• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEMOKRASI DALAM ISLAM SKRIPSI - Digilib UIN SUKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DEMOKRASI DALAM ISLAM SKRIPSI - Digilib UIN SUKA"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dengan posisi teologis puritan4 ini, ada kaitannya juga dengan sikap yang disebut Abou El Fadl sebagai tindakan tidak menyenangkan yang ditunjukkan kelompok puritan terhadap umat Islam. Lebih lanjut Abou El Fadl menegaskan bahwa ada perpecahan (perpecahan) yang terjadi dalam Islam antara Muslim moderat dan kelompok yang disebutnya Muslim puritan. 4 Menurut Abou El Fadl, teologi puritan ini dapat ditemukan pada teologi Osama bin Laden, Taliban, Wahhabi Arab Saudi, dan organisasi Jihad.

Menurut Abou El Fadl, lembaga ini dengan cepat diisi oleh para sarjana dan ahli hukum yang juga kurang memiliki pelatihan. Menurut Abou El Fadl, konsep demokrasi merupakan sistem terbaik untuk menghindari tirani, politeisme, dan otoritarianisme yang dihadapi umat Islam saat ini.17.

Rumusan Masalah

Yang selanjutnya menjadi perhatian Abou El Fadl – sekaligus menjadi bahan kajian dalam penelitian ini – adalah pertanyaan metode atau cara apa yang digunakan para ahli hukum Islam untuk memahami atau menerjemahkan teks Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. sehingga terhindar dari bentuk otoritarianisme teks. Dalam konteks ini, Abou El Fadl menawarkan alternatif yang menurutnya dapat mencegah atau setidaknya mengurangi terjadinya sikap otoriter, yaitu konsep demokrasi.

Tujuan dan Kegunaan

Telaah Pustaka

Metode Penelitian

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian kepustakaan yaitu mengumpulkan buku-buku dan tulisan baik primer maupun sekunder yang masih berkaitan dengan pemikiran Abou El Fadl tentang demokrasi dalam Islam dan mencari berbagai literatur yang masih berkaitan dengan penelitian dan untuk mempertajam kajian.28. Pendekatan historis, digunakan untuk menelusuri sejarah dan proses dialektika yang terjadi dan memunculkan gagasan Abou El Fadl tentang demokrasi dalam Islam.30. Dalam pengumpulan data tersebut, penulis mengikuti, mengumpulkan dan menelaah buku-buku yang masih berkaitan dengan objek penelitian tentang demokrasi dalam Islam, yaitu dengan menggunakan data primer dan data sekunder.

Sedangkan data sekunder merupakan karya yang membahas pemikiran Abou El Fadl dan data lain yang relevan dengan subjek penelitian yang akan diteliti. Yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan demokrasi dalam Islam yang digagas oleh Abou El Fadl menurut data-data yang ada, seperti kondisi yang dialami oleh Abou El Fadl, pola dan sikapnya yang tampak,32 guna memberikan pemahaman dan pemahaman menyeluruh terhadap tema-tema utama. skripsi, menyajikan mata pelajaran dan situasi secara nyata.33.

Sistematika Pembahasan

BIOGRAFI INTELEKTUAL KHALED M. ABOU EL FADL . 17

Pemikiran dan Karya-karya Abou El Fadl

Konteks Sosial-Politik Gagasan-gagasan Abou El Fadl

WAWASAN TENTANG DEMOKRASI DALAM ISLAM …

Demokrasi Secara Umum

Untuk memperoleh kewenangan persuasif (perwakilan khusus), menurut Abou El Fadl, seseorang harus memenuhi lima syarat kewenangan yang ditetapkan oleh Abou El Fadl, yaitu; kejujuran, ketulusan, kelengkapan, rasionalitas dan pengendalian diri 60.

Islam dan Demokrasi

Konstruksi Metodologi Hukum Islam

  • Barat
  • Tradisi

Melihat teks Alquran dan hadis, Abou El Fadl meyakini teks tersebut terbuka. 4 Wawancara Abou El Fadl, bersama Zuhairi Misrawi dalam Jurnal Pemikiran Religius Perspektif Progresif: Humanis, Kritis, Transformatif, Praxis, edisi pertama (Juli-Agustus 2005), hal. Menurut Abou El Fadl, teks-teks Al-Qur'an dan hadis tidak serta merta tertutup atau tertutup untuk kajian, penelitian, penegasan dan kritik.

Abou El Fadl berpendapat bahwa Al-Qur'an dan hadis, selain otoritatif, juga merupakan teks yang otonom dan terbuka. 5 Khaled Abou El Fadl, Melawan Tentara Tuhan: Berwenang dan Sewenang-wenang dalam Islam, terj., Kurniawan Abdullah (Jakarta: Serambi, 2004), hal. Pernyataan di atas menurut Abou El Fadl tidak mengandung catatan khusus dan dapat diterima begitu saja dalam wacana Islam.

