• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "DETERMINAN PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

83

DETERMINAN PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Dina Hartono Christine Novita Dewi

Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana email: dinahartono80@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to do a testing empirically regarding the measurement of public accounting firm, the education background of auditor, and work durations of auditor towards the acceptance of going concern audit’s opinion. The public accounting firm, the education background of auditor, and work durations of auditor are independent variable, meanwhile the going concern audit’s opinion is dependent variable. This research use secondary data which collected from Indonesia’s Stock Exchange and PPPK, with a total processed data of 270. Statistic method that used is logistic regression. The result of this research showed that the measurement of public accounting firm and the education background of auditor gave a positive impact and significant towards the acceptance of going concern audit’s opinion, while the work durations of auditor gave a negative impact and significant towards the acceptance of going concern audit’s opinion.

Keywords: going concern audit’s opinion, Public Accounting Firm measurement, education background, work duration.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian secara empiris mengenai pengukuran kantor akuntan publik, latar belakang pendidikan auditor, dan durasi kerja auditor terhadap penerimaan opini audit going concern. Kantor akuntan publik, latar belakang pendidikan auditor, dan durasi kerja auditor adalah variabel independen, sedangkan opini audit going concern adalah variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari Bursa Efek Indonesia dan PPPK, dengan total data yang diproses 270. Metode statistik yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kantor akuntan publik dan latar belakang pendidikan auditor memberikan dampak positif dan signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan durasi kerja auditor memberikan dampak negatif dan signifikan terhadap penerimaan akuntan publik. opini audit going concern.

Kata kunci: opini audit going concern, pengukuran Kantor Akuntan Publik, latar belakang pendidikan, durasi kerja

PENDAHULUAN

Detik Finance dalam detik.com tanggal 1 Oktober 2018 menyampaikan bahwa hasil audit yang dilakukan Deloitte terhadap PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP

Finance) tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya. Masalah yang terjadi dikarenakan SNP Finance mengalami gagal bayar bunga dan utang atas MTN yang diterbitkan. Akuntan publik dan kantor akuntan publik SBE yang berada di bawah

(2)

84

entitas Deloitte Indonesia seharusnya mampu untuk mendeteksi financial distress yang dialami SNP Finance, serta risiko yang bisa terjadi akibat gagal bayar atas utang dan surat utang yang diterbitkan. Akan tetapi, auditor tidak memberikan opini going concern, justru opini wajar tanpa pengecualian (opini WTP) yang diberikan kepada SNP Finance. Terkait dengan kasus yang dialami oleh Deloitte, sangat memukul profesi akuntan terutama akuntan publik. Hal tersebut dikarenakan auditor merupakan pihak yang paling rentan tanggung jawabnya dalam menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan. Peristiwa tersebut memberikan pemahaman bahwa penilaian auditor terhadap suatu entitas memiliki pengaruh besar, khususnya bagi keberlangsungan entitas tersebut.

Peran auditor bagi suatu perusahaan yaitu memberikan jaminan bahwa informasi yang diberikan suatu perusahaan tidak menyesatkan bagi pemakainya. Auditor memberikan assurance terhadap output suatu perusahaan dalam memastikan bahwa semua yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi dan perusahaan telah memberikan informasi yang reliabel dan akuntabel.

Kualitas audit menurut De Angelo (1981) yaitu sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensi. Dalam beberapa penelitian, kualitas audit dilihat dari ukuran KAP. Seperti De Angelo (1981), yang mengungkapkan bahwa kualitas audit dari akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP dalam melakukan audit. Semakin besar ukuran KAP maka kualitas auditnya dinilai jauh lebih baik dibandingkan KAP yang berukuran kecil.

Akan tetapi, saat ini Big 4 dan Non Big 4 sudah tidak bisa dijadikan sebagai indikator kualitas audit. Hal tersebut dibuktikan melalui beberapa kasus yang menimpa akuntan publik, terutama kasus yang melibatkan akuntan publik Big 4. Pada tahun 2018 Institut Akuntan Publik Indonesia telah mengeluarkan panduan indikator kualitas pada Kantor

Akuntan Publik yang diatur pada IAPI Nomor 4 Tahun 2018. Dalam panduan tersebut, telah dijelaskan indikator-indikator kualitas bagi KAP sebagai organisasi yang mewadahi para Akuntan Publik dan auditor dalam memberikan jasa audit dan jasa lainnya.

Pada perkembangan bisnis saat ini, keberadaan auditor dikategorikan menjadi dua yaitu Big 4 dan Non Big 4. Auditor yang dikategorikan menjadi Big 4 dan Non Big 4 seringkali dijadikan sebagai tolak ukur saat mengeluarkan opini bagi suatu perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Berglund dan Guo (2018) menyatakan bahwa KAP Big 4 cenderung memberikan opini going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress. KAP Big 4 dikatakan jarang bahkan hampir tidak pernah melakukan kesalahan terkait pemberian opini audit. Selanjutnya, penelitian menurut Mutchler (1997) menemukan bukti bahwa big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big 6.

Dalam melakukan penilaian suatu perusahaan, auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal material sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (SA 700). SA 570 menyatakan bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan apakah, menurut pertimbangan auditor, terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Jika opini pengungkapan yang memadai tidak dicantumkan, maka auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar sesuai dengan kondisinya, berdasarkan SA 705.

Kemampuan entitas untuk mempertahan- kan kelangsungan usahanya dikenal sebagai istilah going concern. Opini dengan modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat mempertahankan usaha atau bisnis secara normal.

(3)

85 KAJIAN LITERATUR DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan teori keagenan merupakan suatu konsep yang menjelaskan hubungan kontrak antara pihak prinsipal dan agen.

Prinsipal merupakan pihak yang memiliki wewenang dan memberikan tugas kepada agen dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Keberadaan prinsipal dan agen yang memiliki fungsi dan kedudukan yang berbeda, menimbulkan adanya konflik kepentingan. Konflik keagenan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen. Terkait teori agensi, hubungan antara prinsipal dan agen memerlukan pihak ketiga yang independen guna untuk menyeimbangkan masing-masing kepentingan.

Pihak ketiga yang dimaksud adalah audit eksternal. Prinsipal atau pihak yang memiliki perusahaan membutuhkan auditor untuk memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak perusahaan.

Sedangkan bagi manajer, auditor independen dibutuhkan untuk melakukan fungsi pengawasan dan monitoring atas pekerjaan manajer melalui penilaian laporan keuangan untuk memastikan apakah ada laporan keuangan telah bebas dari salah saji material yang kemudian auditor akan mengeluarkan opini atas kewajaran laporan keuangan.

Ukuran KAP

Ukuran KAP dapat diproksikan melalui KAP Big 4 dan Non Big 4. The Big 4 merupakan empat Kantor Akuntan Publik (KAP) berskala internasional yang terbesar saat ini. Kantor akuntan publik di Indonesia yang berafilisasi dengan The Big 4 yaitu: KAP Purwanto, Suherman, Surja berafiliasi dengan Erns & Young (EY), KAP Osman Big Satrio

& Eny berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, KAP Siddharta Widjaja & Rekan berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) Internasional, KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers (PWC).

Kualitas Audit

Institut Akuntansi Publik Indonesia telah menetapkan indikator-indikator kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik. Panduan tersebut diatur dalam IAPI Nomor 4 Tahun 2018 yang menyatakan bahwa terdapat 8 indikator kualitas audit pada level KAP yang mencakup perikatan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Akuntan Publik yaitu kompetensi auditor, etika dan independensi auditor, penggunaan waktu Personil Kunci Perikatan, Pengendalian mutu perikatan, Hasil reviu mutu atau inspeksi pihak eksternal dan internal, Rentang kendali perikatan, Organisasi dan tata kelola KAP, dan Kebijakan imbalan jasa.

Opini Audit

Opini auditor dibagi menjadi Unmodified Opinion merupakan opini yang dinyatakan oleh auditor ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (Standar Auditing 700) dan Modified Opinion merupakan opini yang dinyatakan oleh auditor berdasaran bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material, atau auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material (Standar Auditing 705).

Terdapat penentuan tipe modifikasi terhadap opini auditor yaitu opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini tidak wajar (adverse opinion), opini tidak menyatakan pendapat (disclaimer opinion).

Opini Going Concern

Opini dengan modifikasi going concern, mengindikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat mempertahankan usaha atau bisnis secara normal. SA Seksi 341 (IAPI, 2011) menyebutkan bahwa auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah ada kesangsian terhadap perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) untuk periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan auditor. Opini going concern dapat diterbitkan pada laporan audit dengan tambahan paragraf

(4)

86

penjelas dibawah paragraf pendapat yang menjelaskan dampak kondisi terhadap kemampuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidup usaha di masa mendatang.

Pengaruh Ukuran KAP terhadap Opini Audit Going Concern

Kepercayaan publik atas prestasi yang dimiliki oleh auditor seringkali dilihat berdasarkan ukuran Kantor Akuntan Publik.

KAP besar merupakan KAP yang termasuk dalam Big 4 auditors, di mana KAP berukuran besar sering dianggap lebih memiliki mutu audit yang lebih tinggi sehingga kualitas audit yang diberikan juga lebih tinggi. Sedangkan KAP Non Big 4 dianggap memiliki mutu audit yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Francis dan Yu (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Berglund et.al. (2018) menyatakan bahwa Big 4 cenderung menerbitkan opini going concern. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Ulya (2012), Arsianto dan Rahardja (2013) menyatakan bahwa reputasi auditor yang dilihat berdasarkan ukuran KAP, tidak memiliki pengaruh terhadap penerbitan opini going concern suatu perusahaan. Perbedaan hasil penelitian-penelitian di atas, menjadi motivasi bagi peneliti untuk melakukan penelitian kembali terkait dengan variabel ukuran KAP.

Hal tersebut didukung terkait kasus SNP yang telah di audit oleh salah satu KAP Big 4 yaitu Deloitte. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern

Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Auditor dengan Opini Audit Going Concern Kualitas audit menurut De Angelo (1981) didefinisikan sebagai probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas pendeteksian tersebut berkaitan dengan isu yang berhubungan dengan kompetensi audit, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit dan audit pelaporan. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan yaitu Barbadillo et.al. (2004) dan Januarti (2009) menyatakan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh signifikan terhadap opini going concern. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Kartika (2012) dan

Cahyono (2014) menyatakan tidak adanya pengaruh kualitas audit terhadap penerbitan opini going concern. Berdasarkan penelitian- penelitian tersebut, sebagian besar menggunakan Big 4 dan Non Big 4 sebagai proksi kualitas audit dan hasil dari penelitian tersebut pun beragam. Akan tetapi dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan Big 4 dan Non Big 4 sebagai proksi dari kualitas audit.

Berdasarkan ketentuan IAPI nomor 4 tahun 2018 yang menyatakan 8 indikator kualitas audit pada KAP, maka penulis menggunakan salah satu indikator untuk dijadikan sebagai gambaran dari kualitas audit.

Latar belakang pendidikan yang merupakan bagian dari kompetensi auditor, yang dijadikan sebagai proksi dalam penelitian ini. Latar belakang pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal auditor dalam suatu KAP.

Latar belakang pendidikan merupakan salah satu hal yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi auditor, di mana ilmu dan pengetahuan yang diperoleh pada jenjang pendidikan yang telah ditempuh dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu perikatan baik secara bersama-sama dalam suatu tim ataupun secara mandiri berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik, kode etik, dan ketentuan hukum yang berlaku. Undang- Undang Nomor 5 tahun 2011 menyatakan bahwa sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah dapat diperoleh oleh seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan profesi akuntan publik. Seseorang untuk dapat mengikuti pendidikan profesi akuntan publik, minimal memiliki pendidikan sarjana strata 1 (S-1), diploma IV (D-IV), atau yang setara. Dalam hal ini, maka latar belakang pendidikan merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan untuk melihat kompetensi auditor dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya, termasuk dalam pemberian opini going concern bagi suatu perusahaan. Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

H2: Latar belakang pendidikan auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern

Pengaruh Jam Kerja Auditor dengan Opini Audit Going Concern

(5)

87 Seperti yang sudah dijelaskan di atas,

bahwa terdapat ketentuan yang dikeluarkan IAPI terkait indikator-indikator kualitas audit, penelitian ini menggunakan salah satu indikator tersebut sebagai gambaran dari kualitas audit. Latar belakang pendidikan sebagai bagian dari kompetensi auditor, digunakan sebagai salah satu hipotesis dalam penelitian. Kompetensi auditor yang merupakan kemampuan profesional individu auditor dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan pada perguruan tinggi di bidang akuntansi, kegiatan pengembangan dan pelatihan profesional di tempat kerja, yang kemudian dibuktikan melalui penerapan pada praktik pengalaman kerja serta jumlah jam kerja riil yang telah diperoleh. Suraida (2005) menyatakan bahwa pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Jeffrey (1996) mengatakan seseorang yang lebih banyak melakukan penugasan dalam audit, akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan suatu pemahaman yang baik terhadap peristiwa-peristiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja merupakan hal yang penting bagi akuntan publik, karena seorang auditor yang mempunyai pengalaman kerja di bidang audit yang cukup lama memiliki pengetahuan yang lebih atas pekerjaannya, dan memiliki berbagai temuan-temuan dalam setiap pemeriksaannya sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan untuk memberikan opini yang tepat. Suraida (2005), Rharasati dan Suputra (2013) melakukan penelitan yang menunjukkan hasil bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini. Oleh karena itu, maka penulis termotivasi untuk menggunakan jumlah jam kerja riil yang telah diperoleh auditor untuk melihat tingkat kompetensi auditor sebagai gambaran dari kualitas audit.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

H3: Jumlah jam kerja auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern

METODA PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel opini audit going concern merupakan variable dependen diukur dengan menggunakan variabel dummy, angka D=1 diberikan jika perusahaan menerima opini going concern dan angka D=0 diberikan jika perusahaan menerima opini non going concern. Variabel independen yaitu, ukuran KAP diproksikan menjadi Big 4 dan Non Big 4 diukur dengan menggunakan variabel dummy, angka D=1 diberikan untuk KAP Big 4 dan angka D=0 diberikan untuk KAP Non Big 4.

Variabel independen lainnya yaitu latar belakang pendidikan dilihat melalui jenjang pendidikan formal anggota akuntan publik berdasarkan persentase latar belakang pendidikan dengan gelar minimum D-IV anggota akuntan publik, yaitu auditor dalam suatu KAP. Variabel jumlah jam kerja sebagai variabel independen dilihat dari rata-rata jumlah jam kerja umum yang dilakukan akuntan publik selama satu periode (satu tahun). Data jumlah jam kerja diperoleh dari laporan tahunan KAP yang datanya dikirim ke PPPK.

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2015-2017 yang bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Sampel perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Metode Analisis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi logistik, hal tersebut dikarenakan variabel dependen diukur dengan menggunakan variabel dummy.

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

𝑮𝑪𝑶 = 𝒂𝟎+ 𝒂𝟏𝑨𝑼𝑫 + 𝒂𝟐𝑬𝑫𝑼 + 𝒂𝟑𝑯𝑶𝑼𝑹𝑺 + 𝜺 Keterangan:

𝛼 = Intersep persamaan regresi

(6)

88

GCO = Opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika opini non going concern)

AUD = 1 jika auditor Big 4 dan 0 jika yang lain;

EDU = Latar belakang pendidikan auditor;

HOURS= Jam kerja auditor dalam satu tahun ε = Error

HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan hasil bahwa nilai rata-rata opini audit (GCO) sebesar 0,14 yang berarti lebih kecil dari 0,50.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, yakni opini audit going concern lebih sedikit muncul dari 270 perusahaan sampel yang diteliti. Total sampel dari 270 perusahaan, terdapat 37 atau 14%

perusahaan menerima opini audit going concern, dan 233 atau 86% perusahaan menerima opini audit non going concern.

Tabel 1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

GCO 270 0 1 .14 .345

AUD 270 0 1 .46 .499

EDU 270 .46 1.00 .9616 .08151

HOURS 270 223 2742 1086.93 476.025

Ukuran KAP (AUD) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,46 yang berarti lebih kecil dari 0,50. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ukuran KAP dengan kode 1, yakni KAP yang berafiliasi dengan Big 4 lebih sedikit muncul dari 270 perusahaan sampel.

Total sampel dari 270 perusahaan, terdapat 124 atau 46% perusahaan diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big 4, dan 146 atau 54% perusahaan diaudit oleh oleh KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4.

Latar belakang pendidikan auditor (EDU) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,9616 dengan minimum 0,46 dan maksimum 1,00.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dari total sampel 270 perusahaan, telah diaudit oleh auditor yang rata-rata 96,16% memiliki latar

belakang pendidikan yang tinggi dan 3,84%

memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Semakin mendekati angka 1, maka menunjukkan bahwa rata-rata latar belakang pendidikan auditor tinggi, yaitu sarjana strata 1 (S-1), diploma IV(D-IV), atau yang setara.

Jumlah jam kerja auditor (HOURS) memiliki nilai rata-rata sebesar 1.086,93 dengan minimum 223 dan maksimum 2742.

Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam satu tahun atau satu periode, rata-rata jam kerja yang dilakukan auditor yakni sebesar 1.086,93 atau 1.087 jam per tahun.

Pengujian Kelayakan Model Regresi (Goodness Fit Model Test)

Tabel 2

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Chi- square

df Sig.

