• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Tentang DEMAM TIFOID

N/A
N/A
DEWI RAHMAWATI

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen Tentang DEMAM TIFOID"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

DEMAM TIPHOID

SOP

No.Dokumen : SOP/012/PU/II/2023 No. Revisi :

Tanggal Terbit : 2 Februari 2023

Halaman : 1/3

KLINIK PRATAMA SECAPAAD Jl. Hegarmanah

No. 152 Bandung

Ditetapkan oleh Kepala Klinik Pratama Secapaad

dr. Deddy Riyanto, Sp.KFR Mayor Ckm NRP 11080088460281

1. Pengertian

Penatalaksanaan demam tifoid merupakan penatalaksanaan terhadap infeksi pada organ gastrointestinal.

2. Tujuan

Sebagai pedoman di dalam memberikan penatalaksanaan terhadap demam tifoid di Klinik Pratama Secapaad

3. Kebijakan

SK Kepala Klinik Pratama Secapaad No SK/009/PMKP/II/2023 tentang Penyakit Dan Tindakan Yang Dapat Dilakukan Di Klinik Pratama Secapaad

4. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/1936/2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. Prosedur 1. Menegakkan diagnosis a. Anamnesis

Pada anamnesis ditemukan keluhan berupa :

1. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu) hingga minggu kedua.

2. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal 3. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau

diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah

4. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia

5. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau kejang.

b. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.

2. Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai dari yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat misalnya delirium atau koma)

3. Demam, suhu > 37,5oC.

4. Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1oC.

5. Ikterus

6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis

7. Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik), hepatosplenomegali.

8. Delirium pada kasus yang berat c. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis 2. Serologi

a. IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)® b. Enzyme Immunoassay test (Typhidot®)

(2)

c. Tes Widal tidak direkomendasi 3. Kultur Salmonella typhi (gold standard)

Dapat dilakukan pada spesimen:

a. Darah : Minggu pertama hingga akhir minggu kedua, saat demam tinggi

b. Feses : minggu kedua sakit

c. Urin : minggu kedua atau ketiga sakit

d. Cairan empedu : stadium lanjut penyakit atauuntuk deteksi carrier thypoid

4. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya:

SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase d. Penegakkan Diagnosis

Suspek demam tifoid (Suspect case)

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna dan petanda gangguan kesadaran. Diagnosis suspek tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesehatan primer.

Demam tifoid klinis (Probable case)

Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium yang menunjukkan tifoid.

e. Diagnosis Banding

Demam berdarah dengue, Malaria, Leptospirosis, infeksi saluran kemih, Hepatitis A, sepsis, Tuberkulosis milier, endokarditis infektif, demam rematik akut, abses dalam, demam yang berhubungan dengan infeksi HIV.

2. Penatalaksanaan

a. Non Medikamentosa

1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi

2. Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral.

3. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, rendah serat.

4. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien b. Medikamentosa

1. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal.

2. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin atau Amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil), atau Trimetroprim- sulfametoxazole (Kotrimoksazol).

3. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

3.Konseling dan Edukasi

a. Edukasi pasien tentang tata cara :

1. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang harus diketahui pasien dan keluarganya.

2. Diet, jumlah cairan yang dibutuhkan, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung oleh dokter, dan keluarga pasien telah memahami serta mampu melaksanakan.

3. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan keluarga supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.

(3)

b. Pendekatan Community Oriented

Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat tentang aspek pencegahan dan pengendalian demam tifoid, melalui:

1. Perbaikan sanitasi lingkungan

2. Peningkatan higiene makanan dan minuman 3. Peningkatan higiene perorangan

c. Pencegahan dengan imunisasi 4. Prognosis

Ad vitam : Bonam Ad functionam : Bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam 6.Unit Terkait Poli Umum

Referensi

Dokumen terkait

2017 ‘Hubungan antara Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang’, Public