BABAD CIREBON DANDANGGULA
Pan Sinegeg wau hingkang banting diri ingkang kocap ingkang para Oliya woes prapta hing Goenoeng Cerme sampun musti hing pangestu tanpaliyan dinungnung kapti anging Allah tangala tarkinning pandulor Sultan Demak dadya ika peteng ribet hing wengi kaliwat dening tingkah anjandung mratuwa. Sunan Jati tan samar lamonning ingkang mantu anjangdung
mastaka adan mijos kadikane
luwih becikking tuwu ja mati sahid angulatti pati apa pan iku kang bagus lan ning mau pan wus ana manusa yen ora nahurra.
BABAD DIPONEGORO Babad Diponegoro ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro saat ia dipenjarakan di Manado, Sulawesi Utara, pada tahun 1852 sampai 1853.
Catatan di atas kertas ini ditulis dalam bahasa Jawa dan menggunakan huruf Arab.
Ada 4 bagian besar dari buku yang terdiri dari 1151 halaman ini.
Naskah ini kemudian disalin ke dalam aksara Jawa. Babad Diponegoro juga diterjemahkan dalam Bahasa Belanda.
BABAD DEMAK
Setelah mengunggah buku langka setebal 400 halaman, Babad Demak, mengisahkan berdirinya kerajaan/kesultanan Demak, diakhiri dengan 'Raden Patah naik tahta', sebagai raja pertama di kerajaan/kesultanan Demak'.
Maka 'rare book' melanjutkan menggunggah buku langka setebal hampir 688 halaman, sambungan dari Babad Demak yang pertama dan penulisnyapun sama. Dalam buku ini cerita berakhir saat Pangeran Pekik berhasil
mengalahkan Giri.
Buku ini pun didapatkan bersamaan dengan buku pertama, di lapak kertas/buku bekas.
Nyaris jadi bubur kertas.
Mahabharata (Sanskerta: महाभारत) adalah sebuah karya sastra kuno yang berasal dari India. Secara tradisional, penulis Mahabharata adalah Begawan Byasa atau Vyasa. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka
dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang
meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.
Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya
adalah perang Bharatayuddha di medan
Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.