Regresi total observasi

9.130 7 .243

Apabila nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model cocok dengan data observasinya, begitupun sebaliknya. Tabel 2 menunjukkan bahwa besarnya nilai statistik

Hosmer and Lemeshow Goodness of fit sebesar 9,130 dengan probabilitas signifikansi 0,243 yang berarti lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.

Penilaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test)

Pengujian Overall Model Fit digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian ini dilihat dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada awal (block number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir

(7)

89 (block number = 1). Tabel 3 di atas

menunjukkan bahwa niali -2LL pada awal sebesar 215,756, sementara nilai -2LL pada akhir sebesar 180,170. Terdapat penurunan sebesar 35,586 terhadap -2LL awal ke -2LL akhir, dengan demikian model yang telah dihipotesiskan fit dengan data.

Tabel 3 Overall Model Fit (-2LL) pada

awal (Block Number = 0)

(-2LL) pada akhir (Block Number = 1) Regresi

total observasi

215,756

180,170

Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi pada regresi logistik dengan melihat nilai Nagelkerke’s R Square. Tabel 4 menunjukkan nilai Nagelker’s R Square sebesar 0,224 atau 22,4%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa variabilitas variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 22,4%, sedangkan sisanya sebesar 77,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.

Tabel 4 Nagelkerke R Square

Nagelkerke R Square Regresi total observasi 0,224

Tabel 5 klasifikasi 2X2 menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Pada model sempurna, semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100%. Hasil SPSS menunjukkan bahwa kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern ialah sebesar 18,9%.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 7 perusahaan (18,9%) menerima opini audit going concern dari total 37 sampel perusahaan yang akan menerima opini audit going concern.

Tabel 5 Classification Table Observed

Predicted

GCO Percentage Correct

NGC GC

GCO NGC 230 3 98.7

GC 30 7 18.9

Overall Percentage 87.8

Sementara itu, kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit non going concern ialah sebesar 98,7%.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dengan

model regresi tersebut, sebanyak 230 perusahaan (98,7%) yang diprediksi menerima opini audit non going concern dari total 233 perusahaan yang menerima opini audit non going concern.

Model Regresi Logistik yang Terbentuk dan Pengujian Hipotesis

Estimasi maksimum likelihood parameter dari model dapat dilihat pada tampilan output Variables in The Equation.

Model yang diharapkan sebelumnya ialah sebagai berikut:

𝑮𝑪𝑶 = 𝒂𝟎+ 𝒂𝟏𝑨𝑼𝑫 + 𝒂𝟐𝑬𝑫𝑼 + 𝒂𝟑𝑯𝑶𝑼𝑹𝑺 +𝜺

Model yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter ialah sebagai berikut:

𝑮𝑪𝑶 = −𝟏𝟐, 𝟑𝟖𝟏 + 𝟐, 𝟗𝟓𝟎𝑨𝑼𝑫 + 𝟏𝟎, 𝟐𝟑𝟗𝑬

−𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝑯𝑶𝑼𝑹𝑺 + 𝜺

(8)

90

Tabel 6.

Variables in The Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

AUD(1) 2,950 0,580 25,878 1 0,000 19,103

EDU 10,239 4,891 4,382 1 0,036 27978,138

HOURS -0,001 0,000 7,836 1 0,005 0,999

Constant -12,381 4,887 6,419 1 0,011 0,000

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi dengan tingkat kesalahan 𝑎 = (5%). Berdasarkan Tabel 6 dapat diintepretasikan hasil sebagai berikut. Pada penelitian ini, H1 menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan hasil regresi total observasi, variabel ukuran KAP yang diproksikan dengan KAP Big4 dan KAP Non Big4 memiliki koefisien regresi positif sebesar 2,950 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (5%).

Dengan kondisi tersebut, berarti H1 diterima karena ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Variabel independen selanjutnya adalah latar belakang pendidikan auditor yang dilihat dari keseluruhan auditor dalam suatu KAP yang memiliki latar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (s-1), diploma IV (D- IV), atau yang setara. Latar belakang pendidikan auditor memiliki koefisien regresi positif sebesar 10,239 dengan tingkat signifikansi 0,036 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (5%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa H2 diterima karena latar belakang pendidikan auditor berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Jumlah jam kerja auditor dilihat dari rata-rata total jam kerja auditor pada suatu KAP secara keseluruhan dalam satu tahun.

