• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEN PROSPEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DEN PROSPEK"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

Inhu sendiri sebagai kabupaten utama sebenarnya mampu menurunkan persentase penduduk miskin dari 13,970/o pada tahun 2000 menjadi hanya 8,54°/o pada tahun 2001 atau 38,87°/o. Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Kampar, Pelalawan, Rokan Hulu, dan Rokan Hifir. Yang mengejutkan, menurut BPS RI pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi Riau akan melambat hingga perkiraan pertumbuhannya hanya 5%. Hal ini sejalan dengan semakin membaiknya perkembangan perekonomian global sehingga diharapkan ada titik terang di tahun 2003.

Pada triwulan IV tahun 2002, ekspor Indonesia mencapai 5,3 miliar dollar AS, yang merupakan angka tertinggi pada tahun 2002. Dari sisi keuangan negara, yang cukup menunjang optimisme perekonomian pada tahun 2003 adalah penurunan rasio utang. Pemicu lain perkembangan perekonomian Indonesia pada tahun 2003 adalah ketika penyelenggaraan pemerintahan daerah sendiri menjadi lebih baik dan terkoordinasi satu sama lain.

Hal ini termasuk penggunaan dana desentralisasi fiskal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, yang dimulai pada tahun 2001 dan diharapkan menjadi pendorong baru pertumbuhan permintaan domestik. Berdasarkan berbagai prediksi dan analisis di atas, optimisme terhadap perbaikan kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2003 dapat terwujud.

ADA BAIANG,

CENDAWAN TUMBUH

Dibandingkan triwulan sebelumnya, peningkatan pertumbuhan sektor pertanian tidak terlalu signifikan karena sektor pertanian tumbuh sebesar 5,77% pada triwulan IV tahun 2003. Sektor industri mengalami lompatan pertumbuhan yang cukup signifikan, pada triwulan I tahun ini bisa meningkat hingga 9.390/o. Salah satu subsektor yang mengalami penurunan pertumbuhan signifikan adalah subsektor angkutan udara.

Persaingan usaha yang semakin tajam di dunia penerbangan membawa dampak yang signifikan terhadap subsektor ini. Subsektor angkutan udara sendiri pada triwulan IV tahun 2003 masih tumbuh sebesar 9,33%, sedangkan subsektor angkutan udara secara keseluruhan mampu tumbuh sebesar 7,530%. Pada triwulan 11 tahun 2004, porsinya mencapai 60.710/o, lebih terfokus pada konsumsi pangan, yaitu mencapai 33,29°/o atau 54,83°/o dari total konsumsi rumah tangga.

Situasi tersebut tampaknya disebabkan oleh tidak adanya aktivitas pemerintah pada kuartal pertama tahun ini yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Belum adanya kepastian APBD dan adanya transisi legislatif dan eksekutif di Riau serta belum lengkapnya penetapan APBD Riau tidak memberikan rangsangan terhadap perekonomian Riau. Hal lain yang juga masih menjadi perhatian dalam masih kuatnya perekonomian RI adalah kinerja ekspor yang terus terkoreksi kuat oleh kebutuhan impor.

Meski ekonomi masih mampu tumbuh sebesar 9,55% pada kuartal sebelumnya, namun pada kuartal ini justru turun hingga minus 0,11%. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kegiatan ekspor Riau masih belum bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perekonomian Riau. Terbentuknya “kabinet” Gubernur RI dan selesainya penyusunan APBD akan menghasilkan sentimen positif bagi perkembangan perekonomian Riau ke depan.

Tantangan berat yang dihadapi dari sisi perekonomian adalah bagaimana memanfaatkan peluang pasar global untuk meningkatkan kinerja ekspor RI.

AWAN MENGANDUNG HUJAN

Artinya, sebagian besar masyarakat tidak yakin pendapatannya akan meningkat dalam enam bulan ke depan, mengingat kondisi perekonomian rrty€reha;haseha:rang!g-ir]i. bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk membeli barang, terutama barang tahan lama Konsumen yang berpendapat saat ini saat yang tepat untuk membeli barang tahan lama turun tajam dari 32.5°/o menjadi 16.5°/o.

Penyebab pesimisme ini adalah kondisi keuangan yang terbatas dengan prospek pertumbuhan yang lebih buruk dan harga-harga yang tinggi saat ini. Tekanan ekonomi saat ini telah menciptakan kecemasan dan meningkatnya rasa akan pertumbuhan. Selain itu, tren harga diperkirakan masih berada pada posisi rendah akibat situasi sosial politik dan keamanan yang belum stabil, nilai tukar rupee terhadap dolar AS yang melemah, dan berkurangnya ketersediaan barang dan jasa di pasar. .

Dengan sendirinya, ekspektasi untuk menabung akan semakin rendah, dan keinginan untuk mengonsumsi barang juga akan melemah. Jika hal ini benar-benar terjadi, maka gairah perekonomian yang bersumber dari investasi dan konsumsi masyarakat akan menurun. Keasyikan melakukan kegiatan seremonial tanpa mempercepat langkah nyata untuk memperbaiki keadaan itu sendiri akan menyebabkan pemerintah kalah cepat dari dinamisme perekonomian yang sedang berkembang.

Padahal, langkah-langkah tersebut justru dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap kepastian hukum sehingga membuat masyarakat semakin pesimis terhadap peningkatan perekonomiannya. Jika kita ingin mengembangkan perekonomian kerakyatan dan mengentaskan kemiskinan, selain indikator-indikator ekonomi yang perlu ditingkatkan, kita juga harus memperhatikan indikator-indikator lain di luar perekonomian. Seringkali perekonomian yang terorganisasi dengan baik justru menjadi buruk karena lemahnya kapasitas birokrasi eksekutif, rendahnya kepastian hukum, rusaknya stabilitas sosial-politik, dan campur tangan negatif terhadap kebijakan pemerintah, sehingga mengakibatkan peningkatan pendapatan.

Pembangunan ekonomi yang memadai, selain memerlukan Pendekatan Terpadu dan Holistik, juga memerlukan kondisi yang mendukung dengan kebijakan yang konsisten dan pasti.`.

BAGAI MENEPUNG TIADA BERBERAS

Meskipun pada triwulan III sedikit membaik menjadi 6,65°/o, namun pada triwulan IV turun menjadi hanya 6,49°/o. Hal ini juga berarti terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 dibandingkan tahun 2003 yang rata-rata pertumbuhannya mencapai 7,0 ffo/o. Dari aspek sektoral atau sisi penawaran, sektor pertanian mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup tajam.

Pada awal tahun 2004, sektor pertanian masih mampu tumbuh sebesar 5,93°/o, namun pada akhir tahun 2004 pertumbuhannya hanya sebesar 4,44°/o. Masyarakat di Riau sebagian besar bekerja di sektor pertanian, sehingga gebrakan pengentasan kemiskinan yang berulang-ulang selama ini justru berbanding terbalik. Peralihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran tidak terjadi di desa-desa di Riau.

Pedagang pasar banyak yang berasal dari Sumatera Barat, sedangkan hotel dan restoran di luar Sumatera Barat juga berasal dari Pulau Jawa. Hal ini memperkuat klaim bahwa tekanan marginalisasi masyarakat Riau tidak berkurang pada tahun 2004, malah sebaliknya semakin parah. Kesediaan mengkonsumsi di sektor perdagangan malin tinggi sedangkan z.coerG di sektor pertanian semakin mengecil.

Pendapatan masyarakat pertanian akan semakin banyak diserap oleh pelaku usaha di sektor perdagangan, sementara di satu sisi pertumbuhan pendapatan akan semakin melambat. Artinya kinerja ekspor dihilangkan oleh kebutuhan impor dalam perekonomian Indonesia dengan peran minus sebesar 0,88°/o. Infrastruktur listrik dan air bersih berperan penting dalam pelaksanaan investasi swasta dan masyarakat.

Kecurigaan tersebut diperkuat dengan besarnya jumlah yang dikirim ke luar RI pada triwulan III dan IV melalui fasilitas RTGS Bank Indonesia.

BERPISAH

Baed Dafatan Riau, meski sebagian besar PAD sudah terkuras oleh Kepulauan Riau dan nilai tambah ekonomi yang disumbangkan daerah sudah tidak lagi menopang pertumbuhan ekonomi, namun bukan berarti pergerakan perekonomian di wilayah daratan akan langsung menyusut. Dinamika perekonomian akan berjalan seperti biasa dan bahkan mungkin ada faktor-faktor lain yang justru ikut berperan. Salah satunya adalah pengembalian hasil minyak yang diterima kabupaten-kabupaten non-penghasil di Kepulauan Riau kemudian akan mengalir ke lebih banyak kabupaten non-penghasil. kabupaten di daratan.

