• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Green Architecture

N/A
N/A
Puji Sukmaningsih

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen Green Architecture"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Gedung Olahraga (GOR)

Gedung_olahraga merupakan suatu bangunan yang di pergunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan olahraga yang dimaksimalkan di dalam gedung (Departemen Pekerjaan Umum, 1994). Dasar-dasar perencanaan gedung olahraga adalah ruangan yang memiliki banyak fungsi, ruangan untuk olahraga, dan juga ruangan yang mempunyai macam peranan (Neufert, 2003). Gedung_olahraga mempunyai ruang utama yang di khususkan untuk kegiatan olahraga, namun memiliki beberapa ruang lain yang mencakupinya (Kementrian Pekerjaan Umum, 2007). Sehingga dapat_disimpulkan_bahwa gedung olahraga adalah suatu sarana dan prasarana yang_dapat difungsikan macam-macam kegiatan olahraga beserta bagian pendukung lainnya.

a. Klasifikasi Gedung Olahraga

Menurut Peraturan_Sekretaris Kementrian_Pemuda dan_Olahraga No.,145_Tahun,2016 terdapat beberapa tipe gedung_olahraga. Gedung Olahraga (GOR) ,dapat digolongkan_menjadi 3 tipe,yaitu,tipe A, B, C.

1) GOR tipe A dengan Panjang ± 50m, lebar ± 40m, tinggi_diatas_area permainan_± 15m serta tinggi_diluar_area permainan_± 5,5m. Digunakan untuk pertandingan tingkat internasional.

2) GOR tipe B dengan Panjang ± 50m, lebar ± 25m, tinggi_diatas_area permainan_± 12,5m dan tinggi_di luar_area permainan_yaitu_± 5,5m.

Digunakan untuk pertandingan tingkat nasional.

3) GOR tipe C dengan Panjang ± 30m, lebar ± 20m, tinggi_diatas_area_permainan_±_9 m, _dan tinggi_zona bebas,(di luar_area permainan) _± 5,5m.,Digunakan untuk pertandingan olahraga tingkat lokal/daerah.

commit to user 6

(2)

Berikut merupakan Tabel 2.1 Ukuran arena GOR dan Tabel 2.2 kapasitas penonton berdasarkan Tipenya.

Tabel 2.1. Ukuran Arena GOR Tipe GOR Panjang

dan zona bebas

Lebar dan Zona bebas

Tinggi arena permaina n

Tinggi Zona bebas

Tipe A 50 40 15 5,5

Tipe B 40 25 12.5 5,5

Tipe C 30 20 9 5,5

Sumber : (Oliver, 2013) Standar Prasarana Olahraga Berupa Bangunan Gedung Olahraga

Tabel 2.2. Kapasitas Penonton Berdasarkan Tipe

Kapasitas GOR Jumlah Kursi Tribun

Tipe A Minimal 3000

Tipe B 1000-3000

Tipe C Maksimal 1000

Sumber : Standar Prasarana Olahraga Berupa Bangunan Gedung Olahraga

Berdasarkan Kajian tim Green Architecture mengenai perencanaan Blockplan kampus V FKIP UNS yang sudah di setujui pembimbing, Gedung Olahraga yang dapat direncanakan menyesuaikan ketersediaan lahan dalam kampus V FKIP UNS adalah gedung olahraga tipe C.

b. Kriteria Lapangan Gedung Olahraga

Penggolongan Gedung Olahraga_berdasarkan_Peraturan Sekretaris_Kementrian_Pemuda dan_Olahraga No.,145_Tahun,2016 Berikut ini adalah kriteria arena lapangan beberapa cabang olahraga antara lain :

1) Gambar 2.1 Lapangan_Bulu_Tangkis GOR Type C 2) Gambar 2.2 Lapangan_Bola_voli GOR Type C 3) Gambar 2.3 Lapangan_Basket GOR Type C 4) Gambar 2.4 Lapangan_Futsal GOR Type C

(3)

Gambar 2.1. Lapangan Bulu Tangkis GOR Tipe C

commit to user

(4)

Gambar 2. 2. Lapangan Bola Voli GOR Tipe C

(5)

Gambar 2.3. Lapngan Basket GOR Tipe C commit to user

(6)

Gambar 2.4. Lapangan Futsal GOR Tipe C c. Fasilitas Penunjang Gedung Olahraga

(7)

Ketentuan mengenai ruang rehat pemain menurut (Oliver, 2013) pada Permenpora RI No.0445 Tahun 2014 Tentang_Standar Prasarana_Olahraga Berupa_Bangunan Gedung,Olahraga, sebagai berikut:

a) GOR Tipe C memiliki ruang ganti pemain sebanyak 2 unit dan terletak dekat dengan lapangan yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain :

(1) Toilet yang di lengkapi minimal 2 unit wastafel beserta cerminnya, 2 unit urinoir dan 2 unit closet

(2) Ruang bilas untuk pemain yang dilengkapi shower dengan air panas berjumlah minimal 2 unit

(3) Ruang ganti pemain yang dilengkapi loker serta tempat duduk untuk pemain berjumlah minimal 10, .