Jumlah jam kerja auditor memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,001 dengan tingkat signifikansi 0,005 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (5%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa H3 ditolak karena jumlah jam kerja auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menguji pengaruh ukuran KAP yang dilihat dari KAP Big 4 dan Non Big 4. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Artinya bahwa, KAP yang berukuran besar yakni Big 4 cenderung lebih hati-hati atau lebih konservatif dalam mengeluarkan opini audit going concern pada suatu perusahaan dibandingkan dengan KAP Non Big 4. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nathan R Berglund, et.all (2018), Francis dan Yu (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Sutra Melania et.all (2016) yang menyatakan bahwa ukuran KAP memiliki pengaruh postif terkait kecenderungan pengeluaran opini going concern bagi suatu perusahaan. Akan tetapi hasil penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan hasil beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alfaizatul Ulya (2012), Dwi Cahyono (2014), Maydica et.all (2013) yang menyatakan bahwa ukuran KAP tidak memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern. Apabila dikaitkan dengan kasus yang terjadi antara SNP dengan Deloitte selaku anggota KAP Big 4, terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan Deloitte ikut terlibat kasus gagal bayar Medium Term Noters (MTN) yang diterbitkan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance).

Berdasarkan CNBC Indonsia (2018) menyatakan bahwa Deloitte telah melakukan general audit atas laporan keuangan SNP Finance, akan tetapi laporan auditor independen atas laporan keuangan SNP terakhir dikeluarkan adalah untuk tahun buku 2016. Audit tersebut tidak terkait dengan keperluan penerbitan MTN yang dilakukan SNP pada tahun 2017 dan 2018, ditambahkan bahwa SBE yang merupakan salah satu entitas Deloitte juga tidak pernah dimintai persetujuan maupun pemberitahuan dari SNP jika laporan audit atas laporan keuangan SNP digunakan sebagai rujukan dalam penerbitan MTN. Hasil

(9)

91 pemeriksaan menyatakan beberapa temuan

yang perlu disoroti, antara lain scepticisme yang dianggap perlu dimiliki auditor, serta pemahaman terhadap sistem pencatatan yang digunakan perusahaan. Selanjutnya pengujian yang dilakukan KAP terhadap SNP Finance tidak sampai pada dokumen dasar, hal tersebut dikarenakan akuntan publik sudah lama menjadi auditor pada SNP, maka tenure audit yang lama menyebabkan menurunnya tingkat skeptisme dari seorang auditor. Namun, hasil penelitian ini mungkin akan berbeda apabila periode pengamatan penelitian diperpanjang dan dengan jumlah perusahaan yang seimbang antara perusahaan yang menerima opini going concern dan perusahaan yang menerima opini non going concern.

Selain ukuran KAP, dalam penelitian ini ditemukan bahwa latar belakang pendidikan auditor memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak KAP yang memiliki jumlah auditor dengan pendidikan yang tinggi, maka KAP tersebut cenderung lebih banyak mengeluarkan opini audit going concern bagi suatu perusahaan.

Hal ini juga dijelaskan oleh Lichtenstein and Fishchoff (1977) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan seseorang. Seseorang tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang dapat membantu atau memperkuat dalam proses pengambilan keputusan. Bonner dan Walker (1994) menambahkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan di bidang akuntansi, maka seorang auditor akan membuat perencanaan audit dengan lebih teliti dan hati-hati. Perencanaan audit yang teliti dan hati-hati akan membantu auditor untuk mengumpulkan berbagai macam bukti dan informasi guna menilai kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan.

Penelitian ini juga melihat adanya pengaruh jam kerja terhadap penerimaan opini going concern. Lamanya auditor mengerjakan pekerjaan auditnya dapat menunjukkan pengalaman audit seorang auditor.

Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi panjangnya waktu mengaudit maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani (Suraida, 2005). Pengalaman kerja merupakan hal yang penting bagi akuntan

publik, karena seorang auditor yang mempunyai pengalaman kerja di bidang audit yang cukup lama memiliki pengetahuan yang lebih atas pekerjaannya, dan memiliki berbagai temuan-temuan dalam setiap pemeriksaannya sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan untuk memberikan opini yang tepat. Auditor yang memiliki pengalaman yang banyak dalam mengaudit klien di industri yang sama disebut sebagai auditor spesialisasi. Pengalaman auditor ini berdampak pada meningkatnya pemahaman auditor tentang risiko audit spesifik pada industri tersebut. Spesialisasi ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penentuan kehandalan laporan keuangan klien dan estimasi-estimasinya sehingga auditor akan mempunyai kemampuan mendeteksi kesalahan atau ketidaknormalan pada industri yang diauditnya, sehingga dapat mengurangi kesalahan dibandingkan auditor yang bukan spesialis (Solomon et al. 1999). Hasil yang ditunjukkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jam kerja auditor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap opini going concern.

Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi jam kerja yang digunakan oleh auditor dalam proses pemeriksaan audit, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern dari auditor.

Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh banyaknya pekerjaan audit yang membutuhkan waktu yang lama dan rendahnya tingkat kehati-hatian auditor sehingga mengakibatkan ketidaktepatan perusahaan menerima opini going concern.

Hasil yang serupa juga ditemukan dalam penelitian Sari (2018) yang menyatakan bahwa banyaknya pekerjaan yang ditanggung oleh auditor dapat menurunkan kualitas audit.

Dalam penelitiannya, Sari (2018) juga menyebutkan bahwa durasi kerja yang terus meningkat mengakibatkan menurunnya kualitas audit, sehingga mempengaruhi kredibilitas profesi audit. Hal ini mengindikasikan bahwa jam kerja yang tinggi memungkinkan auditor kurang berhati-hati dalam memberikan opini going concern bagi suatu perusahaan.

KESIMPULAN

(10)

92

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini, H1 diterima, hal ini menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar ukuran KAP, dalam hal ini yakni KAP Big 4 maka akan lebih hati- hati dan konservatif dalam memberikan opini audit going concern bagi suatu perusahaan, begitupun sebaliknya.

2. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa H2 diterima, hal ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan auditor dalam suatu KAP berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Pengaruh postitif tersebut

menunjukkan bahwa semakin banyak KAP yang memiliki jumlah auditor berpendidikan tinggi, semakin besar juga kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern.

3. Berbeda dengan hasil H1 dan H2, pada penelitian ini H3 tidak diterima (ditolak).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jam kerja auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jumlah jam kerja tidak berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Artinya bahwa semakin tinggi auditor memiliki jam kerja, tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern bagi suatu perusahaan.

DAFTAR REFERENSI

Abdul, Rahman, dan Baldric Siregar. 2012.

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Banjarmasin.

Altman, E dan McGough, T. 1974. Evaluation of A Company as A Going Concern.

Journal of Accountancy.

Arens, A., Randal J. Elder, Mark S, Beasley.

2012. Auditing and Assurance Services:

An Integrated Approach 14th edition.

New Jersey: Pear-son Education, Inc.

Arsianto, Maydica Rossa dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal of Accounting. 2 (3), 2337-3806.

Barbadillo, Emiliano Ruiz, Nieves Gomez Aguilar, Cristina De Fuentes Barbera, Maria Antonia Garcia Benau. 2015.

Audit Quality and The Going Concern Decision making Prosess: Spanish Evidence. Florida Atlantic University.

Belkaoui, Ahmed R. 2000. Teori Akuntasi.

Edisi Terjemahan. Jilid 1. Jakarta:

Salemba Empat.

Berglund, Nathan R, John Daniel Eshleman, Peng Guo. 2018. Auditor Size and Going Concern Reporting. Auditing a Journal of Pratice and Theory. 37 (2):

1-25.

Cahyono, Dwi. 2014. Efect of Prior Audit Opinion, Audit Quality, and Factors of Its Audit Opinion Going Concern.

Research Journal of Finance and Acoounting. 5 (24).

Cicila, Sanny. 2018. Deloitte: Audit SNP

Finance sesuai Aturan.

https://keuangan.kontan.co.id/news/delo itte-audit-snp-finance-sesuai-aturan.

Coelho, Luis M S, Ruben M. T. Peixinho and Siri Terjensen. 2012. Going Concern Opini are Not Bad News: Evidence form Industry Rivals. Journal Department of Economic, Technical University of Lisbon.

DeAngelo, LE. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economis.

Francis, Jere R dan Michael D. Yu. 2009. Big 4 Office Size and Audit Quality. The Accounting Review. 84 (5): 1521-1552.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (edisi kelima.) Semarang:

Universitas Diponegoro

Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 (edisi kelima). Semarang:

Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 (edisi kelima). Semarang:

Universitas Diponegoro.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. 2001. Standar

(11)

93 Pofesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2001.

Standar Profesional Akuntan Publik.

Standar Audit (“SA”) 110 tentang Tanggung Jawab dan Fungsi Audit Inpenden. Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2015.

Standar Profesional Akuntan Publik.

Standar Audit (“SA”) 570 tentang Kelangsungan Usaha. Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011.

Standar Profesional Akuntan Publik.

Standar Audit (“SA”) 341 tentang Pertimbangan Auditor atas Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup. Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2014.

Standar Profesional Akuntan Publik.

Standar Audit (“SA”) 700 tentang Perumusan suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan. Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2014.

Standar Profesional Akuntan Publik.

Standar Audit (“SA”) 705 tentang Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen. Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2018.

Keputusan Dewan Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia tentang Panduan Indikator Kualitas Akuntan Publik. Jakarta.

Jeffrey, C. and N. Weatherholt. 1996. Ethical Development, Professional Commitment, and Rule Observance Attitudes: A Study Case of CPA’s and Corporate Accountants. Behavioral Research in Accounting. Vol 8, 8- 36.

Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976.

Theory of Firm: Management Behavior Agency Cost and Ownership Structure.

Journal of financial Economics. 3 (4), 305-360.

Junaidi dan Jogiyanto Hartono. 2010. Non Financial Factors in The Going Concern Opinion. Journal of Indonesian Economy and Business. 25 (3):369-378.

Junuarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Journal of Diponegoro University.

Kartika, Andi. (2012). Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Maufaktur di Bei. 1 (1): 25- 40.

Laucereno, Sylke Febrina. 2018. OJK Beri Sanksi ke Akuntan Publik yang Terlibat

Kasus SNP Finance.

https://finance.detik.com/moneter/d- 4237228/ojk-beri-sanksi-ke-akuntan- publik-yang-terlibat-kasus-snp-finance.

Lenard, Mary Jane, Pervaiz Alam, and David Booth. An Analysis of Fuzzy Clusteringand a Hybrid Model for Auditor’s Going Concern Assesment.

Journal Decision Science. 31 (4): 861.

Li Dang, Kevin F Brown, B. D McCullough.

2004. Assessing Audit Quality: A Value Relevance Respective.

Liu, Siheng. 2017. An Empirical Study:

Auditors Characteristics and Audit Fee.

Open Journal of Accounting. 1 (6): 52- 70.

Melania, Sutra, Rita Andini, Rina Arifati.

2016. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Journal of Accounting. 2 (2).

Mutchler, W. Hopwood, and James M.

McKeown. 1997. The Influence of Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Opinion Decisions on Bankrupt Companies. Journal of Accounting Research. 35 (2): 295-310.

Nichols, D, and K. Price. The Auditor Firm Conflict: An Analysis Using Concepts of Exchange Theory. The Accounting Review.

Purnomo, Herdaru. 2018. Ada Apa dengan Deloitte dan SNP Finance.

https://www.cnbcindonesia.com/market/

20180802101243-17-26563/ada-apa- dengan-deloitte-dan-snp-finance-ini- penjelasannya.

Rharasati, A. A. Istri Dewi dan I. D. G.

Dharma Saputra. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor dalam Pengambilan Keputusan untuk Memberikan Opini Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol 3 No 3, 147-162.

(12)

94

Sari, Dewi Kartika. 2018. Audit Specialization and Audit Quality: The Role of Clinet’s Business Strategy. KnE Social Sciences.

144-172.

Sidik, Syahrizal. 2019. Kronologi Penggelembungan Dana AISA Si Produsen Taro. https://.com/

market/20190328073206-17-63318/

kronologi peng-gelem-bungan-dana- aisa-si-produsen-taro.

Solomon, I. M., Shields, M., and Whittington, O.R. 1999. What do Industry Auditors Know? Journal of Accounting Research. Vol 31 No 1, 191-208.

Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik.

Sosiohumaniora. Vol 7 No 3, 186- 202.

Sutedja, Christian. 2010. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pemberian Opini

Audit Going Concern pada Perusahan Manufaktur. Jurnal Akuntasi Kontemporer. Vol 2 No 2, 154-161.

Tendi, 2019. OJK masih Evaluasi KAP mitra Deloitte Indonesia. https://keuangan.

kontan.co.id/news/ojk-masih-evaluasi- kap-mitra-deloitte-indonesia.

Ulya, Alfaizatul. 2012. Opini Audit Going Concern : Analisis Berdasarkan Faktor Keuangan dan Non Keuangan.

Accounting Analysis Journal. 1 (1) 7- 14.

UU RI No 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Pubik.

Watkins, A.L, Hillison, W, and Morecroft, S.E. 2004. Audit Quality: Asynthesis of Theory and Empirical Evidence.

Journal of Accounting Literature. 23, 153-193

Referensi

Dokumen terkait

Diketahui dalam laporan keuangan 2018 yang telah diaudit oleh Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member

Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria pengambilan sampel ialah: (1) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode