• Tidak ada hasil yang ditemukan

However, this is different from urban village Tabing Banda Gadang, they are still trying to maintain the traditional game, one of which is a kite game

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "However, this is different from urban village Tabing Banda Gadang, they are still trying to maintain the traditional game, one of which is a kite game"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

EKSISTENSI PERMAINAN TRADISIONAL LAYANG-LAYANG (Studi Kasus: Di Kelurahan Tabing Banda Gadang

Kecamatan Nanggalo Kota Padang)

Handoko Susanto1, Maihasni2, Salman Assahary2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat handokosusanto4@gmail.com

ABSTRACT

The exixtence of the tradisional game of Sumatera Barat children began to be influenced by technology, so many traditional games that been modernized. Changes in the modern age of some people forget traditional culture, one pf them traditional game. However, this is different from urban village Tabing Banda Gadang, they are still trying to maintain the traditional game, one of which is a kite game. The purpose of this research was (1) describe the values contained in the kite game, (2) describe the actors involved in the kite game. The theory of this research used exchange fromGeorge C. Homans. This research was a qualitative research using descriptive data.Data collection methods were: through in-depth interviews, nonpaticipant observation and document studies.Informants in this study amounted to 20 people. Data analysis conducted with four stages of data collection, data reduction, data presentation and verification.

The result of this research indicated that (1) the values contained in the kite game, (a) value of cooperation, (b) skill value, (c) recreative value, (d) Competitif value, (e) aesthetic value. (2) the actors involved in the kite game, (a) children, (b) adolescent, (c) adult.

Keywords: Existence, Traditional Game, Kite PENDAHULUAN

Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan kebudayaan. Inilah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Bangsa ini dihiyasi oleh adat istiadat dan segudang tradisi yang dimilikinya sehingga memberikan warna tersendiri dan mengangkat Indonesia di mata dunia, selain itu Indonesia juga kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah yang terbentang dari setiap pulau memiliki keunikan tersendiri, terutama pada seni

tradisional yang telah secara turun-temurun diwariskan pada masyarakat (Nuraeni dan Alfan, 2012: 19).Adapun unsur-unsur kebudayaan yang melekat dalam aktifitas yang dilakukan masyarakat.Permainan tradisional merupakan wujud kebudayaan masyarakat, yang mana di dalamnya terdapat unsur seni yang diterapkan oleh masyarakat. Sekelompok masyarakat yang dipengaruhi oleh tradisi dan seni tentu menciptakan perilaku yang sesuai dengan apa yang dipelajarinya. Hal ini akan

(2)

2 mempertahankan wujud kebudayaan yang diciptakan oleh masyarakat (Couto dan Indrayuda, 2013: 19).

Setiap masyarakat perlu melestarikan kebudayaannya, karena budaya adalah suatu warisan dari leluhur yang tidak ternilai harganya. Dengan melestarikan kebudayaan maka akan mempertahankan identitas suatu bangsa. Perubahan zaman bukan berarti di jadikan alasan untuk merubah kebudayaan sendiri, ditambah lagi perubahan dinamika masyarakat yang mempengaruhi kebudayaan disebabkan karena perubahan zaman globalisasi yang sudah berkembang pesat. Hal ini tentu berdampak pada dinamika masyarakat (Rungkuti, 2002: 151).

Menurut Kusumohamodjojo (2000:

4) negara Indonesia mendapat pengaruh dari kebudayaan luar sehingga banyak terjadi perubahan yang dirasakan oleh masyarakat.

Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang terbatas. Dapat dibandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi diberbagai aspek kehidupan, seperti peralatan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan, sehingga pada kenyataannya kebudayaan asing mulai

mendominasi sehingga kebudayaan lokal mulai dilupakan, seperti masyarakat sudah mulai melupakan permainan tradisional.

Menurut Lubis (2000: 23) perkembangan zaman dan teknologi tidak hanya merambat pada bidang ilmu pengetahuan saja melainkan sudah masuk dalam dunia permainan anak-anak. Menurut Yupipit (2014: 2), pola permainan anak sudah mengalami perubahan dari tradisional menuju modern, seperti permainan tradisional mobil-mobilan dari sendal jepit telah berubah menjadi mobil-mobilan remot, permainan petak umpet (pak tekong) telah berubah menjadi permainan pokemon di android, permainan layang-layang telah berubah menjadi permainan pesawat layang.

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat banyaknya permainan modern yang sudah didesain secanggih mungkin untuk mempengaruhi anak-anak, sehingga banyak jenis permainan modern yang berkembang seperti permainan game online,gamedi android, game playstation, permainan robot, sampai ke permainan boneka barbie sudah dimainkan oleh anak-anak. Padahal, menurut Ulfatun (2014), permainan tradisional jauh lebih baik daripada permainan modern.

Permainan tradisional adalah segala bentuk permainan yang hidup dan

(3)

3 terpelihara dalam suatu kelompok masyarakat. Permainan yang pertama dikenal oleh masyarakat termasuk anak-anak adalah permainan tradisional yang diperoleh secara turun-temurun (Dwiyana, 2001: 15).

Berdasarkan permainan tradisional di atas, yang paling digemari masyarakat adalah permainan layang-layang. Hal ini terlihat jeles ketika penulis melihat masyarkat lebih dominan memainkan permainan layang- layang daripada permainan lainnya. Lagi pula permainan layang-layang ini pada umumnya ada di berbagai wilayah Sumatera Barat (wawancara dengan Ketua Balai Peletarian Nilai Budaya (BPNP) pada tanggal 11 Maret 2017).

Kondisi di atas juga terdapat di Kelurahan Tabing Banda Gadang.

Permainan yang paling eksis dari dulu sampai sekarang adalah permainan layang- layang. Permainan layang-layang tidak hanya dilakukan oleh anak-anak saja melainkan orang dewasa pun masih memainkan permainan ini. Bahkan di kelurahan ini masyarakatnya membuat sebuah kegiatan rutin setiap tahunnya yakni pertandingan layang-layang. Biasanya kegiatan ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat, sehingga permainan ini tetap ada dan terpelihara (wawancara dengan

Bapak Alan,sebagai Ketua Pemuda tanggal 18 Maret 2017).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada salah satu permasalahan yang berjudul “Eksistensinya Permainaan Tradisional Layang-Layang (Studi Kasus: Di Kelurahan Tabing Banda Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang)”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Mei sampai bulan Juli 2017, lokasi penelitianya di Kelurahan Tabing Banda Gadang Kecamatan Nanggalo Kota Padang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Dalam penelitian ini dibutuhkan informan penelitian yaitu orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Bungin, 2011:107). Untuk memperoleh informan maka menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan informan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Idrus, 2009: 97). Dalam penelitian ini juga terdapat jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Sedangakan metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Metode pengolahan data dan analisis data yaitu menggunakan model

(4)

4 analisis interaktif dari Milles dan Huberman dengan cara reduksi data, penyajian data, kesimpulan (Sugiyono, 2009:338).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Profil Informan

Profil merupakan gambaran yang berkaitan mengenai fakta yang berkaitan tentang hal-hal yang mencangkup kegiatan maupun tingkah laku yang dilakukan oleh sekelompok manusia maupun sekelompok individu. Profil informan dalam penelitian ini adalah gambaran yang terkait dengan informan penelitian yaitu mereka yang melakukan kegiatan bermain layang-layang di Kelurahan Tabing Banda Gadang.

Di Kelurahan Tabing Banda Gadang pada umumnya masyarakat menggemari permainan layang-layang. Permainan layang-layang ini sudah ada dari dulu hingga sampai sekarang. Meskipun permainan modern sudah jauh berkembang pesat namun tidak membuat permainan layang- layang terlupakan. Permainan layang-layang ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat.

Pada umumnya permainan layang- layang ini dimainkan oleh laki-laki, mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa. Informan penelitian secara umum yaitu orang yang terlibat dalam permainan layang-layang. Informan berasal dari latar

belakang yang berbeda-beda, mulai dari umur dan status dalam masyarakat. Berikut ini profil informan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Profil Informan

No Nama P/L Umur Alamat

1 Farhan L 9 Komplek Mardani

2 Rafi L 10 Kampung Lereng

3 Aditia L 11 Komplek Taruko blok G 4

4 Refan L 12 Taruko blok O No 19

5 Sukri L 15 Jl. Kampung Olo

6 Bobi L 16 Kampung Lereng

7 Taufik L 17 Komplek Bayang Mas

8 Hafiz L 19 Komplek Taruko blok O 10 9 Bambang L 21 Komplek Bayang

Mas

10 Ebi L 23 Komplek Taruko

blok O 23 11 Jeri L 26 Kampung Lereng

12 Rudi L 27 Kampung Lereng

13 Firman L 27 Komplek Bayang Mas

14 Budi L 28 Jl. Kampung Olo

15 Alan L 29 Komplek Mardani

16 Wahyu L 30 Komplek Taruko blok C No 9 17 Yunus L 31 Komplek Taruko

blok G No 11 18 Iksan L 40 Jl. Tabing Banda

Gadang

19 Haris L 43 Kampung Lereng

20 Jaya L 46 Kampung Lereng

Sumber: Data Primer tahun 2017

2. Nilai-Nilai yang Terdapat pada Permainan Layang-Layang

1) Nilai Kerjasama

Dalam permainan layang-layang terdapat nilai kerjasama yang utuh, di dalam permainan layang-layang yang paling ditonjolkan ialah jalinan kerjasama yang baik sehingga semua pemain setiap

(5)

5 anggotanya mempunyai kedudukan yang sama, walaupun kapasitas tingkat sosialnya dalam masyarakat berbeda. Hal itu disebabkan karena di dalam masyarakat sudah terdapat nilai-nilai serta aturan yang dijalankan bersama, sehingga wajar jika masyarakat saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Begitu juga dengan setiap aktifitas yang dilakukan masyarakat, seperti aktifitas dalam bermain layang-layang.

Nilai kerjasama tidak hanya berlaku dalam proses interaksi saja, melainkan di dalam sebuah permainan nilai kerjasama lebih terlihat. Hal ini dibuktikan ketika penulis melihat langsung bagaimana proses dalam melakukan permainan layang-layang, penulis melihat dalam melakukan permainan layang-layang tidak hanya 1 orang saja yang terlibat, namun dalam satu layang terdapat 4 orang yang masing-masingnya sudah ada pembagian kerjanya, ada yang menarik layang-layang hingga dapat angin, ada yang menjulurkan layang-layang sebelum layang- layang itu dinaikkan, ada yang tugasnya menggulung benang, dan ada juga yang mengejar layang-layang jika seandainya layang-layang itu putus.

Terpatnya nilai kerjasama di dalam permainan layang-layang akan berdampak pada hubungan sosial masyarakat, karena

dengan adanya kerjasama maka masyarakat akan terlihat solid dan kompak.

2) Nilai Keterampilan

Permainan tradisional pada umumnya menggunakan peralatan-peralatan bersifat sederhana. Dari kesederhanaan itulah permainan tradisional masih murni dan apa adanya.

Para pemain laying-layang sangat terampil dalam bermain layang-layang.

mereka memainkan layang-layang dengan cara yang unik, seperti layang-layang di angkat setinggi mungkin, bahkan mereka memilih tempat yang paling tinggi, mereka juga menggunakan batu agar posisi layang- layang itu tinggi. Dan jarak antara penarik benang layang-layang dengan orang yang memegang layang-layang ada sekitar 4-5 meter. Jika layang-layang sudah naik maka layang-layang itu akan di apik yaitu menjepit benang layang-layang menggunaka kayu. Tujuannya adalah untuk melihat layang-layang siapa yang bertahan di udara.

3) Nilai Kreatifitas

Di dalam permainan tradisional layang-layang terdapat nilai kreatifitas yang artinya adalah kemampuan dari dalam diri seseorang untuk meningkatkan imajinasinya. Ketika seseorang bermain layang-layang maka akan timbul kreatifitas dalam dirinya, kreatifitas itu muncul disaat

(6)

6 ia bermain. Pada umumnya masyarakat yang melakukan permainan layang-layang memiliki imajinasi, contohnya ketika ia bermain layang-layang maka ada-ada saja yang ia lakukan, seperti ketika ia kekurangan benang maka ia akan meminjam benang temannya dan kemudian mereka menyambungkan benag tersebut. Hal itu ia lakukan hanyalah untuk menghemat agar ia tidak membeli benag lagi. Pada saat bermain layang-layang maka akan timbul rasa senang yang sangat luar biasa, sehingga adanya rasa kepuasan terhadap batinnya ketika ia memainkan permainan layang-layang.

4) Nilai Kompetitif

Menurut Dwiyana (2001, 19-20), permainan layang-layang bersifat kompetitif pelaksanaannya lebih ditekankan pada unsur pertandingan dalam merebut kemenangan atau hadiah. Untuk mencapai kemenangan maka diperlukan upaya berupa ketangkasan, kecepatan, kepandaian bersiasat, dan ketajaman fikiran, dan semua itu tidak terlepas dari akar kejujuran dalam bermain.

Permainan tradisional layang-layang sudah melekat erat di jiwa masyarakat Tabing Banda Gadang, hal ini dibuktikan dengan dilaksanakannya pertandingan layang-layang dalam setiap tahun.

Pertandingan tersebut selalu dilaksanakan karena adanya dorongan serta keinginan dari

seluruh masyarakat, sehingga dengan adanya pertandingan laying-layang maka permainan layang-layang akan tetap eksis di tengah-tengah masyarakat.

5) Nilai Estetika

Estetika sama halnya dengan nilai keindahan. Layang-layang memiliki unsur keindahan. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada saat pertandingan layang, secara langsung penulis menyaksikan pertandingan tersebut. Pada saat itu penulis melihat betapa banyaknya layang-layang yang

terbang di udara menghiasi langit. Ketika layang-layang mulai diterbangkan maka keadaan langit seperti diselimuti oleh layang-layang. Hal ini menjadi menarik bagi masyarakat.

Dalam permainan layang-layang ini memiliki nilai estetika. Nilai ini disukai oleh orang, karena ada unsur seni di dalamnya.

Dan hal itu akan membuat orang merasa senang, dan ada kepuasan di dalam diri seseorang terhadap hasil atau karya mereka dalam bentuk layang-layang yang dibuatnya.

Layang-layang merupakan hasil karya yang diciptaakan oleh orang untuk kepuasan hatinya sendiri. Untuk menciptakan sebuah layang-layang maka dibutuhkan nilai seni di dalamnya agar layang-layang nampak indah.

(7)

7 3. Aktor yang Terlibat dalam Permainan

Layang-Layang 1) Anak-anak

Anak adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas, anak juga merupakan salah satu pilihan di dalam keluarga, tanpa kehadiran anak maka keluarga tidak akan lengkap (Suhendi, 2001:

73). Dunia anak adalah dunia mereka untuk bermain.Dalam permainan layang-layang anak-anak ikut berpartisipasi dalam permainan layang-layang. Pada saat melakukan penelian banyak di temukan anak-anak yang sedang bermain layang- layang.

2) Remaja

Masa remaja awal berumur dari 11 – 17 tahun, dan masa remaja akhir berumur 16 – 18 tahun (Herlina, 2013: 1). Para remaja laki-laki juga tidak ketinggalan dalam bermain layang-layang. Biasanya para remaja inilah yang lebih bersemangat dalam bermain layang-layang. Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan penulis melihat remaja laki-laki bergerombongan dengan sepeda motor membawa layang-layang, ketika sampai di lapangan maka mereka bersiap-siap untuk menerbangkan layang- layangnya ke atas udara.

3) Dewasa

Dalam permainan layang-layang biasanya orang dewasa ikut merasakan permainan layang-layang, mereka pantang kalah sama anak-anak bahkan remaja.

Secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi dan melibatkan diri dalam bermain layang-layang. Dalam hal ini orang dewasa sering muncul ketika dalam pertandingan layang-layang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2017 penulis melihat langsung bagaimana proses pertandingan layang- layang. Pada saat dilakukannya pertandingan maka ada persyaratan tertentu yang harus di lengkapi peserta. Dan yang uniknya peserta tidak dibolehkan membawa perlengkapan bermain seperti benang, akan tetapi panitia yang menyediakan benang dengan bentuk sama dan ukuran panjang benang yang disediakan adalah 60 meter.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan analisis yang peneliti lakukan maka dapat dikemungkakan kesimpulan dari hasil penelitian, yakni:

1. Nilai-nilai yang terdapat pada permainan layang-layang adalah sebagai berikut: (a) nilai kerjasama, (b) nilai keterampilan, (c) nilai rekreatif, (d) nilai kompetitif, dan (d) nilai estetika.

(8)

8 2. Aktor yang terlibat dalam permaian

layang-layang

Orang yang menjadi pemain dalam permainan layang-layang sudah pasti terlibat di saat permainan dilakukan.

Pemain layang-layang sudah pasti menjadi pelaku atau aktor dalam permainan tersebut. Adapun yang terlibat dalam permainan layang-layang ialah:

a. Anak-Anak, mulai dari usia 9 tahun sampai 12 tahun ikut dalam permainan layang-layang.

b. Remaja, tidak hanya anak-anak saja namun para remaja juga ikut memainkan permainan layang- layang.

c. Orang Dewasa, dapat di lihat ketika pertandingan layang-layang orang dewasa lebih antusias dalam permainan layang-layang, sehingga dapat disimpulkan bahwa orang dewasa pun terlibat dalam permainan layang-layang.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Abidin, Zanal, 2007. Analisis Eksistensial.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Afrizal. 2014. Metode Penelitan Kualitatif:

Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek.Edisi RevisiKelima. Penerbit Rineka Cipta.

Jakarta.

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif:

Komunikasi, Ekonomi,

KebijakanPublik,dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Couto, NasbahrydanIndrayuda. 2013.

PengantarSosiologiSeni. UNP Press Padang.

Dwiyana, dkk. 2001. Permainan Tradisional Sumatera Barat, Padang: Museum Negeri Propinsi Sumatera Barat Adityawarman.

Gunawan, 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek. Jakarta:

PT BumiAksara.

Idrus, 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.

Yogyakarta : Erlangga.

Johnson, Paul Doyle. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II. Jakarta: PT Gramedia.

Kusumohamodjojo, Budiono. 2000.

Kebhinekaan Masyarakat Indonesia.

Jakarta: Grasindo.

Lubis, M. 2000. Masyarakat dan Kebudayaan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nuraeni, H. G dan Alfan, Muhammad. 2012.

Studi Budaya Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

(9)

9 Rangkuti, Sofia. 2002. Manusia Indonesia

dan Kebudayaan di Indonesia, TeoridanKonsep. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Ruslan, Rosadi. 2013. Metode Penelitian:

Public Relation & Komunikasi. Jakarta:

Rajawali Pers

Sudono. 1995. Keterampilan Anak dalam Bermain. Jakarta: Tim Pustaka Phoenix.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfabeta.

Suhendi. Hendi. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Pustaka Setia.

Suryabrata, Sumadi. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wirawan, I.B. 2012. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Defenisi Sosial, dan Perilaku Sosial) Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

Skripsi:

Gopena, S. 2016. “Permainan Tradisional Anak di Indonesia”. Jurnal Pedia Indosesia

Herlina. 2013. “Perkembangan Masa Remaja”. Jurnal Bibliotherapy.

Yupipit, Isrila Welly Yupipit. 2014

Perubahan Pola Bermain Anak (Studi Kasus Anak Usia Sekolah di Nagari Koto Nan Duo Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan”.

Skrip STKIP PGRI Sumatera Barat.

Putriadi, Melisa. 2014. “Perancangan Komik Permainan Tradisional Sipak Tekong di Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang Pariaman”. Skripsi Universitas Negeri Padang.

Ulfatun, Siti. 2014. “Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak di TK ABA Rejodani Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta”. Skripsi Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Per soal ankej ahat ant i dakt er bat aspadamasal ahzamant eknol ogi moder nsaati ni .Dewasai ni ,i l mupenget ahuandant eknol ogiber kembang semaki nmaj udanr el at i fcepat