Tidak menutup kemungkinan juga bagi Riau Daratan untuk mengembangkan kawasan ini sebagai kawasan industri baru untuk melengkapi kawasan industri yang sudah ada. Sedangkan wilayah Kampar diperluas hingga Sumbar dan Pekanbaru serta Rokan Hulu, Duri, serta Sumut dan Sumbar dipercepat untuk membuka akses timbal balik ke wilayah tersebut. Sayangnya, dekadensi moral dan memudarnya penerapan nilai-nilai budaya Melayu dalam kehidupan masyarakat di Daratan Riau, khususnya di perkotaan, semakin sering terjadi.

Meski daratan dan lautan telah terbelah, namun makna yang terkandung dalam visi tersebut tetap menjadi sesuatu yang dicita-citakan. Baed RIau Daratan juga berkesempatan mencoba merekayasa ulang makna dan makna harafiah yang terkandung dalam visi masa depan. Terutama meyakinkan masyarakat bahwa ini lebih baik dari sebelumnya.

Namun sesekali, jangan hanya menjadikan Riau sebagai wadah berdiskusi tentang tujuan tanpa adanya waktu yang cukup untuk melakukan sesuatu yang dapat mencapai tujuan tersebut. Apabila setiap daerah dapat mengembangkan sumber daya perekonomian yang mampu menunjang kemandirian daerahnya, maka adanya penyelenggaraan pemerintahan dengan ¢¢#a/co#fro/yang. Dalam waktu singkat, tidak hanya suara, gerakan, dan warna yang dapat dipindahkan oleh teknologi dari suatu tempat ke tempat lain dalam kurun waktu yang sama, tetapi juga bau atau aroma sesuatu.

Bealtu caimya tamadun semasa dan bolehkah budaya Melayu menjadi penapis untuk menghalang orang Melayu asli daripada "berinteraksi" dengan skrin telefon bimbit mereka (4¢#cZP4o#G).

AIR PASANG,

TEPIAN BERALIH

Dalam konteks Indonesia saat ini, langkah yang dilakukan pemerintahan SBY-K di satu sisi menawarkan prospek perekonomian yang sangat cerah. Bagaimana jika para spekulan minyak yang selama ini menikmati disparitas harga dalam dan luar negeri tidak mampu berperan dalam mempengaruhi masyarakat yang terkena dampak kenaikan harga BBM dalam jangka pendek. Di tingkat daerah, permasalahan penarikan sebagian kewenangan pemerintah daerah baik anggaran maupun personalia akan membuat kontraktor kontraktor daerah tersebar selama ini.

Hal ini dapat dicapai jika kebijakan anggaran yang diterapkan ditujukan untuk mendorong investasi swasta di Riau. Peluang investasi industri Joz'#ji/rB¢er berbasis GPO dan hasil pengolahan karet alam cukup menjanjikan bagi peningkatan perekonomian warga Riau. Kesempatan kerja akan dibuka secara horizontal sesuai dengan kebutuhan yang melekat pada industri hilir.

Membludaknya warga sekitar juga menjadi tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Riau untuk berkembang. Setidaknya akan muncul usaha-usaha baru dan sumber bahan baku pengolahan produk masyarakat Riau. Peternak ayam dan lele mempunyai pasar yang cukup potensial seiring dengan banyaknya konsumen pemakan nasi uduk dan pecel lele.

Berkembangnya sektor perdagangan, membaiknya harga-harga barang kebutuhan pokok masyarakat seiring dengan perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan pemerintah. Tumbuhnya industri-industri tinggi yang erat kaitannya dengan masyarakat dan adanya dukungan permodalan bagi industri rumahan di pedesaan memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada tahun 2005. Pemerintahan yang semakin stabil, meskipun masih akan diwarnai oleh peningkatan tingkat daerah Pemilu merupakan dukungan positif dalam mendorong pemulihan pertumbuhan ekonomi Riau, seperti sebelum terjadinya krisis ekonomi di Indonesia.

Jika kondisi tersebut tidak sepenuhnya terpenuhi, bisa jadi selama perbaikan infrastruktur mampu mempercepat arus produk masyarakat ke pasar dan pabrik bisa beroperasi, maka semangat perekonomian daratan Riau tidak akan kalah dengan daerah lain. . .

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal ARISTO Sosial, Politik, Humaniora, merupakan salah satu terbitan jurnal, yang dikelola oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, untuk