• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of The Description Of The Level Of Knowledge About Traditional Turmeric-Tamarind Herbal Drink As A Swamedication Of Dymenorore In Adolescent Women In Batang District Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of The Description Of The Level Of Knowledge About Traditional Turmeric-Tamarind Herbal Drink As A Swamedication Of Dymenorore In Adolescent Women In Batang District Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 638

Gambaran Tingkat Pengetahuan Obat Herbal Kunyit Asam Sebagai Swamedikasi Dismenore Pada Kalangan Remaja Putri Di Kecamatan Batang

(Description Of The Level Of Knowledge About Traditional Turmeric-Tamarind Herbal Drink As A Swamedication Of Dymenorore In Adolescent Women In Batang

District Indonesia)

(Submited : 21 Maret 2023, Accepted : 31 Maret 2023)

Hasna Nuansa Sasadara1, Annisa Krisridwany1*, Vella Lailli Damarwati1, Salmah Orbayinah 1

1Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia

*Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Swamedikasi ialah upaya individu dalam mengobati suatu penyakit yang dialami tanpa bantuan medis.

Remaja putri dengan riwayat dismenore seringkali melakukan terapi farmakologi seperti penggunaan obat pereda nyeri dengan tingkat pengetahuan yang terbatas, sedangkan terdapat alternatif swamedikasi yaitu terapi non farmakologi seperti penggunaan obat herbal minuman kunyit asam yang mudah didapatkan dan juga memiliki banyak manfaat dalam mengobati dismenore. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang obat herbal kunyit asam sebagai swamedikasi dismenore pada kalangan remaja di Kecamatan Batang, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional non-eksperimental dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini yakni remaja putri di Kecamatan Batang yang sedang menempuh pendidikan SMP, SMA, dan Sederajat berjumlah 5.705 jiwa dengan jumlah sampel yang terlibat sebanyak 105 responden. Analisis data yang digunakan yakni teknik presentase. Sebagian besar responden termasuk dalam kategori remaja tengah (13-15 tahun) (54,3%), dan sebagian besar (65,7%) tingkat pendidikan responden sedang menempuh pendidikan SMA. Tingkat pengetahuan swamedikasi herbal kunyit asam untuk dismenore termasuk kategori berpengetahuan tinggi sebanyak 95,2% responden, 2,9% responden dengan tingkat pengetahuan sedang, dan 1,9% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Responden di Kecamatan Batang memiliki tingkat pengetahuan dikategorikan tinggi.

Kata kunci : swamedikasi, dismenore, tingkat pengetahuan, remaja, Kecamatan Batang

ABSTRACT

Self-medication is an individual's effort to treat a disease that is experienced without medical assistance.

Adolescent girls with a history of dysmenorrhea often do pharmacological therapy such as the use of pain relievers with a limited level of knowledge, while there are alternatives to self-medication, namely non- pharmacological therapies such as the use of herbal medicine, turmeric tamarind herbal drink, which is easily obtained and also has many benefits in treating dysmenorrhea to describe the level of knowledge about the herbal medicine turmeric tamarind as a self-medication for dysmenorrhea among adolescents in Batang District Indonesia using a non-experimental observational research design with a cross-sectional approach conducted in Batang District, Central Java in October 2021-February 2022. The population in this

(2)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 639

study, which are adolescent girls in Batang District who are currently studying for Junior High School, Senior High School with total of 5,705 respondents. The number of samples were 105 respondents. The data analysis used is the presentation technique. Based on the characteristic of respondents, most of the respondents (54.3%) belonged to the category of middle adolescents (13-15 years), and most of the respondents' education level were currently pursuing high school education (65.7%). The level of knowledge shows that most respondents have a high level of knowledge (95.2%), 2.9% respondents have a moderate level of knowledge, and 1.9% respondents have a low level of knowledge. Respondents in Batang District have a high level of knowledge or understand

