Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari agregat alam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang berasal dari Kabupaten Kutai Timur, agregat halus ex. Pengujian ini menggunakan metode SNI ASTM C136.2012, pengujian ini meliputi pemisahan partikel agregat halus dan agregat kasar dengan cara filtrasi. Jumlah contoh uji agregat halus setelah dikeringkan minimal harus 300 gram dan contoh uji agregat kasar harus memenuhi tabel 4.1.1.
Berdasarkan analisa saringan butiran kasar diatas, maka terbentuk kurva gradasi butiran kasar dengan ukuran maksimum 19 mm sebagai berikut. Hasil pengujian berat jenis dan daya serap air agregat halus disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.1.4 Hasil pengujian berat jenis dan daya serap agregat halus. Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa kandungan organik pada agregat halus dihasilkan dengan menggunakan standar warna atau tempat organik yaitu No.3.
Hasil pengujian agregat kasar dengan metode jumlah material dalam agregat yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200) disajikan pada tabel berikut. Pengujian ini menggunakan metode SNI untuk mengetahui ketahanan aus agregat kasar dengan menggunakan mesin gerinda di Los Angeles. Hasil Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasive Los Angeles dan Pengujian Abrasi Agregat Kasar Metode B.
Berdasarkan tabel hasil pengujian kadar air agregat kasar dan agregat halus diperoleh hasil rata-rata agregat kasar 0,24% dan agregat halus 0,36%.
Perhitungan Rencana Campuran Beton (Mix Design)
Secara umum ukuran nominal maksimum agregat haruslah yang terbesar yang dapat diperoleh secara ekonomis dan ditetapkan sesuai dengan dimensi komponen struktur/bangunan.Ukuran nominal maksimum agregat tidak boleh melebihi 1/5 dimensi terkecil. antara dinding bekisting/isi, 1/3 tebal pelat pelat, tidak lebih dari ¾ jarak minimum pada batang tulangan prategang atau tendon tulangan. Jika diinginkan beton berkekuatan tinggi, maka hasil terbaik dapat diperoleh dengan ukuran agregat nominal yang lebih kecil karena ini akan memberikan kekuatan yang lebih tinggi pada rasio air-semen tertentu. Agregat bulat dan sudut kasar, baik mutunya baik maupun dengan mutu yang sama, diharapkan dapat menghasilkan beton dengan kuat tekan yang kurang lebih sama untuk jumlah semen yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam rasio air-semen atau air-(semen). - rasio pozzolan) yang dihasilkan dan kebutuhan air pencampuran yang berbeda.
Perkiraan kebutuhan kadar air dan udara pencampuran untuk berbagai kemerosotan dan ukuran nominal maksimum agregat batu pecah. Apabila data tersebut tidak tersedia, maka untuk memperkirakan nilai lama beton dengan menggunakan semen Portland tipe I, untuk menentukan perbandingan air-semen dapat digunakan tabel 4.2.4. Dengan bahan tertahan, nilai w/c akan memberikan kekuatan seperti pada Tabel 4.2.4, berdasarkan hasil pengujian benda uji berumur 28 hari yang disimpan pada kondisi standar laboratorium.
Untuk agregat tertentu, w/c atau w/(c+p), kekuatan akan meningkat seiring dengan berkurangnya ukuran agregat maksimum nominal. Agregat dengan ukuran nominal dan gradasi maksimum yang sama akan menghasilkan beton dengan sifat kemampuan kerja yang memuaskan jika digunakan volume agregat tertentu (kering oven) per satuan volume beton. Volume agregat kasar per satuan volume beton dapat dilihat pada Tabel 4.2.5 atau dapat dilakukan perhitungan analitis atau grafis.
Namun harus dipastikan bahwa hasil uji kemerosotan, rasio air-semen atau rasio air (semen, material semen) dan sifat kekuatan beton masih memenuhi rekomendasi pada langkah 1 dan langkah 4 serta memenuhi spesifikasi kebutuhan proyek. dalam pertanyaan. Setelah menyelesaikan langkah ke 6, seluruh komponen material beton dapat diperkirakan, kecuali agregat halus.Metode yang dapat digunakan untuk menentukan agregat halus adalah metode berdasarkan berat atau berdasarkan volume absolut. Perhitungan campuran beton normal (mix design) mutu f'c 40 MPa dengan agregat kasar (ex selabing) dan agregat halus (ex Muara Wahau) menggunakan metode SNI sebagai berikut.
Hasil perbandingan air-semen (fas) diperoleh dengan menghitung rumus interpolasi pada tabel 4.2.4. Dengan diketahuinya jumlah air, semen dan agregat kasar, maka bahan lain yang digunakan untuk membuat 1 m³ beton adalah agregat halus dan udara yang terperangkap. Dari tabel 4.2.5, massa 1 m³ beton bebas udara yang dibuat dengan agregat dengan ukuran nominal maksimum 19 mm diperkirakan sebesar 2345 kg.
Dengan jumlah air, semen dan agregat kasar yang ada, serta perkiraan adanya udara terperangkap maksimal 2% seperti yang diberikan pada Tabel 4.2.3, maka kandungan pasir dapat dihitung sebagai berikut. Pengujian menunjukkan kadar air agregat halus 0,36%, agregat kasar 0,24%, dan daya serap agregat halus 1,10%, agregat kasar 3,56%.
Pengujian Kuat Tekan Silinder (150x300mm)
Langkah-langkah diatas merupakan proses sebelum dan sesudah dilakukan uji kuat tekan silinder (150x300mm), berikut hasil penelitian yang dilakukan, pada tabel berikut ini. Terlihat pada tabel 4.4.2 hasil pengujian kuat tekan pada umur 28 hari diperoleh hasil pengujian sebesar 50,16 N/mm².
PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran-Saran
- Penutup
- Saran
Kuat tekan yang diprediksi f'c adalah 40 MPa dan target kuat tekan rata-rata (f'cr) adalah 49 MPa. Muara Wahau dapat digunakan untuk produksi beton di daerah ini, hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap agregat dan kekuatan beton. Hasil evaluasi kinerja Unit IPA Gunung Lingai Kota Samarinda Utara di atas diperoleh posisi tumbuh/agresif (pada Kuadran I) karena kondisi internal lebih banyak faktor kekuatannya (28) dibandingkan dengan faktor kelemahannya (24), sedangkan kondisi eksternal dikatakan cukup menguntungkan apabila faktor peluang (40) lebih besar dibandingkan dengan nilai bobot bahaya (13).
Situasi ini menempatkan kinerja Unit IPA Gunung Lingai Kota Samarinda Utara pada posisi tumbuh/agresif (pada kuadran I) dan penerapan strategi optimalisasi internal dengan ekspansi penuh. Pertumbuhan/Posisi Agresif (pada kuadran I): merupakan kondisi internal dimana faktor kekuatan lebih besar dibandingkan faktor kelemahan dan kondisi eksternal dimana faktor peluang lebih besar dibandingkan faktor ancaman. Dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT untuk mendiagnosis kondisi eksternal berupa kekuatan dan kelemahan serta kondisi internal faktor peluang dan ancaman.
Berdasarkan hasil analisis pengelolaan, program pokok pengembangan kinerja IPA Unit Gunung Lingai Kabupaten Samarinda Utara adalah sebagai berikut. Pelaksana Unit IPA Gunung Lingai Kecamatan Samarinda Utara – PDAM Kota Samarinda hendaknya konsisten dalam meningkatkan kinerja sesuai dengan program yang direncanakan dalam penelitian ini. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Unit Ilmiah Gunung Lingai Kecamatan Samarinda Utara hendaknya dilakukan secara terus menerus dan bertahap dengan memperhatikan peningkatan karir pegawai dan penghargaan terhadap pegawai.
DAFTAR PUSTAKA