2) Ruang medis

Ketentuan mengenai ruang rehat pemain menurut (Oliver, 2013) pada Permenpora RI No.0445_Tahun 2014_Tentang_Standar Prasarana_Olahraga Berupa Bangunan Gedung_Olahraga Ruang_medis untuk_gedung olahraga_tipe C harus memiliki ketentuan sebagai berikut :

a) satu_tempat tidur_untuk pemeriksaan_atau perawatan sementara b) satu_bak cuci_tangan,dan satu_unit closet._

3) Ruang latihan beban

Ketentuan mengenai ruang rehat latihan beban menurut (Oliver, 2013) pada Permenpora RI No.0445 Tahun 2014_Tentang Standar,Prasarana Olahraga,Berupa Bangunan,Gedung Olahraga, Gedung_olahraga Tipe C diperbolehkan tidak memakai ruang latihan beban.

4) Ruang rehat pemain (player’s lounge)

Ketentuan mengenai ruang rehat pemain menurut (Oliver, 2013) pada Permenpora RI No.0445 Tahun 2014 Tentang Standar Prasarana Olahraga Berupa Bangunan Gedung Olahraga, Gedung olahraga bertipe C mempunyai ketentuan luas minimal 20 m2.

5) Fasilitas Pengelola Gedung Olahragacommit to user

(8)

Ketentuan mengenai fasilitas pengelola Gedung Olahraga menurut (Oliver, 2013) pada_Permenpora RI_No.0445_Tahun 2014_Tentang Standar_Prasarana Olahraga_Berupa_Bangunan Gedung_Olahraga:

a) Gudang alat olahraga dan alat kebersihan

Gudang olahraga tipe C memiliki tempat penyimpanan alat olahraga dan alat untuk kebersihan dengan ketentuan luas minimal 20 m2 untuk menyimpan alat olahraga dan untuk menyimpan alat kebersihan minimal 10 m2.

b) Ruang_kontrol

Gedung olahraga memiliki ruang kontrol sebagai pusat kontrol pengendali bangunan dan letaknya strtegis sehingga dapat pandangan dapat menjangkau area pertandingan ataupun tribun. Pengendalian tersebut antara lain :

(1) Pengeras suara

(2) Pencahayaan pertandingan

(3) Papan/ Video tron/ Scoring Board (4) Kamera CCTV

6) Fasilitas Penonton

Ketentuan mengenai fasilitas penonton menurut (Oliver, 2013) pada Permenpora RI No.0445_Tahun 2014_Tentang_Standar Prasarana_Olahraga Berupa_Bangunan Gedung_Olahraga adalah sebagai_berikut

a) Tribun/Tempat duduk untuk penonton

Tribun/Tempat duduk untuk penonton memiliki kriteria dimensi per individu dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Tinggi minimal untuk kursi adalah 40 cm dan maksimal 48 cm dan lebar setiap lantai undakan yaitu 80 cm.

Berikut adalah gambar 2.5 Tempat duduk penonton

(9)

Gambar 2.5. Tempat Duduk Penonton

Sumber_: (Departemen_Pekerjaan_Umum, 1994)

(2) Kursi penonton biasa mempunyai panjang 45-50 cm belum termasuk pegangan samping, sedangkan untuk VIP adalah 50-60 cm

(3) persyaratan kenyamanan (ergonomic) harus memenuhi yaitu terbuat_dari bahan_dan sistem pemasangan,yang kokoh,,tidak mudah,dirusak dan aman,terhadap perambatan,api (flame retardent)

(4) Jarak,kursi kesamping,minimum 30,cm, bila_masih menggunakan,tempat duduk,memanjang (bangku),maka jarak minimum,3cm tersebut,harus dibuat,dengan tegas dari,cat atau_bahan lain,dan bernomor,untuk menjamin bahwa,setiap 1 tempat,duduk hanya,ditempati 1,orang.

(5) Perbedaan_ketinggian lantai undakan tribun juga harus disesuaikan dengan_analisa pandangan_bebas kedepan agar_pandangan tidak,terhalang,penonton yang,duduk di barisan,depannya, minimum,12 cm_

(6) Setiap 16 buah deretan tempat duduk (a) harus terdapat tangga selebar 1,2 m (b) dan bila lebar tangga adalah 1,8 maka tangga harus dipasang pegangan yang kokoh dan halus.commit to user

(10)

(7) Jumlah maksimal perderet kursi penonton antara dua akses tribun adalah 16 buah.

Berikut adalah gambar 2.6 Tata Letak Tempat Duduk

Gambar 2.6. Tata Letak Tempat Duduk, (a) Tempat duduk perderet berjumlah 16 buah, (b) Tangga selebar 1,2 m atau 1,8 m.