Namun menurut Abou El Fadl, para intelektual Islam tidak boleh berhenti menghadirkan konstruksi konseptual yang bermanfaat. Abou El Fadl sendiri menekankan bahwa dalam mengadaptasi epistemologi Barat, harus lebih berhati-hati dalam mengadopsi ide-ide tersebut. Abou El Fadl sendiri dalam metodologi interpretasinya mengambil teori-teori seperti yang dihasilkan oleh para sarjana Barat, yaitu wacana “teks terbuka” Umberto Eco.

Dalam menerapkan teori ini, Abou El Fadl berkonsentrasi pada contoh-contoh dalam Al-Qur'an dan hadis. Dalam mengkaji wacana hukum kontemporer, Abou El Fadl tidak lepas dari apa yang dihasilkan oleh para sarjana klasik. Bahkan Abou El Fadl, menyatakan bahwa Al-Qur'an dan Sunnah tidak akan berdasar dan membingungkan tanpa menyertakan hadis-hadis sah yang dikemas.24.

Pemikiran Abou El Fadl tentang Demokrasi

  • Keadilan
  • Musyawarah (Syura)
  • Keberagaman (Toleransi)

Dalam mengkaji permasalahan pemerintahan, Abou El Fadl tidak lepas dari pembahasan kedua jenis pemerintahan di atas. Demokrasi yang digagas Abou El Fadl tidak hanya memisahkan liberalisme dari agama, namun agar bisa benar-benar demokratis, demokrasi harus mempunyai landasan filosofis dan doktrin agama yang kuat.28 Pertanyaannya adalah bagaimana kemungkinan penerapan demokrasi dalam Islam. Menurut Abou El Fadl, keadilan adalah sesuatu yang harus kita lakukan terhadap Tuhan dan sesama manusia.

Bagi Abu Fadl, hal ini karena bila kita membaca ayat di atas dengan seksama, kita akan menemukan bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang durhaka, bahkan kitab yang radikal. Menurutnya, Alquran merupakan kitab yang melawan otoritarianisme, kekuasaan yang tidak adil, dan melindungi pihak yang lemah.30. Lebih lanjut Abou El Fadl mengatakan bahwa dalam melawan bentuk-bentuk otoritarianisme, kekuasaan yang tidak adil dan perlindungan terhadap kaum lemah, Abou El Fadl mengacu pada istilah penting yang dalam Al-Quran disebut ulil amr, yaitu mereka yang mempunyai otoritas politik dan menentukan kebijakan. publik.31 Mereka dianggap sebagai orang yang tepat untuk menegakkan keadilan karena otoritas politik mempunyai peluang dan peluang yang lebih besar dibandingkan masyarakat pada umumnya.

Menurut Abou El Fadl, konsep syura dalam Al-Qur'an berarti tafsir adalah wacana makna yang berbeda-beda. Dalam kesempatan lain, Abou El Fadl juga menyinggung peristiwa yang terjadi pada masa awal Islam. Ayat di atas memberikan peluang dan mendukung keberagaman, karena bagi Abou El Fadl, keberagaman adalah maksud dan tujuan penciptaan itu sendiri.

Menurut Abou El Fadl, Al-Qur'an tidak secara khusus memberikan aturan atau perintah yang jelas mengenai ilmu pengetahuan. Namun bila ayat ini ditafsirkan oleh orang-orang yang belum begitu memahaminya, yakni dengan mencoba mengeksploitasi makna dan implikasi penciptaan berbagai orang, maka Abou El. Muslim mana pun bisa mengakses kebenaran Tuhan dan mengklaim bahwa apa yang menjadi ijtihadnya dianggap sebagai kebenaran, namun tidak ada seorang pun yang bisa mengklaim memiliki otoritas Tuhan.40 Bagi Abou El Fadl, seorang penafsir yang mengaku mengetahui maksud dan kehendak Tuhan, tentu saja hal ini adalah sebuah kebenaran. kasus. adalah salah satu bentuk otoritarianisme.

Analisis Pemikiran Abou El Fadl tentang Demokrasi … 79

  • Konsep Otoritas Hukum Islam
  • Konsep Otoritas menurut Abou El Fadl
  • Catatan Kritis atas Pemikiran Demokrasi Abou El Fadl … 103

Konsep demokrasi yang diungkapkan Abou El Fadl di atas tidak lepas dari pola pemahamannya terhadap teks-teks agama. Sirry, Islam, Teks Terbuka dan Pluralisme: Sebuah Interpretasi Khaled Abou El Fadl, dalam jurnal Progressive Perspectives, hal. Kewenangan merupakan konsep penting dalam pemikiran Abou El Fadl, khususnya dalam kaitannya dengan wacana hukum Islam.

