• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Harmoni Keluarga melalui AKSARA: Ajang Kumpul Satu Keluarga dalam Ranah Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Shahla Shafaa

Academic year: 2024

Membagikan "Dokumen Harmoni Keluarga melalui AKSARA: Ajang Kumpul Satu Keluarga dalam Ranah Bimbingan dan Konseling"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Edukasi : Jurnal Bimbingan Konseling

P-ISSN : 2460-4917 E-ISSN : 2460-5794 Vol. X, No. X, XXXX

Hal : XXX sd XXX DOI : 10.22373/je.v8i2.XXXX

Harmoni Keluarga melalui AKSARA: Ajang Kumpul Satu Keluarga dalam Ranah Bimbingan dan Konseling

1SHAHLLA SHAFAA HASANAH

1,2,3Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Indonesia

Email: 1shahlashafaa@gmail.com

Received: (diisi editor) Accepted: (diisi editor) Published:

(diisi editor)

Abstract: The family is considered the smallest unit in society that plays an important role in character building and individual well-being. One effective approach to improving family harmony is through the implementation of AKSARA (Ajang Kumpul Satu Keluarga in the Realm of Guidance and Counseling) activities. This article discusses how AKSARA can be an effective tool to strengthen family bonds, improve communication, and provide guidance and counseling. This research involved families who actively participated in AKSARA activities, The program included group sessions, adventure, and INAGURATION in a family gathering. The results showed that this activity successfully increased family members' understanding of the importance of open communication, empathy, and positive conflict management. In addition, AKSARA helps improve parenting skills and strengthen family bonds through joint activities. In the context of guidance and counseling, AKSARA also opens up space for in-depth discussions on issues that may be faced by family members. The family counselors can provide practical guidance and strategies to overcome problems, thus strengthening the foundation of family harmony. This article outlines the concrete benefits that families gain through participation in AKSARA and presents empirical findings that support the effectiveness of this program in improving the quality of family relationships. Practical implications and suggestions for the development of similar activities are also discussed in this article, with the hope of providing inspiration and guidance for other efforts in strengthening family harmony.

Keywords: AKSARA, Family, Guidance and Counseling.

Abstrak: Keluarga dianggap sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang memainkan peran penting dalam pembentukan karakter dan kesejahteraan individu. Salah satu pendekatan yang efektif untuk meningkatkan harmoni keluarga adalah melalui implementasi kegiatan AKSARA (Ajang Kumpul Satu Keluarga dalam Ranah Bimbingan dan Konseling). Artikel ini membahas bagaimana AKSARA dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperkuat ikatan keluarga, meningkatkan komunikasi, dan memberikan panduan bimbingan serta konseling.

Penelitian ini melibatkan keluarga-keluarga yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan AKSARA, yang mencakup sesi kelompok, adventure, INAGURASI dalam kumpul satu keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan ini berhasil meningkatkan pemahaman anggota keluarga tentang pentingnya komunikasi terbuka, empati, dan pengelolaan konflik secara

(2)

positif. Selain itu, AKSARA membantu meningkatkan keterampilan parenting dan memperkuat ikatan keluarga melalui kegiatan bersama.

Dalam konteks bimbingan dan konseling, AKSARA juga membuka ruang untuk diskusi mendalam tentang isu-isu yang mungkin dihadapi oleh anggota keluarga. Para konselor keluarga dapat memberikan panduan praktis dan strategi untuk mengatasi masalah, sehingga memperkuat fondasi harmoni keluarga. Artikel ini menguraikan manfaat konkrit yang diperoleh keluarga melalui partisipasi dalam AKSARA dan menyajikan temuan empiris yang mendukung keefektifan program ini dalam meningkatkan kualitas hubungan keluarga. Implikasi praktis dan saran untuk pengembangan kegiatan serupa juga dibahas dalam artikel ini, dengan harapan dapat memberikan inspirasi dan panduan bagi upaya- upaya lain dalam memperkuat harmoni keluarga.

