• Tidak ada hasil yang ditemukan

DS CASE 2: Tropical Medicine

N/A
N/A
agat 14

Academic year: 2023

Membagikan "DS CASE 2: Tropical Medicine"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Aghata Zahra

Malaria

CASE 2

DS

Tropical Medicine

System

(2)

Review Case

Ari, laki-laki, 32 tahun CC: High fever

- Demam diawali pada 9 hari lalu (subacute) - Diikuti intermittent fever setiap 2 hari

- Demamnya diawali dengan menggigil (chills), berkeringat (sweating) dan demam menurun setelah berkeringat banyak

AC:

- Headache - Myalgia

- Nausea and vomiting

PH: dia pergi ke sumba (NTT) 1 bulan yang lalu dan tinggal disana selama 1 minggu

PE:

General condition:

- Alert, pucat (pale) dan moderately ill - TB: 165 cm, BB: 60 kg

Vital sign:

- BP: 120/80mmHg

- HR: 108 bpm  ↑ (Takikardi) - RR: 28x/min  ↑ (Tachypnea) - Suhu: 39.oC  ↑ (Fever)

Abdominal: revealed hepato-splenomegaly LAB:

- Hb: 10,4%  ↓ (anemia) - Hct: 32%  ↓

- WBC: 9,200/mm3  ↓ (leukopenia) - Platelet: 250.000/mm3

- Diff count: 0/4/3/62/22/9  (Eusinofilia &

monositosis)

- Thin & Thick Blood Smear: Hemolytic & Blood Parasite appearance

Thin blood smear = crescent-shaped (bulan sabit) gametocyte & early trophozoite (ring form)  gambaran plasmodium falciparum

Thick film blood smear = Micrograp depicts two pinkish- colored, crescent-shaped gametocytes

DIAGNOSIS : MALARIA e.c PLASMODIUM FALCIPARUM

MANAGEMENT :

1. Treated with ACT (Artemisinin Based Combination Therapy) and Primaquine

2. Supportive and symptomatic treatment Catatan :

(3)

Basic Science

Pasien datang dgn cc demam tinggi peningkatan suhu tubuh yang di atur oleh thermoregulasi

FISIOLOGI (THERMOREGULASI)

DEFINISI

Proses untuk mempertahankan suhu tubuh tetap konstan.

NORMAL BODY TEMPERATURE a. Core Temperature (Inti)

- Suhu bagian dalam tubuh - Suhu konstan

- Terdiri dari: Abdominal, thoracic, CNS & skeletal muscles

- Nilai: 36°C – 37.5°C

Oral: 36.7 – 37°C

Rectal: 37.6°C (lebih tinggi)

- Dipengaruhi = waktu, cuaca, olahraga, wanita lansia

b. Shell/Skin Temperature (Kulit) : - Suhu pada permukaan kulit

- Terdiri dari: skin dan subcutaneous fat

- Suhu tidak konstan/bervariasi (20°C dan 40°C) - Selisih 1-6°C dari suhu inti

- Dipengaruhi = suhu lingkungan HEAT BALANCE

a. Heat Production

- Proses produksi panas yg dihasikan dari metabolisme tubuh

- Faktor Yang Mempengaruhi:

a) Eksternal

1. Exercise/olahraga

• BMR ↑ 15x

• Produksi banyak CO2 (bersifat panas) 2. Lingkungan/Cuaca

• Cuaca panas  suhu ↑ b) Internal

1. Hormon

• Thyroid hormone (Tiroksin &

triiodothyronine) ↑ BMR↑

• Hormon lain: testosterone, insulin, GH 2. Suhu Tubuh

• Suhu tubuh ↑  BMR ↑ 3. Konsumsi Makanan

• Konsumsi makanan ↑ BMR 10-20%

4. Usia

• Anak > 2x orang tua (fungsi organ &

aliran darah )  suhu 

• Brown fat tissue  pembentuk panas pd infans

5. Gender

Perempuan (lebih rendah,kecuali saat hamil &

menyusui)  suhu ↑0.5°C b. Heat Loss

Jika panas yg dihasilkan berlebih  Panas akan dibawa ke kulit & dikeluarkan dari tubuh 

Dipengaruhi 2 faktor:

1. Seberapa cepat panas terkonduksi ke kulit 2. Seberapa cepat panas ditransfer ke lingkungan HEAT TRANSFER

1) Konduksi (Inti tubuh ke kulit via PD)

