• Tidak ada hasil yang ditemukan

Download (1MB) - - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Download (1MB) - - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fokus Penelitian

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistematika Pembahasan

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan karakter adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila. Faktor ini berkaitan dengan keterampilan interpersonal (keterampilan bergaul dengan orang lain) dan intrapersonal (keterampilan mengatur diri) yang dimiliki siswa. 2) Faktor eksternal.

Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang pembentukan karakter religius melalui metode kebiasaan. Bedanya, penelitian yang ditulis Miya Rahmawati mengkaji lebih khusus tentang metode pembiasaan kegiatan keagamaan yang dilakukan di tingkat sekolah dasar, sedangkan penelitian ini mengkaji tentang metode umum pembiasaan yang dilakukan di tingkat sekolah menengah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang metode pembiasaan dalam pembentukan karakter siswa.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang pembentukan karakter religius siswa melalui metode induksi. Penelitian yang ditulis oleh Tsalis Nurul mengkaji metode pengutipan dan keteladanan sedangkan dalam penelitian ini peneliti mengkaji metode pengutipan saja. 2021 Pembentukan karakter religius siswa melalui metode pembiasaan kegiatan keagamaan KBM di MI Ma'arif 07 Karangmangu Kroya.

Penelitian Miya Rahmawati melihat lebih spesifik pada metode pembiasaan kegiatan keagamaan, sedangkan pada penelitian ini peneliti melihat metode pembiasaan secara umum. 4 Desy Santika 2020 Implementasi metode pembiasaan dalam pembentukan karakter pada anak usia dini di RA At-Taman Sukarame Bandar Lampung.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Kehadiran Peneliti

Lokasi Penelitian

Data dan Sumber Data

Peneliti mengambil data sekunder berupa profil madrasah yang meliputi sejarah berdirinya MAN 2 Ponorogo, profil madrasah, visi misi madrasah, agama madrasah dan unsur manajemen madrasah.

Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam berupa pertanyaan yang lebih langsung mengenai fokus masalah yang diidentifikasi peneliti agar data terkumpul secara maksimal. Dalam penelitian ini sumber daya madrasah, wakil madrasah, guru mata pelajaran dan juga siswa MAN 2 Ponorogo dimasukkan dengan alasan mereka adalah pihak madrasah dan juga pelaku kegiatan madrasah. Merupakan langkah pengumpulan data berupa catatan-catatan penting tentang sesuatu yang diteliti agar data tersebut lengkap, asli, tidak dibuat-buat dan bukan sekedar perkiraan.

Data yang diperoleh dari teknik dokumentasi bersifat mendukung dan melengkapi data observasi dan wawancara.61. Teknik dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan mencari gambaran umum MAN 2 Ponorogo berupa sejarah, visi dan misi, profil madrasah, keyakinan madrasah, unsur pimpinan dan data pendukung lainnya.

Teknik Analisis Data

Ini adalah proses menentukan isu-isu terpenting dengan merangkum, memilih, menyederhanakan dan memfokuskan data yang diperoleh. Peneliti mengumpulkan data yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dan dokumentasi yang peneliti lakukan. Kemudian data yang masih bersifat umum, peneliti memfokuskan pada data penerapan metode pembiasaan sebagai upaya pihak madrasah dalam membentuk karakter religius siswa MAN 2 Ponorogo.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk deskripsi naratif, grafik, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Peneliti menggunakan langkah-langkah penyajian data untuk memudahkan memahami apa yang terjadi dan merencanakan langkah selanjutnya dalam penelitian. Kesimpulan yang diambil pada awal penelitian masih bersifat sementara, dan dapat berubah apabila ditemukan bukti-bukti pendukung pada tahap penelitian berikutnya.

Oleh karena itu, kesimpulan awal peneliti dalam penelitian kualitatif mungkin bisa menjawab permasalahan yang ada dalam rumusan masalah, namun bisa juga tidak karena data akan terus berkembang sesuai dengan apa yang ditemukan peneliti di lapangan.

Pengecekan Keabsahan Data

Visi tersebut tentunya merupakan upaya pihak madrasah untuk membentuk karakter religius siswa di MAN 2 Ponorogo. Penerapan berbagai metode pembiasaan dalam pembentukan karakter religius di MAN 2 Ponorogo tentunya berdampak pada karakter religius siswa. Peneliti juga mengumpulkan informasi dari orang tua siswa tentang dampak penerapan metode pembiasaan di madrasah terhadap karakter keagamaan mereka.

Faktor pendukung dan penghambat penerapan metode pembiasaan dalam pembentukan karakter religius siswa di MAN 2 Ponorogo. Selain faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembiasaan dalam pembentukan karakter religius siswa, MAN 2 Ponorogo juga mempunyai fasilitas pelaksanaan pembiasaan. Analisis Implementasi Upaya Madrasah Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Metode Pembiasaan di MAN 2 Ponorogo.

Dengan menegakkan kebiasaan-kebiasaan yang ada di MAN 2 Ponorogo maka karakter religius siswa dapat terwujud. Dari data yang tersaji di atas dapat dianalisis terdapat faktor pendukung dan penghambat penerapan metode induksi dalam pembentukan karakter religius siswa di MAN 2 Ponorogo. Penerapan metode pembiasaan dalam pembentukan karakter religius siswa MAN 2 Ponorogo berlangsung melalui kegiatan rutin yang meliputi: a) 5 S (senyum, salam, salam, sopan santun dan sopan santun), b) doa sebelum dan sesudah pembelajaran, c) melantunkan Asmaul Husna, d) Bacaan Alquran, e) Sholat Dhuhur berjamaah, f) Sholat Jumat, g) kajian budaya setelah sholat Dhuhur.

Guru di MAN 2 Ponorogo diharapkan selalu membimbing siswa dalam menerapkan metode pembiasaan yang tersedia di madrasah untuk membentuk karakter religius siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Paparan Data

Kemudian, keberadaan karakter religius dalam visi madrasah ini jelas dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting bagi siswa MAN 2 Ponorogo. Selanjutnya peneliti juga mengumpulkan informasi dari siswa MAN 2 Ponorogo tentang penerapan metode pembiasaan di madrasah. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Wilson Arifudin, S.Pd selaku WAKA Bagian Kemahasiswaan MAN 2 Ponorogo menjelaskan bahwa dengan adat istiadat yang ada di madrasah maka terbentuklah karakter religius siswa.

Misalnya pada praktik berinfak di hari jumat, anak-anak sebelumnya masih belum tahu apa-apa tentang pemberian informasi, alhamdulillah, setidaknya setelah praktik ini mereka selalu memberikan informasi tentang karakter keagamaannya. Dari berbagai data yang tersaji di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan metode pembiasaan di MAN 2 Ponorogo memberikan dampak yang besar terhadap karakter religius siswa di MAN 2 Ponorogo, baik dari segi keimanan, amalan keagamaan, pengalaman, pengetahuan dan keagamaan. aspek. latihan. Berbagai upaya yang dilakukan MAN 2 Ponorogo dalam menerapkan metode pembiasaan dalam membentuk karakter religius siswa tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang dapat menjadi kendala maupun faktor yang dapat mendukung penerapan metode tersebut.

Untuk faktor-faktor yang dapat mendukung penerapan metode pembiasaan dalam membentuk karakter religius siswa, jelasnya berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak Nasta'in, S, Pd., M.Pd.I selaku kepala Madrasah: faktor yang menunjang pelaksanaan pembiasaan bertempat di madrasah. Dari segi fasilitas, madrasah telah memiliki masjid dan Al-Quran di dalam kelas. Selanjutnya peneliti juga mengumpulkan informasi dari siswa MAN 2 Ponorogo tentang faktor pendukung penerapan metode pembiasaan di madrasah. Faktor-faktor yang mungkin menghambat penerapan metode pembiasaan dalam membentuk karakter religius siswa berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak Wilson Arifudin, S.Pd selaku WAKA. Siswa di MAN 2 Ponorogo berasal dari latar belakang siswa, tidak semuanya berasal dari madrasah, namun ada juga yang tidak berasal dari madrasah. ,112.

Kemudian peneliti juga mengumpulkan informasi dari siswa MAN 2 Ponorogo tentang faktor-faktor yang menghambat penerapan metode pacaran di madrasah.

Pembahasan

Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa budaya 5 S sesuai dengan tahapan pembentukan karakter religius, dimulai dari tahap mengenal moral, dimana mereka mengetahui bahwa tersenyum, menyapa, menyapa, santun dan santun merupakan salah satu bentuk akhlakul karimah yang seorang pelajar muslim, perasaan moral. Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa pembiasaan ini sesuai dengan tahapan pembentukan karakter keagamaan dimulai dari tahap mengetahui akhlak dimana mereka mengetahui bahwa Allah mempunyai nama baik, perasaan akhlak dimana mereka merasa perlu mengimani nama baik Allah. sebagai wujud keimanan dan akhlak mereka dengan tumbuhnya kesadaran dalam diri mereka untuk selalu melantunkan Asmaul Husna. Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa pembiasaan ini sesuai dengan tahapan pembentukan karakter keagamaan dimulai dari tahap mengetahui moral dimana mereka mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, perasaan moral artinya mereka merasa perlu untuk melakukan hal tersebut. membaca Al-Qur'an sebagai wujud keimanan mereka. , dan tindakan moral dengan menumbuhkan kesadaran dalam diri mereka untuk selalu membaca Al-Qur'an.

Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa kebiasaan tersebut sesuai dengan tahapan pembentukan karakter keagamaan, dimulai dari tahap ilmu akhlak, dimana mereka mengetahui bahwa sedekah merupakan salah satu bentuk dan cara mensyukuri nikmat dari Allah, perasaan moral, dimana mereka merasa perlu bersedekah dan melakukan tindakan moral dengan tumbuhnya kesadaran dalam diri bahwa mereka selalu berkontribusi. Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa pembiasaan ini sejalan dengan tahapan pembentukan karakter keagamaan, dimulai dari tahap pengetahuan moral, dimana mereka mengetahui bahwa dengan mengikuti kajian agama dapat meningkatkan pengetahuannya, perasaan moral, dimana mereka merasa bahwa mereka membutuhkan ilmu agama, dan tindakan moral dengan tumbuhnya kesadaran dalam diri mereka. selamanya. Untuk membentuk karakter religius peserta didik diperlukan suatu metode yang tepat, salah satunya adalah metode induksi.

Adanya kegiatan pembiasaan rutin sebagai upaya pihak madrasah dalam membentuk karakter religius siswa MAN 2 Ponorogo tentu tidak selalu berjalan dengan baik dan sesuai ketentuan. Terdapat faktor pendukung dan penghambat penerapan metode pembiasaan dalam pembentukan karakter religius siswa di MAN 2 Ponorogo. -guru dan fasilitas yang disediakan oleh madrasah.

PENUTUP

Kesimpulan

Faktor penghambatnya antara lain: a) faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti rasa malas dan perbedaan latar belakang pendidikan peserta didik, b) faktor luar yang berasal dari luar diri, misalnya pengaruh teman.

Saran

Metode dan Strategi Pembentukan Karakter Religius yang Diterapkan di SDTQ-T An Najah Pondok Pesantren Cindai Alus Martapura”. Pendidikan karakter: Konsep dan implementasi terpadu dalam lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi, dan masyarakat. “Pembentukan Karakter Religius Berdasarkan Kebiasaan dan Keteladanan di SMA SAINS Al-Qur’an Wahid Hasyim Yogyakarta.”

“Pembentukan karakter religius siswa melalui metode pembiasaan kegiatan keagamaan KBM di MI Ma’arif 07 Karangmangu Kroya”. Implementasi Metode Induksi Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Di RA At-Taman Sukarame Bandar Lampung”.

Referensi

Dokumen terkait