• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Redaksi - OJS UNPATTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Dewan Redaksi - OJS UNPATTI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL. PERUBAHAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 AMBON DIAJARKAN PENGGUNAAN MODEL BELAJAR SISWA. Hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 15 Ambon dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW).

Gambar  1.  Diagram  perbandingan  peningkatan  dari  siklus I, Siklus II, dan siklus III
Gambar 1. Diagram perbandingan peningkatan dari siklus I, Siklus II, dan siklus III

Pembahasan

Artinya H1 : sampel mempunyai varians tidak homogen ditolak dan H0 : sampel mempunyai varians homogen diterima, sehingga varians kedua kelas dapat dikatakan homogen. Apabila dari uji prasyarat diketahui sampel yang diambil dinyatakan normal dan homogen, uji hipotesis dengan uji beda rata-rata atau uji t (lampiran) sehingga diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel berikut. Hal ini menunjukkan 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻1 diterima, hal ini menunjukkan adanya perbedaan rerata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dengan model pembelajaran konvensional pada persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dalam satu variabel. kelas VII SMP Negeri 10 Ambon.

Hal ini menyebabkan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif melalui individualisasi (TAI) dengan model pembelajaran persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel konvensional. . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Bella G Saiselar (2019) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif melalui model individualisasi (TAI) dan konvensional. model pembelajaran. Hal ini juga terlihat dari nilai rata-rata kedua kelas, nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 68,83, dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 51,06.

Kesimpulan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KONVENSIONAL

Pendahuluan

Sehingga guru lebih mendominasi kelas dan siswa cenderung lebih pasif, akibatnya proses pembelajaran di kelas menjadi monoton dan tidak bermakna, sehingga berdampak pada hasil belajar matematika. Selanjutnya dalam pembelajaran yang efektif, guru harus memahami kekurangan pemahaman siswa agar dapat menguasai konsep dengan cara menjelaskan kekurangan pemahaman siswa terhadap konsep tersebut. Model pembelajaran yang dibutuhkan saat ini tidak hanya dikembangkan dari buku teks saja, namun lebih menekankan pada konteks lingkungan kehidupan sehari-hari, baik lingkungan fisik, kehidupan sosial, ekonomi dan psikologi serta keterpaduan materi pembelajaran (Komalasari, 2011).

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pemilihan model pembelajaran akan sangat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Pemilihan dan penguasaan model pembelajaran yang tepat oleh guru dapat membantu penyampaian materi pembelajaran secara maksimal kepada siswa. Guru harus menyesuaikan model pembelajaran dengan mata pelajaran yang diajarkan, karena suatu model pembelajaran belum tentu cocok untuk semua mata pelajaran.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, karena model ini merupakan model yang dirancang untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda. Menurut De Porter (2008: 4), model pembelajaran Quantum Teaching adalah model yang digunakan dalam desain presentasi pembelajaran yang dirangkai dalam suatu paket yang multisensori, multicerdas dan kompatibel dengan otak, termasuk instruksi khusus untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif. , merancang kurikulum, menyampaikan konten dan memfasilitasi proses pembelajaran.

Metode Penelitian

Sebaliknya siswa lebih pasif, diposisikan sebagai objek belajar, dikondisikan hanya menunggu proses transformasi ilmu dari guru. Guru perlu menantang dan mendukung siswa serta memiliki bahasa yang memahami apa yang siswa ketahui dan apa yang perlu mereka pelajari. Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur antara peneliti dengan salah satu siswa dan observasi pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP Negeri 7 Ambon, diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika di kelas lebih berpusat pada guru, sehingga pembelajaran dirasakan kurang. menyenangkan karena siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

Untuk itu guru harus mampu membuat siswa merasa tertarik, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dan tercipta pemikiran positif terhadap matematika. Sampel yang dipilih adalah dua orang kelas VII SMP Negeri 7 Ambon yang diambil berdasarkan hasil ulangan harian sebelumnya yang mendekati atau hampir sama, dimana satu kelas merupakan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dan satu kelas lainnya merupakan kelas kontrol. yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu hasil belajar siswa pada materi Operasi Perhitungan Aljabar yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching (X1) dan hasil belajar siswa pada materi Operasi Perhitungan Aljabar yang diajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. (X2).

Format pertanyaan yang digunakan adalah deskriptif, karena mengharuskan siswa merumuskan jawaban secara rinci dalam bahasa tertulis yang baik. Data survei ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata atau uji-t.

Hasil dan Pembahasan

  • Hasil
  • Pembahasan

Hasil tersebut menunjukkan H1 diterima dan H0 ditolak yang menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 7 Ambon yang diajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Model Pembelajaran Konvensional pada Komputasi Aljabar menggunakan. Bahan. Quantum education sedangkan kelas kontrolnya adalah kelas VII5 menggunakan model pembelajaran konvensional, yang kemudian akan dilihat perbedaan hasil belajar kedua kelas sampel. Dalam proses pembelajaran pada kelas eksperimen, guru menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching sesuai langkah-langkahnya.

Dalam proses pembelajaran, guru dapat menerapkan istilah TANDUR yang termasuk dalam model pembelajaran Quantum Teaching. Menurut De Porter et al., mereka menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran akselerasi yang membuat pembelajaran menjadi nyaman dan menyenangkan. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching berlangsung selama 4 kali pertemuan dan pada pertemuan ke 5 guru memberikan tes akhir.

Proses pembelajaran di kelas dengan model pembelajaran konvensional berlangsung sebanyak empat kali pertemuan yang dilanjutkan dengan pemberian tes akhir. Terdapat perbedaan rata-rata nilai belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dan model pembelajaran konvensional pada materi Operasi Aritmatika Ayabra di Kelas VII SMP Negeri 7 Ambon.

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas (α = 0,05)
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas (α = 0,05)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 AMBON YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

Model pembelajaran Student Facilitator and Explore (SFE) merupakan model pembelajaran yang menekankan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa. Variabel yang terkandung dalam penelitian ini ada dua, yaitu hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran learn facilitator dan explanatory (X1) dan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional (X2). H, tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas VII SMP 19 Negeri Ambon yang diajar menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaning (SFE) dengan model pembelajaran konvensional pada materi perbandingan.

H, terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas VII SMP 19 Negeri Ambon yang diajar menggunakan model pembelajaran Student Help and Explanation (SFE) dan model pembelajaran konvensional pada materi perbandingan. Sedangkan pada kelas kontrol, guru memberikan materi sesuai tahapan pembelajaran sesuai model pengajaran yang digunakan. Sedangkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 19 Ambon yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol), tidak ada siswa yang mendapat nilai sangat baik, ada 3 siswa yang mendapat nilai baik, ada 2 siswa. yang memperoleh nilai cukup, untuk kualifikasi dengan hasil rendah terdapat 3 siswa, sedangkan untuk kualifikasi sangat rendah terdapat 18 siswa.

Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaning (SFE) dan. Perbedaan hasil belajar untuk kelas

Tabel 1. Nilai rata-rata hasil tes materi  sebelumnya
Tabel 1. Nilai rata-rata hasil tes materi sebelumnya

ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII MTs AL KHAIRAAT AMBON

Hasil dan Pembahasan 1. Hasil

NQ: misal di nomor 2 sudah ketemu biaya pembuatan jalan /m2, jadi saya pakai rumus luas lingkaran saja kak. Berdasarkan hasil kerja dan wawancara terlihat bahwa subjek NQ melakukan kesalahan dalam memahami fakta pada soal nomor 2. Subjek tidak mampu menafsirkan soal cerita sehingga subjek kesulitan dalam menggambar sketsa. untuk membantu perhitungan, kesulitan memahami konsep yang timbul adalah subjek NQ kurang memahami permintaan soal apakah menggunakan rumus luas atau keliling, kesulitan memahami prinsip soal subjek menuliskan rumus yang dipilih tidak berdasarkan ilmunya, sehingga ia menghitungnya dengan menggunakan konsep costing menjadi salah. P012: oke langsung saja gimana caranya Nurul menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain pada soal no 1, 2, atau 3. AC: Kadang bingung gan, soalnya spacenya banyak banget. Berdasarkan hasil kerja dan wawancara terlihat bahwa topik AC pada soal no. 1(a) Kesulitan dalam memahami fakta yang dialami adalah subjek hanya menghitung keliling lingkaran besar, padahal faktanya adalah berdasarkan permintaan pertanyaan, subjek harus menghitung keliling daerah yang diarsir, sehingga subjek juga mengalami kesulitan dalam memahami konsep karena lupa menghitung keliling sisi yang lain sebagai satuan utuh dalam menghitung keliling daerah yang diarsir, dan untuk kesulitan pengoperasian (skill), pokok bahasan menghitung keliling lingkaran pada akhir perhitungan 44:2 = 44 cm merupakan perhitungan yang salah.

Pada soal nomor 1(b) subjek kesulitan memahami fakta, subjek hanya menuliskan satuan luas dalam cm, dan untuk kesulitan konsep pada soal ini subjek hanya menghitung setengah lingkaran tanpa melanjutkan perhitungan lebih lanjut. Dari hasil kerja dan wawancara terlihat bahwa subjek SK untuk pertanyaan tersebut kesulitan dalam memahami fakta yaitu walaupun sudah menggambar sketsanya namun subjek masih kesulitan dalam menentukan apakah akan menggunakan area tersebut. atau keliling lingkaran. Kesulitan dalam memahami konsep adalah mata pelajaran menggunakan keliling lingkaran, yang sebenarnya digunakan untuk menghitung luas suatu jalan dengan menggunakan rumus luas lingkaran, kesulitan dalam memahami prinsip ini Soalnya subjek kurang tepat dalam menghubungkan keliling lingkaran dengan perhitungan biaya pembangunan jalan dan kesulitan dalam pengoperasian (keterampilan) pada soal ini adalah SK subjek salah atau kurang teliti dalam mengerjakannya. Dari hasil kerja dan wawancara terlihat bahwa subjek SK Pada soal nomor 3(a) dan nomor 3(b) subjek mengalami kesulitan konsep karena subjek SK pada hasil pekerjaannya menuliskan rumus luas lingkaran, namun kemudian dicantumkan angka 2 di depan rumus luasnya, walaupun cukup menggunakan rumus luas 1 lingkaran saja.

Kesulitan memahami fakta yang dihadapi siswa kelas VIII. kelas di MTs Al-khairaat dalam menyelesaikan masalah matematika pada topik lingkaran, yaitu siswa mengalami kesalahan dalam menentukan satuan dari hasil yang diperolehnya, serta siswa kurang teliti dalam melihat panjang lingkaran. sisi dalam gambar. Kesulitan dalam memahami prinsip-prinsip yang dialami siswa kelas VIII. kelas MTs Al Khairaat sedang dalam menyelesaikan permasalahan mencari luas lingkaran dan panjang busur lingkaran yang berhubungan dengan luas dan keliling lingkaran, karena masih belum memahami beberapa konsep tentang volume dan keliling, apalagi konsep mencari luas lingkaran dan panjang busur. (Jadi yang mereka lakukan lalu benar karena hafal rumusnya tapi belum hafal artinya) juga pada soal cerita lingkaran pada soal nomor 2 yang menggunakan rumus luas lingkaran namun paling banyak mereka lakukan dengan rumus rumus volume. Ketidaktepatan dalam menyelesaikan masalah Ketidaktepatan atau bisa juga disebut kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika merupakan salah satu faktor yang membuat siswa mempunyai masalah dalam menyelesaikan masalah matematika khususnya lingkaran.

Berdasarkan analisis jawaban tes tertulis siswa VIII. kelas MTs Al Khairaat dalam menyelesaikan soal sirkular ditemukan jenis soal yang dimilikinya yaitu soal konsep, keterampilan, prinsip dan fakta.

Gambar  1.  Hasil  Pengerjaan  soal  tes  nomor  1  subjek  NQ
Gambar 1. Hasil Pengerjaan soal tes nomor 1 subjek NQ

Referensi

Dokumen terkait