UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI LAHAN AGROFORESTRI DI LERENG GUNUNG MURIA
Lereng Muria, yang terletak di wilayah Jawa Tengah, mengalami berbagai masalah lingkungan yang telah menyebabkan kerusakan pada ekosistemnya. Salah satu masalah utama adalah deforestasi yang luas, dimana penebanganhutan yang tidak terkontrol telah menghilangkan vegetasi penutup tanah.
Akibatnya, tanah di lereng Muria menjadi rentan terhadap erosi, terutama saat terjadi hujan deras. Erosi tanah ini tidak hanya mengancam keberlangsungan tanaman dan kehidupan liar, tetapi juga meningkatkan risiko longsor dan banjir di wilayah sekitarnya.
Perlindungan dan pelestarian lahan sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem. Konservasi adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan. Kebijakan konservasi tidak seharusnya dimulai dari atas ke bawah. Sebaliknya, konservasi harus dimulai dari masyarakat lokal. Hal ini disebabkan bahwa masyarakat setempat adalah kelompok yang paling rentan ketika kerusakan lingkungan berdampak langsung pada mereka. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat setempat penting untuk memecahkan berbagai masalah lingkungan.
Sebagai upaya untuk mengurangi laju erosi sekaligus efisiensi penggunaan lahan, maka metode vegetatif dan mekanis dapat dilakukan bersamaan, termasuk juga misalnya menggunakan pola agroforestri. Hasil pengamatan lapangan diketahui tanaman kehutanan yang ditanam masyarakat maupun perhutani di pegunungan Muria adalah tanaman Sengon, dan tanaman Jati serta Mahoni. Sedangkan tanaman tahunan non Kehutanan seperti Kopi, Alpukat, dan Jeruk Pamelo. Tanaman tersebut diminati oleh penduduk karena mempunyai nilai ekonomi yang lumayan baik untuk saat ini. Tanaman pangan dan palawija seperti Padi, Ketela Pohon, dan Jagung sebaran biogeografisnya cukup luas di Pegunungan Muria (1).
Urgensi penelitian ini, bahwa penerapan agroforestri di Lereng Muria perlu diterapkan dengan memperhatikan karakteristik masyarakat setempat. Tujuan penelitian ini antara lain 1) Menganalisis kegiatan masyarakat pada lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. 2) Menganalisis partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. 3) Menganalisis upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. Luaran penelitian ini adalah Jurnal Nasional Terakreditasi
yaitu Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Sinta 2).
Partisipasi Masyarakat; Konservasi; Lahan; Agroforestri; Gunung Muria
Hutan Muria menghadapi berbagai permasalahan lingkungan. Secara biofisik Kawasan ini mempunyai persoalan berupa kerusakan dan perambahan hutan lindung serta kerusakan lahan pertanian penduduk akibat praktik pengolahanlahan yang tidak ramah lingkungan.
Problem kerusakan sumber daya lingkungan dan peningkatan intensitas dan kualitas bencana seperti banjir, longsor dan kekeringan dalam dua dekade ini menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Jepara, Pati dan Kudus dan sebagian Demak. Pegunungan Muria mempunyai fungsi utama sebagai penyangga kehidupan flora fauna dan penyedia air bersih untuk daerah sekitarnya (2).
Perlindungan dan pelestarian lahan sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem. Konservasi adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan. Kebijakan
konservasi tidak seharusnya dimulai dari atas ke bawah. Sebaliknya, konservasi harus dimulai dari masyarakat lokal. Hal ini disebabkan bahwa masyarakat setempat adalah kelompok yang paling rentan ketika kerusakan lingkungan terjadi. Petani memerlukan pengetahuan tentang sistem tanam yang sesuai dengan kondisi lingkungan mereka, karena hal ini akan membantu mereka memaksimalkan hasil panen tanpa mengabaikan stabilitas lahan, kesuburan tanah, erosi, dan kerusakan lingkungan regional dan global (3). Oleh karena itu, partisipasi masyarakat setempat penting untuk memecahkan berbagai masalah lingkungan. Konservasi lingkungan tidak dapat dilepaskan dari kelestarian kebijaksanaan lokal (local wisdom) dalam interaksi sosial dan lingkungan (4).
Sistem konservasi adalah mengkombinasikan teknik-teknik konservasi baik vegetasi maupun mekanik ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengantujuan meningkatkan pendapatan petani, kesejahteraan petani dan sekaligus menekan tingkat kerusakan lahan. Penerapan konservasi secara vegetasi dapat dilakukan dengan penanaman tanaman tahunan, penanaman penguat teras, penggunaan pupuk kandang, dan penggunaan seresah.
Sedangkan secara mekanik dilakukan dengan pembuatan teras, saluran pembuangan air dan pembuatan saluran resapan air. Penerapan kombinasi kedua teknik konservasi tersebut dapat menekan laju erosi lahan sehingga kesuburan tanah dapat terjaga.
Prinsip usahatani konservasi adalah pengendalian erosi tanah dan konservasi air secara efektif, serta peningkatan produktivitas tanah dan stabilitas lereng perbukitan. Dapat disimpulkan konservasi merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya tanah dan air secara optimal dan lestari dengan tujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani serta menjaga ketahanan lingkungan secara berkelanjutan (5).
Penerapan konsep pertanian berkelanjutan oleh petani perlu dilakukan dan didukung dengan berbagai kebijakan dari pemerintah daerah agar keberlanjutan kondisi pertanian tetap terjaga (6). Kerjasama antar petani melalui kelompok tani dalam pertemuan rutin bulanan dapat digunakan untuk mencari solusi permasalahan pertanian serta menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan pemerintah (7).
Lebih jauh lagi, pemantauan dan evaluasi program pemberdayaan harus sering dilakukan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang petani dan mengembangkan pendekatan yang lebih tepat (8).
Sebagai upaya untuk mengurangi laju erosi sekaligus efisiensi penggunaan lahan, maka metode vegetatif dan mekanis dapat dilakukan bersamaan, termasuk juga misalnya menggunakan pola agroforestri. Studi pada agroforestri tlahap misalnya, merupakan sistem pertanian tumpang sari antara tanaman kopi, tanaman keras dengan tanaman semusim yang bertujuan untuk mengurangi erosi sekaligus mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Dengan demikian, agroforestri tlahap menjadi edukasi konservasi hutan melalui pengembangan prinsip konservasi, diversifikasi, dan maksimalisasi (9).
Agroforestri di lahan terbuka yang sesuai, menjaga tutupan pohon di agroforestri yang berasal dari hutan, dan melestarikan hutan yang tersisa menjaga keberlangsungan ekosistem dan keanekaragaman hayati (10). Penyuluhan tentang konservasi kawasan penyangga hutan, pelatihan sistem agroforestri, pendampingan pemeliharaan sistem agroforestri, monitoring dan evaluasi keterlibatan masyarakat dalam konservasi kawasan sangat perlu dilakukan (11).
Teknik agroforestri muncul sebagai respon petani atas keterbatasan lahan yang dimiliki dalam upaya memperoleh hasil secara berkala dan berkelanjutan. Konsep ini telah lama dipraktekkan oleh petani, karena mempunyai banyak keunggulan. Selain menguntungkan ekonomi petani, agroforestri ternyata juga mempunyai manfaat lingkungan yang penting dan
berdampak luas (12). Platform dan skema kerja sama yang ada harus digunakan untuk mengoordinasikan upaya pemerintah dan nonpemerintah untuk proses implementasi bersama dan pembelajaran kelembagaan dengan visi dan mandat yang jelas untuk agroforestri (13).
Hasil pengamatan lapangan diketahui tanaman kehutanan yang ditanam masyarakat maupun perhutani di pegunungan Muria adalah tanaman Sengon, dan tanaman Jati serta Mahoni. Sedangkan tanaman tahunan non Kehutanan seperti Kopi, Alpukat, dan Jeruk Pamelo. Tanaman tersebut diminati oleh penduduk karena mempunyai nilai ekonomi yang lumayan baik untuk saat ini. Tanaman pangan dan palawija seperti Padi, Ketela Pohon, dan Jagung sebaran biogeografisnya cukup luas di Pegunungan Muria (1).
Rumusan masalah yang akan diteliti antara lain: 1) Bagaimana kegiatan masyarakat pada lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. 2) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. 3) Bagaimana upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria.
Urgensi penelitian ini, bahwa penerapan agroforestri di Lereng Gunung Muria perlu diterapkan dengan memperhatikan karakteristik masyarakat setempat. Hal ini selain dapat memanfaatkan lahan secara ekonomis namun tidak melupakan kelestarian ekologis.
Pendekatan dalam pemecahan masalah menggunakan desain kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan analisis deskriptif pada rumusan masalah pertama, sedangkan rumusan masalah yang kedua dianalisis dengan model pendekatan Hurairah, rumusan masalah yang ketiga dianalisis dengan menggunakan model pendekatan Arnstein.
Penelitian terdahulu terkait konservasi lahan agroforestri sudah sering dilakukan namun untuk fokus pada partisipasi masyarakat belum pernah dilakukan di Lereng Gunung Muria khususnya yang berada di kawasan bawah Hutan Lindung Colo, Kecamatan Dawe. Berjalan atau tidaknya konservasi lahan dapat dilihat dari partisipasi petaninya. Jika petani berpartisipasi dalam konservasi lahan, maka mereka telah menerapkan nilai-nilai konservasi (14). Beberapa penelitian terdahulu banyak dilakukan di berbagai tempat (1) (2) (15) (16) (17) (18) (19) (20).
Ada juga penelitian yang dilakukan namun berada di lereng gunung yang masih aktif (21).
Selain itu, penelitian terdahulu terkait partisipasi masyarakat masih dalam lingkup agroforestri secara umum di kawasan hutan (22), belum berfokus pada daerah lahan budidaya penduduk. Dalam penelitian yang lainnya diketahui bahwa telah ada upaya dalam pelestarian lingkungan di Pegunungan Muria khususnya perilaku ekologis dari kaum muda (23).
Berdasarkan state of the art di atas, maka diperlukan penelitian lanjutan yang berfokus pada strategi upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. Penelitian ini menemukan kebaruan dengan model pendekatan Hurairah dalam menganalisis bentuk partisipasi masyarakat dan model pendekatan Arnstein untuk menganalisis tingkat partisipasi masyarakat.
Adapun tahapan peta jalan penelitian dilakukan dengan kajian referensi berdasarkan literatur dari jurnal terkait kemudian dianalisis sehingga menghasilkan pada kristalisasi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di Lereng Gunung Muria. Selanjutnya ditampilkan pada gambar 1 berikut.
Gambar 1. Peta Jalan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif. Adapun langkah analisis data yang bersumber dari angket adalah dengan menguantitatifkan jawaban butir pertanyaan dengan memberikan tingkat-tingkat skor untuk masing-masing jawaban.
Menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada masing-masing variabel. Dari perhitungan rumus, akan dihasilkan angka dalam bentuk persentase. Hasil analisis disajikan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Perhitungan data ditentukan dengan:
menetapkan persentase tertinggi, menetapkan persentase terendah, menetapkan interval kelas, menetapkan jenjang kriteria, kemudian dibuat tabel deskriptif persentase. Metode kuantitatif deskriptif tersebut dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah 1) Bagaimana kegiatan masyarakat pada lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. 2) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. 3) Bagaimana upaya
peningkatan partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria.
Fokus dalam penelitian ini pada analisis upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. Tahap pertama peneliti mengumpulkan data dengan cara observasi berupa deskripsi kondisi geografis dan biofisik:
letak, luas, batas, iklim, topografi, dan penggunaan lahan agroforestri di lereng Gunung Muria. Observasi dilakukan dengan datang ke lokasi penelitian dan mengamati secara langsung yang disertai keterlibatan peneliti. Observasi dilakukan dengan mengamati, menimbang, penilaian, analisis
dengan rubrik. Wawancara dilakukan guna memperoleh data mengenai fenomena pertanian yang ada serta mencari informasi mengenai tindakan tertentu yang merupakan alasan dalam melestarikan agroforestri. Wawancara ditentukan dengan teknik purposive sampling.
Wawancara dilakukan kepada tokoh masyarakat, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Dawe, Resort Pemangku Hutan (RPH) Ternadi, akademisi Muria Research Center (MRC), dan Paguyuban Pelindung Hutan Muria (PPHM). Pertanyaan diajukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana kegiatan konservasi telah dilakukan. Kemudian hasil wawancara direduksi sehingga keabsahan data bisa saling diperbandingkan antara satu dengan lainnya. Untuk efisiensi waktu maka pelaksanaan wawancara dipadukan dengan kegiatan observasi di lapangan. Angket digunakan untuk mengetahui karakteristik masyarakat: umur, pendidikan, pekerjaan, luas lahan, lama bertani. Analisis dilakukan dengan teknik deskriptif.
Tahap kedua, peneliti mengumpulkan data dengan cara observasi dan angket. Observasi dilakukan untuk mengamati partisipasi masyarakat. Dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati: aktivitas kelompok tani, keterlaksanaan konservasi, kegiatan dalam kelompok, dan kondisi lingkungan konservasi. Angket digunakan untuk mengungkap bentuk partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria, yaitu berupa: 1) pikiran, 2) tenaga, 3) harta benda, 4) keterampilan dan kemahiran, 5) sosial. Analisis bentuk partisipasi dilakukan dengan pendekatan Hurairah (22).
Tahap ketiga, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan angket. Angket digunakan untuk mengungkap upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan agroforestri di lereng Gunung Muria, yaitu berupa tingkatan: 1) manipulasi, 2) terapi, 3)
menyampaikan informasi, 4) konsultasi, 5) peredaman, 6) kemitraan, 7) pendelegasian kekuasaan, dan 8) pengawasan masyarakat. Analisis tingkat partisipasi dilakukan dengan pendekatan Arnstein (22).
Selanjutnya ditampilkan diagram alir penelitian seperti pada gambar 2 berikut.