Abou El Fadl menekankan bahwa hubungan otoritas, baik persuasif maupun koersif, bergantung pada Seperti disebutkan di atas, Abou El Fadl memaknai demokrasi dalam bentuk otoritas dan otoritarianisme dalam penafsiran teks agama. Dalam mengembangkan konsep otoritas dan otoritarianisme, Abou El Fadl memberikan kerangka konseptual dalam kajian hukum Islam.

Sedangkan Abou El Fadl lebih banyak menggunakan pendekatan ini karena keniscayaan keahlian profesionalnya sebagai ahli hukum Islam. Oleh karena itu, Abou El Fadl menetapkan beberapa standar sebagai prasyarat bagi penguasa yang dimaksud. Pandangan Abou El Fadl di atas pada hakikatnya didasarkan pada sejumlah wacana akademis yang berkembang di Barat.

Abou El Fadl juga banyak merujuk pada karya-karya Umberto Eco untuk menjelaskan keterlibatan dinamis antara Tuhan (penulis), Al-Qur'an (teks) dan umat Islam (pembaca). Seperti disebutkan di atas, Abou El Fadl mengacu pada gagasan “teks terbuka” yang diperkenalkan oleh Umberto Eco. Dalam wacana Islam kontemporer, posisi metodologis Abou El Fadl sebenarnya tidak jauh berbeda dengan para pemikir Muslim lainnya.

Abou El Fadl banyak mengutip ayat-ayat Al-Qur'an dan al-Hadits untuk mendukung gagasannya, bahkan dia. Sementara itu, Abou El Fadl meyakini demokrasi yang diperkenalkannya ada dalam Islam, yakni berupa keadilan, syura dan toleransi, atau keberagaman.

Kesimpulan

Selain dua hal tersebut, ia mengacu pada nilai-nilai demokrasi yang terdapat dalam Islam, seperti nilai keadilan, kesetaraan, dan toleransi. Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan penerapan hukum Islam, menurut Abou El Fadl, akan jelas bahwa nilai-nilai demokrasi adalah cara terbaik untuk menghindari otoritarianisme tekstual. Bahkan Abou El Fadl yakin hukum Islam akan berkembang dan berfungsi secara progresif.

Pemahaman Abou El-Fadl tidak lepas dari pola pemahaman teks dengan pendekatan hermeneutika, sehingga teks dapat ditafsirkan secara bebas dan terbuka, tidak hanya berkutat pada makna teks saja. Dengan cara ini, lanjut Abou El Fadl, segala bentuk otoritarianisme yang terjadi selama ini dapat dicegah dan dihindari.

Saran-saran

Abror, Robby H, Membongkar Ideologi Muslim Puritan, dalam http://www.serambi.co.id/modules.php?name=gagas&aksi=seputar. D'Fahmi, Mu'ad, Ketika Pemahaman Agama Melahirkan Toleransi, dalam http://www.sinarharapan.co.id/berita/0310/11/opi04.html, toegangsdatum 10 Desember 2007. Kamali, Hossein, Teori Ekspansi dan Kontraksi Agama: Program Penelitian Revivalisme Islam, di http://www.seraj.org.

Misrawi, Zuahairi “Kaled Abou El Fadl veg in die naam van God”, dalam Jurnal Perspektif Progresif, Humanis, Kritis, Transformatif, Praksis, eerste uitgawe, Julie-Augustus 2005. Mustaqim, Abdul en Sahiron Syamsuddin, (reds.) Kajian Al-Qur'an Kontemporer: Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002. Raza, Raheel, “Panggilan Untuk Reformasi Islam”, dalam Khaled di Media Massa, http://www.scholarofthehouse.org/drabelfadinm. html.

Ulama Kritis terhadap Sesama Muslim,” dalam Khaled di Mass Media, http://www.scholarofthehouse.org/drabelfadinm.html. Status Perempuan yang Membutuhkan Peninjauan”, dalam Khaled di Media Massa, http://www.scholarofthehouse.org/drabelfadinm.html. Guntur, “Membongkar Otoritarianisme Hukum Islam: Memahami Syariat Islam sebagai Fikih Progresif”, dalam Jurnal Perspektif Progresif, Humanis, Kritis, Transformatif, Praksis, Edisi Pertama, Juli-Agustus 2005.

Sanusi, Deddy, Sekularisasi dan Puritanisme, dalam http://www.jurnalislam.net/loka-karya/ppi-maroko, diakses 2 Agustus 2006. Sidiqqui, Haroon, “Ketika Debat Internal Go Public”, dalam Khaled di Media Massa , http://www.scholarofschhousee/drabelfadinm. Sirry, Mun'im A, "Islam, teks terbuka dan pluralisme: interpretasi Khaled Abou El Fadl", dalam jurnal Progressive Perspectives :.

Referensi

Dokumen terkait

Kuo Chinese Peacebuilding in Liberia as soft-power projection: perspectives from Monrovia Lemuel Ekedegwa Odeh Sino-Nigeria investments: prospects and challenges 1971-2010 Liu