• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Dr. Helma, M.Pd 2. Rahma Wira Nita,M.Pd,Kons

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "1. Dr. Helma, M.Pd 2. Rahma Wira Nita,M.Pd,Kons"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

COUNSELOR’SCOMPETENCE ON CREATE RAPPORT TO REALIZE INDIVIDUAL COUNSELLING

AT SMPN 26 PADANG

Pembimbing : 1. Dr. Helma, M.Pd

2. Rahma Wira Nita,M.Pd,Kons

By:

Maqamam Mahmuda

Student Guidance and Counselling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

This research background by the problem of guidance and counselling teachers who not yet create rapport on realize individual counselling. The purpose of the research are (1) guidance and counselling teachers competence on create rapport to realize individual counselling from teachers warmness, (2) guidance and counselling teachers to create rapport on realizing individual counselling seen from teachers emphaty. This research used descriptive quantitative.

The population are teachers SMPN 26 Padang that did individual counselling, there are 22 people, the research used purposive sampling technique. Instrument of this research is questionaire. Technique analysis data used presentation technique. The result of the research in general the guidance and counselling teachers competence to create rapport on realization individual counselling stayed on quite criteria and the result of the research based on sub variabel are: (1) guidance and counselling teachers competence on create rapport to realize individual counselling from teachers warmness on quite competent criteria, (2) guidance and counselling teachers to create the rapport on realizing individual counselling seen from teachers empathy on quite competent criteria. Based on the result of research recomended to guidance and counselling teachers to improve competent in create rapport to realization of individual counselling, then individual counselling would be efective.

Keywords : Rapport, individual counselling Pendahuluan

Setiap individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam persoalan dan masalah, penumpukan masalah menjadi suatu beban hingga tidak terasa masalah hilang begitu saja, masalah itu tidak hilang tetapi tersembunyi dipikiran, perasaan dan mentalnya, pada saat menghadapi masalah baru, akan terasa berat meskipun masalah itu ringan. Karena masalah yang baru diikuti masalah yang sebelumnya.

Guru BK dalam proses konseling dalam membantu suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh peserta didik, bukan sekedar mendengarkan atau mencari solusi masalahnya, dengan nasehat-nasehat, atau membiarkan luapan emosi untuk mencapai

kelegaan diri. Akan tetapi memberikan informasi tentang masalah yang sedang dihadapi peserta didik, dan memberikan kepercayaan kepada peserta didik untuk melakukan apa yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan semua masalah yang dihadapinya.

Pada proses konseling perorangan guru BK harus mampu melibatkan klien secara penuh, supaya klien bisa terbuka.

Dalam hal ini guru BK dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif. Karena keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh keefektifan komunikasi di antara partisipan konseling yaitu konselor dengan klien.

(2)

Salah satu keterampilan yang diperlukan oleh guru BK adalah keterampilan menciptakan rapport, di dalam konseling perorangan untuk mencapai tujuan yang baik maka dalam hubungan konseling harus terjadinya rapport antara klien dan konselor.

Menurut Willis (2010:46) rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan rasa persamaan, timbullah kesukaan terhadap satu sama lain.

Menurut Willis (2010:46) rapport adalah upaya dalam menciptakan suasana yang nyaman dan hangat dalam suatu konseling membina rapport sangatlah penting. Biasanya membina rapport dilakukan di awal pertemuan dengan klien, membina rapport akan menjadi penentu untuk kedepannya, karena jika seorang konselor dapat membina rapport dengan baik, klien pun akan terbuka dengan masalah- masalahnya ketika proses konseling berjalan.

Hal itu juga akan mempermudah konselor dalam proses konseling tersebut.

Menurut Willis (2010:46) cara membina rapport yang baik adalah dengan senyum yang hangat, sambutan yang bersahabat, jabat tangan, dan percakapan kecil seperti memberikan salam pembuka kepada klien, selain itu sebagai konselor juga harus memperhatikan budaya atau paham tentang berbagai macam budaya. Terkadang rapport berjalan berangsur-angsur, sebab tergantung pada klien juga, klien yang mudah akrab akan lebih mudah dalam membina rapport. Dalam proses konseling hindarkan rawut muka yang datar, ekspresikan kepedulian serta ketertarikan akan membuat klien menjadi lebih nyaman. Dan dalam berbahasa usahakan perhatikan tingkat pendidikan klien jangan sampai klien tidak mengerti dengan percakapan konselor dengan bahasa yang tinggi.

Selain membina rapport keterampilan dasar dalam konseling juga dibutuhkan rasa empati yaitu kemampuan menghayati fikiran klien, dalam proses empati konselor tidak harus membenarkan semua cerita klien yang salah. Akan tetapi lebih mencoba untuk memahami dunia klien tanpa harus menghakiminya. Kurangi berbicara atau merefleksikan perasaan konselor tapi beri

kesempatan kepada klien untuk lebih banyak merefleksikan perasannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat bahwa seorang guru BK harus mampu menciptakan rapport dengan cara pribadi guru BK harus empati, merasakan apa yang dirasakan kliennya, dia juga harus terbuka, menerima tanpa syarat, dan mempunyai rasa hormat dan menghargai, guru BK harus mampu membaca prilaku nonverbal klien, terutama yang berhubungan dengan bahasa lisannya, dan adanya rasa kebersamaan, intim, akrab, dan minat membantu tanpa pamrih. Artinya ada keikhlasan, kerelaan, dan kejujuran pada diri guru BK.

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan belum adanya guru BK yang mampu membaca perilaku nonverbal klien, guru BK belum bisa menciptakan kehangatan dalam proses konseling, guru BK belum bisa menciptakan rasa kebersamaan, konselor belum mampu menciptakan keakraban, guru BK belum memberikan salam yang menyenangkan, dan adanya klien yang belum terbuka dalam menyampaikan permasalahannya kepada guru BK, guru BK belum memberikan kehangatan dalam proses konseling, guru BK belum menciptakan rasa humor dalam proses konseling, adanya guru BK yang belum berempati dengan permasalahan klien dan adanya klien yang menceritakan permasalahannya dengan tidak jujur.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Adanya guru BK yang tidak mampu membaca perilaku nonverbal klien.

2. Adanya guru BK belum bisa menciptakan kehangatan dalam proses konseling.

3. Adanya guru BK belum bisa menciptakan rasa kebersamaan

4. Adanya guru BK belum mampu menciptakan keakraban

5. Adanya guru BK belum memberikan salam yang menyenangkan

6. Adanya guru BK belum berempati dengan permasalahan klien

7. Adanya klien yang belum terbuka dalam menyampaikan permasalahannya kepada guru BK.

8. Adanya klien yang menceritakan permasalahannya dengan tidak jujur.

(3)

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari kehangatan guru BK.

2. Keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari empati guru BK.

Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan di SMP Negeri 26 Padang?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang :

1. Keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari kehangatan guru BK.

2. Keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari empati guru BK.

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang diuraikan, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Peserta didik, dapat memahami pentingnya keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan.

2. Kepala sekolah, memperoleh informasi pentingnya keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan.

3. Guru BK, sebagai acuan agar guru BK dapat memberi keterampilan menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan.

4. Pengelola program studi bimbingan dan konseling, sebagai masukan dalam upaya mempersiapkan calon guru BK yang profesional serta terampil berkomunikasi menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan.

5. Peneliti, dapat menambah pengetahuan melalui penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 26 Padang tentang keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan

6. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan pengembangan dan pelaksanaan penelitian yang lebih luas khususnya yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi seperti: keterampilan komunikasi verbal dan keterampilan komunikasi nonverbal.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 26 Pandang. Penelitian ini dilakukan pada bulan September.. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2010:27) sebaliknya dengan penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

Selanjutnya Arikunto (2010:54) penelitian deskriptif kuantitatif adalah merupakan penelitian non hipotesis dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu. Sedangkan menurut Yusuf (2005:83) penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat- sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data saja, namun dapat melihat, meninjau, dan menggambarkan objek yang diteliti sebagaimana adanya dan menarik kesimpulan setelah menemukan analisis terhadap data yang telah ditetapkan.

Kemudian peneliti ini, mendeskripsikan keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan

.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Data interval menurut Riduwan (2010:85) adalah skala yang menunjukan jarak antara satu data yang lain mempunyai bobot yang sama. Data yang akan diintervalkan adalah data mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling .

Pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data yang dikumpulkan dalam bentuk data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari

(4)

peserta didik, seperti siswa yang mengikuti konseling perorangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari guru di SMP Negeri 26 Padang

.

Selanjutnya pengolahan data, data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan persentase, dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Yusuf (2005:365) yaitu :

P = × 100 Keterangan:

P= Tingkat persentase jawaban F= Frekuensi jawaban

N= Jumlah keseluruhan responden Hasil dan Pembahasan

1. Keterampilan Guru BK Menciptakan Rapport dalam Pelaksanaan Konseling Perorangan

a. Kehangatan Guru BK

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari kehangatan guru BK yang tergolong pada kriteria sangat terampil sebanyak 4,55%, terampil 31,82%, dan cukup terampil 63,64%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari kehangatan guru BK di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Johnson, 1981

(Supratiknya, 1995:10)

mengungkapkan bahwa ada beberapa keterampilan menciptakan suasana hangat dalam pelaksanaan konseling perorangan adalah saling memahami, menerima klien dengan ikhlas, menumbuhkan kepercayaan klien dan menciptakan rasa humor.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari kehangatan guru BK di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil.

Cukup terampil disini belum berarti

sedang, artinya kurang terampil atau tidak sangat terampil, maka guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

1) Saling Memahami

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari saling memahami yang tergolong pada kriteria sangat terampil sebanyak 4,55%, terampil 68,18%, dan cukup terampil 27,27%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari saling memahami di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria terampil. Johnson, 1981 (Supratiknya, 1995:10) mengungkapkan bahwa saling memahami yaitu saling percaya, sesudah saling percaya, kita harus saling membuka diri, yakni saling mengungkapkan tanggapan kita terhadap situasi yang kita hadapi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari saling memahami di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria terampil. terampil disini berarti baik, artinya terampil atau sangat terampil dan guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

2) Menerima Klien dengan Ikhlas Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari menerima klien dengan ikhlas yang tergolong pada kriteria terampil 40,91%, cukup terampil 54,55%, dan kurang terampil 4,55%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari menerima klien dengan

(5)

ikhlas di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil.

Saam (2013:12) mengungkapkan bahwa guru BK harus menerima klien secara ikhlas dan menerima apa adanya tentang klien.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari menerima klien dengan ikhlas di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Cukup terampil disini belum berarti sedang, artinya kurang terampil atau tidak sangat terampil, maka guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

3) Menumbuhkan Kepercayaan Klien Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari menumbuhkan kepercayaan klien yang tergolong pada kriteria terampil 40,91%, cukup terampil 54,55%, dan kurang terampil 4,55%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari menumbuhkan kepercayaan klien di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Saam (2003:12)

mengungkapkan bahwa

menumbuhkan kepercayaan klien kepada guru BK merupakan bagian penting dalam menciptakan hubungan yang baik dengan klien.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari menumbuhkan kepercayaan klien di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Cukup terampil disini belum berarti sedang, artinya kurang terampil atau tidak sangat terampil, maka guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

3) Menciptakan Rasa Humor

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari menciptakan rasa humor yang tergolong pada kriteria sangat terampil 4,55%, terampil 27,27%, cukup terampil 63,64%, dan kurang terampil 4,55%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari menciptakan rasa humor di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil.

Willis (2010:84) mengungkapkan bahwa menciptakan kehangatan dalam konseling konselor juga harus memiliki rasa humor, rasa humor dianggap oleh umum mempunyai kekuatan efektif untuk membantu klien jika digunakan konselor.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari menciptakan rasa humor di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil.

Cukup terampil disini belum berarti sedang, artinya kurang terampil atau tidak sangat terampil, maka guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

b. Empati Guru BK

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari empati guru BK yang tergolong pada kriteria terampil 27,27%, cukup terampil 68,18%, dan kurang terampil 4,55%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari empati guru BK di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Willis (2010:87) di dalam konseling perorangan seorang guru BK harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh klien, untuk mencapai tujuan tersebut, latihan

(6)

empati merupakan latihan terpenting untuk membina kepribadian guru BK agar mampu berkomunikasi dengan klien dan dapat merasakan apa yang dirasakan klien.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari empati guru BK di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Cukup terampil disini belum berarti sedang, artinya kurang terampil atau tidak sangat terampil, maka guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

1) Kemampuan Menyesuaikan atau Menempatkan Diri

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari kemampuan menyesuaikan atau menempatkan diri yang tergolong pada kriteria terampil 50,00%, cukup terampil 27,27%, dan kurang terampil 22,73%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari kemampuan menyesuaikan atau menempatkan diri di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria terampil. Saam (2010:46) kemampuan menyesuaikan atau menempatkan diri dengan keadaan diri dan orang lain, hal tersebut mencerminkan kepribadian yang pandai berempati.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari kemampuan menyesuaikan atau menempatkan diri di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria terampil. Terampil disini berarti baik, artinya sangat terampil atau terampil, maka guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

2) Merasakan Apa yang Dirasakan Klien

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari merasakan apa yang dirasakan klien yang tergolong pada kriteria terampil 27,27%, cukup terampil 59,09%, dan kurang terampil 13,64%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari merasakan apa yang dirasakan klien di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Willis (2007:87) untuk dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami klien, seorang guru BK harus berusaha berpikir bersama klien, bukan berpikir tentang klien.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari merasakan apa yang dirasakan klien di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Cukup terampil disini belum berarti sedang, artinya kurang terampil atau tidak sangat terampil, maka guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

3) Perhatian

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari perhatian yang tergolong pada kriteria terampil 27,27%, cukup terampil 63,64%, dan kurang terampil 9,09%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari perhatian di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Saam (2010:46) orang yang berempati biasanya adalah orang-orang yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap banyak hal yang yang terjadi

(7)

disekitarnya, kemudian merasakan dan berempati.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanan konseling perorangan dilihat dari perhatian di SMP Negeri 26 Padang berada pada kriteria cukup terampil. Cukup terampil disini belum berarti sedang, artinya kurang terampil atau tidak sangat terampil, maka guru BK perlu menciptakan rapport agar pelaksanaan konseling perorangan terlaksana dengan maksimal.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan temuan hasil penelitian mengenai keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan di SMP Negeri 26 Padang dapat disimpulkan secara umum berada pada kategori cukup terampil.

Sedangkan hasil penelitian berdasarkan sub variabel atau batasan masalah yang terkait dengan yaitu :

1. Keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari kehangatan guru BK berada pada kategori cukup terampil.

Artinya keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan masih perlu ditingkatkan lagi sehingga lebih baik lagi.

2. Keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari empati guru BK berada pada kategori cukup terampil.

Artinya keterampilan guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan masih perlu ditingkatkan lagi agar lebih baik lagi.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, peneliti ingin mengajukan beberapa saran:

1. Guru BK dapat meningkatkan keterampilan menciptakan rapport dilihat dari kehangatan yang meliputi saling memahami, menerima klien dengan ikhlas, menumbuhkan kepercayaan klien, menciptakan rasa humor dan yang lainnya harus ditingkatkan lagi sehingga keterampilan lainnya menjadi lebih baik.

2. Kepala Sekolah agar mampu mengembangkan keterampilan komunikasi peserta didik dan guru BK dilihat dari kehangatan dan empati.

3. Peneliti selanjutnya hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti lebih lanjut mengenai sejauh mana keterampil guru BK menciptakan rapport dalam pelaksanaan konseling perorangan.

Kepustakaan

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru. Jakarta: Alfabeta.

Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel- variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Saam, Zulfan. 2013. Psikologi Konseling.

Jakarta : Rajawali Pers.

Willis, Sofyan. 2010. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : Alfa Beta.

Yusuf, A. Muri . 2005. Metode Penelitian.

Padang : FIP Press.

Yusuf, A. Muri . 2007. Metode Penelitian.

Padang : UNP Press

Referensi

Dokumen terkait

5 Assalamualaikum mis,ini tugas recount text Adinda Dwi Anugrah kelas X otkp 1 mis,maaf yam was baru kirim,soalnya baru ada paket.. Assalamualaikum miss, this was Adinda Dwi

Berdasarkan ilustrasi pada paragraf sebelumnya, maka dalam penelitian ini mencoba untuk melakukan kajian terkait proses identifikasi dan klasifikasi kerusakan jalan dengan menerapkan