• PD utama di kulit: venous plexus

• Kecepatan aliran darah plexus: 30% dari total cardiac output

Laju aliran darah pd kulit cukup   efesien untuk melepas panas suhu inti tubuh

2) Transfer (Kulit ke lingkungan)

a. Konduksi

• Via direct contact object panas  dingin

• Ex: use heating pad, memegang es b. Konveksi

• Via arus udara/sirkulasi

• Ex: diam di ruangan ber-AC c. Radiasi

• Tanpa perantara

• Via gel. Elektromagnetik (heat waves)

• Ex: api unggun, matahari d. Evaporasi

• Via penguapan (keringat)

Heat production = Heat loss Suhu inti Stabil

(4)

REGULASI BODY TEMPERATURE

Karena adanya ketidakseimbangan heat production dan heat lost menyebabkan pasien mengalami high fever

FEVER

DEFINISI

Peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal

• Pagi = >37.2°C

• Siang - malam = >37.7°C ETIOLOGI

Infectious produksi pyrogen

a. Exogenous: dari faktor virulensi mikroorganisme - Bakteri (salmonella thyphi  thypoid fever,

staphylococcus)

- Virus (sars-cov-2, dengue)

- Parasite (malaria,filariasi,scabies)  pada pasien - Fungal

b. Endogenous: Sitokin pro-inflamasi hasil reaksi imun thdp infeksi (IL-1, IL-6, TNF-a, INF-g)

Non-Infectious

a. Inflammatory (SLE, Rheumatic fever, Inflammatory bowel disease)

b. Iatrogenic (Reaksi transfuse) c. Endocrine (Thyroid storm)

d. Malignancy (Lymphoma, Leukemia) e. Other (Drug fever, Sickle cell disease) KLASIFIKASI

Berdasarkan Durasi

1) Demam akut (< 7 hari). Contoh: malaria dan infeksi URT karena virus.

2) Demam subakut (< 2 minggu). Contoh: demam tifoid, intraabdominal abscess.  pada pasien

3) Demam kronik atau persisten (> 2 minggu). Contoh:

TB, HIV, kanker

(5)

Berdasarkan Keparahan

Berdasarkan Pola ((Evidence-Based Physical Diagnosis) a) Sustained/Continuous Fever

- Tidak berfluktuasi > 1°C selama 24 jam, tidak mencapai suhu normal

- Kenaikan suhu bertahap lambat (step ladder) &

high plateau  typhoid fever - Relative bradikardia

- Ex: Pneumonia, typhoid, acute bacterial meningitis, UTI, yellow fever, brucellosis, leismaniasis b) Remittent Fever

- Peningkatan suhu/fluktuasi harian suhu tubuh

>2°C, tidak mencapai suhu normal

- Ex: Infective endocarditis, rickettsiae infections, brucellosis

c) Intermittent Fever

- Berfluktuasi pada periode tertentu sampai normal - Muncul hanya beberapa jam di siang hari - Suhu kembali normal di antara waktu eksaserbasi

1) 24 h (quotidian  plasmodium falciparum), 2) 48 h (tertian plasmodium ovale and vivax):

muncul lagi pada hari ketiga

3) 72 h (quartan  Plasmodium malariae):

muncul lagi pada hari keempat

- Ex: Malaria, pyogenic infection, TB, limfoma, leptospira, septicaemia

d) Saddle Back/Biphasic

Disebabkan oleh 1 penyakit tetapi terdapat 2 periode berbeda (punuk unta)

• Ex: Dengue, Yellow Fever

e) Undulant Fever

• Suhu terus menerus berada di atas normal

• Berfluktuasi harian > 1o C

• Ex: brucellosis f) Recurrent Fever

1. Relapsing Fever

• Demam berlangsung berhari-hari diselingi periode demam ringan/tanpa demam dengan panjang durasi sama

• Ex: Malaria, limfoma, borrelia 2. Pel-Ebstein’s fever

Intermittent low-grade fever

• Demam selama 1-2 w diikuti 1-2 w afebrile periode

• Ex: Hodgkin’s disease 2. Periodical Fever

• Demam terjadi setiap bulan/tahun, tanpa adanya infeksi/ malignan

(6)

RANGKUMAN

STAGING

1. Prodormal Stage

- Pyrogen mulai meningkat dlm tubuh

- Keluhan non spesifik : seperti sakit kepala ringan dan kelelahan, malaise umum, dan rasa sakit dan nyeri sesaat