Kata Kunci: AKSARA, Kekeluargaan, Bimbingan dan Konseling

A. PENDAHULUAN

Keluarga merupakan landasan utama dalam membentuk pribadi dan karakter seseorang. Keberadaannya bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga merupakan laboratorium pertama bagi setiap individu dalam memahami nilai-nilai, norma, dan pola interaksi sosial. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, keluarga seringkali dihadapkan pada berbagai dinamika dan tantangan yang dapat memengaruhi harmoni dan kesejahteraannya.

Pentingnya harmoni dalam keluarga menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang positif untuk perkembangan anggota keluarga.

Untuk mengatasi permasalahan dan menjaga keseimbangan dalam keluarga, peran bimbingan dan konseling memiliki peranan yang sangat signifikan.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah melalui AKSARA (Ajang Kumpul Satu Keluarga dalam Ranah Bimbingan dan Konseling).

AKSARA merupakan suatu konsep inovatif yang menggabungkan elemen keakraban keluarga dengan aspek bimbingan dan konseling. Ajang ini bukan hanya menjadi momen berkumpul secara fisik, tetapi juga menjadi ruang untuk berbagi, mendengarkan, dan meresapi nilai-nilai keluarga. Dalam ranah bimbingan dan konseling, AKSARA membuka peluang untuk mendeteksi dan mengatasi potensi permasalahan yang mungkin muncul di dalam keluarga.

Melalui artikel ini, kita akan menjelajahi pentingnya harmoni keluarga dan bagaimana AKSARA dapat menjadi wahana efektif dalam menguatkan ikatan keluarga serta merawat kesejahteraan psikologis setiap anggotanya. Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat diciptakan lingkungan keluarga yang penuh

(3)

kasih, saling pengertian, dan mampu menghadapi berbagai dinamika kehidupan dengan bijak.

B. METODE

Dalam menjalankan metode "Harmoni Keluarga melalui AKSARA: Ajang Kumpul Satu Keluarga dalam Ranah Bimbingan dan Konseling," penting bagi pemimpin dan anggota kelompok untuk mengembangkan growth mindset guna mencegah kekakuan dan monoton di dalam kelompok. Dengan demikian, suasana keluarga akan tetap dinamis dan berkembang.

Pemimpin dan anggota kelompok juga perlu dilatih untuk memiliki kemampuan creative problem solving ketika menghadapi masalah dalam kelompok. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap permasalahan dapat diatasi dengan cara yang inovatif dan efektif, sehingga harmoni keluarga tetap terjaga.

Selain itu, etika berperan penting dalam menjaga kualitas suatu kelompok.

Pemimpin dan anggota kelompok diharapkan untuk selalu mengutamakan nilai-nilai etika dalam setiap interaksi dan keputusan yang diambil. Dengan demikian, harmoni keluarga tidak hanya dicapai melalui pencapaian tujuan bersama, tetapi juga melalui proses yang sesuai dengan norma-norma etika yang berlaku.

Melalui penerapan metode ini, diharapkan keluarga BK dapat menilai kualitas kelompok dengan lebih baik, sehingga menciptakan suasana harmonis dan positif dalam ranah bimbingan dan konseling keluarga.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

AKSARA (Ajang Kumpul Satu Keluarga) dalam ranah Bimbingan dan Konseling di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, merupakan sebuah ajang membentuk karakter mahasiswa yang profesionalitas serta loyalitas dalam berorganisasi. Aksara di ranah bimbingan dan konseling universitas muhammadiyah tasikmalaya sendiri telah berdiri selama 1 Dasawarsa (8 Tahun) sejak tahun 2015. Aksara sendiri di Kelola oleh anak-anak Himpunan Mahasiswa (HIMA) Program Studi Bimbgan dan Konseling dan juga Ketua Bidang Kemahasiswaan, yaitu Bapak Agung Nugraha, M.Pd, selaku dosen Bimbingan dan Konseling di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.

Dalam aksara itu sendiri, mahasiswa di didik tegas, bertanggung jawab, empati, memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi sesama anggota kelompok yang telah ditentukan oleh akang/teteh panitia, belajar beretika dalam suatu masalah yang dihadapi oleh setiap kelompok, memecahkan suatu masalah dengan menggunakan Creative Problem Solving (CPS), menjadi pemimpin yang berani untuk mengajak berorasi kepada anggota-anggotanya, dengan

(4)

tetap memperkuat pola growth mindset dalam setiap kelompok agar tidak terjadinya perpecahan antar kelompok mau itu dari sisi ketua kelompok, kavling, maupun Angkatan kepada anggotanya ataupun kepada akang/teteh panitia pelaksana.

1. Hasil

Artikel di atas menggarisbawahi pentingnya peran keluarga dalam membentuk karakter dan pribadi seseorang. Selain itu, artikel juga membahas peran AKSARA (Ajang Kumpul Satu Keluarga) dalam konteks Bimbingan dan Konseling di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya. Berikut adalah contoh kalimat hasil dari artikel tersebut:

a. Keluarga dianggap sebagai landasan utama dalam membentuk pribadi dan karakter seseorang, bukan hanya sebagai tempat tinggal, melainkan juga sebagai laboratorium pertama untuk memahami nilai- nilai, norma, dan pola interaksi sosial.

b. Dalam AKSARA, mahasiswa dididik untuk menjadi individu yang tegas, bertanggung jawab, empati, dan memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi sesama anggota kelompok.

c. Manajemen waktu pribadi dan kelompok menjadi fokus dalam pembinaan mahasiswa, dengan tujuan menghasilkan individu yang mampu mengontrol ego state, sadar akan medan yang dihadapi, dan tidak memaksakan diri tanpa alasan yang jelas.

d. Pembangunan tabiat, penerapan kasih, pembentukan etika baik, dan penguatan pola growth mindset menjadi tujuan utama dalam manajemen kelompok, di mana pemimpin berperan penting dalam membentuk kedisiplinan dan empati.

e. Dalam konteks kepemimpinan, pola growth mindset diakui sebagai faktor penting, dengan pemimpin yang mampu memotivasi timnya untuk mencapai tujuan bersama.

f. Pemecahan masalah dengan menggunakan Creative Problem Solving (CPS) menjadi metode utama dalam menghadapi dinamika dan tantangan yang dihadapi oleh keluarga, baik dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam organisasi seperti AKSARA.

(5)

g. Komunikasi yang efektif, pemrosesan pengetahuan, dan pemikiran reflektif menjadi elemen kunci dalam mengatasi masalah kompleks dan menciptakan solusi kreatif.

h. Pentingnya keterampilan metakognisi dalam beralih antara pemikiran divergen dan konvergen diakui sebagai aspek vital dalam pemecahan masalah kreatif.

Dengan demikian, artikel tersebut menguraikan betapa pentingnya peran keluarga dan kegiatan seperti AKSARA dalam membentuk karakter, kepemimpinan, dan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa di ranah Bimbingan dan Konseling.

2. Pembahasan

Keluarga merupakan landasan utama dalam membentuk pribadi dan karakter seseorang. Keberadaannya bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga merupakan laboratorium pertama bagi setiap individu dalam memahami nilai-nilai, norma, dan pola interaksi sosial. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, keluarga seringkali dihadapkan pada berbagai dinamika dan tantangan yang dapat memengaruhi harmoni dan kesejahteraannya. Termasuk dalam bimbingan dan konseling, keluarga pun sangat berarti dalam menjalani sebuah organisasi ataupun kegiatan lainnya.

Khusus di ranah Bimbingan dan Konseling Univeraitas Muhammadiyah Tasikmalaya sendiri memiliki kegiatan yaitu AKSARA.

AKSARA (Ajang Kumpul Satu Keluarga) dalam ranah Bimbingan dan Konseling di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, merupakan sebuah ajang membentuk karakter mahasiswa yang profesionalitas serta loyalitas dalam berorganisasi. Aksara di ranah bimbingan dan konseling universitas muhammadiyah tasikmalaya sendiri telah berdiri selama 1 Dasawarsa (8 Tahun) sejak tahun 2015. Aksara sendiri di Kelola oleh anak-anak Himpunan Mahasiswa (HIMA) Program Studi Bimbgan dan Konseling dan juga Ketua Bidang Kemahasiswaan, yaitu Bapak Agung Nugraha, M.Pd, selaku dosen Bimbingan dan Konseling di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.

