• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mata Uang Digital Cryptocurrrency sebagai sarana investasi dan Transaksi bisnis menurut filsafat hukum islam

N/A
N/A
Zaky Zhafran King Mada

Academic year: 2023

Membagikan "Mata Uang Digital Cryptocurrrency sebagai sarana investasi dan Transaksi bisnis menurut filsafat hukum islam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MATA UANG DIGITAL CRYPTOCURRENCY SEBAGAI SARANA INVESTASI DAN TRANSAKSI BISNIS MENURUT FILSAFAT HUKUM ISLAM

PAPER HUKUM

Oleh:

ZAKY ZHAFRAN KING MADA

No. Mahasiswa: 2006616524

(2)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS INDONESIA 2021

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini masyarakat marak akan adanya mata uang digital yang lebih dikenal dengan namanya cryptocurrency. Cryptocurrency termasuk ke dalam kemajuan teknologi di bidang ekonomi, yaitu dimana cryptocurrency merupakan uang yang berada di dalam dunia maya, yang tidak ada bentuknya secara real. Cryptocurency memiliki banyak macam, antara lain Ripple, Lisk, Ether, MaidSafeCoin, Litecoin, StorjCoinX, Ethereum, DogeCoin, Dash, Monero, Zcash, dan Bitcoin. Dengan uang virtual itu, kini, transaksi bisnis dapat dilakukan secara daring tanpa melibatkan pihak penengah seperti bank. Transaksi dilakukan seketika, lintas negara, lintas benua, lebih cepat, lebih mudah, lebih murah, dan lebih terjamin kerahasiaannya. Cryptocurrency merupakan mata uang digital yang tidak diregulasi oleh pemerintah, dan tidak termasuk mata uang resmi.1 Konsep cryptocurrency inilah yang menjadi dasar untuk melahirkan mata uang digital yang saat ini terkenal dengan mata uang Bitcoin sebagai alat pembayaran layaknya mata uang pada umumnya.

1 Mengenal Kriptografi, Http://infobtc.blogspot.com/2014/01/mengenalkriptografi.html?m=1,akses 18 mei 2021

(3)

Bitcoin adalah salah satu dari beberapa mata uang digital yang pertama kali muncul pada tahun 2009 yang diperkenalkan oleh Satoshi Nakamoto sebagai mata uang digital yang berbasiskan cryptography. Bitcoin diciptakan oleh jaringan Bitcoin sesuai dengan kebutuhan dan permintaan Bitcoin, melalui sistematis berdasarkan perhitungan matematika secara pasti. Bitcoin adalah jaringan pembayaran berdasarkan teknologi peer-to-peer dan open source. Setiap transaksi Bitcoin disimpan dalam database jaringan Bitcoin. Ketika terjadi transaksi dengan Bitcoin, secara otomatis pembeli dan penjual akan terdata di dalam jaringan database Bitcoin.2 Bitcoin belum memenuhi beberapa unsur dan kriteria sebagai mata uang yang berlaku di Indonesia. Seperti dalam UU Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa: “mata uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah”. Bitcoin bukanlah mata uang yang dikeluarkan oleh negara, namun Bitcoin dikeluarkan melalui sistem cryptography jaringan-jaringan komputer.

Kemudian selain dari pada itu dalam Pasal 1 ayat 6 dan 7 disebutkan bahwasanya bahan baku yang digunakan sebagai uang ialah kertas dan logam. Bitcoin sendiri tidak berwujud koin, kertas, perak, maupun emas. Bitcoin hanyalah sebuah mata uang digital yang dikendalikan oleh perangkat lunak jaringan komputer.

Legalitas penggunaan Bitcoin serta hukum penggunaannya dalam transaksi bisnis menurut syariat Islam masih terjadi pro-kontra (khilafiyah) di kalangan pakar ekonomi dan ulama. Penelitian ini berada pada kerangka keilmuan Teknokultur. Teknokultur berada di antara dua lingkaran keilmuan, yakni teknologi di satu sisi dan kultur di sisi yang lain. Di tengah terdapat irisan berupa religiusitas values (nilai agama, kepercayaan, spiritualitas, kemanusiaan, dan nilai keadaban budaya). Dalam penelitian ini, sisi

2 Oscar Darmawan, Bitcoin Mata Uang Digital Dunia,Jakarta, Jasakom.com, 2014, hlm. 19

(4)

teknologi adalah cryptocurrency Bitcoin terutama tentang teknologi Blockchain. Sisi kultur adalah efek sosial ekonomi dari penggunaan Bitcoin dalam transaksi bisnis yang cenderung dapat mengacaukan sistem moneter negara.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana hukum penggunaan Cryptocurrency sebagai instrument investasi dan transaksi bisnis menurut syariat islam?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui hukum penggunaan Cryptocurrency sebagai instrument investasi dan transaksi bisnis menurut islam.

