• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Stroke pada Gangguan Emosi Depresi dan Pentingnya Dukungan Psikologis

N/A
N/A
Rizka Hardiningsih

Academic year: 2024

Membagikan "Dampak Stroke pada Gangguan Emosi Depresi dan Pentingnya Dukungan Psikologis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Rumusan Masalah...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7

A. Stroke...7

B. Gangguan Emosi Depresi...8

C. Dukungan Psikologis...9

BAB III PEMBAHASAN...10

BAB IV PENUTUP...12

Kesimpulan...12

DAFTAR PUSTAKA...13

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dilihat dari fenomena-fenomena saat ini, penyakit sroke mulai meningkat, stroke menyerang pasien tidak hanya di kalangan tua namun juga di kalangan muda. Stroke ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringan otak yang disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke otak.1 Jika muncul gejala stroke, maka dapat mengakibatkan keterbatasan pada kegiatan sehari-hari.

Dampak yang timbul akibat stroke meliputi gangguan secara fisik, dan psikologis. Gangguan fisik yang terjadi yaitu kelumpuhan, gangguan berkomunikasi, hilangnya indera perasa, nyeri, kehilangan sensasi berkemih dan buang air besar (BAB), kesulitan mengunyah dan menelan makanan (disfagia), gangguan tidur, dan kehilangan kemampuan dasar.

Kesulitan menelan makanan (disfagia) cenderung dialami oleh sekitar 40- 60% pasien stroke. Sedangkan gangguan psikologis yang muncul yaitu perubahan mental, gangguan emosi, dan depresi.2

Sebanyak 50% penderita stroke mungkin mengalami gangguan psikologis atau emosional terkait stroke. Carota dan Bogousslavsky dalam Hildebrand menempatkan gangguan ini dalam kategori berikut: (1) gangguan afektif dan mood seperti depresi, emosionalisme pasca stroke, dan gangguan kecemasan umum; (2) perubahan perilaku dan kepribadian seperti kemarahan, mudah tersinggung, apatis, perubahan seksual, dan gangguan obsesif-kompulsif; (3) disintegrasi kognitif dan perilaku seperti keadaan bingung akut dan delirium; dan (4) gangguan persepsi-identitas diri atau orang lain dan tempat.3

Depresi pasca stroke terjadi pada lebih dari 50 persen pasien.4

(3)

dihipotesiskan sebagai factor biologis, akibat kerusakan saraf, atau psikososial, akibat mengatasi peristiwa yang mengancam.3

Depresi adalah suatau keadaan dimana individu mengalamai perasaan kehampaan atau merasa sedih. Semakin lama kejadian ini akan memperburuk arah dari perjalan penyakit dari penderita karena hal tersebut membuat seoarang penderita tidak mampu memutuskan hal yang terbaik untuk dirinya, hal tersebut membuat penderita memikirkan tentang kematian ataupun ingin mengakhiri hidupnya.5

Dalam hal ini cara untuk menghindarinya, adalah pasien stroke sangat membutuhkan dukungan dari manapun. Dukungan sosial sangatlah dibutuhkan pada pasien pasca stroke. Dengan adanya dukungan sosial dari lingkungan dapat menstabilkan kembali emosi dan menurunkan ketegangan psikologi pada pasien pasca stroke.5 Dukungan sosial yang diberikan akan berdampak pada emosi pasien, sehingga ini dapat diartikan bahwa dukungan sosial yang didapatkan pasien juga bisa sebagai dukungan emosional. Dimana jika dihubungkan keduanya akan memberi pengaruh terhadap kondisi psikologis pasien stroke, sehingga dukungan sosial dan dukungan emosinal dapat diibaratkan sebagai bentuk dari dukungan psikologis.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya dukungan psikologis bagi pasien stroke yang mengalami gangguan emosi. Selanjutnya di dalam tulisan ini akan dijelaskan bagaimana bentuk dukungan psikologis untuk dengan gangguan emosi khususnya depresi pada pasien pasca stroke. Sebelum itu akan dipaparkan beberapa teori yang terkait dengan tulisan ini.

(4)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan stroke?

2. Apa yang dimaksud dengan gangguan emosi depresi?

3. Apa yang dimaksud dengan dukungan psikologis?

4. Bagaimana bentuk dukungan psikologis untuk dengan gangguan emosi pasien pasca stroke?

C. Tujuan Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan stroke.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gangguan emosi depresi.

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dukungan psikologis.

4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk dukungan psikologis untuk dengan gangguan emosi pasien pasca stroke.

(5)

BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

A. Stroke

Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak.6 Stroke merupakan gangguan saraf permanen akibat terganggunya peredaran darah ke otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. Sindrom klinis ini terjadi secara mendadak serta bersifat progresif sehingga menimbulkan kerusakan otak secara akut.7

Lingga (2013) membagi faktor risiko stroke menjadi dua, yaitu faktor yang tidak terkendali, seperti genetik, cacat bawaan, usia, gender, riwayat penyakit dalam keluarga dan faktor yang dapat dikendalikan, seperti hipertensi, hiperlipidemia, hiperurisemia, penyakit jantung, obesitas, merokok, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, stres, konsumsi obat-obatan dan kontrasepsi berbasis hormone.8

Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya stroke antara lain, berhenti merokok, manipulasi diet (rendah lemak hewani, rendah garam, menghindari konsumsi alcohol berlebihan), penggunaan obat-obat penurun kolesterol, rutin mengontrol tekanan darah, keluarga diharapkan agar mengetahui gejala stroke, mampu mengenali dan menginterpretasikan stroke dengan segera mengantar pasien ke fasilitas kesehatan atau mencari bantuan kesehatan.7

(6)

B. Gangguan Emosi Depresi

Depresi merupakan gangguan mood yang ditandai dengan penderita terlihat sedih, murung, kehilangan semangat, mengalami distorsi kognitif misalnya kepercayaan diri yang menurun, adanya perasaan bersalah dan tidak berguna, pikiran tentang masa depan yang suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk.9 Gangguan emosi depresi pada pasien pasca stroke biasanya disebut sebagai Depresi Pasca-Stroke.

Depresi yang dialami pasien pasca stroke disebut dengan depresi pasca stroke. Faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian dan beratnya depresi pasca stroke adalah lokasi dari lesi di otak, jenis kelamin, adanya riwayat depresi di dalam keluarga, dan kondisi kehidupan sosial pra- stroke.10

Sindrom depresi pada pasien stroke ditegakkan dengan kriteria diagnostik seperti tercantum pada DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) untuk sindrom afektif organic-organik yaitu:10

1. Gejala utama adalah gangguan afek (mood) yang disertai paling sedikit dua dari gejala penyerta yang disebutkan dalam kriteria “B”

dari episode manik atau episode depresi.

2. Tidak terdapat tanda-tanda delirium, demensia, sindrom waham organik atau halusinosis organik.

3. Terdapat faktor organik spesifik yang dinilai memiliki hubungan etiologi dengan gangguan itu yang terbukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium.

Kriteria diagnostik tersebut hendaknya dibedakan dengan gangguan afektif yang sifatnya fungsional (tidak ada kelainan organik di otak) dan juga terhadap sindrom kepribadian organik.

(7)

Beberapa factor risiko depresi pasca-stroke antara lain, riwayat depresi sebelumnya pada pasien dan keluarga, gangguan fungsional, menurunnya mobilitas, disfungsi bicara dan bahasa apraksia, gangguan kognitif, ketergantungan berat pada fungsi activity daily living, dukungan sosial yang buruk, lokasi lesi dan jenis kelamin.11

C. Dukungan Psikologis

Seperti yang dijelaskan di awal, bahwa dukungan psikologis untuk pasien pasca stroke adalah berupa dukungan emosional dan dukungan sosial, dimana ini saling berhubungan.

Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain atau lingkungan keluarga atau lingkunansosial yang menunjukkan bahwa orang tersebut memperhatikan, menghargai, menghormati dan melibatkan dalam komunikasi.5

Sedangkan menurut King (2012:226 - 227) dukungan sosial memiliki 3 jenis manfaat yaitu:12

1. Bantuan nyata

Menurut Apollo & Cahyadi (2012:261) bantuan yang nyata disebut dengan bentuk bantuan instrumental, yaitu berupa uang dan kesempatan

2. Informasi

Bantuan informasi ini bisa berupa memberikan informasi tentang situasi yang sangat penting, misalnya pemberitahuan tentang keadaan kesehatan pasien. Informasi mungkin sportif jika ia relevan dengan penilaian diri. Sedangkan menurut Apollo & Cahyadi (2012:261) dukungan informatif yang dimaksudkan adalah berupa nasehat, sugesti, arahan langsung dan informasi

3. Dukungan emosional

Dukungan emosional berupa penghargaan, cinta, kepercayaan, perhatian, dan kesediaan untuk mendengarkan. Sedangkan menurut Taylor

(8)

dkk, perhatian emosional yang di ekpresikan melalui rasa suka, cinta atau empati, misalnya ketika dalam pertengkaran dengan seorang yang dicintai, maka ekspresi perhatian dari kawan sangat di butuhkan.

BAB III PEMBAHASAN

Pasien pasca-stroke mengalami perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Pasien stroke tidak dapat melakukan aktivitas perawatan diri sendiri seperti makan minum, mandi, berpakaian, berhias, menggunakan toilet, kontrol buang air kecil dan besar, berpindah tempat, jalan, dan menggunakan tangga (Wirawan, 2009). Perubahan psikologis pada pasien stroke adanya abnormalitas mood, kesedihan, depresi, dan menyalahkan diri sendiri.13

Secara psikologis pasien pasca-stroke dapat menjadi depresi dikarenakan banyak hal yang tidak bisa diterimanya. Disaat pasien mengalami depresi, maka pasien pasca-stroke membutuhkan bantuan atau dukungan diantaranya dukungan psikologis. Dimana dukungan psikologis ini dapat berasal dari dukungan sosial baik keluarga maupun orang-orang di sekitarnya. Dukungan ini selanjutnya berdampak atau memberikan dukungan lain yang melibatkan emosi, sehinggan dukungan sosial membentuk dukungan emosional. Kedua dukungan ini lalu akan berdampak baik pada kondisi psikologis pasien pasca-stroke jika pasien diberikan dukungan sosial dan emosional yang baik.

Dukungan sosial yang diberikan berdasarkan teori yang telah dipaparkan di atas bantuan nyata, dimana para kerabat dapat membantu pasien dalam bentuk materi berupa uang dan kesempatan. Seperti yang kita ketahui bahwa menyembuhkan penyakit terlebih lagi jika penyakit tersebut dibarengi dengan sakit psikis akan membutuhkan sejumlah biaya. Bantuan berupa materi mungkin tidak langsung berdampak pada pasien, melainkan bagi keluarga pasien. Bantuan instrument atau nyata itu bisa berupa penyediaan jasa atau barang selama masa

(9)

stress. Dukungan sosial berbentuk nyata berupa materi ini setidaknya telah membantu keluarga dari pasien, sehingga pasien dapat ditangani secara cepat.

Lalu yang kedua adalah bantuan atau dukungan berbentuk informasi.

Informasi ini dapat berbentuk informasi seputar penyakit yang diderita pasien.

Individu yang memberikan dukungan ini juga dapat merekomendasikan tindakan dan rencana spesifik untuk membantu pasien dalam copingnya dengan berhasil.

Menurut Apollo & Cahyadi, dukungan informatif yang dimaksudkan adalah berupa nasehat, sugesti, arahan langsung, dan informasi.

Terakhir adalah dukungan emosional. Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien. Dalam situasi penuh stress, pasien seringkali menderita secara emosional dan dapat mengembangkan depresi.

Teman-teman dan keluarga dapat menenangkan pasien bahwa pasien adalah orang yang berharga yang dicintai oleh oranglain. Mengetahui orang lain peduli memungkinkan pasien untuk dapat lebih yakin untuk sembuh. Kita pun dapat merasakan bagaimana kekuatan dukungan kata-kata yang seperti itu.

Dukungan emosional berupa penghargaan, cinta, kepercayaan, perhatian dan kesediaan untuk mendengarkan. Perhatian emosional yang diekspresikan melalui rasa suka, cinta atau empati, misalnya ikut merasakan kesedihan yang dialami pasien tetapi kita tetap memberikan kekuatan baik dalam perbuatan maupun kata-kata. Adanya dukungan emosional ini akan memberikan pasien rasa nyaman, kepastian, perasaan memiliki dan dicintai.

Pasien yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari keluarga maka akan banyak dukungan emosional, penghargaan instrumental dan normatif dari keluarga. Jika dukungan emosional tinggi, maka pasien akan merasa bahwa dorongan dari keluarga cukup tinggi. Penghargaan yang tinggi berfungsi membuat pasien menjadi lebih berharga dan membuat kepercayaan diri pasien meningkat. Dukungan Instrumental yang tinggi membuat pasien nyaman dengan fasilitas yang ada dan akan membuat pasien merasa sangat di perhatikan. Dukungan normatif yang banyak akan

(10)

membuat pasien lebih di perhatikan dan lebih banyak mendapatkan pengetahuan dari keluarga.

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Penderita stroke mungkin mengalami gangguan psikologis atau emosional terkait stroke. Hal ini disebabkan oleh banyak kemungkinan, factor biologis, akibat kerusakan saraf, atau psikososial, akibat mengatasi peristiwa yang mengancam.

Depresi yang dialami pasien pasca stroke disebut dengan depresi pasca stroke. Faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian dan beratnya depresi pasca stroke adalah lokasi dari lesi di otak, jenis kelamin, adanya riwayat depresi di dalam keluarga, dan kondisi kehidupan sosial pra-stroke.

Dalam hal ini cara untuk menghindarinya, adalah pasien stroke sangat membutuhkan dukungan dari manapun. Dengan adanya dukungan sosial dari lingkungan dapat menstabilkan kembali emosi dan menurunkan ketegangan psikologi pada pasien pasca stroke. Dukungan sosial yang diberikan akan berdampak pada emosi pasien, sehingga ini dapat diartikan bahwa dukungan sosial yang didapatkan pasien juga bisa sebagai dukungan emosional. Dimana jika dihubungkan keduanya akan memberi pengaruh terhadap kondisi psikologis pasien stroke, sehingga dukungan sosial dan dukungan emosinal dapat diibaratkan sebagai bentuk dari dukungan psikologis.

Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain atau

(11)

tersebut memperhatikan, menghargai, menghormati dan melibatkan dalam komunikasi.

Dukungan emosional berupa penghargaan, cinta, kepercayaan, perhatian, dan kesediaan untuk mendengarkan. Sedangkan menurut Taylor dkk, perhatian emosional yang di ekpresikan melalui rasa suka, cinta atau empati, misalnya ketika dalam pertengkaran dengan seorang yang dicintai, maka ekspresi perhatian dari kawan sangat di butuhkan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi CM, Darliana D. Dukungan Keluarga Dengan Depresi Pada Pasien Pasca Stroke. Idea Nurs J; 8.

2. Kencono RA. Kesabaran dan Regulasi Emosi pada Pasien Pasca Stroke.

Psycho Idea 2016; 14: 1.

3. Hildebrand MW. Effectiveness of interventions for adults with psychological or emotional impairment after stroke: An evidence-based review. Am J Occup Ther 2015; 69: 1–9.

4. Harrison M, Ryan T, Gardiner C, et al. Psychological and emotional needs , assessment and support post- stroke : a multi-perspective qualitative study.

5. Rosdiana I. Hubungan dukungan sosial dengan depresi pada pasien pasca stroke. 2020; 15: 1578–1584.

6. Widyaswara Suwaryo PA, Widodo WT, Setianingsih E. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Stroke. J Keperawatan 2019; 11: 251–260.

7. Rosmary M. Hubungan Pengetahuan Keluarga dan Perilaku Keluarga pada Penanganan Awal Kejadian Stroke. Universitas Dipenogoro, 2019.

8. Khairatunnisa, Dian MS. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke pada Pasien di RSU H. Sahudin Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara. JUMANTIK; 2.

9. Suwantara JR. Depresi pasca-stroke: epidemiologi, rehabilitasi dan psikoterapi. J Kedokt Trisakti 2004; 23: 1–7.

10. Bagaskoro YC, Pudjonarko D, Kunci K, et al. Hubungan Lokasi Lesi Stroke Non-Hemoragik Dengan Tingkat Depresi Pasca Stroke (Studi Kasus Di Poli Saraf Rsup Dr. Kariadi Semarang). Diponegoro Med J (Jurnal Kedokt Diponegoro) 2017; 6: 1383–1393.

11. Susilawati A, Ratep N, Putera K, et al. Depresi Pasca- Stroke : Diagnosis dan Tatalaksana. Contin Med Educ 2014; 41: 901–905.

12. Wara MS. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Kestabilan Emosi pada Pasien Pasca Stroke. Universitas Negeri Semarang, 2019.

13. Karuniawati D. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Pasca Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.

Referensi

Dokumen terkait