Dalam aksara itu sendiri, mahasiswa di didik tegas, bertanggung jawab, empati, memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi sesama anggota kelompok yang telah ditentukan oleh akang/teteh panitia, belajar beretika dalam suatu masalah yang dihadapi oleh setiap kelompok, memecahkan suatu masalah dengan menggunakan Creative Problem Solving (CPS), menjadi pemimpin

(6)

yang berani untuk mengajak berorasi kepada anggota-anggotanya, dengan tetap memperkuat pola growth mindset dalam setiap kelompok agar tidak terjadinya perpecahan antar kelompok mau itu dari sisi ketua kelompok, kavling, maupun Angkatan kepada anggotanya ataupun kepada akang/teteh panitia pelaksana.

Dalam aksara, mahasiswa dididik tegas dalam manajemen waktu pribadi maupun kelompok. Maksud dari manajemen diri yaitu bisa jaga diri dan keselamatan diri selama aksara berlangsung khusunya di perjalanan adventure. Walaupun tak mudah untuk di halau, tetapi ketika diri mampu mengontrol ego state, ambisi, sadar akang medan yang terjadi didepannya, tahu kekurangan diri sehingga tidak memaksakan diri jika itu tidak bisa.

Selain manajemen diri (self management) adapun manajemen kelompok (team management) yang dimana dalam manajemen kelompok, pasti memiliki seorang pemimpin. Pemimpin itu sendiri secara tidak langsung menyatakan sanggup untuk bertanggung jawab dalam mengambil resiko untuk kelompoknya sendiri. Seorang pemimpin berusaha mendisiplinkan anggotanya dan informasi perantara antara akang/teteh panitia ataupun sebaliknya. Sehingga ketika suatu kelompok memiliki pemimpin yang disiplin, maka kelompok tersebut berjalan lancar. Juga memiliki rasa empati atau memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi sesama anggota kelompok.

Prof.Dr.Rasa Pauliene,dkk (2019) mengatkan bahwa Kepemimpinan

digambarkan sebagai seni memotivasi sekelompok orang untuk mengambil tindakan guna mencapai tujuan bersama (Hunter et al., 2007; Burns, 2003).

Tujuan adanya kedisiplinan dalam manajemen kelompok itu:

a. Pembangunan Tabiat

Golongan pendidikan yang paling tinggi adalah pendidikan yang akan memberikan pengetahuan dan disiplin, yang akan menuntun kepada perkembangan tabiat yang baik, dan akan melayakkan jiwa untuk hidup yang sebanding. Pendidikan yang tertinggi adalah pendidikan yang mengajarkan kepada anggota kelompok akan ilmu pengetahuan tentang kehidupan, yang akan memberikan kepada mereka suatu pengetahuan perjalanan kehidupan secara pengelaman sesuai dengan tabiat masing- masing setiap kelompok

b. Menyatakan kasih

Pentingnya pendekatan kasih. akang/teteh panitia maupun para dpsen sering terlalu bersikap pendiam, dan menggunakan kekuasaan mereka dalam cara dingin dan tidak menaruh simpati, yang tidak dapat memikat hati mahasiswa mereka. Sekiranya mereka mau mendekatkan hubungan dengan mahasiswa/i itu, dan mau menunjukkan perhatian dalam segala usaha mengasihi mahasiswa/i itu, dan mau menunjukkan perhatian dalam segala usaha, mereka akan menjadikan mahasiswa/i itu bergembira dan akan mendapat kasih dan keyakinan. Dan lambat laun mahasiswa/i itu

(7)

akan menghormati dan menyukai peraturan yang telah di buat oleh akang/teteh panitia maupun para dosen.