Keywords : turmeric, tamarind, dysmenorrhea, adolenscent, level of knowledge

PENDAHULUAN

Self-medication atau yang dikenal dengan istilah swamedikasi menurut World Health Organization (WHO) yaitu penggunaan dan pemilihan, herbal, obat modern atau obat tradisional yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam mengatasi gejala suatu penyakit (WHO, 2000). Penyakit yang sering terjadi pada masyarakat seperti nyeri, demam, sakit kepala, flu, maag, cacingan, diare, serta penyakit kulit sering diatasi dengan swamedikasi (Bennadi, 2014). Usia remaja juga banyak melakukan swamadikasi. Penelitian yang dilakukan di Riyadh, penggunaan obat swamedikasi pada remaja usia 13-18 tahun sangat tinggi (94.5%) (Albatti et al., 2017). Salah satu penyakit nyeri yang diobati secara swamedikasi adalah nyeri haid atau dismenore yang dialami mulai usia remaja. Masa remaja akan mengalami beberapa perubahan fisiologis salah satunya perkembangan organ reproduksi yaitu ketika mengalami haid atau menstruasi, dan banyak remaja mulai mengalami menstruasi pertama kali pada usia sekitar 10-16 tahun. Dismenore sendiri terbagi menjadi dismenore primer yang diakibatkan oleh peningkatan hormon prostaglandin seperti pada haid dan dismenore sekunder yang diakibatkan oleh adanya patologi pada organ reproduksi. Puncak insiden dismenore primer terjadi pada akhir masa remaja dan di awal usia 20-an (de Sanctis et al., 2020).

Penggunaan herbal kunyit asam merupakan swamedikasi yang dilakukan untuk meringankan dismenore. Rimpang kunyit diketahui mengandung senyawa kurkumin yang bersifat sebagai antioksidan dan mencegah inflamasi (A’yunin & Santoso, 2019). Asam jawa dapat menurunkan intensitas nyeri pada nyeri dismenorea (Saadah et al., 2017). Kombinasi kunyit dan asam jawa dapat menurunkan

intensitas nyeri haid. Beberapa penelitian menunjukkan kebiasaan konsumsi herbal atau jamu kunyit asam saat haid yang dilakukan usia remaja dapat menurunkan intensitas nyeri dismenore (Baiti et al., 2021; Fatmawati et al., 2020; Mustikawati, 2020; Sugiharti & Sundari, 2018). Pengetahuan akan manfaat herbal kunyit asam ini sangat diperlukan remaja agar dapat memanfaatkan bahan alam dan melakukan swamedikasi dengan baik.

Melimpahnya sumber daya alam tanaman di Indonesia dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan. Provinsi Jawa Tengah sendiri menurut Badan Pusat Statistik Holtikultura memiliki produksi kunyit yang cukup tinggi.

Batang sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah memiliki luas panen tanaman kunyit yaitu 32.108 m2 (Badan Pusat Statistik, 2019).

Angka tersebut cukup besar untuk dapat digunakan sebagai supply tanaman kunyit, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah masyarakat sudah mengetahui pemanfaatan dari bahan alam tersebut secara baik atau belum mengetahui

Kecamatan Batang merupakan wilayah di Kabupaten Batang di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah sarana pendidikan SMP/MTs sebanyak 16 sekolah dan SMA/SMK/MA sebanyak 16 sekolah di Kecamatan Batang dimana terdapat siswa usia remaja yang bersekolah. Tingkat pengetahuan remaja terkait swamedikasi herbal kunyit asam belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang kunyit asam sebagai swamedikasi dismenore pada remaja putri di Kecamatan Batang, Kabupaten Batang Jawa Tengah.

METODE PENELITIAN

(3)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 640

Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional non eksperimental dengan pendekatan cross-sectional dan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batang, Kabupaten Batang Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2021- Februari 2022 sesuai dengan nomor ethical approval 247/EC-KEPK FKIK UMY/VIII/2021. Populasi adalah remaja putri kecamatan Batang, Kabupaten Batang yang

sedang menempuh Pendidikan

SMP/SMA/Sederajat berjumlah 5.705 jiwa.

