• Tidak ada hasil yang ditemukan

Download (179kB)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Download (179kB)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

Menurut Poerwadar Minta, pada dasarnya “membaca adalah melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis dan mengarahkan atau membaca apa yang tertulis”. Kleindalam (Rahim F, 2005: 3) mengemukakan pengertian membaca yang meliputi: “(1) membaca adalah suatu proses, (2) membaca adalah strategis dan membaca adalah interaktif”.

Aspek-aspek Membaca

Membaca Permulaan

Dalam meningkatkan keterampilan membaca diperlukan latihan membaca, hal ini bermanfaat bagi setiap siswa untuk berlatih membaca, termasuk siswa tunagrahita ringan. Berdasarkan pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak hal yang perlu dibaca sejak dini.

Pentingnya pembelajaran membaca permulaan

Membaca awal dalam penelitian ini adalah mempelajari huruf alfabet yang menjadi dasar membaca awal, kemudian membaca suku kata, membaca kata dan kalimat. Menurut Mercer & Mercer 1989:366 (Suherman, Y. 2005:93), metode pengajaran membaca permulaan dapat dibagi menjadi dua pendekatan umum, yaitu pendekatan penekanan kode/simbol/kode dan pendekatan penekanan makna.

Hambatan Membaca pada Anak Tunagrahita Ringan

Menurut Aryanti (Pebrianti, M. 2008:20) permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita dalam membaca secara umum sesuai dengan tabel 2.1 di bawah ini. Banyak orang mengalami anggapan bahwa cara mendidik anak tunagrahita sama dengan anak normal pada umumnya.

Tabel 2.1   Masalah-masalah yang dihadapi oleh anak tunagrahita dalam membaca
Tabel 2.1 Masalah-masalah yang dihadapi oleh anak tunagrahita dalam membaca

Pengertian Media Pembelajaran

Anggapan tersebut salah karena anak tunagrahita memerlukan metode, strategi yang spesifik dengan gangguan dan kemampuan anak yang bersangkutan. Dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hambatan membaca bagi anak tunagrahita adalah kesulitan membedakan huruf, kesulitan mengingat bentuk huruf dan metode pengajaran yang kurang tepat.

Manfaat Media Pembelajaran

Materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga siswa akan lebih memahaminya dan memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap tujuan pembelajaran; Sebaiknya metode pengajarannya bervariasi, tidak hanya komunikasi verbal dengan menceritakan kembali perkataan guru, agar siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru mengajar setiap jam pelajaran. ;

Pengertian Media Huruf Timbul

Media yang dianggap memenuhi jangkaan ini adalah media surat yang dibangkitkan. Media surat dinaikkan digunakan dengan pertimbangan yang mudah, praktikal dan fleksibel. Media huruf dinaikkan digunakan untuk meningkatkan kebolehan membaca permulaan murid bermasalah ringan terutamanya mengenal huruf vokal dan konsonan. Menurut Basuki Wibawa & Farida Mukti, media surat telah muncul sebagai media visual yang mempunyai kelebihan sebagai berikut.

Landasan Penggunaan Media Huruf Timbul

Selain dapat dilihat, pembawa huruf timbul dapat melatih imajinasi anak dengan indra peraba untuk menambah daya ingat akan bentuk huruf yang sebenarnya, dan huruf timbul juga menarik bagi anak-anak karena berwarna-warni dan menampilkan gambar binatang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan media tulis dibandingkan dengan media pembelajaran lainnya adalah murah, mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, mudah diperoleh dan dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan indra pengamatan. Media huruf timbul ini mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan materi yang akan diberikan, selain itu media huruf timbul juga dapat dilengkapi dengan gambar dan nama gambar atau kata.

Langkah-langkah Penggunaan Media Huruf Timbul

Setelah mempelajari huruf abjad, dilanjutkan dengan belajar suku kata dari satu sampai tiga suku kata. Peneliti memberikan kuis penempatan huruf kepada siswa dan meminta siswa mengisi huruf sesuai suku kata. Setelah siswa mahir membaca suku kata, lanjutkan membaca kata dengan langkah seperti belajar suku kata pada langkah enam (6).

Namun, jika siswa mengalami kesulitan membaca kata, kata tersebut dipecah menjadi suku kata. Langkah ini berbeda dengan langkah sebelumnya, pada sesi ini peneliti terlebih dahulu menuliskan kalimat di papan tulis yang terlebih dahulu dibagi menjadi 3 kata, misalnya “ibu pergi ke pasar”. Siswa kemudian diminta untuk membaca kalimat tersebut secara perlahan (kata per kata), setelah itu peneliti mengikuti kuis. "Siapa yang bisa meletakkan kalimat dalam huruf timbul?".

Pengertian Tunagrahita

Prehm (Rochyadi yaitu: 1) keterbelakangan mental adalah gangguan, 2) gangguan ini ditandai dengan adanya kemampuan mental jauh di bawah rata-rata, 3) memiliki gangguan dalam adaptasi sosial, 4) terkait dengan kerusakan organik pada sistem saraf pusat, dan 5) keterbelakangan mental tidak dapat disembuhkan. Sedangkan menurut Efendi, retardasi mental adalah “orang yang mengalami tingkat kecerdasan yang rendah, sehingga untuk mengejar tugas-tugas perkembangannya sangat membutuhkan pendidikan dan layanan bimbingan khusus”. Menurut Amin, “anak tunagrahita adalah anak yang fungsi intelektualnya di bawah rata-rata disertai dengan kekurangan dalam perilaku adaptif yang terjadi pada masa perkembangannya. Sedangkan Nur’aeni menyatakan bahwa “retardasi mental atau keterbelakangan mental adalah mereka yang memiliki dan penyesuaian keterampilan yang berada di bawah rata-rata rekan-rekan mereka".

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, mengalami kesulitan dalam komunikasi dan keterampilan sosial, muncul pada masa perkembangan, memerlukan layanan pendidikan khusus dan kondisi ini tidak dapat disembuhkan.

Klasifikasi Tunagrahita

Depdiknas (2005) mengemukakan bahwa ciri-ciri tunagrahita adalah penampilan fisik yang tidak seimbang, tidak mampu merawat diri sendiri sesuai usia, keterlambatan perkembangan bicara/bahasa, kurang memperhatikan lingkungan, kurang koordinasi gerak dan sering meludah. keluar secara tidak sadar. Mereka menghindari berpikir, kurang mampu membuat asosiasi dan kesulitan membuat kreasi baru. d) Dorongan dan emosi. Kemampuan belajar anak tunagrahita sangat terbatas, terutama kemampuan mengenai hal-hal yang abstrak, anak tunagrahita mengalami masalah. memusatkan perhatian, dan memiliki sedikit bidang minat Anak tunagrahita juga cenderung cepat lupa, kesulitan membuat kreasi baru dan memiliki rentang perhatian yang pendek.

Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak mampu mengurus diri sendiri, menghidupi diri sendiri dan membimbing diri sendiri. Mereka cenderung bergaul atau bermain dengan anak-anak yang lebih muda dari mereka. Mereka memiliki kepribadian yang kurang dinamis, mudah terombang-ambing, kurang menawan dan tidak berpikiran terbuka.

Faktor Penyebab Tunagrahita

Dilihat dari bentuknya, bisa berupa: inversi (kelainan yang menyebabkan perubahan urutan gen akibat puntiran kromosom); penghapusan (kegagalan meiosis di mana pasangan tidak membelah, mengakibatkan kekurangan kromosom di salah satu sel); duplikasi (kromosom gagal memisahkan diri, sehingga yang rusak menempel pada kromosom lain). Kelainan ini dapat terjadi pada saat mutasi, tidak selalu terlihat dari luar (tetap pada tingkat genotipik). Keadaan ini disebabkan oleh penyakit yang tertular saat janin masih dalam kandungan. d) Trauma dan zat radioaktif.

Trauma yang terjadi, terutama pada otak saat anak lahir atau paparan radiasi radioaktif selama kehamilan dapat mengakibatkan keterbelakangan mental. Masalah yang terjadi saat lahir, misalnya kelahiran yang disertai dengan hipoksia, yang mengakibatkan bayi mengalami kerusakan otak, kejang, dan sesak napas. e) Faktor lingkungan. Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab retardasi mental, untuk membuktikan hal tersebut telah banyak dilakukan penelitian, salah satunya temuan Patton &.

Pengertian Tunagrahita ringan

Karakteristik Tunagrahita Ringan

Baik struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari siswa normal, mereka hanya dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari siswa normal.

Kerangka Pikir

Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan menarik akan memotivasi siswa untuk belajar, dan apa yang telah mereka terima akan melekat dalam ingatan mereka sehingga meningkatkan hasil belajar mereka. Media yang diduga cocok untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf abjad bagi siswa tunagrahita ringan adalah media huruf timbul Media pembelajaran huruf timbul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat bantu belajar mengenal huruf timbul dengan cepat, yang terdiri dari potongan-potongan huruf berbentuk dan ditandai dengan . Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, alur pemikiran dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

Hipotesis Penelitian

Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian

Fokus Penelitian dan Definisi Operasional 1. Fokus Penelitian

Definisi Operasional

Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting penelitian

Subjek penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Kemampuan membaca permulaan merupakan hasil belajar membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat sederhana pada siswa tunagrahita di kelas II SD SLB Pembina. Teslisan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest Jumlah item pada pretest dan posttest adalah 51. Kriteria penskoran dan pemberian skor adalah menjawab benar mendapat skor 1 dan untuk menjawab salah untuk menjawab untuk mendapatkan skor 0.

Teknik Analisis Data

Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil di atas, aspek membaca huruf mendapat skor 15, membaca suku kata mendapat skor 12, membaca kata mendapat skor 14. Berdasarkan hasil di atas, aspek membaca huruf mendapat skor 18, membaca suku kata 15 , membaca kata 13. Gambar 4.1 Profil kemampuan membaca huruf pada siswa SD II tunagrahita ringan, sebelum penerapan media relief.

Kemampuan membaca huruf pada siswa tunagrahita ringan kelas II SD Tingkat SLB Pembina Provinsi Sulawesi Selatan setelah diterapkannya Media Huruf Timbul. Ketika peneliti memberikan An kemampuan membaca huruf vokal dan konsonan sebelum menggunakan media huruf timbul, An terlihat tenang. Kemampuan membaca huruf siswa SD kelas II tunagrahita ringan di SLB Pembina Provinsi Sulawesi Selatan sebelum dan sesudah penerapan Media Huruf Timbul.

Untuk mengetahui kemampuan membaca huruf pada siswa SD kelas II (dua) tunagrahita ringan di SLB Pembina Provinsi Sulawesi Selatan sebelum dan sesudah penggunaan media huruf timbul. Keterbacaan awal sebelum mengaplikasikan media emboss Keterbacaan awal setelah mengaplikasikan media emboss.

Tabel 4.2 Nilai Tes Kemampuan Membaca Huruf Pada Murid Tunagrahita ringan Kelas   Dasar   II   Di   SLB   Pembina   Tingkat   Provinsi   Sulawesi   Selatan Sesudah Media Huruf Timbul.
Tabel 4.2 Nilai Tes Kemampuan Membaca Huruf Pada Murid Tunagrahita ringan Kelas Dasar II Di SLB Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan Sesudah Media Huruf Timbul.

PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan lapangan selama 8 kali pertemuan, siswa tunagrahita sangat antusias belajar membaca di awal. Hal ini disebabkan penerapan media huruf yang diperbanyak dapat merangsang minat belajar anak tunagrahita. Selain itu, siswa juga tidak bosan dan sangat komunikatif. Hal itu ditunjukkan berdasarkan hasil tes Ri mendapat skor 65 yang sebelumnya 41, Dw mendapat skor 68 yang sebelumnya 46, Ir mendapat skor 66 yang sebelumnya 45, An mendapat skor 55 yang 44 sebelumnya Rf mendapat skor 54 yang sebelumnya 38 dan Fr skor sebelumnya 60 adalah 50. Atas dasar hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan huruf timbul meningkatkan kemampuan membaca awal lampu kelas II SD dapat meningkatkan siswa tunagrahita di SLB Pembina Provinsi Sulawesi Selatan.

Kesimpulan

Saran

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan meneliti lebih lanjut penggunaan media huruf timbul yang dapat dibuat untuk siswa tunagrahita ringan atau siswa penyandang disabilitas lainnya. Animasi komputer sebagai media pengenalan huruf vokal pada anak tunagrahita sedang Skripsi PLB FIP UPI Bandung.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Instrumen Tes Awal dan Tes Akhir Membaca Permulaan Nama

Tes Awal

Keterangan: 0 = jika anak tidak bisa membaca suku kata sama sekali 1 = jika anak membaca suku kata kurang jelas. Keterangan: 0 = ketika siswa sama sekali tidak tahu cara membaca kata 1 = ketika siswa salah membaca kata. 2 = saat siswa membaca kata hanya samar-samar 3 = saat siswa membaca kata dengan benar dan jelas.

Tes Akhir

Gambar

Tabel 2.1   Masalah-masalah yang dihadapi oleh anak tunagrahita dalam membaca
Tabel 4.2 Nilai Tes Kemampuan Membaca Huruf Pada Murid Tunagrahita ringan Kelas   Dasar   II   Di   SLB   Pembina   Tingkat   Provinsi   Sulawesi   Selatan Sesudah Media Huruf Timbul.
Gambar  4.2 Profil Kemampuan Membaca Huruf pada Murid Tunagrahita  ringan Kelas Dasar II sesudah penerapan Media Huruf Timbul
Tabel 4.3 Nilai Tes Kemampuan Membaca Huruf Pada Murid Tunagrahita Ringan Kelas Dasar II (Dua) di SLB Pembina Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan Sebelum Dan Sesudah Penerapan Media Huruf Timbul.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hence, it can be concluded that the dummy and independent variables: the presence of COVID-19 (COVID19), Earnings Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Return On

Hasil peenlitian Siswa yang memiliki kemampuan membaca secara luas dan cepat menggunakan metode preview, read dan review dengan Teknik membaca lompat menggunakan dua siklus dan dari