c. Menuntun kepada etika baik

Menurut Umi Hamidotun Moh Soffian Lee, dkk (2018) mengatakan bahwa Dalam konteks peradaban Islam, konsep kepemimpinan etis dikaitkan dengan pendekatan amar ma’ruf, dimana nilai-nilai kepemimpinan mencerminkan karakter dan tindakan pemimpin serta menjamin pengikutnya selalu dalam keadaan berkah. Tanggung jawab utama seorang pemimpin adalah memimpin, mengarahkan dan melaksanakan hal-hal tertentu dengan tepat serta berupaya mencegah hal-hal buruk yang merugikan karyawan dan organisasi. Hal ini dapat diimplementasikan melalui tiga elemen utama : pengambilan keputusan, komunikasi dua arah, dan penegakan hukum.

d. memperkuat pola growth mindset dalam setiap kelompok

menurut Carol Dweck (2022) mengatakan bahwa ada empat hal yang membuat pola pikir tim terdorong, yaitu:

Tracking vs. trust

Hal ini tergantung pada dua hal. Pelacakan (mengukur kinerja, jam kerja, mencentang kotak) atau kepercayaan (mengetahui bahwa rekan satu tim Anda sedang mengerjakan sesuatu yang penting dan perlu ketika semua orang mengerjakan satu tugas untuk mencapai tujuan bersama) (berdasarkan keyakinan). Pola pikir yang tetap dalam tim akan terlihat dari orang-orang yang hanya berfokus pada apa yang telah diselesaikan. Pola pikir yang bertumbuh akan berarti bahwa anggota tim merangkul kepercayaan dan berfokus pada hasil, bukan pada output.

Top-down vs Transparency

Pendekatan top-down berarti bahwa keputusan, tanggung jawab, dan prioritas ditentukan oleh mereka yang menduduki posisi kepemimpinan. Pendekatan yang transparan berarti setiap orang

(8)

memiliki akses terhadap informasi penting yang mereka perlukan untuk mengambil keputusan dan membuat prioritas.

Pola pikir tetap mengarah pada aliran informasi dari atas ke bawah, sedangkan pola pikir berkembang mengutamakan transparansi dan berasumsi bahwa semua anggota tim memiliki sesuatu yang bernilai untuk disumbangkan pada kolaborasi.

Sehingga pemimpin dapat merangkul pola pikit anggotanya secara berkembang sebagai sebuah tim. Untuk mengubah hal itu, seorang pemimpin harus bisa melakukan:

1) Proses secara perlahan-lahan

Beberapa tim, terutama yang memiliki tugas dan alur kerja yang dapat diprediksi, beroperasi dengan baik dengan pola pikir yang tetap. Jika hal ini berlaku pada tim Anda, mungkin tidak tepat untuk meminta perombakan total terhadap cara Anda bekerja, namun Anda bisa memulai dengan beberapa perubahan kecil untuk mendorong pola pikir berkembang.

Cara mudah untuk memulainya adalah dengan bertukar informasi.

Bahkan dengan tugas dan alur kerja yang ada, Anda dapat mempersiapkan tim Anda untuk berkembang dengan memastikan bahwa tim Anda dan semua orang di perusahaan Anda selalu mengetahui bagaimana pekerjaan mereka akan dilakukan.

2) Ukur hasilnya, bukan waktunya

Seorang Individu dengan pola pikir berkembang lebih suka dievaluasi berdasarkan hasil daripada ukuran-ukuran yang sia-sia seperti jam kerja.

Ada juga istilah untuk ini: Trust Work.

(9)

Seperti yang dijelaskan Michael Ilgner, kepala sumber daya manusia global di Deutsche Bank, dalam sebuah wawancara dengan Forum Ekonomi Dunia: Namun, hal ini akan mengalihkan tanggung jawab ke orang lain. Beri mereka tugas, "Saya ingin Anda menerapkan strategi ini besok" dan biarkan mereka memutuskan bagaimana menggunakan waktu mereka secara efisien. ”

3) Standar Transparansi

Setiap tim pasti memiliki rahasia yang dapat dilihat oleh anggota tim dan kolega lainnya, kecuali Anda membatasi akses. Hal ini memungkinkan tim untuk membuat keputusan lebih cepat dan bekerja lebih efisien. Tentu saja, Anda juga dapat menggunakan pengaturan izin secara pribadi.

4) Desain Untuk Inovasi Masalah

Pola pikir pertumbuhan tim memotivasi individu untuk terus berkembang.

Hal ini juga baik bagi perusahaan, karena bisnis harus terus beradaptasi agar dapat bertahan. Pola pikir tetap memanifestasikan dirinya sebagai ketakutan untuk mencoba sesuatu yang baru karena kemungkinan gagal.

Namun kegagalan sebenarnya adalah sesuatu yang patut dirayakan karena kegagalan mengarah pada pertumbuhan. Menciptakan peluang kreativitas, dapat mendorong inovasi. Mendorong anggota tim untuk bekerja di luar zona nyaman mereka tanpa takut akan konsekuensinya adalah cara ampuh untuk mendorong pola pikir berkembang.

e. menjadi pemimpin yang berani untuk mengajak berorasi kepada

anggota-anggotanya

(10)

Hal yang paling penting dalam kepemimpinan adalah bahwa kekuatan yang dimiliki oleh seorang pemimpin berasal dari karakter dan kekuatan pribadinya, bukan hanya dari kedudukan atau kecerdasannya. Seorang pemimpin sejati selalu berusaha keras untuk memperbaiki dirinya sendiri sebelum berfokus untuk memperbaiki orang lain. Seseorang bisa menjadi pemimpin dari dalam; itu bukan hanya gelar atau posisi yang diberikan dari luar.

Seseorang adalah sumber kepemimpinan. Suatu proses dalam diri seseorang memunculkan kepemimpinan. Sudah menjadi keharusan bahwa setiap orang memiliki motivasi dan jiwa kepemimpinan yang sama. Setidaknya untuk memimpin diri sendiri, jiwa kepemimpinan perlu dipupuk dan dikembangkan. Indonesia akan luar biasa jika saja memiliki pemimpin dan motivasi yang kuat. karena pemimpin menentukan jatuh bangun kita. Jika seorang pemimpin tidak lagi dapat memimpin secara efektif, ciri dari situasi itu adalah para pengikut tidak lagi ingin mengikuti. Akibatnya, kualitas pemimpin kita memengaruhi kita. Pengikut yang lebih kuat mengikuti pemimpin yang lebih kuat.

f. memecahkan suatu masalah dengan menggunakan Creative Problem Solving (CPS)

Adapun menurut Louise Kiernan, dkk (2022) mengatakan bahwa ada 4 fokus kognitif dalam

Creative Problem Solving yaitu:

1)

Pertama, pemecahan masalah secara kreatif terutama dikaitkan dengan pemikiran kreatif karena berfokus pada menghasilkan berbagai pilihan solusi. Berpikir kreatif berbeda dengan tujuan mengembangkan sekumpulan ide baru.

Hal ini berkaitan dengan ide dan brainstorming. Di banyak industri kreatif, seperti desain dan inovasi, ruang untuk solusi dapat berkembang ketika mengulangi ide-ide yang memerlukan pemikiran kreatif. Penelitian desain dan inovasi telah

(11)

menghubungkan tingkat pemikiran kreatif yang lebih tinggi dengan kinerja kreatif. Orang dengan kemampuan berpikir kreatif yang tinggi dianggap lebih orisinal dan inovatif dalam bekerja. Tes untuk menentukan tingkat berpikir divergen dan kreatif mengukur kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas. Kreativitas tim adalah ketika tim bekerja sama untuk menghasilkan ide-ide baru dan berguna untuk menghasilkan produk, proses, dan prosedur. Kerja tim mempunyai dampak positif terhadap kreativitas karena interaksi berkualitas tinggi dan kontribusi kognitif yang beragam dari anggota tim memungkinkan kelompok menghasilkan hasil yang baru dan kreatif. Definisi kerja berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah: Pemikiran divergen untuk mengeksplorasi dan menghasilkan ide dan pilihan alternatif.

2)

Kedua, meskipun berpikir kreatif merupakan bagian penting dari pemecahan masalah secara kreatif, namun hal tersebut tidak cukup untuk mengatasi berbagai masalah yang kompleks. Masalah kreatif, seperti masalah desain dan inovasi, tidak jelas dan tidak terstruktur. Masalah ini sering kali memiliki banyak cara untuk mengungkapkan masalah, banyak solusi, submasalah baru, dan tujuan yang saling bertentangan yang memerlukan pengetahuan terdistribusi untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, banyak permasalahan di tempat kerja memerlukan pemikiran konvergen dan pemikiran kreatif dan divergen, yang belum banyak diteliti.

Dalam bidang kreatif seperti desain, penciptaan konsep memerlukan peralihan antara pemikiran konvergen dan divergen.

Hal ini disebabkan oleh proses ko-evolusi di mana ruang solusi dan masalah dieksplorasi dan dibangun secara paralel. Hal ini

(12)

memerlukan pergantian antara menciptakan solusi dan menyusun masalah lebih lanjut seiring munculnya solusi yang memerlukan lebih banyak informasi. Pemikiran konvergen bersifat deduktif dan logis serta melibatkan evaluasi, penilaian, dan analisis. Pemikiran konvergen mendukung proses kreatif. Setelah pilihan-pilihan alternatif diciptakan melalui pemikiran divergen, pemikiran konvergen diterapkan dalam proses pembuatan akal untuk memilih solusi yang lebih layak untuk pengembangan lebih lanjut, di mana pemikiran divergen diterapkan kembali. Siklus bolak-balik ini sangat umum sehingga dianggap terjadi secara kognitif selama proses pembangkitan ide. Berpikir kritis bersifat deduktif dan logis, serta dikaitkan dengan berpikir konvergen karena memerlukan keterampilan dalam analisis, interpretasi, penalaran, dan evaluasi.

Tujuannya adalah untuk mempertanyakan keandalan pengetahuan dan sumber, serta untuk merumuskan jawaban dan keputusan. Hal ini mencakup kemampuan untuk menyajikan argumen rasional dalam mempertahankan posisi seseorang. Definisi kerja berpikir kritis dalam penelitian ini adalah: Pemikiran konvergen, logis, dan deduktif untuk menafsirkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi.

3)

Ketiga, selain menerapkan pemikiran kritis dan kreatif, komunikasi yang efektif sangat penting bagi tim untuk menciptakan dan bertukar informasi, mengambil keputusan, dan mengoordinasikan upaya. Mol dkk, mendefinisikan kognisi tim sebagai “keadaan muncul yang mengacu pada cara pengetahuan diorganisasikan, direpresentasikan, dan didistribusikan secara mental dalam sebuah tim. Tim tidak selalu berhasil dalam mengumpulkan pengetahuan

(13)

yang terdistribusi karena sulit untuk memahami anggota tim lain dan tugas-tugasnya, dan orang-orang cenderung setuju daripada meminta penjelasan atau rincian. Oleh karena itu, komunikasi dan pemrosesan pengetahuan merupakan aspek penting dari proses kolaborasi.

Menyajikan informasi dengan jelas selama pemecahan masalah secara kreatif akan meningkatkan hasil kreatif.

Pemrosesan pengetahuan mengacu pada proses kolaboratif konstruksi pengetahuan kolaboratif di mana anggota tim berinteraksi satu sama lain dan membangun pengetahuan baru bersama-sama.

Kegiatannya meliputi diskusi yang hidup seperti meminta pendapat dan klarifikasi.

Definisi kerja pemrosesan pengetahuan dalam penelitian ini adalah:

Proses mengelaborasi, menjelaskan, mengklarifikasi, dan bertukar informasi.

4)

Akhirnya, pemikiran reflektif atau metakognisi telah diidentifikasi sebagai salah satu keterampilan pemecahan masalah kreatif yang penting untuk mengendalikan dan memantau proses. Literatur menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif identik dengan kreativitas dan pemecahan masalah bebas. Kemampuan untuk beralih antara pemikiran divergen dan konvergen memerlukan pengetahuan metakognitif tentang kapan, bagaimana, dan mengapa beralih di antara proses-proses tersebut. Aktivitas metakognitif berkaitan dengan perencanaan dan pengelolaan proses pemecahan masalah, pemantauan kemajuan dan

(14)

keterampilan tim, dan evaluasi keberhasilan metode yang digunakan.

Elemen Elemen utama metakognisi adalah: Rencanakan, pantau, dan evaluasi strategi pemecahan masalah Anda sendiri. Definisi kerja metakognisi dalam penelitian ini adalah: Refleksi diri melalui perencanaan, pemantauan, dan evaluasi diri sendiri atau tim.

Meskipun ini adalah proses kognitif sentral dalam pemecahan masalah secara kreatif, tim multidisiplin mungkin tidak bekerja sama dan perselisihan dapat terjadi disebabkan oleh perbedaan pandangan dan pendapat.

D. PENUTUP

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberadaan keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan pribadi seseorang. Keluarga bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai laboratorium pertama dalam memahami nilai-nilai, norma, dan pola interaksi sosial. Dalam konteks Bimbingan dan Konseling di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, kegiatan AKSARA (Ajang Kumpul Satu Keluarga) menjadi sebuah wadah pembentukan karakter mahasiswa. Melalui AKSARA, mahasiswa dididik untuk menjadi individu yang tegas, bertanggung jawab, empati, dan memiliki rasa kekeluargaan tinggi.

AKSARA juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan manajemen waktu pribadi dan kelompok, serta membangun kepemimpinan yang berorientasi pada disiplin, empati, dan transparansi. Pembangunan tabiat, penegakan kasih, pembentukan etika baik, penguatan pola growth mindset, keterampilan berorasi, dan penerapan Creative Problem Solving (CPS) menjadi fokus dalam membentuk karakter mahasiswa.

Pentingnya kepemimpinan yang bersifat etis dan transparan, serta kemampuan untuk mengatasi masalah dengan pemikiran kreatif dan penyelesaian yang inovatif, turut menjadi nilai tambah dalam pengembangan mahasiswa di lingkungan AKSARA. Dengan demikian, melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat tumbuh sebagai individu yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang tangguh untuk menghadapi berbagai dinamika kehidupan.

DAFTAR REFERENSI

(15)

BRITTANY SUDLOW, T. S. (2022). How to help your team develop a growth mindset. Retrieved from atlassian: https://www.atlassian.com/blog/leadership/how-to-develop-growth- mindset

Janes Sinaga, d. (2023). Pendidikan Disiplin: Sarana Pembentukan Tabiat Dan Karakter Pada Anak.

JUITAK Jurnal Ilmiah Teologi dan Pendidikan Kristen, 12. Diambil kembali dari

https://www.researchgate.net/publication/374694593_Pendidikan_Disiplin_Sarana_Pem bentukan_Tabiat_Dan_Karakter_Pada_Anak

Louise Kiernan, A. L. (2022). How Task Conflict Can Support Creative Problem Solving in Teams by Stimulating Knowledge Sharing, Critical and Creative Thinking and Meta-Cognition.

Organizational Conflict - New Insights. doi:10.5772/intechopen.96600

Pauliene, A. P. (2019). Complex Approach on Multicultural Teams Management & Leadership.

Sciendo Journal of Educational and, 9. doi:10.2478/jesr-2019-0008

Sulis Tyaningsih, K. N. (2023). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi dalam Suatu Organisasi. Journal on Education, 6, 3286-3299. Diambil kembali dari

https://www.researchgate.net/publication/371630366_Pengaruh_Gaya_Kepemimpinan_

dan_Motivasi_dalam_Suatu_Organisasi

Umi Hamidaton Moh Soffian Lee, d. (2018). Kepimpinan Beretika Dan Kesannya Terhadap Iklim Etika Dalam Organisasi. researchgate. Diambil kembali dari

https://www.researchgate.net/publication/367461748_Kepimpinan_Beretika_Dan_Kesa nnya_Terhadap_Iklim_Etika_Dalam_Organisasi_Berdasarkan_Perspektif_Islam_Dan_Emp irikal

Referensi

Dokumen terkait