D. SUMBER DATA

Sumber data yang penulis gunakan adalah referensi buku, jurnal dan artikel, laporan resmi dan media internet. Dengan sumber data yang penulis gunakan ini, penulis mencoba untuk membahas mengenai hukum cryptocurrency dalam perspektif hukum islam.

BAB II

B. PEMBAHASAN

(5)

Bitcoin statusnya adalah mata uang. Karena itu, membeli bitcoin, hakekatnya menukar uang dengan uang. Orang yang membeli bitcoin dengan rupiah, hakekatnya dia menukar rupiah dengan bitcoin. Landasan Al-Quran. Ada dua ayat yang dijadikan landasan pembahasan hukum penggunaan Bitcoin, baik sebagai instrumen investasi maupun sebagai instrumen transaksi bisnis, yaitu surat al-Nisa [4] ayat 29 dan surat al- Maidah [5] ayat 90. Allah SWT berfirman: “Wahai orangorang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu ”Wahai orang-orang yang beriman!

Sesungguhnya minuman keras, maysir (judi), (berkurban) untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung”. 3

Surat an-Nisa ayat 29. “Hai orang-orang yang beriman, Jangan kamu memakan harta-harta saudaramu dengan cara yang batil, kecuali harta itu diperoleh dengan jalan dagang yang ada saling kerelaan dari antara kamu. Dan jangan kamu membunuh diri-diri kamu, karena sesungguhnya Allah Maha Pengasih kepadamu”. Surat an-Nisa ayat 29 tersebut merupakan larangan tegas mengenai memakan harta orang lain atau hartanya sendiri dengan jalan bathil. Memakan harta sendiri dengan jalan batil adalah membelanjakan hartanya pada jalan maksiat. Memakan harta orang lain dengan cara batil ada berbagai caranya, seperti pendapat Suddi, memakannya dengan jalan riba, judi, menipu, menganiaya. Termasuk juga dalam jalan yang batal ini segala jual beli yang dilarang syara.4

3 Asep Zaenal Ausop, Elsa Silvia Nur Aulia, “Teknologi Cryptocurrency Bitcoin Untuk Investasi dan Transaksi bisnis menurut syariat islam” Jurnal Sosioteknologi, Edisi No. 1 Vol. Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, tahun 2018, hlm. 83.

4 Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Alhakam, Kencana, Binjai, 2006, hlm. 258.

(6)

Berdasarkan hal tersebut, akad yang batil adalah akad yang rusak dan tidak sah.

Tidak sah itu dapat karena dzat ataupun karena faktor lain, seperti riba, korupsi, khianat, dan judi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah an taradhin atau rida sama rida, sedangkan rida itu pekerjaan yang rahasia dan tersembunyi. Oleh karena itu, agar sikap rida dapat diketahui, perlu ada ijab kabul dalam setiap transaksi bisnis.5

Dalam kaitannya dengan penggunaan Cryptocurrency, para pengguna menggunakan Cryptocurrency sebagai alat trading atau dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari pertukaran mata uang dengan spekulasi. Menurut Ahli Fikih, Gharar adalah sifat dalam Muamalah yang menyebabkan sebagian rukunnya tidak pasti (mastur alaqibah). Secara operasional, kedua belah pihak dalam transaksi baik terkait kualitas, kuantitas, harga dan waktu penyerahan barang sehingga pihak kedua dirugikan. Gharar ini terjadi bila mengubah sesuatu yang pasti menjadi tidak pasti. Gharar hukumnya dilarang dalam Syariat Islam, oleh karena itu melakukan transaksi atau memberikan syarat dalam akad yang ada unsur Ghararnya itu hukumnya tidak boleh, sebagaimana Hadits Rasulullah Saw:

ِرَرَغْلا ِعَْيب ْنَع َملَسَو ِهَْيلَع ّّللا َىلَص ِّللا َلْىُسَر َىَهنَ

Terjemahan: “Rasulullah Saw. Melarang jual beli yang mengandung Gharar6

Cryptocurrency sebagai alat pembayaran, Dalam hadis dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Saw bersabda,

5 Asep Zaenal Ausop, Elsa Silvia Nur Aulia, Op. Cit hlm 84.

6 Adiwarman A. Karim dan Oni Sahroni, Riba, Gharar, dan Kaidah-Kaidah Ekonomi Syariah Analisis Fikih dan Ekonomi, h. 77-78

(7)

“Jika emas dibarter dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum bur (gandum halus) ditukar dengan gandum bur, gandum syair (kasar) ditukar dengan gandum syair, korma ditukar dengan korma, garam dibarter dengan garam, maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda yang dibarterkan berbeda maka takarannya boleh sesuka hati kalian asalkan tunai” (HR. Muslim 4147).

Semua benda yang disepakati berlaku sebagai mata uang dan alat tukar. Meskipun bahannya bukan emas dan perak. Dalam Tarikh al-Baladziri disebutkan, Bahwa Umar bin Khattab berkeinginan membuat uang dari kulit unta. Namun rencana ini diurungkan karena khawatir, onta akan punah.7 Sekalipun keputusan ini tidak dilaksanakan, tapi kita bisa melihat bahwa para sahabat mengakui bolehnya memproduksi mata uang dengan bahan dari selain emas dan perak. Rencana ini dibatalkan, karena mengancam poopulasi onta.

Bisa saja, ada orang yang menyembelih onta, hanya untk diambil kulitnya. Sementara dagingnya bisa jadi tidak dimanfaatkan. Andai bukan kebijakan masalah kelestarian onta, akan diterbitkan mata uang berbahan kulit onta. Inilah yang menjadi dasar para ulama, bahwa mata uang tidak harus berbahan emas dan perak. Karena itu, Syaikhul Islam mengatakan, Sebagian ulama berkata, “Uang adalah suatu benda yang disepakati oleh para penggunanya sebagai (alat tukar), sekalipun terbuat dari sepotong batu atau kayu”.

(Majmu’ Fatawa, 19/251). Kesimpulannya, hingga titik ini, penggunaan bitcoin secara hukum syariah dibolehkan, tidak ada sisi pelanggarannya, selama itu dimiliki secara legal dan bukan melalui pembajakan atau penipuan.

7 As-Syarhul Kabir, Ibnu Qudamah, jilid 4 h.126

(8)

Adapun 11 Point dari Majelis Ulama Indonesia tentang Cryptocurrency Bitcoin8 1. Bitcoin adalah bagian dari perkembangan teknologi digital yang ingin

membuat alat tukar transaksi bahkan investasi di luar kontrol bank sentral dan pemerintah manapun di dunia manapun. Bitcoin sepenuhnya mekanisme pasar digital tergantung permintaan dan suplai.

2. Bitcoin adalah mata uang digital yang tersebar dalam jaringan peer-to-peer.

Jaringan ini memiliki buku akuntansi besar bernama Blockchain yang dapat diakses oleh publik, didalamnya tercatat semua transaksi yang pernah dilakukan oleh seluruh pengguna Bitcoin.

3. Penyebaran Bitcoin dimulai pada tahun 2009 yang diperkenalkan dengan oleh nama samaran Satoshi Nakamoto sebagai mata uang digital yang berbasiskan cryptography. Penggunaan lainnya untuk menunjang kehidupan masyarakat dalam jual beli mata uang digital disebut cryptocurrency.

4. Cryptocurrency adalah mata uang digital yang tidak diberikan regulasi oleh pemerintah dan tidak termasuk mata uang resmi. Bitcoin dibatasi hanya 21 juta, yang dapat diperoleh dengan cara: membelinya atau menambangnya. Ia dapat berguna sbgi alat tukar dan infestasi.

5. Bitcoin pada beberapa negara digolongkan sebagai mata uang asing.

Umumnya tidak diakui otoritas dan regulator sebagai mata uang dan alat tukar resmi karena tidak merefresentasikan nilai aset. Transaksi Bitcoin mirip Forex, maka tradingnya kental rasa spekulatif.

8 https://kumparan.com/kumparannews/11-poin-mui-tentang-bitcoin-yang-diharamkan-sebagai-investasi diakses pada tanggal 18 mei 2021

(9)

6. Sebagian ulama mengatakan, Bitcoin sama dengan uang karena menjadi alat tukar yang diterima oleh masyarakat umum, standar nilai dan alat saving.

Namun ulama lain menolaknya sebagai pengakuan masyarakat umum karena masih banyak negara yang menolaknya.