2. Ascent Stage

- Suhu mulai naik → Set-Point hipotalamus meningkat - Heat Production meningkat: vasokonstriksi PD,

mengigil, x evaporasi, pucat, BP & HR meningkat 3. Plateau Stage

- Suhu tubuh berapa di titik tertinggi

- Suhu tubuh mencapai Set-Point Hipotalamus 4. Descent Stage

- Set-Point Hipotalamus akan menurun → Suhu mulai turun

- Heat Loss Meningkat: Vasodilatasi PD, Evaporasi dan Flushing

MEKANISME DEMAM

Demam terinfeksi oleh parasit vectornya adalah nyamuk

ENTOMOLOGI (ANopHELES SSP)

TAKSONOMI

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthopoda

Class : Insect a

Ordo : Diptera

Family : Culicidae

2 sub family : Anophelinae and Culicinae

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles ssp

(7)

MORFOLOGI a. Eggs/telur

- Boat-shaped dengan sepasang kantung berisi udara (floats)  permukaan air

- Ukuran: 0,5 x 0,2 mm

- Dikeluarkan satu per satu sebanyak 50-200 butir - Tidak tahan kondisi kering

- Di iklim yang lebih dingin 2-3 minggu b. Larvae

- Terdiri dari : 1. Head 2. Thorax

3. Abdomen (8-9 segment) Pada segment ke 8 terdapat sclerotized comb-like structure with teeth diebut pectin 4. Anal

- Tidak memiliki siphon tetapi memiliki ''spiracles''  u/

bernafas di abdomennya - Setiap segment abdomen

memiliki sepasang palmate hairs  sejajar pada permukaan air

- Berganti kulit (molt) sebanyak 4x sebelum menjadi pupa

c. Pupa

- Bentuk = koma

- 2 bagian utama = cephalothorax dan - abdomen.

- Di dasar cephalothorax = sepasang breathing tubes or "trumpets"  pernapasan.

- Pada ujung abdomen = sepasang paddles -  berenang

d. Adult

- Terdiri = head, thorax, and abdomen.

- Sayap membentuk “block”

- Perbedaan = sama aedes yg beda di jantannya

Jantan :

 Plumose,

 Palps = proboscis (nectar)

 Pembesaran segmen terakhir maxillary palps (seperti sendok)

Betina :

 Non-plumose,

 Palps < proboscis (darah)

 X pembesaran segmen terakhir maxillary palps (seperti sendok)

- Jarak terbang = 2 km dari habitatnya - Mengigit pada malam hari

- Istirahat pada siang hari membentuk sudut LIFE CYCLE

Dibutuhkan 10–14 hari untuk telur berkembang menjadi nyamuk dewasa.

(8)

- Nyamuk betina bertelur satu persatu di atas air [terrestrial]

- Telur menetas dalam (2-3 hari) [aquatic]

- Larva dalam 4-10hari  pupae [aquatic]

- Pupa dalam 2-3 hari  Adult [aquatic]

PERBEDAAN

Pada pemeriksaan blood smear pasien ditemukan =

Thin = crescent-shaped gametocyte & early trophozoite (ring form)

Thick = two pinkish-colored, crescent-shaped gametocytes

MIKEROBIOLOGI (PLASMODIUM)

TAKSONOMI

Protozoa Apicomplexa yang menyerang darah& jaringan

5 SPESIES :

1) P. Falciparum

- Ukuran RBC: normal - Kelainan RBC : Maurer spots

- Tropozoit : Ring form, stippling (pink pigmen) - Gametosit : Bulan sabit, (+) Pigmentasi 2) P. Vivax

- Ukuran RBC Infeksi > RBC Normal - Kelainan RBC : schuffner dots - Tropozoit : Ring stage > besar - Gametosit : Oval

3) P. Ovale

- Ukuran RBC Infeksi > RBC Normal - Kelainan RBC : schuffner dots - Tropozoit : Ring stage Lebih compact

(Early)

- Gametosit : Oval 4) P. Malariae / P Knowlesi

- Ukuran RBC: normal

- Kelainan RBC : Zieman’s dots - Tropozoit : Ring stage > Lebih tebal - Late Tropozoit : (+) Band Form - Gametosit : Ovale

(9)

RANGKUMAN

TRANSMISI

Disebarkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina yg telah terinfeksi Sporozoit Plasmodium

LIFE CYCLE Memerlukan 2 Host:

1) Manusia: Fase Aseksual (Schizogony) 2) Anopheles Betina: Fase Seksual (sporony)

(10)

PATHOGENESIS & MANIFESTASI KLINIS

1. Demam  akibat paparan antigen parasit  merangsang sel-sel imun  menghasilkan sitokin.

2. Anemiapecahnya RBC yg terinfeksi plasmodium.

3. Hepatosplenomegali  meningkatnya proliferasi makrofag utk melawan plasmodium

4. Cytoadherence (Severe Malaria)

Plasmodium falciparum memiliki kemampuan dalam proses sekuestrasi (masuknya parasit di RBC ke kapiler organ tubuh) dengan cara cytoadherence RBC ke endotel → mengakibatkan obstruksi & kongesti Pembuluh darahHypoxia organ

(11)

Clinical Science

Berdasarkan dari gejala, PH dan blood smearnya menunjukkan pasien terkena malaria

MALARIA

DEFINISI

Penyakit akibat infeksi oleh parasite plasmodium sp yang menyerang RBC ditularkan ke manusia oleh nyamuk Anopheles sp betina.

EPIDEMIOLOGI

- Malaria menginfeksi sekitar 5% populasi dunia - WHO 2019: terdapat 229 juta kasus

- Kasus Indonesia

• ↑ = Indonesia bagian timur (NTT, Sumba)

• sedang = Kalimantan, Sulawesi, Sumatra

• ↓ = jawa, bali ETIOLOGI

1. Plasmodium falciparum  hasil thin & thick smear 2. Plasmodium vivax

3. Plasmodium ovale 4. Plasmodium malariae 5. Plasmodium Knowlesi FAKTOR RISIKO

1. Riwayat menderita malaria sebelumnya 2. Tinggal didaerah endemis malaria

3. Pernah berkunjung ke daerah endemis malaria 4. Riwayat transfusi darah

5. Wanita hamil (imun turun)

6. Pekerjaan: nelayan,petani dan penebang hutan 7. Status ekonomi rendah

Note: psien pergi ke sumba (NTT) 1 bulan yang lalu dan tinggal disana selama 1 minggu

KLASIFIKASI Berdasarkan etiologi

Berdasarkan Pola Demam:

1. Benign Quotidian: Demam intermitten setiap hari (knowlesi)

2. Benign Tertian: Demam intermitten tiap 2 hari sekali (ovale & vivax)

3. Malignant Tertian: cold stage lebih sedikit, fever stage lebih memanjang dan intens, biasanya demam kontinyus atau remiten dengan singkat, tidak ada wet stage (falciparum)  pada pasien

4. Malignant Quartan: Demam intermitten tiap 3 hari sekali (malariae)

Berdasarkan Klinis

1. Uncomplicated Malaria:

- Disebabkan o/ seluruh spesies plasmodium kecuali P.falcifarum

- Tanda klasik (Mengigil, Demam, Berkeringat) - X disfungsi organ

2. Severe Malaria: pada pasien - Khas P.falcifarum

- Tanda: Penurunan kesadaran, Lemah otot, Kejang, Edema Paru, Syok

- Disfungsi organ

3. Relaps: Sering pada Jenis Ovale & Vivax

Note: pasien mengalami Myalgia dan penurunan kesadaran (moderately il)

PATGEN PATFIS

(12)

MANIFESTASI KLINIS

- Paroksisma malaria klasik: mengigil, demam tinggi kemudian berkeringat

- Awal penyakit: pola demam tidak teratur atau intermitten dengan cenderung continue.

- Headache, fatigue, myalgia  pada pasien - Mual dan muntah  pada pasien Diare - Anemia

- Hepatosplenomegaly ringan  pada pasien - Abdominal pain

DIAGNOSIS Anamnesis

- Trias klasik: demam, menggigil, berkeringan

- Keluhan tambahan: sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot/pegal”

- Riwayat malaria sebelumnya & pengobatan

- Riwayat berkunjung ke/ tinggal di daerah endemis malaria

PE

- General condition: alert, pale dan moderately ill - Vital sign: Suhu: >37,5

- Hepatosplenomegaly Penunjang

- CBC : Anemia Hematocrit menurun

- Thin n Thick blood smear : ditemukan spesies dan stadium parasit plasmodium (GOLD STANDARD) Note pada pasien

Thin = crescent-shaped gametocyte & early trophozoite (ring form)

Thick = two pinkish-colored, crescent-shaped gametocytes

- Rapid test diagnostic : deteksi antigen parasit malaria - Tes lab lainnya:

1. Kimia darah, 2. urinalisis, 3. CT scan, 4. lumbal punksi ALGORITMA DIAGNOSIS

DIFERENTIAL DIAGNOSIS Uncomplicated/Benign Malaria:

1. Typhoid fever 2. Dengue fever 3. Leptospirosis 4. Cikungunya Severe Malaria:

1. Infeksi SSP 2. Stroke 3. Sepsis

4. Dengue Shock Syndrome

(13)

MANAGAMENT (P. Falciparum Tanpa Komplikasi) NON-FARMAKO:

Rawat jalan & inap (pd hari ke-3, 7, 14, 21 dan 28):

observasi perburukan gejala & evaluasi pengobatan (ada resistansi ga)

FARMAKO:

- Pemberian obat antimalaria ditentukan = 1) Jenis plasmodium

a. Falciparum: Primaquine hanya hari pertama (0,25 mg/kgBB)

b. Vivax: Primaquine 14 hari (0,25 mg/kgBB) c. Ovale: DHP selama 3 hari + primaquine 14

hari (0,25 mg/kgBB)

d. Malariae: DHP 3 hari, dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya

2) Relaps/resisten

3) Kondisi pasien (hamil/anak) 4) Usia

5) Bb 6) Komorbid

- Prinsip: membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh kesembuhan pasien, mecegah resistensi

& memutus rantai penularan - Obat:

1) 1 st Line: DHP (ACT) + Primakuin  pasien 2) 2 nd Line: kina + doksisiklin/tetrasiklin +

primakuin (jika terjadi resistensi)

Severe Malaria: Artesunate IV + DHP + Primaquine MANAGEMENT PASIEN

a. ARTEMISININ BASED COMBINATION THERAPY (ACT)

- Di Indonesia regimen yang dipakai DHP a. Artemisin = Dihydroartermisinin b. Aminoquinolone = Piperakuin - MOA:

a. Artemisin: berikatan dengan iron heme sehingga membentuk radikal bebas → mematikan parasit

b. Aminoquinolone: Inhibisi kristalisasi heme

→ mematikan parasite - EFEK: Schizontocidal

- DOSIS: Diberikan 1x1 selama 3 hari berturut 2. PRIMAQUINE

- Obat antimalarial golongan Aminoquinolone - Efek: Gametocytocidal

- DOSIS: 1mg/kgBB PO 1x1 selama 1 hari - Efek : membunuh gametocytes plasmodium

3. SYMPTOMATIC THERAPY a. Antiemetik (Domperidone)

- MOA : menghambat chemoreceptor trigger zone - Indikasi : mual muntah

b. Antipyretic Analgesic (Acetaminophen) - Moa : menghambat sintensis prostaglandin - Indikasi : nyeri demam

4. SUPPORTIVE THERAPY

- Monitoring cairan (Ringer lactat)

- Moa : menjaga keseimbangan tubuh  mencegah shock

KOMPLIKASI 1. Cerebral malaria 2. Renal failure 3. Liver failure 4. Shock

5. Severe Anemia PROGNOSIS

- Jika diagnosis & treatment cepat & tepat ad-bonam - Recurrent apabila daya tahan tubuh menurun PREVENTION

PRINSIP ABCD

Awareness = Meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko malaria

Bites prevention = Mencegah gigitan nyamuk 1. Pakai baju & celana Panjang

2. Krim anti nyamuk 3. Bersihkan lingkungan

4. Gunakan kelambu & pasang kawat kasa nyamuk di ventilasi

Chemoprophylaxis= Pemberian obat profilaksis - Obat :

1. Dosisiklin 100 mg/hari 2. Promakuin 30 mg/hari

- Dosis: dikonsumsi 1-2 hari sebelum berpergian, selama di daerah endemis malaria sampai 4 minggu setelah kembali.

Diagnosis dan treatment

(14)

BHP

1. Edukasi pasien tentang penyakit dan treatmentnya 2. Edukasi tentang profilaksis malaria (sebelum, saat, dan

sesudah mengunjungi daerah endemis malaria)

3. Melakukan home visit & sosialisasi pemberantasan nyamuk untuk memutus rantai penyebaran malaria 4. Melaporkan kasus ke Dinkes berdasarkan Permenkes

tahun 2010 ttg pelaporan KLB

IIMC

Karena pasien melakukan perjalan ke daerah endemis H.R. Bukhari

“Apabila kamu mendengar ada wabah penyakit di suatu negeri maka janganlah kamu memasukinya; dan apabila (wabah itu) berjangkit sedangkan kamu berada di dalam negeri itu, maka janganlah kamu keluar melarikan diri.”

QS. Al-Baqarah : 222

“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Referensi

Dokumen terkait

Survey Result of Impact Effect Aspect Indikator Mean Score N Understand the concept and analysis of algorithms Data Mining 4.24 48 Assist in learning various analytical methods on

59 لصف مولع یسانش شناد ههان یراذباتك و علاطا یناسر و یروانف تاعلاطا لوذج 1 نازهت زهض یناسنا مولع هسوح یصصخت یاه هناخباتک رد یبایراساب هبتر... Marketing electronic resources