Sedangkan sampel yang digunakan merupakan remaja putri usia 13 hingga 19 tahun di Kecamatan Batang yang sedang menempuh pendidikan SMP/SMA/Sederajat, memiliki riwayat dismenore, dan bersedia menjadi responden yang berjumlah 105 responden. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan menggunakan media elektronik.

Berikut ini adalah rumus perhitungan sample menggunakan rumus Slovin

= 98,27

Dari perhitungan diatas sampel yang harus dambil dan diberikan kuisioner minimal sebanyak 99 responden. Pada penelitian ini didapatkan jumlah sample sebanyak 105 responden. Kuisioner disebarkan melalui platform WhatsApp kepada reseponden. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dimodifikasi dari penelitian Atik Kusmiati dan Mariana Imelda Tanaem, informed consent, dan perangkat Microsoft excel dan SPSS untuk analisis data (Imelda Tanaem, 2018; Kusmiati & Herliningsih, 2018).

Kuesioner mencakup indikator seputar pengetahuan umum swamedikasi dan pengetahuan umum obat herbal dan pengetahuan tentang dismenore dan kunyit asam sebagai alternatif swamedikasi untuk dismenore. Pada penelitian ini peneliti menggabungkan kuesioner yang telah dibuat oleh Atik Kusmiati dan Herliningsih yang telah dilakukan penelitian di SMKN “X” Di Kabupaten Kuningan pada tahun 2018 dan penelitian yang dilakukan oleh Mariana Imelda Tanaem di RT.02 RW.03 Desa Manufui Kecamatan Santian

Kabupaten Timor Tengah Selatan ( TTS ) tahun 2018.

Kuesioner yang digunakan dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Teknik korelasi pada penelitian ini menggunakan Pearson Product Moment dengan SPSS. Instrumen dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel dan terjadi perbedaan skor tiap item signifikan (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini digunakan Cronbach’s alpha. Kuesioner dapat dikatakan relieble apabila memperoleh nilai minimum Cronbach’s alpha sebesar 0,7. Apabila r tabel lebih besar dari dapat dikatan reliable (Widi, 2011).

Penelitian ini menggunakan analisa perhitungan presentase untuk selanjutnya diolah dengan tabel frekuensi kemudian dihitung persentase pada tiap item kuesioner. Setelah mendapat data kemudian pengolahan data secara kuantitatif. Hasil pengolahan data diinterpresentasikan dengan menggunakan skala guttman dan penilaiannya yaitu benar =1 dan salah =0. Selanjutnya untuk dapat memperoleh skor semua data dijumlah, skor yang didapat dari tiap responden akan dirumuskan dengan :

Rumus persentase yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Skor yang didapat dari tiap responden akan dirumuskan dengan :

Rumus persentase yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P = Persentase f = frekuensi jawaban n = nilai (jumlah responden) 100% = Bilangan pengali tetap

Data diolah menggunakan analisis presentase yang selanjutnya di implementasikan kedalam tiga kategori yaitu tinggi sedang, dan rendah.

Kemudian hasil presentase dengan cara pemberian skor dan penilaian untuk variabel diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria dari Nursalam,2016 yaitu :

(4)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 641

1. Tingkat pengetahuan kategori tinggi jika nilainya 76%-100%

2. Tingkat pengetahuan kategori sedang jika nilainya 56%-75%

3. Tingkat pengetahuan kategori rendah jika nilainya ≤ 56%

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Hasil analisis karakteristik responden berupa usia dan tingkat pendidikan, ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Berdasarkan Tabel 1 sebagian besar responden memiliki usia antara 13-15 tahun, yaitu sebanyak 57 responden (46,0%). Menurut Hasanusi 2019, dalam proses perkembangan remaja pada tahap tengah (13-15 tahun) mulai membutuhkan banyak teman untuk berinteraksi (Hasanusi, 2019). Pada saat interaksi tersebut remaja akan saling bertukar informasi sehingga mendapatkan wawasan salah satunya adalah dalam swamedikasi dismenore menggunakan obat herbal kunyit asam.

Berdasarkan karakteristik pada tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 36 responden (34,3%) sedang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sebanyak 69 responden (65,7%) sedang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin besar wawasan pengetahuan yang dimilikinya.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Karakteristik Total

(n=105) (%)

Usia (tahun)

13-15 57 54,3

16-19 48 45,7

Total 105 100

Sumber: Data Primer Tahun 2022

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik Total (n=105) (%) Tingkat pendidikan

SMP 36 34.3

SMA 69 65.7

Total 105 100

Sumber: Data Primer Tahun 2022

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas pada

penelitian ini menggunakan 50 responden sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan yaitu remaja putri usia 13 sampai 19 tahun yang mewakili siswi SMP dan SMA Sedrajat di Kecamatan Batang serta bersedia menjadi responden. Hasil uji validitas ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Kuesioner

No. Item Soal R Sig Ket

1. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa bantuan dokter untuk mengatasi keluhan sakit ringan yang dialaminya.

0,590 0,000 Valid

2. Membeli obat di apotek tanpa resep dokter disebut swamedikasi.

0,645 0,000 Valid

3. Obat tradisional/herbal merupakan salah satu jenis obat yang digunakan/dibeli untuk swamedikasi.

0,619 0,000 Valid

4. Pada saat melakukan swamedikasi tidak perlu memperhatikan aturan pakai dan dosis obat.

0,541 0,000 Valid

5. Obat herbal telah dikenal oleh masyarakat tradisional sejak zaman dulu karena dipercaya bisa memberikan banyak manfaat.

0,731 0,000 Valid

6. Ramuan herbal biasanya diolah dari dedaunan atau akar-akaran yang mempunyai banyak khasiat.

0,461 0,001 Valid

7. Obat herbal mudah didapatkan karena terdapat dilingkungan sekitar.

0,202 0,160 Tidak Valid 8. Obat herbal memiliki banyak

keuntungan dibandingkan dengan obat kimia.

0,413 0,003 Valid

9. Obat herbal bisa dibuat sendiri di rumah untuk pengobatan.

0,717 0,000 Valid 10. Obat herbal bisa digunakan untuk

pengobatan sendiri karena pengolahannya tidak memerlukan alat khusus.

0,666 0,000 Valid

11. Disemenore/nyeri haid merupakan hal yang normal terjadi pada remaja perempuan.

0,633 0,000 Valid

12. Salah satu penyebab timbulnya nyeri haid adalah karena emosi yang labil.

0,642 0,000 Valid

13. Nyeri haid sering dialami perempuan pada bagian perut bawah.

0,633 0,000 Valid

14. Gejala nyeri haid selain nyeri perut bagian bawah sering kali disertai dengan mual dan muntah.

0,269 0,059 Tidak Valid 15. Kunyit dan asam jawa merupakan

tanaman yang digunakan untuk alternatif pengobatan.

0,588 0,001 Valid

16. Kunyit dan Asam jawa sudah banyak digunakan untuk mengobati nyeri haid.

0,594 0,000 Valid

17. Pada saat penggunaan kunyit asam tidak perlu memperhatikan dosis dan aturan pakai.

0,602 0,000 Valid

18. Tanaman Kunyit dan Asam jawa banyak digunakan untuk mengobati nyeri haid

0,673 0,001 Valid

(5)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 642

dibandingkan dengan obat herbal yang lainnya.

19. Apablia mengkonsumsi obat herbal kunyit dan asam jawa yang dibuat sendiri dirumah tidak menimbulkan efek samping jika digunakan dalam takaran yang sesuai.

0,716 0,000 Valid

20. Jika mengkonsumsi obat herbal kunyit dan asam jawa ketika nyeri haid sesuai aturan dapat menurunkan intensitas nyeri secara efektif.

0,588 0,001 Valid

Dalam melakukan uji coba memerlukan uji valditas biasanya sebanyak 30 responden (Wibowo, 2014). Setelah memberi skors pada tiap pertanyaan, dihitung korelasi antar skors masing-masing pertanyaan. Uji reliabilitas pada penelitian ini digunakan Cronbach’s alpha.

Kuesioner dapat dikatakan relieble apabila memperoleh nilai minimum Cronbach’s alpha sebesar 0,7. Apabila r tabel lebih besar dari dapat dikatan reliable (Widi, 2011).

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari jumlah 20 item soal, terdapat dua item soal dengan Sig >

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa item soal nomor 7 dan nomor 14 dinyatakan tidak valid, sehingga tidak digunakan. Sedangkan untuk item pernyataan dengan Sig < 0,05 dapat dinyatakan valid, sehingga dari keseluruhan item soal, terdapat 18 item soal yang dinyatakan valid.

Hasil uji reliabilitas Cronbach’s Alpha didapatkan hasil analisis statistik yang dilakukan pada kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi obat herbal memperoleh nilai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,741 dan pada kuesioner tingkat pengetahuan disemenore dan kunyit asam memperoleh nilai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,739. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kuesioner tingkat pengetahuan obat herbal kunyit asam pada penelitian ini reliable dan termasuk kategori reliablitas tinggi.

Tingkat Pengetahuan

Rekapitulasi hasil jawaban atas kuesioner yang diberikan terdapat pada Table 4. Kuesioner meliputi pengetahuan umum swamedikasi dan pengetahuan umum obat herbal dan pengetahuan tentang dismenore dan kunyit asam sebagai alternatif swamedikasi untuk dismenore.

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil bahwa presentase rata-rata pengetahuan tentang definisi swamedikasi (84,76%), contoh obat swamedikasi

(97,14%), dan penggunaan

swamedikasi (69,52%) dari total populasi penelitian, dengan begitu pengetahuan remaja putri di Kecamatan Batang termasuk dalam kategori baik karena presentase yang diperoleh sebesar >75%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tjay dan Rahardja (2010) swamedikasi merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mengatasi keluhan pada diri sendiri dengan obat yang dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter. Penyakit nyeri seperti nyeri saat haid (dismenorea) merupakan salah satu penyakit yang sering diobati secara mandiri oleh masyarakat. Penelitian yang dilakukan tahun 2020, sebanyak 74% pelajar perempuan mengatasi nyeri haid secara mandiri dengan menggunakan obat seperti paracetamol, NSAID dan herbal (de Sanctis et al., 2020).

Pengetahuan yang baik juga terdapat pada definisi obat herbal (99,05%), manfaat obat herbal (97,14%), keuntungan obat herbal (94,29%), dan aturan pakai obat herbal (96,67%). Dari hasil yang diperoleh, responden mengetahui adanya swamedikasi dengan obat herbal untuk mengurangi dismenore. Hal ini didasarkan pada penggunaan obat-obat herbal untuk mengurangi rasa nyeri atau yang paling banyak dipahami oleh masyarakat Indonesia yaitu analgetika. Obat herbal seperti kunyit dan buah asam jawa termasuk kedalam tanaman yang sering digunakan sebagai penghilang rasa nyeri pada saat terjadinya menstruasi (Ariyanti et al., 2022;

Baiti et al., 2021; Fatmawati et al., 2020).

Pada poin definisi dan penyebab dismenore sebanyak 99,05% responden mengetahui definisi dismenore dan sebanyak 100% responden mengetahui penyebab dismenore. Pengetahuan yang baik mengenai definisi dan penyebab dismenore didukung oleh kemudahan akses informasi yang didapatkan remaja putri dari berbagai sumber, seperti media massa, media sosial maupun media cetak.

Pada poin gejala dismenore pengetahuan responden tergolong cukup, presentase responden yang menjawab pernyataan dengan benar hanya 53,33%. Pengetahuan terkait gangguan saat menstruasi pada wanita merupakan hal yang dibutuhkan dalam menentukan untuk mengunjungi layanan kesehatan atau melakukan swamedikasi dengan mengkonsumsi obat herbal kunyit asam.

Pengetahuan yang baik mengenai gejala atau keluhan suatu penyakit merupakan hal yang

(6)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 643

penting pada saat akan melakukan swamedikasi untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan agar tidak terjadi medication error atau kesalahan dalam penggunaan obat (Kayalvizhi & Senapathi, 2011).

Pengetahuan terkait definisi kunyit asam sudah tergolong baik, dengan presentase responden yang menjawab pertanyaan benar sebanyak 97,14%, hal ini karena responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap kunyit asam yang banyak digunakan untuk swamedikasi dismenore.

Pada poin aturan pakai, presentase responden yang menjawab pernyataan benar hanya 60%.

Hal ini dimungkinkan karena responden masih banyak yang belum memahami terkait aturan pakai obat herbal kunyit asam yang digunakan untuk mengurangi gejala dismenore, dimungkinkan karena informasi yang diperoleh responden masih sedikit.

Pengetahuan tinggi pada responden juga terdapat pada pernyataan terkait manfaat kunyit asam (89,52%) dan efek samping kunyit asam (96,19%). Hasil presentase yang didapatkan sudah cukup besar dan dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh responden sudah baik.

Terkait dengan peningkatan berbagai aspek pengetahuan kunyit asam sebagai alternatif swamedikasi dalam mengatasi dismenorea, remaja putri di kecamatan Batang ini dapat diberikan edukasi atau promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet seperti pada penelitian Sari et al pada tahun 2021 dimana, terdapat pengaruh pemberian edukasi dengan leaflet terhadap tingkat pengetahuan siswi (Sari et al., 2021).

Hasil jawaban atas kuesioner responden selanjutnya dianalisis tingkat pengetahuannya dan dikelompokkan sesuai kategori (Nursalam, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 2 menunjukkan data bahwa remaja putri di Kecamatan Batang memiliki tingkat pengetahuan tentang obat herbal kunyit asam sebagai swamedikasi dismenore termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 100 responden (95,2%) memiliki tingkat pengetahuan kategori sedang sebanyak 3 responden (2,9%), sedangkan sebanyak 2 responden (1,9%) termasuk dalam kategori rendah. Hasil ini lebih baik dari penelitian terdahulu yang dilakukan di sebuah SMK di

Bumiayu dimana

pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 54.8

% responden (Trimajaya et al., 2021). Hal tersebut kemungkinan dapat disebabkan oleh kurangnya media informasi atau paparan terkait penggunaan herbal dalam mengatasi dismenore.

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Tingkat

Pengetahuan

Jumlah responden (n) (%)

Tinggi 100 95,2

Sedang 3 2,9

Rendah 2

1,9

Total 105 100

Sumber: Data Primer Tahun 2022

Berdasarkan data diatas, dalam hal ini remaja putri yang sudah memiliki pengetahuan yang tinggi diharapkan akan mampu memberikan pengetahuan tentang kunyit asam sebagai salah satu alternatif swamedikasi dismenore kepada masyarakat pada umumnya yang membutuhkan pengetahuan swamedikasi nyeri haid dan yang perlu menjadi perhatian saat ini yaitu semakin modern dan kompleksnya obat herbal yang sudah beredar dipasaran membuat konsumen yang akan membeli atau mengkonsumsi obat herbal harus memahami hal-hal yang harus diperhatikkan sebelum mengkonsumsinya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Atik Kusmiati dan Herliningsih (2018) tentang pengetahuan siswi kelas X dan XI terhadap swamedikasi menggunakan obat herbal kunyit asam jawa untuk dismenore di Kabupaten Kuningan, didapatkan hasil siswi kelas X dan XI SMA “X” di Kabupaten Kuningan dikategorikan baik atau memahami. Hal ini juga serupa dengan penelitian Indri Kusuma Dewi dan Bambang Yunianto (2015) tentang pengetahuan jamu sebagai pereda nyeri haid pada siswi SMA N 1 Jatinom, didapatkan hasil pengetahuan remaja putri termasuk dalam kategori baik (Dewi &

Yunianto, 2015).

Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat terkait manfaat dari obat herbal, hal tersebut akan menjadi pertimbangan ketika mengalami keluhan atau sakit ringan tidak harus mengkonsumsi obat-obatan kimia, karena melihat besarnya potensi akan tumbuhan herbal yang terdapat di lingkungan sekitar kita dapat meramu atau meraciknya secara mandiri dengan mengikuti aturan pakai dan prosedur yang sesuai.

(7)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 644

Tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan perilaku swamedikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku swamedikasi diantaranya adalah pendidikan, keluarga, sosial, ketersediaan obat dan paparan terhadap iklan. (Kayalvizhi &

Senapathi, 2011; Pratiwi & Pristianty, 2014). Pada penelitian Rustam et al tahun 2015, tingkat pengetahuan pada mahasiswi terhadap dismenore termasuk tinggi, pengobatan dismenorea dilakukan dengan cara non farmakologi yaitu istirahat dan famakologi yaitu dengan penggunaan obat (Rustam, 2015).

Pengetahuan yang baik mengenai obat herbal juga dapat dimanfaatkan dalam proses pengembangan kekayaan alam dengan bahan baku tanaman herbal yang mudah didapatkan dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan apabila diolah sesuai dengan aturan pakai.

Tenaga kesehatan memiliki peran yang penting dalam mengedukasi masyarakat (dan remaja) terkait dengan penggunaan obat swamedikasi agar digunakan secara rasional (Bennadi, 2014).

KESIMPULAN

Sebanyak 95.2% remaja putri di Kecamatan Batang memiliki pengetahuan tentang swamedikasi penggunaan minuman kunyit asam untuk mengatasi dismenorea dengan kategori baik. Adanya pengetahuan yang baik ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan herbal khususnya penyakit dismenorea secara rasional. Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam mengedukasi dan memonitoring perilaku swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat.

Selain observasi tingkat pengetahuan, perlu dilakukan penelitian terkait penggunaan minuman herbal dalam komunitas.

PENGHARGAAN

Terimakasih kepada ibu Dra. apt. Sri Kadarinah atas masukan kepada tim peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Albatti, T. H., Alawwad, S., Aldueb, R., Alhoqail, R., & Almutairi, R. (2017). The self medication use among adolescents aged between 13-18 years old; Prevalence and behavior, Riyadh—Kingdom of Saudi Arabia, from 2014-2015. International Journal of Pediatrics and Adolescent Medicine, 4(1), 19–25.

http://dx.doi.org/10.1016/j.ijpam.2016.05.001 Ariyanti, K. S., Sariyani, M. D., & Winangsih, R.

(2022). Terapi Non Farmakologis untuk Mengurangi Nyeri Haid pada Remaja di Tabanan. Jurnal Kebidanan Malakbi, 3(2), 58. https://doi.org/10.33490/b.v3i2.612 A’yunin, N. A. Q., & Santoso, U. (2019). Kajian

Kualitas Dan Aktivitas Antioksidan Berbagai Formula Minuman Jamu Kunyit Asam. 23.

Baiti, C. N., Astriana, A., Evrianasari, N., &

Yuliasari, D. (2021). Kunyit Asam Mengurangi Nyeri Haid Pada Remaja Putri.

Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(2), 222–

228.https://doi.org/10.33024/jkm.v7i2.1785 Bennadi, D. (2014). Self-medication: A current

challenge. Journal of Basic and Clinical Pharmacy, 5(1), 19–23.

de Sanctis, V., Soliman, A. T., Daar, S., Di Maio, S., Elalaily, R., Fiscina, B., & Kattamis, C.

(2020). Prevalence, attitude and practice of self-medication among adolescents and the paradigm of dysmenorrhea self-care management in different countries. Acta Bio Medica : Atenei Parmensis, 91(1), 182–192.

https://doi.org/10.23750/abm.v91i1.9242 Dewi, I. K., & Yunianto, B. (2015). Pengetahuan

Tentang Jamu Sebagai Pereda Nyeri Haid Pada Siswi Sma N 1 Jatinom Klaten. Jurnal Kebidanan Indonesia, 6(2), 69–77.

Fatmawati, L., Syaiful, Y., & Nikmah, K. (2020).

Kunyit Asam (Curcuma Doemstica Val) Menurunkan Intensitas Nyeri Haid.

Hasanusi, H. (2019). Penalaran Moral Dalam Mencegah Delikuensi Remaja.

Imelda Tanaem, M. (2018). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Swamedikasi Di RT.02 RW.03 Desa Manufui Kecamatan Santian Kabupaten Timor Tengah Selatan ( TTS ) [Diploma thesis]. Poltekkes Kemenkes Kupang.

Kayalvizhi, S., & Senapathi, D. R. (2011).

Evaluation Of The Perception, Attitude And

(8)

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 645

Practice Of Self Medication Among Business Students In 3 Select Cities, South India. 1(3).

Kusmiati, A., & Herliningsih. (2018). Gambaran Pengetahuan Siswi Kelas X dan XI Terhadap Swamedikasi Menggunakan Obat Herbal Kunyit Dan Asam Jawa Untuk Keluhan Dismenorea Di SMKN “X” Di Kabupaten Kuningan. Jurnal Farmasi Muhammadiyah Kuningan, 3(1), 18–28.

Mustikawati, A. (2020). Pengaruh Konsumsi Kunyit Asam Terhadap Dysmenorrhoea.

Jurnal Bidan Pintar, 1(1), 21.

https://doi.org/10.30737/jubitar.v1i1.699 Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pendekatan Praktis. Salemba Medika.

Pratiwi, P. N., & Pristianty, L. (2014). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Non- Steroid Oral Pada Etnis Thionghoa Di Surabaya. 1(2).

Rustam, E. (2015). Gambaran Pengetahuan Remaja Puteri Terhadap Nyeri Haid (Dismenore) dan Cara Penanggulangannya.

Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1).

https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.236

Saadah, A. A., Setyarini, D. I., & Mardiyanti, T.

(2017). Asam Jawa (Tamarindus Indica L) Dan Intensitas Nyeri Dismenorea Primer Pada Remaja Putri. Journal of Applied

Nursing (Jurnal

Keperawatan Terapan), 3(2), 57.

https://doi.org/10.31290/jkt.v(3)i(2)y(2017).p age:57-63

Sari, W. P., Rahmatullah, S., Wirasti, W., &

Muthoharoh, A. (2021). Pengaruh Leaflet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Dalam Swamedikasi Dismenore Dengan Obat Tradisional (Jamu Kunyit Asam) Di Sma Negeri 3 Pemalang Tahun 2021.

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 144–152.

https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.647 Sugiharti, R. K., & Sundari, R. I. (2018).

Efektivitas minuman kunyit asam dan rempah jahe asam terhadap penurunan skala nyeri haid primer. MEDISAINS,

16(2), 55.

https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2 714

Trimajaya, D., Maulana, L. H., Winarno, T., &

Farm, M. (2021). Pengetahuan Swamedikasi Dismenorea Siswi Smk Semesta Bumiayu Tahun 2020. 1(2).

WHO. (2000). Guidelines for the regulatory assessment of medicinal products for use in self-medication. World Health Organization.

https://apps.who.int/iris/handle/10665/661 54

Referensi

Dokumen terkait