• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Tentang mengetahui komposisi optimum agregat untuk menghasilkan beton ringan struktural dengan bahan dasar batu apung

N/A
N/A
JanganBanLagi Yasu

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen Tentang mengetahui komposisi optimum agregat untuk menghasilkan beton ringan struktural dengan bahan dasar batu apung"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

LATAR BELAKANG

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknologi beton ringan, antara lain beton ringan dengan berat jenis rendah, yang dapat mengurangi berat mati elemen struktur, sehingga terjadi peningkatan pesat dalam penggunaan beton ringan. Kepadatan yang lebih rendah ini juga memiliki keuntungan mengurangi beban mati struktural dan mengurangi ukuran pondasi yang dibutuhkan.

Selain itu, pada daerah rawan bencana gempa juga diperlukan sistem struktur dengan total bobot struktur yang rendah. Hal ini dapat dipahami semakin besar berat struktur akan berakibat semakin besar pula gayagempa yang bekerja pada bangunan tersebut. Oleh karena itu,penggunaan material beton ringan memenuhi pada manfaat yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur di daerah rawan gempa. Beton ringan dapat diproduksi dengan menggunakan agregat ringan, yang secara garis besar dibagi menjadi dua jenis: agregat ringan alami dan agregat ringan buatan. Kriteria agregat ringan dalam struktur beton ringan didefinisikan dengan jelas dalam ASTM 330, yang mensyaratkan bahwa berat kering material lepas tidak melebihi 880 kg/m3 dan berat jenis agregat tidak melebihi 2000 kg/m3.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk berbasis batu apung (natural pumice). Cadangan batu apung buatan sendiri tercatat lebih dari 350 juta m2, meliputi 157,3 juta m di Bantul, 122,9 juta m di Gunung Kidul dan ± 214,8 juta m di Sleman, dan masing-masing lokasi relatif dekat satu sama lain. Hasil pengujian pertama yang dilakukan menunjukkan bahwa batu apung formasi batuan Semiril di daerah DIY memiliki berat kering lepas 760 kg/m3 dan berat jenis 1600 kg/m3. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa breksi batu apung memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai bahan baku struktur beton ringan. (Muryowihardjo dalam Hidayat, 2013)

RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan deskripsi diatas , maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui : 1. Kajian daya tahan beton ringan berkaitan

dengan komposisi material batu apung dan batu pecah terhadap kuat tekan

TUJUAN MASALAH

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini yaitu untuk mengetahui komposisi optimum agregat untuk menghasilkan beton ringan struktural dengan bahan dasar batu apung.

TINJAUAN PUSTAKA

Beton merupakan komponen suatu konstruksi, beton terdiri dari agregat halus, agregat kasar, semen dan air. Beton konvensional cenderung memiliki berat jenis yang tinggi dan tahan terhadap air, sehingga saat terjadi genangan air kurang efektif dalam menyerap air. Beton normal adalah elemen yang sangat berat, berat jenisnya mencapai 2400 kg/m.

Beton ringan adalah beton yang mengandung Agregat ringan memenuhi persyaratan struktur dan persyaratan ASTM- C.330 dan memiliki berat unit tidak melebihi 1900 kg/cm3 sesuai dengan ASTM-C567. Kuat tekan beton ringan lebih rendah dari beton normal dan tidak dapat menghantarkan panas. Beton ringan biasanya dibuat dengan menambahkan gelembung udara ke dalam campuran beton atau dengan menggunakan agregat ringan seperti tanah liat yang dibakar, batu apung, dll. Selain itu keuntungan penggunaan beton ringan dalam pekerjaan konstruksi adalah beban yang diterima oleh pondasi cenderung berkurang. Namun karena bobotnya yang lebih ringan, kuat tekan beton ringan jauh lebih kecil dibandingkan dengan beton biasa. (Sujatmiko dalam Laksono, 2022)

Batu apung merupakan salah satu batuan sedimen yaitu batuan vulkanik karena sangat berpori dan memiliki bobot yang ringan, batu apung biasanya berwarna terang atau putih. Batu apung juga banyak digunakan sejak zaman

(2)

Romawi kuno, dengan cara digali, dicuci, dan kemudian digunakan. Batu apung dapat digunakan dalam pebuatan beton ringan baik dalam agregat kasar atau agregat halus , karena memiliki porositas tinggi, densitas rendah, isoterm tinggi dan ketahanan terhadap guncangan gempa (Limbong dalam Miswar, 2020). Penelitian ini dilakukan dengan pengujian kuat tekan dan berat jenis terhadap beton ringan. Besarnya kuat tekan suatu material adalah rasio beban maksimum yang dapat ditahan material terhadap penampang material bantalan. Secara matematis, kekuatan tekan suatu material:

σ= P/A

σ= Kuat tekan benda uji silinder (MPa) P = Beban maksimum (kN)

A = Luas penampang benda uji (mm²) METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Gambar 1. Hubungan Variabel Penelitian (sumber : Hidayat, 2013)

B. Peralatan

1. Timbangan yang digunakan merupakan timbangan yang berkapasaitas 310 gram, 10 Kg, 50 Kg.

2. Oven yang dapat memanaskan di temperatur hingga 110 derajat celcius.

3. Kompor yang digunakan untuk memanaskan belerang.

4. Gelas ukur dengan ketelitian 1 ml dan 20 ml.

5. Jangka sorong untuk mengukur diameter silinder dan tinggi silinder.

6. Ayakan yang memiliki fungsi untuk memisahkan pasir dan kerikil.

7. Alat pelurus yang digunakan bersamaan denga pelat capping supaya benda uji silinder tegak lurus.

8. Pelat capping digunakan untuk mencetak belerang supaya permukaan beton menjadi rata.

9. Mesin Los Angeles yang digunakan untuk menguji ketahanan aus dan kekerasan agregat kasar.

10. Cetakan beton yang digunakan adalah cetakan silinder 15x30cm.

11. Mesin penguji kuat tekan.

C. Material

1. Agregat kasar yang digunakan yaitu breksi batu apung berdiameter 19 mm.

2. Agregat halus atau pasir dari Gunung Merapi dengan diameter maksimum 4,8 mm.

3. Air bersih dari Labolatorium bahan bangunan ,Fakultas Teknik ,Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Semen Portland dengan merek Semen Gresik

5. Bahan tambahan Silica Fume

6. Superplasticizer yang diperoleh dari produk komersil berbasis Naphthalene Sulfonate D. Prosedur Penelitian

Tahap I :Peperiksaan sifat bahan agregat kasar dan agregat halus.

Tahap II : Perhitungan rencana campuran(mix design).

Tahap III : Demoulded density.

Tahap IV : Pengujian kuat tekan beton.

Tahap V : Analisis dan interprestasi data hasil penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengujian Slump

Untuk menentukan nilai workability saat pembuatan benda uji maka dilakukan pengujian slump.Pengujian dilakukan setelah proses pengadukan dan pencampuran bahan selesai.

NO Kerikil (%) Nilai slump (cm)

1 0 25

2 25 21

3 50 21

4 75 21

5 100 20.8

Dari tabel di atas merupakan hasil dari variasi kerikil nilai slump yang terjadi pada beton ringan.

Hal ini disebabkan berat jenis yang lebih tinggi, permukaan kerikil lebih padat meskipun sama-sama memiliki permukaan yang kering, sifat batu apung lebih banyak menyerap air saat direndam dibandingkan dengan kerikil.oleh karena itu ,denge penambahan keriki nilai slump naik.

B. Berat Jenis Benda Uji Beton

Benda uji beton ringan dengan variasi kerikil dan batu apung terdapat 5 variasi campuran yaitu 0%, 25%,50%,75%,dan 100% untuk setiap variasi sebanyak 3 benda uji, pengujian ini dilakukan sebelum masuk dalam pengujian kuat tekan.

NO Persentase kerikil (%)

Berat jenis rata- rata (kg/m³)

1 0 1815,26

2 25 1938,39

3 50 2012,97

4 75 2121,84

5 100 2170,53

Berdasarkan tabel di atas, berat jenis maksimal yang mungkin adalah 2170,53 kg/m³ untuk beton dengan variasi kerikil 100%, karena berat jenis kerikil lebih berat daripada batu apung sehingga mempengaruhi berat jenis beton.

C. Pengujian Kuat Tekan

Benda uji beton ringan dengan agregat kasar batu apung divariasikan dengan penambahan kerikil, terdapat 5 variasi penambahan yaitu batu apung 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% pada masing-masing versi dengan jumlah sampel sebanyak 3 buah.

Pengujian ini dilakukan pada saat beton berumur 56 hari.

NO Persentase kerikil (%)

Berat jenis rata-rata (kg/m³)

Kuat tekan beton (Mpa)

1 0 1815,26 18,42

2 25 1938,39 22,41

3 50 2012,97 26,83

4 75 2121,84 36,60

5 100 2170,53 46,73

Menurut tabel diatas hal ini disebabkan pengaruh penambahan kerikil karena kekuatan kerikil lebih besar dibandingkan dengan kekuatan batu apung.Perbandingan juga terlihat pada uji keausan agregat kasar dan batu apung pada mesin Los Angeles. Oleh karena itu kekuatan atau nilai keausan agregat sangat mempengaruhi kekuatan beton sehingga kuat tekan beton dengan penambahan kerikil bervariasi antara 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% batu apung semakin meningkat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data dari keseluruhan batu bata merah dapat disimpulkan komposisi paling baik untuk menghasilkan batu bata dengan nilai kuat tekan dan massa jenis yang tinggi serta

1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi lubang terhadap kuat tekan beton pada benda uji prisma serta membandingkan nilai kuat tekan beton pada