan api sedang, setelah lilin cair dengan panas yang cukup barulah dapat memulai mencanting mengikuti motif yang ada. Bagian yang terkena malam nantinya tidak akan terkena warna pada saat pewarnaan, akan berwarna putih seperti warna kain pada awalnya (Gratha, 2012, p. 4).

Motif yang ada pada kain terlebih dahulu dibatik garis luarnya atau diklowongi. Tujuannya sebagai pemabatas atau penghalang warna masuk pada pori-pori kain. Dalam proses mencanting, kain lebih tinggi dari ujung canting agar malam yang ada di dalam canting tidak keluar semua.

Gambar 2.Peserta pelatihan belajar mencanting pada kain bermotif

(Foto: Yuliarni, 2022)

Gambar 3.Proses mencanting pada kain untuk (Difoto oleh: Yuliarni, 2022)deta

c. Pewarnaan

Pewarnaan dilakukan setelah proses mencanting. Pada pelatihan ini, peserta diberikan bahan pewarnaan jenis remazol. Bahan pewarna remazol merupakan salah satu bahan pewarna yang diramu dari bahan-bahan kimia buatan industri. Bahan pewarna ini berbentuk serbuk, untuk menggunakannya dicampur terlebih dahulu dengan air dingin dan siap digunakan.

Pada saat menerapkan pewarna, warna muda terlebih dahulu digunakan, setelah itu barulah warna tua. Setelah semua motif diwarnai, diamkan sampai benar-benar kering.

(5)

Pengeringan kain dilakukan dengan cara dianginkan, tidak menjemurnya diterik matahari. Proses selanjutnya setelah kain kering adalah mengunci warna atau fiksasi dengan menggunakan waterglasss. Water glass dikuaskan pada bidang kain yang kena warna. diamkan sampai kering atau jemur, kain dicuci sampai bersih untuk menghilangkan water glass yang menempel pada kain hilang.

Gambar 4.Proses pewarnaan dengan menggunakan bahan pewarna remazol dan

fiksasi dengan menggunakan water glass (Difoto oleh: Yuliarni, 2022)

Gambar 05.Kain yang telah diolesi water glass setelah kering dicuci untuk membersihkan water glass yang menempel (Difoto oleh: Yuliarni, 2022)

d. Pelorodan

Melorod merupakan tahap terakhir dalam proses membatik,

yang bertujuan untuk

menghilangkan malam pada kain agar motif kelihatan. Caranya adalah

dengan mendidihkan air dalam panci dan memasukkan soda ash secukupnya ke dalam air mendidih.

Tujuan pemberian soda ash adalah untuk mempercepat proses pelepasan malam yang menempel pada kain. Aktivitas selanjutnya kain dibolak balik menggunakan alat bantu kayu sampai malam tidak menempel lagi pada kain. Angkat kain dan masukkan ke dalam baskom yang berisi air dingin, cuci bersih kain dan keringkan.

Gambar 06.Proses pelorodan dan pencucian yang dilakukan oleh peserta pelatihan

(Difoto oleh: Yuliarni, 2022)

(6)

2. Tahapan PembuatanDeta

Pada tahapan ini peserta mulai membatik pada kain yang akan dijadikan deta. Deta yang dibuat oleh peserta pelatihan ada dua jenis, yaitu deta ameh dan deta segitiga. Masing-masing peserta pelatihan mendapatkan dua meter kain, dengan deta yang dihasilkan berjumlah tiga buah. Pinggiran deta ameh dijahit dengan menggunakan tangan, sedangkan deta segitiga dijahit menggunakan mesin jahit.

Gambar 00.Peserta pelatihan membentuk dan menjahit kain yang telah dibatik menjadi deta

(Difoto oleh: Julia Dwi Sasmita, 2022)

Gambar 00.Salah satu deta hasil karya peserta pelatihan

(Difoto oleh: Julia Dwi Sasmita, 2022)

Gambar 00.Peserta pelatihan menjahit deta segitiga dengan menggunakan mesin jahit

(Difoto oleh: Julia Dwi Sasmita, 2022)

Gambar 00.Deta hasil karya peserta pelatihan (Difoto oleh: Julia Dwi Sasmita, 2022)

Selama 20 hari kegiatan pelatihan, seluruh target dapat tercapai oleh seluruh peserta pelatihan. Berdasarkan hasil capaian tersebut dapat diketahui kemampuan dari masing-masing peserta pelatihan. Ada yang mahir dalam

(7)

mendesain, ada yang mahir dalam mencanting, ada yang mahir dalam pewarnaan, ada yang mahir dalam membentuk dan menjahit, bahkan ada yang mahir dalam semua bidang. Namun demikian, dengan keterampilan yang diajarkan peserta pelatihan sudah dapat berwirausaha di bidang batik.

KESIMPULAN

Kegiatan pelatihan pembuatan deta di BLK Padangpanjang merupakan sarana bagi masyarakat untuk memulai berwirausaha di bidang batik, khususnya pembuatan deta. Melalui program kegiatan ini, peserta pelatihan dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam menciptakan berbagai produk deta khususnya dan batik pada umumnya.

Selain itu, kemampuan dan kreativitas para peserta diasah untuk dapat

berkreasi dalam menciptakan berbagai produk. Para peserta pelatihan ini diharapkan dapat menjadi kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) di bidang batik. Mampu berwirausaha di bidang batik, terutama pembuatan deta, sehingga mampu berperan serta ikut bersaing dalam ekonomi kreatif.

REFENSI

Azizah, L. N. (n.d.).Pakaian Adat Sumatera Barat: Jenis, Fungsi, dan Penjelasannya.

https://www.gramedia.com/literasi /pakaian-adat-sumatera-barat/

Carlo, I. De. (2020). BATIKpedia:

Kumpulan Istilah Penting dalam Dunia Batik. CV. Andi Offset.

Gratha, B. (2012). Panduan Mudah Belajar Membatik (Pertama). Demedia Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait