Bentuk dukungan ini membuat individu merasa nyaman, aman, diperhatikan, dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat mengatasi permasalahan dengan lebih baik. Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikis pada individu dapat dilihat dari caranya. Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu terhadap peristiwa yang berpotensi menimbulkan stres dan stres itu sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan demikian mengubah hubungan antara peristiwa stres yang mengganggu harga diri, dukungan sosial dapat mengubah efeknya.
Peran didasarkan pada persepsi dan ekspektasi peran yang menjelaskan apa yang harus dilakukan individu dalam situasi tertentu untuk memenuhi ekspektasi dirinya sendiri atau ekspektasi orang lain dalam setting sosial, baik dari dalam maupun luar, dan bersifat stabil (Harmoko, 2012). Konflik peran jenis ini sama dengan konflik peran jenis kedua, hanya saja tidak ada perbedaan ekspektasi peran antara orang-orang di luar lingkungan. Dukungan sosial dalam keluarga berasal dari orang-orang terdekat misalnya dari suami kepada istri, dan dukungan tersebut meliputi sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya.
Dukungan sosial internal keluarga: dukungan dari suami atau istri, saudara laki-laki dan perempuan dan juga dukungan dari anak. Dukungan keluarga eksternal: teman, sekolah, rekan kerja, tetangga, kelompok sosial, kelompok keluarga besar, dan kelompok rekreasi. Sumber dukungan sosial berasal dari individu lain yang jarang memberikan dukungan sosial dan perannya sangat cepat berubah.
Menurut Wangnuba (2009), sumber dukungan sosial yang alami bebas dari beban dan label psikologis.
Serviks
Lingkungan: yaitu secara keseluruhan mencakup kebebasan, keamanan fisik, jaminan kesehatan, kepedulian sosial (aksesibilitas dan kualitas), lingkungan rumah, perolehan informasi baru, keterampilan, partisipasi, kesempatan rekreasi, waktu luang dan lingkungan fisik (polusi, kebisingan) di , lalu lintas, iklim). Serviks terdiri dari beberapa otot polos dan sebagian besar jaringan ikat kolagen ditambah jaringan elastis dan pembuluh darah (Gant dan Cunningham 2011).
Kanker Serviks
Kanker serviks dimulai ketika sel-sel normal serviks terinfeksi oleh human papillomavirus (HPV). Sekitar 80% kasus kanker serviks atau kanker serviks terjadi pada wanita yang tinggal di negara berkembang. Kasus kanker serviks lebih banyak disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang terus menerus (Wijaya, 2010).
Di bawah ini kenali dan pahami berbagai faktor risiko penyebab kanker serviks (Infeksi HPV (human papilloma virus) Lestari Handayani. Wanita yang merokok memiliki peningkatan risiko 2 kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak. Para peneliti menduga bahan kimia tersebut adalah penyebab kerusakan DNA pada sel serviks yang kemudian berkembang menjadi kanker serviks.
HIV pada penderita AIDS akan merusak fungsi kekebalan tubuh seseorang, sehingga wanita yang menderita AIDS berisiko tinggi terkena infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker serviks. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat risiko lebih tinggi terkena kanker serviks pada wanita yang darahnya mengandung infeksi klamidia. Wanita yang berniat menggunakan kontrasepsi sebaiknya berdiskusi dengan profesional kesehatan sebelum memutuskan apakah mereka berisiko tinggi terkena kanker serviks.
Semakin muda usia saat pertama kali hamil atau melakukan hubungan seksual, maka risiko terkena kanker serviks semakin meningkat. Namun kenyataannya perempuan dengan pendapatan rendah akan mempunyai akses yang lebih kecil terhadap pengetahuan tentang kanker serviks. Sering berganti-ganti pasangan seksual dan jenis aktivitas seksual (seks anal atau oral) juga meningkatkan risiko menderita kanker serviks.
Metode skrining untuk mendeteksi kanker serviks ini juga merupakan metode yang paling umum diketahui masyarakat. Konisasi tidak hanya dapat digunakan sebagai metode deteksi dini tetapi juga sebagai metode pengobatan kanker serviks. Selain dengan melakukan prosedur pembedahan, kita juga dapat menggunakan metode cryosurgical dalam pengobatan kanker serviks, metode pengobatan ini adalah pengobatan kanker dengan cara membekukan sel kanker.
Metode terapi radiasi atau biasa dikenal dengan terapi radiasi juga dapat digunakan sebagai metode pengobatan kanker serviks. Ketika kanker serviks telah menyebar ke organ lain di tubuh, kemoterapi mungkin menjadi pilihan pengobatan utama.
Kemoterapi
Jenis obat tertentu yang digunakan dalam kemoterapi dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah kecil yang digunakan sebagai tempat suntikan IV, sehingga obat jenis ini harus disuntikkan melalui pembuluh darah yang lebih besar. Jenis obat tertentu hanya dapat menjadi aktif jika bereaksi dengan enzim tertentu dalam sel kanker (disebut juga obat biotransformasi). Menurut Indrawati (2009), efek samping dapat terjadi karena obat kemoterapi merupakan obat yang kuat dan mempunyai efek toksik yang kuat, sehingga dapat mempengaruhi jaringan dan organ lain yang tidak terkena kanker yang sehat.
Namun, efek kemoterapi akan berbeda-beda, dan selain itu, efek samping tersebut dapat berkurang seiring berjalannya waktu dan hilang dengan sendirinya setelah pengobatan selesai. Efek samping ini akan berbeda-beda tergantung pada jenis kanker, jenis obat yang digunakan untuk mengobati kanker, dan mungkin juga berbeda antara satu klien dengan klien lainnya, meskipun jenis obat dan jenis kanker yang diderita sama. Fungsi sumsum tulang dapat berhenti ketika klien menerima obat yang digunakan dalam kemoterapi dan karena sumsum tulang merupakan jaringan tubuh yang banyak mengalami pembelahan sel.
Kekurangan sel darah merah dapat menyebabkan anemia, dengan gejala seperti pucat, lesu dan lelah, sesak napas, jantung berdebar atau nyeri dada. Jika klien mengalami anemia berat, klien mungkin akan diberikan suntikan untuk merangsang produksi sel darah merah dan/atau diberikan transfusi darah. Biasanya masalah ini merupakan efek samping yang relatif ringan karena efeknya luka membutuhkan waktu lebih lama untuk menghentikan pendarahan atau muncul bintik-bintik merah pada kulit (petechiae).
Produksi sel darah putih terjadi di sumsum tulang dan proses produksi ini terhambat ketika seseorang menerima kemoterapi. Keadaan dimana sumsum tulang rusak sehingga seluruh sel darah putih kekurangan disebut leukopenia, sedangkan keadaan dimana jumlah sel darah putih terlalu sedikit disebut neutropenia. Mual dan muntah merupakan efek samping yang umum terjadi pada banyak orang yang menerima kemoterapi.
Terdapat beberapa obat anti mual (anti muntah) yang tersedia untuk membantu mengurangi gejala tersebut, namun efek samping seperti ini merupakan permasalahan yang perlu dicarikan solusinya agar proses kemoterapi dapat dilakukan lebih lancar pada klien. Rambut rontok merupakan gejala yang sering terjadi ketika klien menerima kemoterapi jenis tertentu. Perasaan cinta dan nyaman yang diterima dari profesi tersebut pada akhirnya memberikan kesejahteraan yang turut menentukan kualitas hidup penderita kanker.
Kerangka Teori
Kerangka Konsep