• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Sunan Kalijaga

N/A
N/A
Novita Khumairah

Academic year: 2024

Membagikan "Dokumen Sunan Kalijaga "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sunan Kalijaga

Pemeran

 Adel Pebiansyah: Adhipati Wilwatikta ( ayah dari kalijaga)

 Aqila Salsabila: Dayang 1

 Arai Maulana: Sunan Bonang ( guru dari kalijaga), Pengawal 2

 Bunga Ramadhani Dara Tria: Dayang 2

 Chika Queenta: Dewi ambar wati (ibu kalijaga)

 Hanifah Mufidah: Rayung wulan ( adik adipati)

 Intan Viola Elvanrick: Narator

 M Malik: Sunan Kalijaga

 Nursalwah Febrina: Murid Sunan Kalijaga , rakyat

 Rizka Kunia: Dayang 3

 Rosyid: Patih Gajah Lembana, pengawal 1

 Shella: Murid Sunan Kalijaga, rakyat

Narator : “Sebuah kisah yang menceritakan perjalanan hidup seorang Raden Mas Said menjadi Loka Kaya dan berakhir menjadi Sunan Kalijaga dalam mencari kebenaran hingga mendapatkan hidayah Allah ”.

“Kadipaten Tumban hidup memprihatinkan dengan adanya upeti dan kemarau yang

berkepanjangan , pada suatu hari Raden Mas said sedang berjalan dan melihat para rakyatnya..

kala itu ia melihat beberapa warga sedang mengarah padi”

~SCANE LAGI MENGARAH PADI

Anak(shella) :”Bagaimana ini bu? padi kita gagal panen semua”

Ibu(salwa) : “Mau bagaimana lagi nakku, cuaca sekarang sedang kemarau-kemaraunya”

Anak(shella) :”Jika padi kita gagal terus seperti ini, bagaimana kita mendapatkan uang bu? Upeti yang harus kita bayar semakin besar”

Ibu (salwa) :”Upeti..? makanpun kita susah nak”

*PENGAWAL DATANG MENAGIH UPETIH

Pengawal 1(Arai) : “ Permisi, kami datang untuk menagih upeti”

Ibu(salwa) : “ Maaf sebelumnya tuan-tuan, kami belum bisa membayar upeti untuk saat ini ” Anak :”Benar tuan,, kami saja belum makan beberapa hari ini, beri kami waktu tuan”

Pengawal 1(rosyid) :” Kalian sama saja, semua masyarakat juga berkata begitu!*membentak Ibu (salwa):”Beri kami waktu tuan, kemarau panjang ini sangat menyiksa kami, panen kami banyak gagal”

Pengawal 2(arai): “Baiklah ini kesempatan terakhir, saya beri waktu 3 hari lagi kamu harus membayarnya”

Ibu, anak :”Terima Kasih tuan”

*PENGAWAL PERGI RADEN MAS SAID DATANG Ibu (salwa):”raden mengapa engkau disini”

Raden Mas Said (Malik) :”Tidak apa, saya ingin bertanya mengapa mereka begitu?”

Anak(shella) :”Itu dikarenakan kami tidak bisa membayar upeti raden, bisa kau lihat sendiri bagaimana kami membayar upeti jika ekonomi kami sangat memprihatinkan begini?”

Ibu(salwa) :”Benar Raden, kami juga belum makan beberapa hari ini”

Raden Mas Said (Malik) :*dengan muka sedih “Ya Allah sungguh keterlaluan!, baiklah tunggu sebentar saya akan kembali untuk menyelesaikan masalah”

▸ Baca selengkapnya: bagaimana kehidupan sunan kalijaga waktu kecil di kadipaten

(2)

Ibu, anak :”Baik raden”

Narator :” Raden Mas Said putra Adhipati Wilwatikta tergerak hati untuk menolong rakyatnya, dengan mencuri bahan makanan dari kerajaannya sendiri dan dibagikan untuk rakyatnya.”

~SCANE Raden Mas Said (Malik) PERTAMA KALI MENCURI DI LUMBUNG, LALU KEMBALI KE RAKYATNYA UNTUK MEMBERIKAN PADI

Raden Mas Said (Malik) : “Ini bu, ada sedikit padi untuk kalian, gunakanlah dengan baik”

Ibu(salwa) :”Masyaallah, terima kasih den.”*ingin bersujud tp dihentikan raden

Raden Mas Said (Malik) :”Jangan bu.. sudahlah saya masih ada keperluan bu, saya izin pamit bu”

Ibu(salwa) :”Sekali lagi terima kasih den”

Narator: “ Lama kelamaan perbuatannya akhirnya ketahuan, berkurangnya bahan makanan di gudang kerajaan membuat Adhipati Wilwatikta marah besar. Ia memerintahkan Patih Gajah Lembana dan seluruh warga istana untuk menangkap pencuri itu hidup atau mati.”

~SCANE SELURUH DAYANG, PATIH GAJAH LEMBANA

Patih Gajah Lembana (Rosyid). : “ Pagi neng - neng geulis”

Dayang 1,2,3. : “ Pagi juga kangmass”

Patih Gajah Lembana (Rosyid). : “Aduhh meleleh kangmas, btw kalian mau kemana nih?”

Dayang 2(Bunga). : “Mau pergi kelumbung mas”

Patih Gajah Lembana (Rosyid). :” Mas temenin ya”

*Diperjalanan ngobrol*

Dayang 1(Aqila) :” Apakah kalian sudah tahu, bahwa persediaan bahan makanan kita mengurang dengan tidak wajar?”

Dayang 2(Bunga) : “Iya dengar – dengar bahwasanya ada pencuri di lumbung kita ini??”

Dayang 3(Rizka) :”Benar benar, katanya seluruh warga kerajaan diperintahkan untuk mencar pencuri tersebut i”

Dayang 2(Bunga) : “Huu jadi ngeri deh”

Dayang 3(Rizka) : “Kenapa juga sekarang kita harus pergi ke lumbung itu??”

Dayang 1(Aqila) : “Ah udahlah dipikirin amat tinggal ambil bahan yang diperlukan terus keluar udah, kalaupun ada pencuri, ada gajah lembana dbersama kita, benar kan kangmass”

Patih Gajah Lembana (Rosyid) :”Benar ada kangmas disini, siap untuk melindungi”

(Bunga, Rizka) :” Ew bucinni”

Narator. : “Sesampainya mereka di lumbung tersebut, terkejutlah mereka melihat pintu lumbung itu terbuka, mereka diam diam mengintip.”

Dayang 1,2,3. :”Mas pergilah dan tangkap pencuri itu”

Patih Gajah Lembana (Rosyid). :”Anu.. anu dek, mas takut” *segera bersembunyi dibelakang para dayang*

*Karena dorong dorongan dengan tidak tahu bagaimana Aqila dengan tidak sengaja memukul kepala pencuri*

“Mereka berhasil menangkap pencuri di Lumbung pangan Kadipaten, segera dihadapkan kepada Adhipati Wilwatikta.”

*Patih Gajah Lembana menghadap Adhipati membawa tawanan.*

Patih Gajah Lembana (Rosyid) : “Maaf Kanjeng Adhipatih kami datang menghadap”, posisi berlutut sambil menyembah.

Adhipati (Adel) : “Gajah Lembana.. Apa ini pencuri Istana Kadipaten?”

Patih Gajah Lembana (Rosyid) : “Daulat Gusti, ini pencuri yang berhasil kami tangkap waktu menyusup ke lumbung pangan Kadipaten.”

(3)

Adhipati (Adel) : “Buka penutup wajahnya aku ingin tahu siapa orangnya..!!”, dengan nada tinggi atau memerintah.

Narator : “Gajah Lembana (rosyid) membuka penutup wajah tawanan itu, alangkah terkejutnya sang Adhipati juga permaisuri ketika mengetahui siapa dibalik penutup wajah itu. Ternyata pencuri yang selama ini meresahkan Kadipaten adalah Raden Mas Said yang tak lain putranya sendiri.”

Adhipati (Adel) : “Apa yang kau lakukan Said? Tega-teganya kau menampar ayahandamu sendiri?”

Raden Mas said (Malik) : “Ampun ayahanda.. semua yang ananda lakukan untuk menolong rakyat Kadipaten Tuban yang kelaparan, kasihan mereka ayahanda. Apa ananda salah menolong rakyat Kadipaten?”

*Dayang dayang menguping dibalik tembok, seketika terjatuh, mata tertuju kepada dayang*

Dayang 1(Aqila). : “ Anu.. ampun tuan, nyonya, kami pamit kedapur”

Dewi Ambar Wati(Chika). :*Mengelengkan kepala* Ya Lekaslah.”

Adhipati (Adel) : “Ehem, Tidak salah kamu menolong, tapi kamu salah dalam menjalankannya, apa kamu tidak tahu Said? Bahan pangan itu akan dikirim ke Istana Majapahit, untuk membantu pasukan di sana?”

Raden Mas Said (Malik) : “Kenapa kita harus membantu Majapahit ayahanda? Sedangkan rakyat kita sendiri dalam kesusahan..?”

Adhipati (Adel) : “Said!!! Tahu apa kamu tentang kerajaan?!!

Sekarang kamu hentikan perbuatanmu, atau kau akan menerima akibatnya?!”

Raden Mas said (Malik) : “Ampun ayahanda, kalau memang itu titah ayahanda, ananda akan tetap menolong rakyat Tuban.”

Adhipati (Adel) : “Kalau itu mau mu, mulai sekarang juga, tinggalkan Kadipaten Tuban, jangan pernah kembali ke Istana Tuban sebelum kamu bisa menggetarkan Istana Tuban dengan lantunan ayat-ayat Allah”

Raden Mas said (Malik) : “Baiklah ayahanda kalau memang itu keputusan ayahanda ananda mohon pamit”

Dewi Ambar Wati (Chika) : “Ampuni Said Kang Mas, suruh dia kembali, dia putra kita pewaris takhta Kadipaten Tuban, kalau dia pergi siapa yang menggantikan Kang Mas Adhipati?”

Rayung Wulan (Hanifah) : “Benar kata ibu ayah... apakah engkau tega dengan kakak?”

Adhipati (Adel) : ” Saya seorang adiphati, adiphati mana yang mengingkari perkataanny sendiri?” dan teruntuk engkau rayung wulan (hanifah) jika kau teramat sayang dan kasihan kepada kakak mu ikutlah engkau dengannya!”

Dewi Ambar Wati (Chika) : “Mengapa kau begitu Adhipati? Rayung Wulan tidak salah, wajar jika kami begini.”

Rayung Wulan (Hanifah) : “Baiklah kalau begitu... ayah, bunda rayung wulan pamit.”

Patih Gajah Lembana(Rosyid). :” Anu non, apa perlu akang temenin hehe”

Rayung Wulan (Hanifah). :”Tidak Perlu, aku bisa sendiri”

Narator : “Perjalanan Raden said dan Rayung Wulan setelah diusir dari kadipaten tuban sampailah di hutan gelaga wangi. Kala itu Raden Said dikenal dengan sebutan Loka Jaya karena telah merampas semua pajak atau upeti yang dikirim untuk Kerajaan Majapahit. Loka Jaya melihat seorang kakek tua lalu dia menghampirinya

Raden Mas said (Malik) : “ Berikan aku tongkat mu itu wahai pak tua, tongkat mu terlihat mahal dan mempunyai harga.”

(4)

Sunan bonang (Arai) : “Tongkat ini hanyalah tongkat biasa wahai anak muda, ada gerangan apa engkau?”

Raden Mas said (Malik) : “Saya akan menjualnya dan memberikan hasil penjualan kepada orang yang berhak”

Sunan bonang (Arai) : “Niatmu sungguhlah mulia, tetapi caramu salah.

Jikalau engaku menginginkan harta, lihatlah itu anak muda itu pohon berbuah emas ambillah sesukamu itu halal”

Narator. : “Loka jaya menghampiri pohon yang dimaksud tersebut, saat memandang daun yang berlapisan emas itu selang beberapa saat, pohon itu berubah menjadi pohon biasa. Sadarlah Loka Jaya bahwa kakek tersebut bukan lah orang biasa.

Maka dihampiri nya kakek tersebut”

Raden Mas said (Malik). :” Izinkan aku tahu namamu”

Sunan bonang (Arai) : “Namaku sunan bonang”

Raden Mas said (Malik) : “Kanjeng sunan izinkan hamba untuk mengikutimu”

Sunan bonang (Arai) : “Kamu putra Adipati tuban, apakah kamu siap mengikutiku?”

Raden Mas said (Malik) : “Lahir batin hamba sudah siap”

Sunan bonang (Arai) : “Baiklah, aku akan pergi ke kerajaan demak. Jangan pernah pergi sebelum aku kembali”

Narator : “ Setelah sunan bonang kembali , Sunan Bonang (arai) mengazani Loka Kaya (malik)”

Narator. :” Setelah belajar bersama Sunan Bonang, Loka Jaya telah siap untuk berdakwah.”

Raden Mas Said (Malik). : “Assalamualaikum guru, bagaimana pada

kesempatan kali ini kita akan membahasa tentang rencana saya untuk menyebarkan agama islam dengan metode wayang”

Sunan bonang (Arai). : “Waalaikumsalam, mengapa harus dengan pertunjukan wayang, bukankah wayang itu haram?”

Raden Mas said (Malik) : ”Baiklah saya terima penolakan dari guru, bagaimana kalau saya mengganti bentuk wayang dengan tidak menyerupai manusia, apakah usulan saya dapat diterima?”

Narator : “ Sunan Bonang mengangguk. Sunan Kalijaga menemui warga dan mengajak untuk menyaksikan pertunjukan wayang, pergelaran dimulai.

Sunan memulai dakwahnya dengan menyebarkan agama islam dan meyakinkan mereka bahwa tiada tuhan selain Allah.”

Raden Mas said (Malik) : “Saya cuma berpesan marsudi dining sariho, yo jangan lupa menembah, ngabdi, maguru sanajan wis dadi guru, makaryo, makarpo.”

Murid 1 (salwa). :” kaya guru toh? Masih maguru sanajan wis sudah dadi guru”

Murid 2 (shella). :” iyo tah? Guruny sunan itu sunan bonang tah? Wess kerennyo”

Raden Mas said(Malik). :”Sudah sudah, intinyo jadikanlah hidup koe koe semua jadi sing sing baik, yo baik hubungan kalean semua baik samo Allah.”

Murid(shella,salwa). :”iyooo siap guru”

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Ancas panaliten iki yaiku, (1) deskripsikake wujud tradisi kliwonan ing makam Sunan Kalijaga, (2) ngandarake guna tradisi kliwonan makam Sunan Kalijaga, (3) ngandarake tegese

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.. Mereka tidak hidup

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS SAINS DAN

Adapun Sembilan orang wali yang dikelompokkan sebagai pemangku kekuasaan pemerintah yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri,

Selain itu, masjid Sunan Kalijaga Kadilangu yang juga di bangun oleh Sunan Kalijaga sangat berhubungan erat dengan masjid Agung Demak, penetapan arah kiblatnya pun

Walisongo berarti sembilan orang wali, mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta sunan

Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga.. Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati,