• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERBASIS GENDER DI INDONESIA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "DETERMINAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERBASIS GENDER DI INDONESIA "

Copied!
56
0
0

Teks penuh

Secara parsial variabel Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan di Indonesia, variabel jumlah perempuan yang mengurus rumah tangga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (LFPR) perempuan di Indonesia dan upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (LFPR) perempuan di Indonesia. Kata kunci: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita (TPAK), indeks pembangunan gender, indeks pemberdayaan gender, jumlah wanita mengurus rumah tangga, upah minimum. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah dengan melihat Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

Labour Force Rate (LFR) merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja (Simanjuntak, 1998). Evolusi tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan di negara-negara ASEAN dapat dilihat melalui tingkat partisipasi angkatan kerja (LFPR). Tabel 1.1 menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja laki-laki lebih tinggi daripada partisipasi angkatan kerja perempuan di negara-negara ASEAN.

Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia sebesar 53,7 persen, sedangkan laki-laki sebesar 81,7 persen pada tahun 2021. Tabel 1.2 menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) laki-laki dan perempuan di Indonesia dari tahun 2017 hingga 2021. Tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK perempuan penting untuk dianalisis karena TPAK perempuan diyakini dapat menjadi motor penggerak atau hasil pembangunan ekonomi (Verick, 2014 dalam Rogayah, 2021).

Tabel 1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Negara-Negara ASEAN  Menurut Jenis Kelamin Tahun 2021 (dalam persen)
Tabel 1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Negara-Negara ASEAN Menurut Jenis Kelamin Tahun 2021 (dalam persen)

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

  • Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
  • Konsep Gender
  • Indeks Pembangunan Gender (IPG)
  • Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
  • Upah Minimum

Dapat dikatakan bahwa angkatan kerja adalah bagian dari angkatan kerja yang benar-benar terlibat atau berusaha terlibat dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu (Kusumowidho, 2010). Tenaga kerja wanita adalah bagian dari tenaga kerja wanita yang terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu produksi barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan indikator untuk menghitung tingkat partisipasi aktif tenaga kerja dalam kegiatan ekonomi.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan menggambarkan besarnya pasokan tenaga kerja perempuan yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Pasokan tenaga kerja perempuan di pasar tenaga kerja mencerminkan peran dan aktivitas perempuan dalam kegiatan ekonomi. Karakteristik yang diduga mempengaruhi TPAK perempuan antara lain tingkat pendidikan perempuan, upah pekerja perempuan, penduduk yang menghidupi keluarga, pekerja di sektor manufaktur, pekerja di sektor pertanian, dan kondisi ekonomi.

Partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia dipengaruhi oleh faktor sosiodemografis, ekonomi dan budaya (Widarti, 1998). Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian pembangunan manusia yang menggunakan indikator yang sama dengan IPM, seperti umur panjang dan sehat, pengetahuan dan standar hidup layak. Teori penawaran tenaga kerja perempuan (labour supply of women) menjelaskan bahwa perubahan tingkat upah merupakan kunci yang menentukan apakah individu (termasuk perempuan) memilih untuk masuk atau keluar dari pasar tenaga kerja (Borjas, 2013).

Oleh karena itu, ketika upah yang berlaku tinggi, lebih banyak tenaga kerja yang mau ditawarkan. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan menentukan tingkat upah (Mankiw, 2003 dalam Sihaloho et al., 2017). Pembayaran tenaga kerja dalam kehidupan sehari-hari dibagi menjadi dua angsuran, yaitu upah dan gaji.

Secara yuridis, pengaturan mengenai upah minimum tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum. Upah dibayar oleh pemberi kerja sesuai dengan usaha kerja atau produktivitas yang diberikan oleh tenaga kerja. Dalam hal ini, perempuan menikah akan mempertimbangkan upah pasar dan jam kerja sebagai bagian dari keputusan mereka untuk berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja.

Tingkat upah akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang ditawarkan karena jika tingkat upah meningkat, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan meningkat dan sebaliknya.

Hubungan Antar Variabel

  • Hubungan Gender dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan (TPAK) Perempuan
  • Hubungan Indeks Pembangunan Gender dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan
  • Hubungan Indeks Pemberdayaan Gender dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan
  • Hubungan Perempuan Mengurus Rumah Tangga dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan
  • Hubungan Upah Minimum dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan Kerja (TPAK) Perempuan

Akses ke pasar tenaga kerja merupakan aspek penting dalam analisis ketidaksetaraan gender dalam perekonomian, indikator akses ke pasar tenaga kerja mencerminkan sejauh mana suatu negara menawarkan kesempatan kerja yang sama bagi perempuan dan laki-laki. Salah satu indikator akses pasar tenaga kerja adalah Labour Force Participation Rate (LFP), yaitu peluang penduduk untuk memasuki pasar tenaga kerja yang ada (Kemenpppa, 2016). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan (2016) bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan dan positif terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan.

Dengan demikian, proporsi penduduk yang tergolong angkatan kerja atau TPAK meningkat seiring dengan tingkat pendidikan (Simanjuntak, 2001). Semakin tinggi angka harapan hidup di suatu daerah menunjukkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, termasuk peningkatan akses, kualitas pelayanan kesehatan yang menurunkan tingkat kemiskinan karena semakin terbukanya kesempatan penduduk bekerja di suatu daerah (Ginting, 2020). Peningkatan peran perempuan dalam penyediaan modal manusia berdampak positif pada pemberdayaan politik dan ekonomi penduduk perempuan, sehingga perempuan dapat berpartisipasi aktif dalam meningkatkan partisipasi angkatan kerja.

Simanjuntak (1985), berpendapat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan adalah jumlah orang yang mengurus rumah tangga. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja dalam kelompok yang sama. Semakin besar TPAK, semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang sama, semakin besar jumlah penduduk yang masih bersekolah dan mengurus rumah tangga, semakin besar yang tergolong bukan angkatan kerja, sehingga semakin kecil jumlahnya. tenaga kerja dan semakin kecil TPAK (Simanjuntak, 1998).

Upah merupakan salah satu faktor yang dari sisi penawaran tenaga kerja mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja, sedangkan jika tingkat upah yang ditawarkan rendah akan menghasilkan kualitas tenaga kerja yang kurang terdidik (Michael, 2004). Upah sangat mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja, dimana semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan di pasar tenaga kerja maka penduduk usia kerja akan semakin memilih untuk masuk ke pasar tenaga kerja, hal ini secara otomatis akan menambah jumlah angkatan kerja dan mengurangi jumlah tenaga kerja. nomor. tenaga kerja non angkatan kerja, dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja maka akan meningkatkan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Dengan meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja akibat kenaikan upah yang ditawarkan maka pengangguran terbuka akan meningkat, hal ini terjadi ketika tingkat upah meningkat maka penduduk usia kerja meningkat. Semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan di masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang masuk ke pasar tenaga kerja (Gianie, 2009).

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pengeluaran keluarga berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap angkatan kerja perempuan, sedangkan pendapatan keluarga dan kepala rumah tangga berpengaruh negatif terhadap angkatan kerja perempuan. Eni Setyowati (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Angkatan Kerja di Jawa Tengah Periode 1982-2000”. Hardiani, Sariwati Siregar dan Zulfanetti (2020) melakukan penelitian dengan judul “Analisis determinan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di.

Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia terhadap Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan di 4 Negara Asia (China, Singapura, Indonesia, Korea Selatan)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah, dan indeks pembangunan manusia secara simultan berpengaruh terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan di masing-masing negara. Mengenai pengaruh parsial variabel pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan di China, Singapura dan Indonesia.

Rafly Parenta Bano dan John Tri Merjaya (2022) melakukan penelitian dengan judul “Inverted U Shape: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita dan Perkembangan Ekonomi di Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto, Pendidikan dan Keluarga berpengaruh signifikan terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja. Variabel upah minimum provinsi merupakan satu-satunya variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat partisipasi angkatan kerja.

Rani Ardella, Nanik Istiyani dan Aisah Jumiati (2019) melakukan penelitian dengan judul “Determinan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan di Pulau Jawa Tahun 2006-2017”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan. Sementara itu, upah minimum provinsi berpengaruh dan berhubungan negatif dengan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan.

Rizky Amalia Yulianti dan Vita Ratnasari (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pemetaan dan Pemodelan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Model Probit”. Siti Rogayah (2021) melakukan penelitian berjudul “Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita dan Upah Riil: Analisis Tingkat Provinsi di Indonesia”.

Kerangka Pikir Penelitian

Metode analisis yang digunakan adalah regresi-random effect data panel GLS terhadap data Sakerna, Susena dan PDRB periode 2002-2018 di 30 provinsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, kenaikan TPAKP di Indonesia berdampak negatif terhadap tingkat upah riil per jam, baik bagi pekerja perempuan maupun laki-laki. Kedua, ketika variabel independen PDRB per populasi dan durasi rata-rata sekolah meningkat, upah riil per jam juga akan meningkat.

Ketiga, dengan melakukan analisis inferensial di tingkat provinsi, terlihat bahwa variasi antar provinsi sangat besar, yang berarti kondisi pertumbuhan TPAK di setiap provinsi di Indonesia cukup berbeda. Tiga indikator yang digunakan adalah persentase kontribusi perempuan terhadap pendapatan dari pekerjaan, keterlibatan perempuan di parlemen dan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan melalui indikator perempuan sebagai staf manajerial, profesional, administrasi dan teknis (Kemenpppa, 2020). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat, Sutrisno dan Hadi (2017) yang menemukan bahwa semakin banyak warga yang mengurus keluarga dan jumlah penduduk yang bersekolah maka TPAK perempuan akan semakin kecil.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiawan dan Wijaya (2020) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah orang yang mengurus rumah tangga, semakin rendah TPAK perempuan di Indonesia. Semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan di pasar tenaga kerja maka semakin banyak orang yang berminat memasuki pasar tenaga kerja, sebaliknya apabila upah yang ditawarkan rendah maka orang yang termasuk dalam angkatan kerja tidak berminat memasuki pasar tenaga kerja. pasar dan. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Gender (GDI), Indeks Pemberdayaan Gender (GDI) dan Upah Minimum berpengaruh positif terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan (FPAK) di Indonesia, sedangkan jumlah kepala rumah tangga perempuan berpengaruh negatif terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan di Indonesia.

Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Negara-Negara ASEAN  Menurut Jenis Kelamin Tahun 2021 (dalam persen)
Tabel 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin  di Indonesia, 2017-2021 (dalam persen)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

After conducting research and observations on the data that has been processed from 45 MSMEs entrepreneurs in Pandeglang sub-district, Pandeglang Regency, the following conclusions

Berdasarkan dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah, presentase tingkat partisipasi tenaga kerja laki-laki