7. Definisi uang:” “uang: segala sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima secara umum, apa pun bentuk dan dalam kondisi seperti apa pun”

8. Fatwa DSN MUI Transaksi jual beli mata uang adalah boleh dengan ketentuan: Tidak untuk spekulasi, ada kebutuhan, apabila transaksi dilakukan pada mata uang sejenis nilainya harus sama dan tunai (attaqabudh). Jika berlainan jenis harus dengan kurs yang berlaku saat transaksi dan tunai.

9. Bitcoin sebaga alat tukar hukumnya boleh dengan syarat harus ada serah terima (taqabudh) dan sama kuantitas jika jenisnya sama. Dan jika jenisnya berbeda disyaratkan harus taqabudh secara haqiqi atau hukmi (ada uang, ada bitcoin yang bisa diserahterimkan).

diqiyaskan dengan emas dan perak, semua benda yang disepakati berlaku sebagai mata uang dan alat tukar. Meskipun bahannya bukan emas dan perak.

Dalam Tarikh al-Baladziri disebutkan, Bahwa Umar bin Khattab berkeinginan membuat uang dari kulit unta. Namun rencana ini diurungkan karena khawatir, onta akan punah. (Futuh al-Buldan, al-Baladziri)

Sekalipun keputusan ini tidak dilaksanakan, tapi kita bisa melihat bahwa para sahabat mengakui bolehnya memproduksi mata uang dengan bahan dari selain emas dan perak. Rencana ini dibatalkan, karena mengancam poopulasi onta. Bisa saja, ada orang yang menyembelih onta, hanya untuk diambil

(10)

kulitnya. Sementara dagingnya bisa jadi tidak dimanfaatkan. Andai bukan kebijakan masalah kelestarian onta, akan diterbitkan mata uang berbahan kulit onta. “Andaikan orang-orang membuat uang dari kulit dan dijadikan alat tukar oleh mereka, maka saya melarang uang kulit itu ditukar dengan emas dan perak dengan cara tidak tunai”. (Al-Mudawwanah Al-Kubra, 3/90).

10.Bitcoin sebagai investasi lebih dekat pada gharar (spekulasi yang merugikan orang lain). Sebab keberadaannya tak ada aset pendukungnya, harga tak bisa dikontrol dan keberadaannya tak ada yang menjamin secara resmi sehingga kemungkinan besar banyak spekulasi ialah haram.

11.Bitcoin hukumnya adalah mubah sebagai alat tukar bagi yang berkenan untuk menggunakannya dan mengakuinya. Namun Bitcoin sebagai investasi hukumnya adalah haram karena hanya alat sepekulasi bukan untuk investasi, hanya alat permainan untung rugi buka bisnis yang menghasilkan.

(11)

BAB III C. KESIMPULAN

Di dalam perspektif Hukum Islam, Cryptocurrency bisa saja mempunyai unsur gharar dan maysir karena penggunaannya seperti untuk spekulasi dan tidak dapat dilihat bentuk fisiknya. Transaksi Bitcoin tradingnya kental rasa spekulatif. Bitcoin sebagai investasi lebih dekat pada gharar (spekulasi yang merugikan orang lain). Sebab keberadaannya tak ada aset pendukungnya, harga tak bisa dikontrol dan keberadaannya tak ada yang menjamin secara resmi sehingga kemungkinan besar banyak spekulasi ialah haram. Dan Penggunaan Bitcoin untuk transaksi adalah hukumnya Mubah (boleh) selama itu dimiliki secara legal dan bukan melalui pembajakan atau penipuan.

(12)

D. DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Alhakam, Kencana, Binjai, 2006, hlm. 258.

Adiwarman A. Karim dan Oni Sahroni, Riba, Gharar, dan Kaidah-Kaidah Ekonomi Syariah Analisis Fikih dan Ekonomi,

As-Syarhul Kabir, Ibnu Qudamah, jilid 4

Oscar Darmawan, Bitcoin Mata Uang Digital Dunia, Jasakom, Jakarta 2014.

Jurnal Sosioteknologi, Edisi No. 1 Vol 2018

Mengenal Kriptografi, Http://infobtc.blogspot.com/2014/01/mengenalkriptografi.html?m=1

(13)

https://kumparan.com/kumparannews/11-poin-mui-tentang-bitcoin-yang-diharamkan-sebagai- investasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari paparan-paparan di aatas, dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Cheryll Glotfelty dan Harold Fromm, bagaimana peranan lingkungan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mata uang atau kurs adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang dipergunakan