Sumber : (Departemen,Pekerjaan,Umum, 1994) b) Pemisah antara tribun dengan arena pertandingan

Pemisah antara tribun dengan arena pertandingan memiliki ketentuan antara lain :

(1) Tinggi pemisah minimal 1 m dan maksimal 1,2 m berupa pagar yang transparan

(2) Apabila pemisah tribun yang berbentuk balkon memiliki pagar dengan tinggi bagian massif minimal 0,4 m sehingga tinggi keseluruhan 1-1,2 m

(3) Jarak pagar dengan kursi terdepan pada tribun minimal 1,2 m (4) Tribun permanen harus meminimalisir terjadinya blank spot agar

penonton dapat melihat pertandingan dengan nyaman tanpa terhalau oleh penonton lain, yaitu dengan memaksimalkan ketinggian antar lantai tribun.

(5) Tribun untuk kaum diffable diletakan didepan atau di paling belakang dengan lebar minimal 0.9 m

Berikut adalah Gambara 2.7 Pemisah tribun dengan arena pertandingan

Koridor

(b) (a)

(11)

Gambar 2.7. Pemisah Tribun

Sumber : (Departemen,Pekerjaan,Umum, 1994) c) Toilet untuk penonton

Toilet penonton memiliki perbandingan 2:1 antara laki-laki dan perempuan juga harus di pisahkan letaknya dengan ketentuan :

(1) Satu unit toilet untuk 200 laki-laki dan satu unit toilet untuk 100 perempuan.

(2) Tempat cuci tangan beserta cerminnya satu unit untuk 200 laki- laki dan unit untuk 100 perempuan

(3) Untuk urinoir laki-laki satu buah untuk 100 laki-laki d) Fasilitas ibadah

e) Gedung olahraga memiliki fasilitas ibadah yang di sesuaikan daerah masih masing

d. Sirkulasi_Penunjang_GOR

Pendekatan sirkulasi merupakan bentuk gambaran dari perjalan seseorang kegiatan seseorang di dalam suatu kawasan. Sehingga dari sini kita bisa melihat kemana orang itu akan pergi dan membutuhkan akses seberapa besar guna memenuhi standar kenyamanan.

Ketentuan_mengenai_sirkulasi_menurut_SNI_03-3647-1994

menyatakan bahwa Sirkulasi gedung olahraga_yang terdiri_dari penonton pemain_dan pengelola_masing-masing harus_disediakan pintu untuk_masuk ke_dalam gedung. Sirkulasi bagi_masing-masing kelompok agar_diatur sesuai_dengan bagan,,seperti Gambar 2.8.

Min. 2 m Min. 1,2 m

± 1,2 m

commit to user

(12)

Gambar 2.8. Sirkulasi Penunjang GOR

Sumber : Dokumen Pribadi berpedoman pada (Departemen Pekerjaan Umum Yayasan LPMB Bandung, 1994)

e. Tata_cahaya

Ketentuan mengenai tata cahaya menurut SNI 03-3647-1994 menyatakan bahwa Tingkat_penerangan, pencegahan_silau serta sumber_cahaya lampu_harus memenuhi_ketentuan sebagai_berikut :

1) Tingkat_penerangan horizontal_pada arena_1 m diatas_permukaan lantai_untuk ke-3_kelas, sebesar: _

a) Untuk,latihan dibutuhkan,minimal 200,lux;

b) Untuk,pertandingan dibutuhkan,minimal 300,lux

c) Untuk,pengambilan video,dokumentasi dibutuhkan,minimal 1000,lux 2) Penerangan_buatan dan_atau penerangan_alami tidak_boleh

menimbulkan_penyilauan bagi_para pemain; _

3) Pencegahan,silau akibat,matahari harus,sesuai dengan,SK SNI T – 05 – 1989 – F, ,Departemen Pekerjaan,Umum, tentang,Tata Cara Penerangan Alami,Siang hari,untuk rumah,dan gedung; ,

4) Sumber,cahaya lampu,atau bukan,harus diletakan,dalam satu,area pada langit-langit,sedemikian,rupa sehingga,sudut yang,terjadi antarag,aris yang,menghubungkan sumber,cahaya tersebut,dengan titik,terjauh dari,arena setinggi,1,5 m garis,horizontalnya,minimal 300,

(13)

5) Apabila,gedung olahraga,digunakan untuk,menyelenggarakan lebih,dari satu,kegiatan cabang,olahraga, maka,untuk masing-masing,kegiatan harus,tersedia tata,lampu yang,sesuai untuk kegiatan,yang dimaksud; , 6) Masing-masing,tata lampu,harus merupakan,instalasi yang terpisah, ,satu

dengan,lainnya;

7) Apabila,menggunakan tata,cahaya buatan, ,harus disediakan generator,set yang,kapasitas dayanya,minimum 60%,dari daya terpasang, ,generator set,harus dapat,bekerja maksimum,10 detik pada,saat setelah,aliran PLN,padam. ,

Menurut Permenkes RI No.70 Tahun 2016 Pencahayaan Gedung olahraga mempunyai ketentuan yang tersedia pada table 2.3 Pencahayaan GOR sebagai berikut :

