• Tidak ada hasil yang ditemukan

Download this PDF file

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Download this PDF file"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Direktur Jenderal Bina Kesejahteraan Masyarakat telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Larangan Sunat Wanita Medis Bagi Tenaga Kesehatan. Dalam penelitian yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, terdapat variasi praktik sunat perempuan, ada yang menggunakan metode berbeda. Sedangkan khitan perempuan dalam bahasa Arab disebut khifadh yang berasal dari kata khafdh yang artinya memotong ujung klitoris pada vagina.

Istilah sunat perempuan diterjemahkan dari bahasa Arab (khitan al-untsa) atau (khitan al-banat) sunat perempuan. Senada dengan Syaikh Zainuddin yang mengatakan, khitan pada laki-laki adalah pemotongan kulit penutup penis sehingga menjadi terbuka, sedangkan khitan pada perempuan adalah pemotongan sepotong daging yang letaknya di dalam. Praktik sunat perempuan tidak bersifat tetap, setiap masyarakat mempunyai adat istiadat yang berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lainnya.

11 Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa sunat perempuan pertama kali dilakukan di Mesir sebagai bagian dari upacara adat khusus perempuan yang sudah dewasa. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sunat perempuan termasuk dalam kitab suci Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa as. Hingga saat ini, sunat perempuan dalam realitas sosiologis masih banyak dilakukan di negara-negara Islam atau wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Menariknya lagi, praktik sunat perempuan tidak lazim dilakukan di wilayah asal Islam, yakni di Arab Saudi. Dapat kita simpulkan bahwa sunat pada wanita lebih karena alasan psikoseksual, tujuannya adalah untuk mengurangi atau menghilangkan bagian sensitif pada vagina, khususnya klitoris. Selain itu, praktik sunat perempuan pada masyarakat Indonesia lebih disebabkan oleh tradisi budaya dan motif ekonomi.

اعيمج برح نب ريهزو دقانلاو رمعو ةبيش يبأ نب ركب وبأ انثّدح ديعس نع يرهزلا نع ةبيبع نبا انثّدح ركب وبأ لاق نايفس نع

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada perintah tegas dalam Al-Qur'an untuk melakukan sunat baik pada pria maupun wanita. Demikian pula tidak ada perintah agama untuk memotong, melukai, atau mengeluarkan organ vital wanita, khususnya klitoris. Hadits-hadits yang menguatkan tradisi khitanan pada laki-laki hanya menyebutkan bahwa khitanan merupakan salah satu dari lima fitrah manusia, yaitu;

Jelas bahwa sunat pada laki-laki tidak wajib seperti yang diyakini banyak umat Islam, tetapi hanya sekedar anjuran atau sunnah. Lebih lanjut dalam hadis disebutkan bahwa sunat perempuan tidak dianjurkan seperti sunat laki-laki, melainkan hanya diperbolehkan, tanpa akibat hukum. Walaupun dalam hadis disebutkan boleh, namun dalam banyak hadis lain ditegaskan bahwa jika seseorang ingin melakukannya, hendaknya ia melakukannya tanpa melukai vagina.

Bahkan Ahmad Ibnu Hanbal meriwayatkan hadits lain yang menyebutkan bahwa praktik khitan belum dilakukan pada zaman Nabi Muhammad SAW.

ادّمحم ينعي قاحسإ نبا نع ّيباّرحلا ةملس نبا دمحم انثّدح لاق نسحلا نع زيرك نب ةحلط نب هللا ديبع وأ هللا ديبع نع

Ibnu Hajar sendiri dalam kitab al-Talkhi>s al-Habi>r telah menyebutkan bahwa hadits tersebut menyisipkan perkataan Ibnu Munzir di atas, walaupun hadits tersebut harus diterima, namun tidak dapat dipahami secara umum, sehingga laki-laki dan perempuan diikutsertakan. dalam pesanan. Ulama masa kini Anwar Ahmad menyatakan bahwa sunat agama hanya diwajibkan bagi laki-laki. Imam al-Syaukani memberikan catatan pada seluruh teks hadis mengenai wajibnya khitan bagi laki-laki dan perempuan.

Tidak ada hadis shahih yang 1. Kalaupun ada hadis shahih, misal: kita berbicara tentang 2. khitan, maka itu tidak dapat dipahami untuk anak perempuan, tetapi khitan hanya untuk anak laki-laki. Dasar hukumnya adalah hadits: “Dari Abu Huraira ra., Rasulullah saw. bersabda: “Sunat itu sunah bagi laki-laki dan sesuatu yang mulia bagi perempuan.” Dukungan ini wajar terjadi di beberapa komunitas budaya di mana posisi perempuan lemah dan bergantung pada laki-laki.

Itulah sebabnya sebagian mazhab mengingatnya ketika berbicara tentang hukum sunat perempuan, dan hanya sebatas menyatakan bahwa itu adalah tradisi (sunnah qadimah) 35 Predikat keluhuran juga merupakan pengakuan masyarakat terhadap peran perempuan yang harus sangat diperhatikan. hebat dalam membangun keharmonisan dan kelangsungan komunitasnya, yang dapat menampung banyak keistimewaan laki-laki. Dari berbagai pernyataan para ulama mengenai khitan pada laki-laki, dapat disimpulkan bahwa dasar ('illat) khitan adalah terpenuhinya kesehatan dan kepuasan seksual. Adapun alasan terpenuhinya kepuasan seksual, Al-Qur’an dalam hal ini menentukan laki-laki dan perempuan sama seperti yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 187.

Hal ini mengandung makna bahwa perempuan dan kenikmatan seksual merupakan hak dan kewajiban yang sejajar serta kewajiban laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini, jika kenikmatan seksual menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan hukum sunat laki-laki, maka penetapan hukum sunat perempuan juga harus didasarkan pada pertimbangan yang sama karena hak untuk memperoleh kenikmatan seksual adalah sama antara laki-laki dan perempuan. . . . Dan sebagian pendapat mazhab Syafi’i juga mengatakan bahwa sunat pada perempuan tidak wajib.40 Mahmud Syaltut mengatakan bahwa sunat baik pada laki-laki maupun perempuan tidak berkaitan langsung dengan teks agama karena tidak ada satupun hadits shahih yang berbicara. tentang sunat dan bahwa alasan-alasan yang dikemukakan oleh para ulama yang sepakat dengan perlunya sunat sangat lemah.

Sunat bagi laki-laki, menurut mazhab Hanafi dan Maliki, merupakan sunnah mu'akkadah (sunnah yang hampir wajib), dan bagi wanita merupakan sunnah kemuliaan (yang bila dilakukan) adalah sunnah, dan amalan-amalannya. jangan berlebihan agar bibir vagina tidak terpotong agar tetap mudah merasakan kenikmatan (seksual) Jima. Menurut Imam Syafi'i, sunat wajib bagi laki-laki dan perempuan. Sementara itu, Imam Ahmad menyampaikan bahwa sunat wajib bagi laki-laki dan suatu kehormatan bagi perempuan, hal ini biasa dilakukan di daerah yang beriklim hangat.43 Secara medis, sunat perempuan menurut definisi WHO adalah suatu tindakan kekerasan terhadap perempuan. dan itu harus berakhir. Anehnya, kebanyakan sunat perempuan sebenarnya dilakukan oleh perempuan sendiri, dan jarang dilakukan oleh laki-laki.

Pada masa Orde Baru, tidak terdengar suara sunat perempuan seperti yang terdengar akhir-akhir ini. Bahkan, di beberapa tempat muncul gerakan sunat perempuan massal. Sebelumnya, sunat massal hanya diketahui oleh kaum laki-laki. Mengenai khitan pada laki-laki, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama bahwa khitan pada laki-laki merupakan ajaran agama Islam, meskipun merupakan tradisi pada masyarakat pra Islam dan membawa banyak manfaat.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nomophobia antara mahasiswa laki-laki dan perempuan, serta mahasiswa yang menggunakan media dengan jumlah banyak sangat