DAN BRAND TRUST TERHADAP IMPULSE BUYING DI POINT BREAK PLAZA ANDALAS PADANG
E-JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
Oleh :
Megi Oktaviandi 11090185
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2016
ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, SHOPPING EMOTION DAN BRAND TRUST TERHADAP IMPULSE BUYING
DI POINT BREAK PLAZA ANDALAS PADANG
Oleh:
Mahasiswa dan Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar
Jl. Gunung Pangilun No.1 Padang Sumatra Barat. Telp (0751) 7053731 Fax (0751) 7053826
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of store atmosphere, shopping emotion and brand trust partially and simultaneously to impulse buying in Point Break Plaza Andalas Padang. This type of research is descriptive and associative. The results showed that 1) Store Atmosphere significant effect on Impulse Buying at the Point Break Plaza Andalas Padang, because thitung 6.024> 1.678 ttabel; 2) Shopping Emotion significant effect on Impulse Buying at the Point Break Plaza Andalas Padang because thitung 3.908> 1.678 ttabel; 3) Brand Trust significant effect on Impulse Buying at the Point Break Plaza Andalas Padang because thitung 5.006> 1.678 ttabel; 4) Store Atmosphere, Emotion Shopping and Brand Trust with the same effect against Impulse Buying at the Point Break Plaza Andalas Padang because the value of Fhitung 74.857> 3.19 Ftabel.
Keywords: Impulse Buying, Store Atmosphere, Emotion Shopping and Brand Trust
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere, shopping emotion dan brand trust secara parsial dan simultan terhadap impulse buying di Point Break Plaza Andalas Padang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan asosiatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1)Store Atmosphere berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying di Point Break Plaza Andalas Padang, karena nilai thitung
6,024>1,678 dari ttabel ; 2)Shopping Emotion berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying di Point Break Plaza Andalas Padang karena nilai thitung 3,908 >1,678 dari ttabel ;
3)Brand Trust berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying di Point Break Plaza Andalas Padang karena nilai thitung 5,006>1,678 ttabel; 4)Store Atmosphere, Shopping Emotion dan Brand Trust secara bersama sama berpengaruh Terhadap Impulse Buying di Point Break Plaza Andalas Padang karena nilai Fhitung 74,857>3,19 Ftabel.
Kata Kunci: Impulse Buying, Store Atmosphere, Shopping Emotion dan Brand Trust
PENDAHULUAN
Peningkatan pendapatan konsumen menyebabkan kebutuhan konsumen juga ikut meningkat. Kebutuhan yang terus- menerus meningkat menyebabkan tingkat belanja konsumen ikut meningkat.
Keadaan seperti ini dilihat oleh toko sebagai suatu peluang yang bagus yaitu di mana pihak toko bekerja sama dengan Bank untuk memberikan fasilitas layanan pembelanjaan dengan menggunakan kartu kredit. Fasilitas pelayanan ini telah membuat dorongan impulse buying pada lingkungan ritel dan merupakan suatu perilaku konsumen yang umum.
Pengelolaan bisnis ritel harus melihat dan mengikuti perkembangan teknologi agar dapat berhasil dan mempunyai keunggulan bersaing ( Thoyib,1998;1 ).
Konsumen tidak perlu lagi bingung membawa sejumlah uang yang banyak untuk berbelanja. Keadaan ini menguntungkan untuk toko ritel, karena konsumen yang dulu harus membawa uang dalam jumlah tertentu maka dalam berbelanja konsumen akan menyesuaikan kebutuhan barang belanjaan dengan jumlah uang yang dibawa dan biasanya konsumen hanya akan berbelanja untuk kebutuhan yang mereka perlukan saja, sekarang ini dengan adanya fasilitas penggunaan kartu kredit dalam pembayaran, konsumen tidak perlu lagi bingung dalam berbelanja.
Point Break merupakan toko surf dan surving yang menyediakan suatu produk atau barang yang bermerk
yang terkenal oleh konsumen lain, yang mana kualitas produk tidak diragukan lagi oleh konsumen . Mereka dapat membeli segala keperluannya tanpa harus memikirkan berapa jumlah uang yang harus dibawanya. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya impulse buying, di mana semula konsumen hanya berpikir untuk berbelanja sesuai dengan kebutuhan konsumen yang butuhkan, karena ketersediaan barang toko yang lengkap dan suasana toko yang begitu nyaman membuat konsumen yang berbelanja didalamnya merasa nyaman dan melihat-lihat barang yang ada di toko sehingga memungkinkan konsumen untuk membeli barang-barang yang lain di luar yang direncanakan, apalagi jika sedang ada diskont.
Pembelian tak terencana adalah kegiatan pembelian mendadak tanpa ada perencanaan terlebih dahulu pada saat memasuki suatu toko. Impulse Buying didefinisikan sebagai “tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko”
(Mowen dan Minor 2002:10).
Di Point Break Plaza Andalas semua produk yang dijual adalah produk produk yanb branded , karena rata-rata harga untuk setiap produk bervariasi, mulai dari Rp.300.000 sampai dengna harga Rp.2.000.000 berikut ini adalah data produk yang ada di point break:
Tabel 1: Rata-Rata Harga Produk Di Point Break Plaza Andalas Padang Tahun 2015
No. Produk Merk Harga (Rp)
1. Baju Ripcurl Rp. 299.000
2. Celana Ripcurl Rp. 825.000
3. Sepatu Ripcurl Rp. 900.000
Jumlah Rp. 2.024.000
Sumber: Kasir Point Break PadangTahun 2015 Dari tabel di atas dapat kita lihat
bahwa produk yang dijual di Point Break sangat beragam dengan harga yang bervariasi juga, namun berdasakan observasi awal yang penulis lakukan
tentang impulse buying kepada 30 responden customer di Point Break Padang pada tanggal 22 Desember 2015 penulis memperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2 : Hasil Observasi Awal Tentang Impulse Buying Di Point Break Padang Tahun 2015
No. Pertayaan Ya Tidak
F % F %
1.
Saya tanpa sengaja membeli sesuatu barang di Point Break ketika hanya bermaksud untuk melihat-lihat saja.
12 40 18 60
2.
Saya tidak memikirkan harga barang yang tersedia di Point Break jika barang tersebut menarik bagi saya, saya tidak akan berfikir ulang untuk segera membelinya
15 50 15 50
3.
Saya akan membeli barang yang saya lihat di Point Break tanpa memperdulikan kualitasnya
20 66,7 10 33,3
4.
Saya melihat barang bagus di Point Break dan segera membelinya tanpa direncanakan terlebih dahulu
19 63,3 11 36,7
Rata-Rata 16,5 13,5
Sumber: Observasi Data Awal di Point Break Padang Tahun 2015 Berdasarakan tabel 2 di atas dapat
dilihat dari 30 responden pelanggan di point break padang akan membeli barang tanpa direncanakan terlebih dahulu terlihat pada item pernyataan 3 yang menjawab ya sebanyak 20 orang dan sisanya menjawab tidak 10 orang. Dari keseluruhan item pernyataan dapat di rata-rata kan sebagai berikut; pelanggan yang menjawab ya sebanyak 16,5% dan yang menjawab tidak sebanyak 13,5%.
Faktor yang mempengaruhi impulse buying terhadap sebuah department store diduga adalah store atmosphere. Sulek dan Hensley (2004:107) menyatakan bahwa store atmosphere dari sebuah tempat atau lokasi merupakan faktor yang berpengaruh penting terhadap keseluruhan pengalaman yang didapatkan dari lokasi yang bersangkutan. Menurut Levi dan Weitz (2001), Atmosphere dalam sebuah store dapat dibagi menjadi dua, yaitu in- store atmosphere dan out-
store atmosphere. Adapun in- store atmosphere yang dimaksud meliputi internal layout, suara, bau, tekstur, dan desain interior. Sedangkan out- store atmosphere yang dimaksud meliputi external layout, tekstur, dan desain eksterior.
Pada gerai fashion point break, store atmosphere dilihat dengan adanya suara atau musik yang ada di point break beraliran pop rock yang biasa diputar, bisa untuk menghibur konsumen dan juga untuk menarik lebih banyak konsumen.
Bau dari point break sangat terjamin karena tingkat kebersihan di poin break sangat terjaga dengan baik dan dilengkapi dengan pengharum ruangan.
Tekstur produk di poin break sangat menarik dan bahanya cukup berkualitas sesuai dengan bentuk dan selera konsumen, dan desain interior toko point break yang mana mempunyai 2 pintu masuk dan keluar yang terbuat dari kaca yang bening dan tebal, dengan susunan produk yang rapi sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Atmosphere (suasana toko) adalah suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli (Kotler, 2005:99). Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan. Point break memberikan suasana yang hangat dan ramah serta beragam produk fashion yang tertata rapi guna menarik minat pelanggan untuk berkunjung dan membeli barang, berikut ini beberapa gambar mengenai produk dan suasana toko di point break Plaza Andalas padang:
Gambar 1: Susana Toko dan Produk di Point Break Padang
Point break bergerak dalam bisnis Department store menciptakan lingkungan belanja yang nyaman dan mengarah pada pendekatan pola perilaku positif. Point Break Padang sendiri menyediakan kebutuhan fashion pelannggan secara lengkap, dengan tempat yang luas, bersih dan nyaman, sehingga poin break menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat Padang dalam berbelanja. Selain suasana toko shopping emotion juga diduga berpengaruh terhadap impulse buying karena emosi berbelanja konsumen tidak terkontrol dan cenderung emotional.
Untuk memunculkan shopping emotion yang berdampak pada tindakan impulse buying, salah satu yang seharusnya dilakukan Point Break Padang adalah promosi penjualan.
Promosi penjualan yang dilakukan dapat menarik minat pembeli yaitu harga lebih hemat untuk semua produk, gratis hadiah langsung, pembelian dalam pembelan (PDP), Discount, Point of Purchase, menyediakan daftar harga promosi (mailer). Dengan adanya promosi yang dilakukan akan berdampak pada kualitas dan kuantitas perusahaan dan bagi konsumen dengan adanya bonus dan diskon maka konsumen akan senantiasa untuk berbelanja. Akan tetapi masih kurangnya promosi yang dilakukan di point break padang karena beranggapan kurangnya minat pembeli dalam berbelanja, hal ini dapat berpengaruh terhadap laba atau keuntungan yang didapat.
Pada fungsi merek yang ditampilkan Kepercayaan didefinisikan sebagai keyakinan tentang sesuatu yang diinginkan, akan ditemukan pada orang lain, lebih baik dari apa yang dikhawatirkan (Deutsch dalam allester lema n Konsumen akan memilih merek terlebih dahulu dalam menentukan pembelian dan kebanyakan merek yang konsumen pilih adalah merek yang konsumen percaya.
Pada tanggal 22 Desember 2015 penulis mewawancarai konsumen yang berkunjung di point break padang dan konsumen mengatakan bahwa masih kurang familiar dengan point break dan ada juga yang tidak tau awalnya dengan point break. Hal ini dikarenakan promosi yang dilakukan pada perusahaan point break masih kurang bagus dan belum diterima oleh konsumen terutama masyarakat kota Padang.
KAJIAN TEORI 1. Impulse Buying
Impulse Buying
didefinisikan sebagai “tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko” (Mowen dan Minor 2002:10). Menurut Mowen
& Minor (2001:198), pengertian
impulse buyingadalah “an impulse
purchase has been defined as a buying action undertaken without a problem having been previously recognizing or a buying intention formed prior to entering the store”Pembelian tak terencana adalah kegiatan pembelian mendadak tanpa ada perencanaan terlebih dahulu pada saat memasuki suatu toko.
Menurut Utami (2010: 51)
impulse buyingadalah pembelian yang terjadi ketika konsumen melihat produk atau merek tertentu, kemudian konsumen menja-di tertarik untuk mendapatkannya, biasanya karena adanya rangsangan yang menarik dari toko tersebut . Hal ini dapat diukur melalui indikator berikut:
1) Pelanggan sering membeli barang di luar rencana
2) pelanggan sering membeli barang tanpa memikirkannya lebih dahulu
Jadi menurut penjelasan para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa impulse buying merupakan tindakan konsumen yang tanpa sengaja untuk membeli suatu produk pada sebuat toko, yang pembelian barang atau produk tidak direncana sama sekali oleh konsumen sendiri. Menurut Ma’ruf ( belanja impulsif atau impulse buying adalah proses pembelian barang yang terjadi secara spontan.
2. Store Atmosphere
Atmosphere (suasana toko) adalah suasan terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli (Kotler 2005).
Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan.
Gilbert dalam Foster (2008:61) mendefinisikan Store atmosphere merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan, Store atmosphere dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkankonsumen melakukan tindakan pembelian.
Levy and Weitz (2001: 576) mengemukakan bahwa suasana toko merupakan penciptaan suasana toko melalui visual, penataan, cahaya, musik dan aroma yang dapat menciptakan lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen untuk melakukan pembelian. Atmosphere (suasana toko) adalah suasan terencana yang
sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli (Kotler 2005).
3. Shopping Emotion
Menurut Hawkins, Mothersbaugh dan Best (2004) Emosi merupakan suatu perasaan yang tidak dapat dikontrol namun dapat mempengaruhi perilaku atau kebiasaan seseorang. Dimensi emosi dibagi menjadi tiga bagian indikator, yaitu pleasure, arousal, dan dominance.
Kebutuhan atau keinginan yang tidak terpenuhi, biasanya akan terbentuk menjadi emosi yang negatif.
Apabila kebutuhan seseorang terpenuhi secara keseluruhan maka dalam diri seseorang tersebut akan terbentuk emosi yang positif. Emosi positif yang telah terbentuk dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen. Media promosi disini berperan cukup besar dalam membentuk emosi seorang konsumen. Setiap konsumen mempunyai dua sifat motivasi pembelian yang saling tumpang tindih dalam dirinya, emosional dan rasional (Ma’ruf
4. Brand Trust
Pada fungsi merek yang ditampilkan kepercayaan didefinisikan sebagai keyakinan tentang sesuatu yang diinginkan, akan ditemukan pada orang lain, lebih baik dari apa yang dikhawatirkan (Deutsch, dalam allester lema n
Dalam penelitian Reast
(2005),menuliskan beberapa hal mengenai kepercayaan yaitu:kepercayaan merek
Pokok perkembangan dari kesetiaan (Berry, 1993; dalam Reicheld dan Schefter, 2000). Menurut Kotler (2009), konsumen membentuk pilihan terhadap merek dalam kumpulan yangdapat dipilih. Konsumen juga akan membentuk minat beli terhadap merek yang paling dia pilih. Kasus tersebut dapat dikatakan ada hubungan antara merek yang konsumen percaya terhadap minat beli pada suatu produk.
Konsumen akan memilih merek terlebih dahulu dalam menentukan pembelian dan kebanyakan merek yang konsumen pilih adalah merek yang konsumen percaya. Konsumen akan memilih merek yang mendapat kepercayaan dari konsumen, maka diharapkan minat untuk membeli produk tersebut menjadi meningkat dan konsumen tidak ragu lagi dalam memilih merek yang dipercaya karena menurut penelitian Riana (2008), konsumen seringkali berinteraksi dengan merek seolah-olahmerektersebutadalahmanusia.
Dengan demikian bahwa kepercayaan merek, memiliki peran penting dalam intense pembelian.
Menurut Lau dan Lee (2000:44), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun tiga faktor tersebut adalah :
1) Brand Characteristic
Mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum membeli. karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten.
2) Company Characteristic
Yang ada di balik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap
merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhadap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suatu perusahaan.
3) Consumer-Brand Characteristic Merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen-merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pengalaman terhadap merek.
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif asosiatif. Penelitian deskriptif asosiatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain terhadap suatu objek atau wilayah yang diteliti. Dengan desain penelitian deskriptif asosiatif, maka penelitian memungkinkan untuk menggambarkan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan teori yang dimiliki validitas yang universal Arikunto, (2010:29) Penelitian ini akan dilaksanakan di padang, pada bulan Januari, yang mana terletak di Point Break Plaza Andalas Padang, dan objek penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Point Break Padang setiap harinya. Dengan menggunakan data primer dan sekunder Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari jawaban responden terhadap rangkaian pertanyaan tentang indikator store atmosphere, Shopping Emotion dan Brand Trust terhadap impulse buying, data skunder yang diperoleh adalah teori kepustakaan, jurnal, data jenis produk,
merek dan harga, profil perusahaan Point Break Plaza Andalas Padang. Dalam penelitian terdapat tiga variabel bebas dan satu variabel terikat yaitu store atmosphere, shopping emotion, brand trus dan impulse buying
Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh yaitu store atmosphere, shopping emotion dan brand trust terhadap impulse buying.
Data diolah dengan bantuan Software SPSS. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun persamaan regresi, yaitu :
Y= α + b1X1 + b2X2 +b3X3 + e dimana :
Y = Impulse buying X1= Store Atmosphere X2= Shopping emotio X3=Brand trust a = Nilai Konstanta
b1=Koefisien regresi variabel kompensasi
b2=Koefisien regresi variabel kedisiplinan
b3=Koefisien regresi variabel komunikasi
e = Kesalahan (error)
Sebelum dilakukan Pengujian Regresi Linear Berganda maka terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik sehingga dapat memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung Multikolonieritas, Autokorelasi dan Heterokedastisitas.
Setelah dilakukan uji regresi berganda dilanjutkan dengan pengujian hipotesis yang terdiri dari Uji statistik t dan Uji statistik F.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Impluse Buying di Point Break Padang
Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap store atmosphere diperoleh nilai koefisien regresi store atmosphere sebesar 0,283, yang berarti jika store atmosphere naik sebesar satu satuan maka impluse buying akan naik sebesar 0,283 satu satuannya, dengan nilai thitung >
ttabel (6,024 > 1,678), pada alpha 5%, nilai sig < alpha (0,000 < 0,05). Artinya store atmosphere berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada variabel store atmosphere diperoleh rata-rata skor sebesar 4,25 dengan TCR sebesar 85,05% berada pada ketegori baik.
Tanggapan responden yang tertinggi terdapat pada indikator bagian dalam toko dengan rata-rata skor sebesar 4,46 dan TCR sebesar 89,20% berada pada ketegori baik, sedangkan tanggapan responden yang terendah terdapat pada indikotor tanda-tanda informasi dengan rata-rata skor sebesar 4,04 dan TCR sebesar 80,80% berada pada ketegori baik. Berarti tingkat store atmosphere berada pada kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan hipotesis bahwa adanya pengaruh positif antara store atmospher terhadap Impuls Buying di Point Break Padang. Sulek dan Hensley (2004:107) menyatakan bahwa store atmosphere dari sebuah tempat atau lokasi merupakan faktor yang berpengaruh penting terhadap keseluruhan pengalaman yang didapatkan dari lokasi yang bersangkutan. Menurut Levi dan Weitz (2001), Atmosphere dalam sebuah store dapat dibagi menjadi dua, yaitu in- store atmosphere dan out- store atmosphere. Adapun in- store atmosphere yang dimaksud meliputi internal layout, suara, bau, tekstur, dan desain interior. Sedangkan out- store atmosphere yang dimaksud meliputi external layout, tekstur, dan desain eksterior. Berdasarkan hal ini maka
menurut asumsi peneliti terhadap penelitian ini adalah terbukti pada penelitian bahwa store atmospher akan mempengaruhi terhadap impuls buying di Point Break Padang, dimana jika store atmospher ditingkatkan impuls buying juga akan meningkat. Dengan demikian, agar impuls buying menjadi meningkat di Point Break Padang, maka store atmospher juga harus ditingkatkan.
Dalam hal ini perlu adanya peran manajemen Point Break Padang untuk melakukan manajemen yang lebih baik terhadap store atmospher sehingga dapat meningkatkan impuls buying. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Denny (2013) tentang pengaruh promosi dan store atmosphere terhadap impulse buying dengan shopping emotion sebagai variabel intervening studi kasus di Matahari Departement Store Cabang Supermall Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa store atmosphere konsumen Matahari department store cabang supermall Surabaya memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap Impulse buying konsumen Matahari department store cabang supermall Surabaya. Hal ini berarti jika store atmosphere meningkat maka akan turut meningkatkan Impulse buying konsumen Matahari department store cabang supermall Surabaya.
2. Pengaruh Shopping Emotion Terhadap Impluse Buying di Point Break Padang
Berdasarkan pengujian hipotesi terhadap shopping emotion diperoleh nilai koefisien sebesar 0,191, berarti jika shopping emotion naik sebesar satu satuan maka impluse buying akan naik sebesar 0,191 untuk setiap satuannya, dengan nilai thitung > ttabel (3,908 > 1,678), pada alpha 5%, nilai sig < alpha (0,001 <
0,05). Artinya shopping emotion berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada shopping emotion diperoleh rata-rata skor sebesar
4,26 dengan TCR sebesar 85,16% berada pada ketegori baik. Tanggapan responden yang tertinggi terdapat pada indikator kejelasan minat dengan rata-rata skor sebesar 4,37 dan TCR sebesar 87,74%
berada pada ketegori baik, sedangkan tanggapan responden yang terendah terdapat pada indikotor opini dengan rata-rata skor sebesar 4,10 dan TCR sebesar 82,00% berada pada ketegori baik. Berarti shopping emotion sudah berada pada kategori baik. Apabila kebutuhan seseorang terpenuhi secara keseluruhan maka dalam diri seseorang tersebut akan terbentuk emosi yang positif. Emosi positif yang telah terbentuk dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen. Media promosi disini berperan cukup besar dalam membentuk emosi seorang konsumen.
Setiap konsumen mempunyai dua sifat motivasi pembelian yang saling tumpang tindih dalam dirinya, emosional dan rasional (Ma’ruf Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah terbukti bahwa shooping emotion berpengaruh positif signifikan terhadap impuls buying.
Dimana jika shooping emotion ditingkatkan maka akan impuls buying juga akan meningkat. Dengan demikian agar impuls buying meningkat maka shooping emotion harus ditingkatkan.
Dalam hal ini perlu adanya perhatian dari pihak manajemen Point Break Padang terhadap shooping emotion agar dapat meningkatkan impuls buying. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Denny Kurniawan (2013) dengan judul
“Pengaruh promosi dan store atmosphere terhadap impulse buying dengan shopping emotion sebagai variabel intervening studi kasus di Matahari Departement Store Cabang Supermall Surabaya”. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa Shopping emotion konsumen Matahari department store cabang supermall Surabaya memiliki hubungan yang positif dan
berpengaruh secara signifikan terhadap Impulse buying konsumen Matahari department store cabang supermall Surabaya. Hal ini berarti jika Shopping emotion meningkat maka akan turut meningkatkan Impulse buying konsumen Matahari department store cabang supermall Surabaya.
3. Pengaruh Brand Trust Terhadap Impluse Buying di Point Break Padang
Berdasarkan pengujian hipotesi terhadap brand trust diperoleh nilai koefisien sebesar 0,276, berarti jika brand trust naik sebesar satu satuan, maka impluse buying akan naik sebesar 0,276 untuk setiap satuannya, dengan nilai thitung
> ttabel (5,006 > 1,678), pada alpha 5%, nilai sig < alpha (0,000 < 0,05). Artinya brand trust berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying. Berdasarkan distribusi frekuensi vada fariabel brand trust diperoleh rata-rata skor sebesar 4,31 dan TCR sebesar 86,27% berada pada ketegori baik, sedangkan tanggapan responden yang terendah terdapat pada indikotor karakteristik hubungan merek dan konsumen dengan rata-rata skor sebesar 4,06 dan TCR sebesar 81,20%
berada pada ketegori baik. Berarti brand trust sudah berada pada kategori baik.
Terbukti bahwa brand trust berpengaruh positif signifikan terhadap impuls buying.
Hal ini dapat disebabkan karena dengan terbangunnya brand trust yang positif maka akan menarik pelanggan untuk datang kembali ke toko tersebut sehingga impuls buying juga akan meningkat.
Pricilia (2013:55) menyatakan bahwa pembelian impulsif dipengaruh oleh faktor psikologis yang meliputi motivasi, persepsi dan pembelajaran. Wijaya (2013:34) mengungkapkan bahwa faktor psikologis menjadi variabel yang mempengaruhi pembelian impulsif yang dilakukan oleh konsumen. Faktor psikologis tersebut meliputi motivasi, pengetahuan, kepercayaan dan sikap. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Perdani (2013) hasil penelitiannya menemukan
bahwa pembelian impulsif dipengaruhi oleh emosi positif dan atmosfer. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Coley dan Burgess (2003:283) menyatakan bahwa dari perpaduan aspek afektif ini perasaan seseorang akan menghasilkan sebuah dorongan untuk membeli, dan disaat konsumen merasakan perasaan ini maka akan terjadi suatu perilaku pembelian impulsif. Aspek kognitif seseorang mengacu pada bagaimana konsumen mengerti produk, memikirkan dan mengiterpretasikan produk, dan dapat mengakibatkan kecenderungan pembelian yang tidak terencana, memperkecil kemungkinan untuk mempertimbangkan,dan mengabaikan konsekuensi. Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah terbukti bahwa brand trust berpengaruh positif signifikan terhadap impuls buying.
Dimana jika brand trust ditingkatkan maka impuls buying pelanggan juga akan meningkat. Dengan demikian, agar impuls buying lebih meningkat maka brand trust harus ditingkatkan menjadi lebih baik. Dalam hal ini perlu adanya peran dari pihak manajemen Point Break untuk melakukan upaya membangun brand trust yang lebih baik sehingga impuls buying bisa menjadi lebih meningkat.
4. Pengaruh Store Atmosphere, Shopping Emotion, Dan Brand Trust Terhadap Impluse Buying di Point Break Padang
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa store atmosphere, shopping emotion, dan brand trust berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying di Point Break Padang. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa nilai > F tabel tabel (41,190 > 3,19) dan nilai sig <
alpha (0,000 < 0,05). Hal ini berarti H0
ditolak dan Ha diterima, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa store atmosphere, shopping emotion dan brand
trust berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying di Point Break Padang. Artinya semakin baik store atmosphere, shopping emotion, dan brand trust maka akan semangkin naik pula impluse buying di Point Break Padang. Hasil penelitian ini sesuai dengen teori yang dikemukakan oleh Impulse Buying didefinisikan sebagai
“tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko” (Mowen dan Minor 2002:10). Menurut Mowen & Minor (2001:198), pengertian impulse buying adalah “an impulse purchase has been defined as a buying action undertaken without a problem having been previously recognizing or a buying intention formed prior to entering the store” Pembelian tak terencana adalah kegiatan pembelian mendadak tanpa ada perencanaan terlebih dahulu pada saat memasuki suatu toko.
PENUTUP 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Variabel store atmosphere berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying di Point Break Padang. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar 0,283 Artinya apabila store atmosphere naik sebesar satuan maka impluse buying akan naik sebesar 0,283 dalam setiap satuannya. Dengan nilai thitung > ttabel
(6,024 > 1,678) dengan nilai signifikan < α (0,000 < 0,05) dengan demikian dapat dikatakan bahwa store atmosphere berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying di Point Break Padang.
2) Variabel shopping emotion berpengaruh yang terhadap impluse buying. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien yang bernilai positif
sebesar 0,191 artinya apabila nilai shopping emotion meningkat sebesar satuan maka impluse buying akan meningkat sebesar 0,191 dalam setiap satuannya, dengan nilai thitung > ttabel
(3,908 > 1,678) dengan nilai signifikan < α (0,000 < 0,05), dapat dikatakan bahwa shopping emotion berpengaruh yang signifikan terhadap Impluse buying di Point Break Padang.
3) Variabel brand trust berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying di Point Break Padang. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar 0,276, artinya apabila nilai brand trust meningkat sebesar satu satuan maka Impluse buying akan meningkat sebesar 0,276 dalam setiap satuannya. Dengan nilai thitung > ttabel
(5,006 > 1,678) dengan nilai signifikan < α (0,000 < 0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa brand trust berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying di Point Break Padang.
4) Store atmosphere, shopping emotion, dan brand trust berpengaruh yang signifikan terhadap Impluse buying, hal ini dapa dilihat pada nilai
> F tabel (74,857 > 3,19) dan nilai sig
< alpha (0,000 < 0,05). Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa store atmosphere, shopping emotion dan brand trust berpengaruh yang signifikan terhadap impluse buying.
Artinya semakin baik store atmosphere, shopping emotion, dan brand trust maka akan semangkin naik pula impluse buying di Point Break Padang.
2. Saran
1) Kepada Pimpinan Point Break Padang
Kepada pimpinan Point Break Padang disarankan untuk lebih meningkatkan Store Atmosphere, Shopping Emotion dan Brand Trust sehingga dapat meningkatkan Impuls Buying.
2) Kepada Peneliti Selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya disarankan lebih mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan variabel lain sehingga lebih bisa menentukan faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi Impuls Buying di Point Break Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta Ballester, Elena Delgado, and Aleman,
Jose Luis M ( “Does brand trust matter to brand equity?” The Journal of Product and Brand Management, pg. 187- 196, 14,2/3 Bob Foster. 2008. “Manajemen Ritel”.
Alfabeta, Bandung
Christina Widhya Utami. 2010.
Manajemen Ritel. Jakarta:
Salemba Empat
Hawkins, D, Mothersbaugh, D, & Best, R (2004). Consumer Behavior:
Building Marketing Strategy. New York City: McGraw-Hill.
Hendri Ma’ruf Pemasaran Ritel,Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Thoyib, Moh. 1998. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Operasional PT. Timah Pangkal Pinang Bangka Sumatera Selatan. Tesis Tidak Diterbitkan. Program Pasca Sarjana Manajemen Universitas Airlangga, Surabaya.
Mowen, Minor. Manajemen Biasa Akuntansi dan Pengendalian.
Buku Dua. Edisi Kesatu. Salemba Empat. Jakarta. 2002.
Kotler , Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 , Jakarta : Indeks
Levy & Weitz, 2001. Retailing Management, 4th edition. New York: Mc.Graw Hill, Irwin Perdani, D. P. 2013. Kepuasan Body
Image Pada Mahasiswa Yang
Menggunakan Body Piercing.
Skripsi. Fakultas Psikologi.
Universitas Esa Unggul
Reichheld, F.F., and P. Schefter. .E- Loyalty: Your Secret Weapon on the Web, Harvard Business Review (78:4), 2000, pp. 105-113.
Sulek, Joanne M., Hensley, Rhonda L.
2004. The Relative Importance Of Food, Atmosphere, And Fairness Of Wait: The Case Of A Full- Service Restaurant. Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly 45 (3) pp. 235 – 247.