Tabel 2.3. Pencahayaan GOR

No Jenis Area Lux Keterangan

1 Ruang Kontrol 300 Tingkat pencahayaan pada permukaan lantai

2 Pintu Masuk 100 Akses masuk ke lobby

3 Area Sirkulasi 100 Untuk lorong bangunan 4 Ruang Ganti, Kamar

mandi

200 Berlau untuk toilet yang tertutup

5 Ruang Penyimpanan 100 Untuk penyimpanan Alat alat olahraga/ kebersihan

6 Tangga 150 Diperlukan kontras pada

anak tangga Sumber : Permenkes RI No.70 Tahun 2016 Kepmenkes No.1405/MENKES/SK/11/02

f. Tata Warna

Ketentuan mengenai tata warna menurut SNI 03-3647-1994 menyatakan bahwa Koefisien refleksi,dan tingkat,warna dari,langit-langit, dinding dan lantai arena harus memenuhi ketentuan yang tersedia pada table 2.4 Tata Warna sebagai berikut

Tabel 2.4 Tata Warna

Komponen Koefisien,Refleksi Tingkat,Warna Langit-Langit,

Dinding,Dalam,Arena

0.5,–,0.75 0.4,- ,0.6

Cerah, Sedang, commit to user

(14)

Lantai,Arena 0.1,–,0.4 Agak,gelap Sumber,:(Departemen Pekerjaan Umum Yayasan LPMB Bandung, 1994)

Tata,Udara Tata,udara dapat,menggunakan ventilasi,alami atau ventilasi,mekanis, serta,harus memenuhi,ketentuan sebagai,berikut:

1) Apabila,menggunakan ventilasi,alami, maka,harus memenuhi: , a) Luas,bukaan minimum,adalah 6 % dari,luas lantai,efektif;

b) Penempatan ventilasi alami harus mengikuti pergerakan udara 2) Apabila,menggunkan ventilasi,buatan, maka,harus memenuhi: ,

a) Volume,pergantian,udara,minimum,sebesar,10-15,m3,/ jam / orang;

b) Alat,ventilasi buatan,tidak menimbulkan,kebisingan di,dalam arena,dan tempat,penonton.

g. Persyaratan Luasan Ruangan GOR

Berikut merupakan gambar 2.5 Jenis, ,Rasio, ,dan Deskripsi Standar Prasarana GOR Menurut Permenpora No.445,Tahun 2014,adalah sebagai,berikut:

Tabel 2.5 Jenis, ,Rasio, ,dan Deskripsi Standar Prasarana GOR

No. Jenis Rasio Deskripsi

1. Ruang Ganti Pemain

3 m2/orang Kapasitas untuk 30 orang Luas minimum 60 m2. 2. Closet Pemain 3 m2/orang Kapasitas untuk 5 orang

Luas minimum adalah 15 m2.

3. Watafel Pemain

3 m2/orang Kapasitas untuk 4 orang Luas minimum adalah 12 m2.

4. R. Bilas 3 m2/orang Kapasitas untuk 6 orang.

Luas minimum adalah 18 m2.

5. Ruang P3K 2 m2/orang Luas R. Rehat adalah 18 m2. Kapasitas untuk 9 orang.

6 Closet Luas minimum adalah 20

m2

7 Watafel 3 m2/orang Luas minimum adalah 20 m2

(15)

9 Closet

Penonton 0,4 m2/orang Luas Tribun adalah 260 m2. Kapasitas untuk 620 orang.

Sumber : Permenkes RI. No. 70 Tahun 2016 Permenpora,RI No.445,Tahun,2014, Data,Arsitek,jilid 2

Jadi dalam perencanaan Gedung Olahraga kampus V FKIP UNS Pabelan mempertimbangkan berdasarkan table 2.4 yang bersumber dari Permenkes RI No. 70 Tahun 2016, Permenpora RI No.0445 Tahun 2014 dan Data arsitek Jilid 2.

2. Green Architecture (GA)

a. Pengertian Green Architecture

Green,Architecture,atau yang biasa,disebut dengan,arsitektur hijau,adalah salah satu konsep dalam perencanaan dan perancangan sebuah bangunan atau kawasan tertentu. Menurut (Tri Karyono : 2008).

Arsitektur,hijau adalah,arsitektur yang,minim,mengonsumsi sumber,daya alam, ,termasuk energi,air, dan,material, serta,minim menimbulkan,dampak negatif,bagi lingkungan. Arsitektur hijau merupakan usaha manusia mempertahankan ekosistem bumi dengan cara meminimalisir kerusakan alam dan lingkungan (Wells, 2003). Oleh karena itu, arsitektur hijau tidak hanya mempertahankan energi yang digunakan, tetapi juga kenyamanan penggunaan di dalam ruangan, bangunan keberlanjutan, dan material bangunan, lingkungan sekitar dan aspek-aspek yang mendukung dalam menjaga lingkungan.

Hal ini sejalan dengan pengertian Green Architecture Menurut Karim (2016) dan Bauer (2007) yang dikutip oleh Saleh dan Saied (2017) Green Architecture adalah filosofi dalam perancangan bangunan yang selaras dengan lingkungan dan sumber daya alam yang ada di sekitar bangunan.

Terdapat beberapa langkah utama dalam merancang bangunan berarsitektur hijau: menggunakan material ramah lingkungan yang berasal dari tempat sekitar, mengurangi beban bangunan, mengoptimalkan sistem, dan menghasilkan energi terbarukan dari bangunan.

Menurut Ibrahim (2017) yang mengutip pernyataan dari Office of Thecommit to user

(16)

Federal Environmental Executive (2010), Green Architecture adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi bangunan dan tapaknya dari hal penggunaan,energi, air,,dan material,,serta mengurangi dampak,negatif bangunan,terhadap kesehatan manusia dan lingkungan sekitar, melalui perencanaan tapak yang lebih baik, desain, konstruksi, pengoperasian, perawatan, dan perobohan bangunan saat masa pakai bangunan telah habis.

Jadi, dapat disintensiskan Green Architecture adalah perencanaan dan perancangan yang meminimalisir dampak suatu bangunan pada kawasan tertentu dengan memperhatikan ekosistem bumi, dan menjadikan bangunan atau kawasan memiliki kemandirian dalam segi energi, biaya perawatan.

b. Prinsip Green Architecture

Prinsip penerapan green architecture menurut,Brenda dan,Robert vale dalam buku “Green Architecture : Design for A sustainable future”, ada 6 prinsip,dalam perencanaan,green architecture

1) Hemat Energi

Suatu bangunan di bangun dan didesain 8 semestinya berdasarkan pertimbangan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan meenggunakan energi seminimal mungkin. Solusinya,adalah desain,bangunan dapat,menyesuaikan dengan kondisi lingkungan,,bukan mengubah lingkungan. Lebih rincinya dengan memanfaatkan matahari dan atau angin sebagai,sumber,energi. Cara merancang desain bangunan hemat energi, sebagai berikut:

a) Menggunakan cahaya matahari sebagai,sumber,listrik melalui panel surya yang dipasang dalam atap stadion. Seperti penggunaan sel surya di gambar 2.9. penggunaan sel surya di atap ini selain sebagai penutup atap namun juga berfungsi menangkap panas yang digunakan sebagai sumber listrik.. Selain menguntungkan dalam hal pemanfaatan sinar matahari menjadi listrik tetapi ini juga menarik bagi pengunjung yang melihatnya.

b) Memasang lampu hanya pada,bagian yang,memiliki

(17)

intensitas cahaya pada lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak intensitas cahaya yang dibutuhkan. Dan penggunaan lampu LED karena selain dapat menghemat energi 85% tetapi juga termasuk dalam lampu yang ramah lingkungan. Pernyataan ini didukung oleh (Rajani et al., 2017), (Sunanda & Gusa, 2012), (Santoso, 2014) dan (Christianto, 2014)

Gambar 2.9. Mega Solar Stadion

Sumber : website www.commons.wikimedia.org 2) Bekerja Sama Dengan Iklim

Bangunan,didesain untuk_bekerja dengan_baik,dengan iklim dan_sumber daya_energi alam. Bangunan green architecture harus menyesuaikan lingkungan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim, dan lingkungan misalnya dengan cara sebagai berikut:

a) Orientasi bangunan terhadap cahaya matahari. Yaitu dengan menerapkan Ventilasi silang (Cross Ventilation) atau bukaan cahaya akan mempengaruhi jumlah udara dan cahaya yang masuk ke dalam ruangan sehingga mengurangi penggunaan AC dan listrik pada gedung olahraga. Sejalan dengan penemuan (Gontha, 2018), (Tommy, 2019), (Safrizal, 2017) dan (Hakim, 2019) yang menerapkan Cross Ventilation untuk gedung olahraga.commit to user

(18)

b) Penggunaan ventilasi diletakan di atas tribun untuk meminimalisir gangguan pada saat pertandingan olahraga.

c) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka tutup untuk mendapat cahaya dan udara sesuai dengan kebutuhan.

d) Roof Garden melindungi dari_paparan sinar_matahari secara_langsung, bising_jalanan dan_polusi serta sebagai pengatur temperatur ruang/pendingin ruangan alami. Dengan ketentuan 26 % dari luas atap. Pernyataan tersebut didasari oleh(Endah Lestari, Irma Wirantina, 2018), (Maria Sudarwani, 2015), dan (Damayanti & Nugraha, 2019)

c) Pembuatan sumur resapan green well sebagai bentuk pengolahan air untuk menampung air hujan dan grey water Seperti pada gambar 2.10 Sistem sumur resapan. Air hasil tampungan sumur resapan dapat digunakan sebagai penggelontor kloset atau menyiram tanaman yang berada di sekitar bangunan. Pernyataan tersebut didasari oleh (Safitri, Purisari, & Mashudi, 2019)(Satriawansyah &

Setiawan, 2018) dan (Karuniastuti, 2014)

Gambar 2.10. Sistem Sumur Resapan

Sumber : https://www.pdamtirtabenteng.co.id/

(19)

d) Pembuatan biopori sebagai bentuk konservasi tanah untuk meminimalisir banjir. Pernyataan ini didasari oleh(Harris, 2015) dan (Permanasari, Hendola, Purisari, & Safitri, 2018)(Sanitya & Burhanudin, 2013).

Berikut merupakan gambar 2.11 Lubang Biopori

Gambar 2.11. Lubang Biopori

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Biopori diakses pada 28-08- 2020, 20.45

3) Memperhatikan Tapak

Perencanaan bangunan didasarkan pada interaksi bangunan dengan tapaknya. Hal ini bermaksud keberadaan bangunan dari segi konstruksi, bentuk, dan operasionalnya tidak merusak lingkungan dengan cara sebagai berikut:

a) Mempertahankan,kondisi,tapak_dengan merencanakan desain,mengikuti bentuk,tapak yang,ada. commit to user

(20)

b) Penggunaan material ramah lingkungan atau tidak merusak alam dan dapat di daur ulang oleh penlitian (Tanuwidjaja, 2018)dan (Edi Pramono dkk. 2019)(Yohana, Griandini, &

Muzambeq, 2017)

c) Menggunakan material saptictank biofiber yang sudah di terapkan pada hotel, apartemen, gedung dan lain lain. Sistem material ini menggunakan pembiakan dari bakteri yang ada didalamnya dan sudah disesuaikan dengan baku mutu limbah standarisasi oleh BPLH (Badan Pengelola lingkungan Hidup).

Gambar 2.12 adalah gambar septicktank Biofiber.

Gambar 2.12 septicktank Biofiber

Sumber : http://www.manufakturfiberid.com/

SeptictankBiofiber.html diakses pada 28-08- 2020, 20.45 4) Memperhatikan Pengguna

(Green_Architecture_mempertimbangkan_kepentingan manusia_di dalamnya). Kenyamanan pengguna perlu di perhatikan dalam perencanaan dan perancangan suatu bangunan. Hal ini dapat diwujudkan dengan memperhatikan kebutuhan pengguna.

5) Membatasi Sumber Daya/ Material Baru

Suatu bangunan didesain berdasarkan pertimbangan tidak merusak alam. Bangunan dirancang,mengoptimalkan,material yang,ada dengan mengurangi penggunaan,material,baru, di mana pada akhir usia pakai suatu bangunan dapat digunakan kembali untuk membuat tatanan arsitektur lain. Jadi, bahan bangunan dapat

(21)

nantinya dapat difungsikan untuk keperluan lain, sehingga bisa mengurangi penggunaan sumber daya yang baru. Dengan cara sebagai berikut

a) Pembuatan biopori selain sebagai meminimalisir banjir tetapi juga dapat difungsikan untuk pembutan kompos. Pernyataan ini didasari oleh (Harris, 2015) dan (Permanasari et al., 2018) (Sanitya & Burhanudin, 2013)

6) Holistik

Semua prinsip di atas harus secara menyeluruh dijadikan sebagai pendekatan dalam membangun sebuah lingkungan).

Prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisah satu sama lain, karena saling berkaitan satu sama lain. Secara satu per satu pasti akan lebih mudah untuk menerapkan prinsip tersebut.

Oleh karena_itu, sebanyak_mungkin dapat

mengaplikasikan_green architecture_yang ada_sesuai potensi yang_ada di_dalam lingkungan_setempat.

Jadi, dapat dalam_merancang bangunan_yang_berkonsep arsitektur_hijau perlu memperhatikan prinsip-prinsip green architecture.

Supaya tujuan dari arsitektur hijau ini bisa tercapai dengan maksimal.

c. Karakteristik Bangunan Berkonsep Green Architecture

Menurut Abdillah (2012) yang dikutip dari penelitian Maryono (2015), karakteristik dari bangunan yang berkonsep arsitektur hijau antara lain :

1) Berkelanjutan

Bangunan berarsitektur hijau harus tetap bertahan dan berfungsi seiring perkembangan zaman, konsisten dengan konsepnya yang bersatu dengan alam tanpa perubahan yang mencolok dan tanpa merusak lingkungan sekitar.

2) Ramah Lingkungan

Bangunan berkonsep arsitektur hijau harus memiliki sifat ramah terhadap alam sekitar, mengonsumsi jumlah energi yang minim,

commit to user

(22)

menggunakan material yang bisa didaur ulang, serta tidak menyebabkan polusi air, tanah, dan udara.

3) Gedung Berperforma Tinggi

Salah satu fungsi dari sifat bangunan ini adalah untuk mengurangi penggunaan energi dengan memanfaatkan energi yang berasal dari lingkungan sekitar dengan dipadukan teknologi mutakhir dan terkini.

Jadi, bangunan yang berkonsep arsitektur hijau harus memiliki karakteristik berkelanjutan, ramah lingkungan, dan gedung berforma tinggi.

d. Pendekatan Green Architecture pada gedung olahraga Kampus V FKIP UNS Pabelan

Pendekatan Pendekatan Green Architecture pada gedung olahraga Kampus V FKIP UNS Pabelan antara lain :

1) Hemat Energi

a) Menggunakan cahaya matahari sebagai,sumber,listrik melalui panel surya yang dipasang dalam atap stadion. Seperti penggunaan sel surya di gambar 2.9. penggunaan sel surya di atap ini selain sebagai penutup atap namun juga berfungsi menangkap panas yang digunakan sebagai sumber listrik.. Selain menguntungkan dalam hal pemanfaatan sinar matahari menjadi listrik tetapi ini juga menarik bagi pengunjung yang melihatnya.

b) Memasang lampu hanya pada,bagian yang,memiliki intensitas,penggunaannya rendah serta menggunakan alat kontrol intensitas cahaya pada lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak intensitas cahaya yang dibutuhkan. Dan penggunaan lampu LED karena selain dapat menghemat energi 85% tetapi juga termasuk dalam lampu yang ramah lingkungan. Pernyataan ini didukung oleh (Rajani et al., 2017), (Sunanda & Gusa, 2012), (Santoso, 2014) dan (Christianto, 2014)

(23)

a) Orientasi bangunan terhadap cahaya matahari. Yaitu dengan menerapkan Ventilasi silang (Cross Ventilation) atau bukaan cahaya akan mempengaruhi jumlah udara dan cahaya yang masuk ke dalam ruangan sehingga mengurangi penggunaan AC dan listrik pada gedung olahraga. Sejalan dengan penemuan penemuan (Gontha, 2018), (Tommy, 2019), (Hakim, 2019), dan (Safrizal, 2017) yang menerapkan Cross Ventilation untuk gedung olahraga.

b) Penggunaan ventilasi diletakan di atas tribun untuk meminimalisir gangguan pada saat pertandingan olahraga.

c) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka tutup untuk mendapat cahaya dan udara sesuai dengan kebutuhan.

d) Rooftop Garden melindungi dari_paparan sinar_matahari secara_langsung, bising_jalanan dan_polusi serta sebagai pengatur temperatur ruang/pendingin ruangan alami. Dengan ketentuan 26

% dari luas atap. Pernyataan tersebut didasari oleh (Endah Lestari, Irma Wirantina, 2018), (Maria Sudarwani, 2015), dan (Damayanti

& Nugraha, 2019)

e) Pembuatan sumur resapan green well sebagai bentuk pengolahan air untuk menampung air hujan dan grey water. Air hasil tampungan sumur resapan dapat digunakan sebagai penggelontor kloset atau menyiram tanaman yang berada di sekitar bangunan.

Pernyataan tersebut didasari oleh (Safitri et al., 2019) (Satriawansyah & Setiawan, 2018) dan (Karuniastuti, 2014) f) Pembuatan biopori sebagai bentuk konservasi tanah untuk

meminimalisir banjir. Pernyataan ini didasari oleh (Harris, 2015), (Permanasari et al., 2018) dan (Sanitya & Burhanudin, 2013) 3) Memperhatikan Tapak

a) Menggunakan_material_lokal_dan_tidak_merusak tapak dan ramah lingkungan didasari oleh penlitian ((Tanuwidjaja, 2018)dan (Edi Pramono dkk. 2019)(Yohana et al., 2017)commit to user

(24)

b) Pembuatan biopori sebagai bentuk konservasi tanah untuk meminimalisir banjir. Pernyataan ini didasari oleh (Harris, 2015), (Permanasari et al., 2018) dan (Sanitya & Burhanudin, 2013), Hilwatulisan (2009) dan Ria sarah dkk. (2013)

c) Menggunakan material saptictank biofiber yang sudah di terapkan pada hotel, apartemen, gedung dan lain lain. Sistem material ini menggunakan pembiakan dari bakteri yang ada didalamnya dan sudah disesuaikan dengan baku mutu limbah standarisasi oleh BPLH (Badan Pengelola lingkungan Hidup). Gambar 2.10 adalah gambar septicktank Biofiber.

4) Memperhatikan Pengguna

a) Merencanakan luasan ruangan berdasarkan kebutuhan pengguna dengan mengacu pada pedoman data arsitek dan peraturan pemerintah yang telah di tetapkan oleh pemerintah seperti Permenkes RI No. 70 Tahun 2016, Permenpora RI No.0445 Tahun 2014 dan Data arsitek Jilid 2.

b) Penggunaan penghawaan pencahayaan alami yang berasal dari angin dan sinar matahari dengan memanfaatkan ventilsi dan jendela, didasari oleh penelitian Gunawan dkk. (2019) dan (Sudiarta, 2016)

5) Membatasi sumber daya baru atau material ramah lingkungan

a) Pembuatan biopori selain sebagai meminimalisir banjir tetapi juga dapat digunakan untuk pembutan kompos. Pernyataan ini didasari oleh (Harris, 2015) dan (Permanasari et al., 2018)(Sanitya &

Burhanudin, 2013)

b) Penggunaan material keramik motif kasar untuk mengurangi pantulan panas yang berasal dari jendela kaca didasari oleh penelitian (Khalid, 2017)

c) Penggunaan material aluminium komposit panel sebagai penahan daya taha terhadap air di dasari oleh penelitian (Khalid, 2017),

(25)

2004)

d) Penggunaan batako pada jalan dan taman untuk meresapkan air kedalam tanah didasari oleh penelitian (Khalid, 2017)dan Bagas Makarim (2019), (Badan Standardisasi Nasional, 2004)

Sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini menggunakan holistik yaitu menerapkan lima prinsip yang terdapat dalam Konsep green architecture tersebut di pakai secara menyeluruh dijadikan sebagai pendekatan dalam membangun sebuah lingkungan. Prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisah satu sama lain, karena saling berkaitan satu sama lain. Secara satu per satu pasti akan lebih mudah untuk menerapkan prinsip tersebut. Oleh karena_itu, sebanyak_mungkin dapat mengaplikasikan_green architecture_yang ada_sesuai potensi yang_ada di_dalam lingkungan_setempat.

3. Studi Banding Penelitian

Penelitian hendaknya mengacu pada penelitian sebelumnya agar penelitian berhasil sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut adalah beberapa contoh hasil penelitian :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Idam Khalid (2017) yang berjudul Gedung Olahraga Kabupaten Kubu Raya Dari penelitian tersebut didapatkan:

1) Kebutuhan ruang dan besaran ruang gedung olahraga Kubu Raya 2) Konsep organisasi ruang atau zona zona

3) Konsep tapak gedung olahraga 4) Site Plan Gedung Olahraga

Tabel 2.6. Kebutuhan Ruang, dan Besaran Ruang Gedung Olahraga Kabupaten kubu Raya

commit to user

(26)

Berikut merupakan Gambar 2.13 Konsep Organisasi Ruang Gedung Olahraga Kabupaten Kubu Raya

Gambar 2.13. Konsep Organisasi Ruang Gedung Olahraga Kabupaten Kubu Raya

Berikut merupakan Gambar 2.14 Konsep Tapak Gedung Olahraga Kabupaten Kubu Raya

(27)

Gambar 2.14. Konsep Tapak Gedung Olahraga Kabupaten Kubu Raya

Berikut merupakan Gambar 2.15 Siteplan Gedung Olahraga Kabupaten Kubu Raya

Gambar 2.15. Siteplan Gedung Olahraga Kabupaten Kubu Raya

b. Penelitian yang dilakukan oleh Arieka Fathi Kinanti Putri, Edi Pramono Singgih, Gunawan (2019) yang berjudul Konservasi energi dan air pada fasilitas Olahraga Indoor Dengan Pendekatan Arsitektur Hijau di kota Depok Jawa Barat. Dari penelitian tersebut didapatkan:

1) Pemilihan Tapak

Terdapat lahan kosong di sebelah utara dan timur sehingga memungkinkan tapak dengan iklim sejuk mengingat diwilayah tersebut bertanah gersang. Seperti pada gambar 2.16.

commit to user

(28)

Gambar 2.16. Pemilihan Tapak 2) Usaha Konservasi Air

a) Penampungan Air Hujan seperti pada gambar 2.17 Kolam Air

Gambar 2.17. Kolam Air

b) Peresapan Air melalui Penghijauan ruang terbuka hijau dan

pemasangan paving blok pada area parkir. Seperti pada gambar 2.18 Ruang terbuka hijau dan paving blok

Gambar 2.18. Ruang Terbuka Hijau dan Paving Blok c) Green Rooftop seperti pada gambar 2.19

(29)

3) Usaha Konservasi Energi

a) Energi Alami Matahari seperti pada gambar 2.20

Gambar 2.20. Pencahayaan dari atas skylight b) Teknologi Panel Surya Seperti pada Gambar 2.21

Gambar 2.21. Panel Surya

B. KERANGKA BERFIKIR

Dalam merencanakan suatu bangunan tentu diperlukannya referensi dan pedoman yang pasti untuk menentukan apa saja yang diperlukan dalam merencanakan bangunan khususnya gedung olahraga, perencanaan ini harus sesuai dengan standar pelayanan minimal dan ukuran standar yang proporsional. Pedoman yang digunakan terdapat pada peraturan dari pemerintah maupun buku-buku acuan yang relevan. Perencanaan ini sangat penting dikarenakan dalam merancang suatu gedung olahraga harus dipastikan aman dan nyaman untuk digunakan serta sesuai dengan fungsinya.

Penelitian ini mengambil subjek berupa perencanaan gedung olahraga dikampus V UNS Pabelan untuk mewadahi mahasiswa atau aktifis kampus yang tertarik dengan olahraga. Penerepan Green Architecture juga turut memberikan kontribusi dalam perencanaan gedung olahraga kampus V UNS Pabelan yang berdasarkan kriteria dan parameter yang digunakan bertujuan untuk mengetahuicommit to user

(30)

apakah gedung olahraga kampus V UNS Pabelan tersebut sudah memenuhi syarat ke dalam standar pelayanan minimal peraturan mentri pemuda dan olahraga, data arsitek, SNI 2000 dan prinsip Green Architecture.

Adapun sistematika bagan kerangka berpikir secara lengkap dapat dilihat dalam gambar 2.22 di bawah ini, yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.22. Kerangka Pemikiran

Gambar

Tabel 2.1. Ukuran Arena GOR Tipe GOR Panjang
Gambar 2.1. Lapangan Bulu Tangkis GOR Tipe C
Gambar 2. 2. Lapangan Bola Voli GOR Tipe C
Gambar 2.3. Lapngan Basket GOR Tipe C commit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait