• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ecodemica, Vol. No. April 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Ecodemica, Vol. No. April 2016"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ecodemica, Vol.1 No.1 20 Agustus 2019

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 1

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

DAMPAK EXPERIENTIAL MARKETING PADA KEPUASAN DAN MINAT BELI ULANG KONSUMEN

(Studi Kasus Pada Konsumen Ritel Di Kota Bandung)

Kristina Estevaonia Mbakus1, Doni Purnama Alam Syah2, Iwan Sofyan3

1Universitas BSI, [email protected]

2Universitas BSI, [email protected]

3Universitas BSI, [email protected]

ABSTRAK

Saat ini terjadi persaingan yang ketat dalam industri ritel di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian penting bagi ritel untuk tetap bertahan, salah satunya dengan menetapkan strategi experiential marketing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari variabel experiential marketing terhadap kepuasan dan minat beli ulang konsumen di ritel kota Bandung.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung survei dengan analisis data secara deskriptif dan verifikatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk memperoleh skor dari setiap variabel–variabel yang digunakan dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan sampel menggunakan non probability sampling yaitu accidental sampling, dengan melakukan survei kepada 100 responden. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana, uji determinasi, dan uji t. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai thitung >

ttabel artinya antara variabel experiential marketing dan variabel kepuasan pelanggan terdapat pengaruh yang signifikan dan positif. Sedangkan hasil penelitian variabel experiential marketing dan minat beli ulang konsumen juga terdapat pengaruh yang signifikan dan positif.

Kata Kunci: experiential marketing, kepuasan pelanggan dan minat beli ulang konsumen

ABSTRACT

Currently there is a strict competition in the retail industry in Indonesia. This is an important concern for retail to stay afloat, one of them by establishing experiential marketing strategies.

The purpose of this study is to determine how the influence of experiential marketing variables on consumer satisfaction and repurchase interest retail in Bandung. In this study using quantitative research methods supported by surveys with descriptive and verification data analysis. Quantitative analysis is used to obtain a score for each of the variables used in a study. The sample collection technique uses non probability sampling, namely accidental sampling, by conducting a survey of 100 respondents. The analytical method used is a simple linear regression analysis, determination test, and t test. Based on the results of the study note that the value of tcount > ttable means that between experiential marketing variables and customer satisfaction variables there is a significant and positive influence. While the results of experiential marketing research variables and consumer repurchase interest also have a significant and positive influence.

Keywords: experiential marketing, custommer satisfaction and consumer repurchase interest

(2)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 2 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

PENDAHULUAN

Saat ini banyak industri ritel mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan dinilai memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia (Hendra, Djawahir, & Djazuli, 2017). Terutama dengan banyaknya ritel asing yang masuk ke Indonesia, sehingga muncul kebijakan yang mendukung liberalisasi ritel, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka (BKPM, 2016). Industri ritel di Indonesia seperti minimarket, supermarket, hypermarket dan modern trade menampilkan persaingan, ekspansi dan pertumbuhan (Sari, 2017)

Pada tahun 2017, industri ritel mengalami pertumbuhan sebesar 7,5% (mengalami penurunan) dibandingkan pada tahun 2016 yang mencapai 10%. Sementara itu pada tahun 2018, Aprindo mencatat ritel mengalami pertumbuhan sekitar 9%.

Hingga saat ini ritel masih menguasai pangsa pasar sekitar 30% dan menjadi bisnis yang menjanjikan dengan tingkat keuntungan sebesar 7–15% (Raharja, 2018).

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan ritel di Indonesia khususnya Kota Bandung mengalami perkembangan yang cukup pesat dan dinilai sebagai sarana perdagangan dalam mendistribusikan barang atau jasa kepada masyarakat (Disdagin, 2019). Kehadiran ritel membuat konsumen memiliki pilihan untuk berkunjung ke toko dan mencari produk semakin banyak, bila dilihat dari jumlah item dan jenis produk yang di jual. Selain itu, berbelanja di ritel juga tidak membuat konsumen untuk berdesak–desakan dan produk yang di jual juga ditata dengan rapih (Soliha, 2008). Berikut data rekapitulasi ritel dari tahun 2016–2018 di Kota Bandung.

Tabel 1. Data Rekapitulasi Ritel di Kota Bandung

Nama Tahun

2016 2017 2018

Minimarket 566 513 435

Supermarket 27 27 44

Hypermarket 12 9 6

Departement Store 19 16 16

Perkulakan 3 3 2

Pusat Perbelanjaan 29 22 17

atau Mall Lain–lain atau Perorangan

49 18 18

Total 705 608 539

Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung (2019)

Dari tabel di atas terlihat bahwa, terjadi penurunan jumlah ritel di Kota Bandung dari tahun 2016-2018. Dan penurunan yang paling signifikan terjadi pada minimarket sebesar 131 pusat perbelanjaan. Sedangkan untuk sepermarket mengalami peningkatan sebesar 17 pusat perbelanjaan.

Jika ditelaah lebih lanjut, penurunan ritel di Indonesia khususnya di Kota Bandung terjadi karena industri ritel saat ini makin ketat persaingannya. Dimana pemerintah tetap memberikan ijin meskipun pasar yang dituju telah jenuh (Soliha, 2008). Hal ini juga terlihat dari penurunan penjualan ritel yang signifikan, karena penurunan daya beli masyarakat. Dimana masyarakat mengubah pola konsumsi dan mengganti komoditas kebutuhan dengan alternatif komoditas lain serta membatasi pembelian barang–barang yang tidak primer (Bandung, 2017).

Berdasarkan perilaku konsumen yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan era saat ini, maka suatu perusahaan diharapkan untuk lebih bijak dalam menerapkan strategi yang tepat agar dapat menarik konsumen (Nainggolan, 2016). Selain itu, strategi yang akan diterapkan ini, diharapkan mampu menggempur persaingan dalam bidang pemasaran sehingga perusahaan dapat bertahan dan dapat memasarkan produk yang ada di perusahaan ke konsumen (Roisah & Riana, 2016).

Salah satunya melalui konsep pendekatan experiential marketing. Dalam konsep ini berusaha untuk menghadirkan pengalaman yang unik, positif dan mengesankan bagi konsumen (Bisnari, 2015). Dari pengalaman mengkonsumsi barang atau jasa tersebut menjadi memori bagi konsumen, puas atau tidak puas terhadap produk maupun perusahaan akan selalu diingat oleh konsumen (Prastyaningsih, Suyadi, & Yulianto, 2014).

Dengan tercapainya kepuasan terhadap produk atau jasa tersebut akan memberikan kesan positif bagi konsumen yang berujung

(3)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 3 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

pada terciptanya pembelian ulang oleh konsumen (Chandra, 2011). Dimana ketika konsumen memperoleh respon positif, konsumen akan berperilaku sebelum dan atau setelah melaksanakan pembelian yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan pembelian baik saat ini dan masa yang akan datang (Alamsyah, 2016).

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, bahwasannya experiential marketing dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dan minat beli ulang. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ratih Kusuma Dewi, Srikandi Kumadji, & M. Kholid Mawardi, 2015), yang menyatakan bahwa variabel experiential marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti Gersom Hendarsono & Sugiono Sugiharto (2013), menyatakan bahwa experiential marketing berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang konsumen.

Berdasarkan fenomena yang ada pada perilaku konsumen pada ritel di Kota Bandung, maka peneliti melakukan penelitian yang berfokus pada kajian

“Dampak Experiential Marketing Pada Kepuasan dan Minat Beli Ulang Konsumen, dengan Studi Kasus Pada Konsumen Ritel di Kota Bandung”.

KAJIAN LITERATUR Experiential Marketng

Secara harafiah experiential marketing terdiri dari dua kata yaitu experiential dan marketing. Untuk experiential berasal dari kata experience yang berarti pengalaman.

Menurut Pine dan Gilmore dalam Kustini (2007), pengalaman merupakan suatu peristiwa yang terjadi dan dirasakan dan memberi kesan menyenagkan bagi individu secara personal. Sedangkan marketing atau pemasaran menurut Hasan (2013), merupakan sebuah konsep ilmu dengan strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi stakeholder (pelanggan, karyawan, pemegang saham). Jadi experiential marketing menurut Handi Chandra (2008), adalah strategi pemasaran yang dibungkus dalam bentuk kegiatan sehingga memberi

pengalaman yang dapat membekas dihati konsumen.

Selain itu, Experiential marketing juga merupakan pendekatan pemasaran yang melibatkan emosi dan perasaan pelanggan dengan menciptakan pengalaman–

pengalaman positif yang tidak terlupakan.

Pendekatan experiential marketing menggeser pendekatan tradisional yang menekankan pada features dan benefit dari produk, dan kosumen bersifat rasional (Buchari Alma, 2013).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dianalisis bahwa experiential marketing merupakan suatu konsep pemasaran produk yang tidak hanya melihat dari sisi profit atau keuntungan tetapi lebih kepada emosi dari konsumen melalui pengalaman mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

Dalam experiential marketing terdapat empat karakteristik (Kustini, 2007) yaitu:

1. Fokus pada pengalaman pelanggan 2. Pola konsumsi merupakan pengalaman

yang holistik

3. Keputusan rasional dan emosional 4. Metode dan perangkat bersifat elektik Menurut Siregar & Simorangkir (2018), dimensi dari experiential marketing yaitu sense atau panca indera, feel atau perasaan, think atau pola perilaku, act atau perilaku atau tindakan, dan relate atau relasi/hubungan.

1. Sense (panca indera)

Sense experience (pengalaman melalui panca indera) mempunyai daya tarik dengan indera konsumen, bertujuan untuk menciptakan pengalaman sensorik melalui penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan penciuman.

2. Feel (perasaan)

Feel experience (pengalaman merasakan) menarik perasaan dan emosi konsumen, dengan tujuan menciptakan pengalaman afektif dari suasana hati positif terkait dengan merek.

3. Think (pola pikir)

Think experience (pengalaman pemikiran) menarik untuk kecerdasan dengan tujuan penciptaan kognitif, pengalaman pemecahan masalah yang melibatkan konsumen secara kreatif atas perusahaan

(4)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 4 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

dan merek–merek dari produk yang ada di perusahaan.

4. Act (perilaku)

Act experience (pengalaman berperilaku atau bertindak) bertujuan untuk mempengaruhi pengalaman tubuh, gaya hidup dalam jangka panjang serta pengalaman–pengalaman yang terjadi sebagai hasil dari interaksi.

5. Relate (relasi atau hubungan)

Relate experience (pengalaman berelasi), berisi aspek dari pemasaran sense (panca indera), feel (perasaan), think (pola pikir), dan act (tindakan atau perilaku). Namun, relate experience atau pengalaman berelasi berkembang melebihi kepribadian individu, perasaan pribadi, dan menambah pengalaman individu.

Kepuasan Pelanggan

Kepuasana (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis” artinya enough atau cukup dan “facere” yang berarti to do atau melakukan atau membuat. Sehingga kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan terhadap hasil penilaian konsumen bahwa produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen sampai pada tingkat cukup memuaskan bagi konsumen (Sudaryono, 2016).

Kepuasan adalah tingkat perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan konsumen tersebut (Heni Rohaeni, 2018). Oleh karena itu, kepuasan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan sehingga kondisi idealnya yaitu perusahaan harus mengoptimalkan kepuasan pelanggan (Suparwo & Syarifuddin, 2017)

Dari beberapa pendapat di atas dapat dianalisis bahwa, kepuasan pelanggan merupakan suatu perasaan dari dalam diri konsumen setelah memperoleh atau mendapatkan produk atau jasa, yang dinilai dapat memberikan suatu manfaat yang melebihi harapan konsumen.

Menurut Kusmayadi dalam Yani Restiani Widjaja & Irpan Nugraha (2016) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, antara lain:

1. Fitur produk dan jasa

2. Emosi pelanggan

3. Atribusi untuk keberhasilan atau kegagalan jasa

4. Persepsi terhadap kewajaran dan keadilan

5. Pelanggan lain, keluarga, dan rekan kerja

Menurut Lupiyoadi dalam Sabariah (2015), mengatakan bahwa untuk mengukur kepuasan pelanggan di ukur dengan beberapa dimensi, yaitu:

1. Kualitas produk: Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan: Pelanggan akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

3. Emosional: Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau selfesteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek.

4. Harga: Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.

5. Biaya: Pelanggan yang tidak mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.

Minat Beli Ulang

Menurut Kotler dan Keller (2012), minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan dari pelanggan untuk melakukan pembelian. Menurut Broyles (2009), minat beli ulang adalah hasil dari keputusan pembelian yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga pelanggan yang memiliki keputusan pembelian akan mempunyai niat untuk membeli ulang.

Minat beli ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Dimana ketika seorang memperoleh respon positif atas

(5)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 5 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

tindakan masa lalu, dari situ akan ada penguatan dengan dimilikinya pemikiran positif atas apa yang diterimanya untuk melakukan pembelian secara berulang (Priansa, 2017).

Dari pendapat di atas, dapat dianalisis bahwa, minat beli ulang merupakan suatu transaksi atas pembelian yang dilakukan berulang oleh konsumen, pada saat konsumen merasakan puas akan pelayanan dan kualitas produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli ulang (Priansa, 2017) adalah sebagai berikut:

1. Faktor psikologis 2. Faktor pribadi 3. Faktor sosial

Minat beli konsumen dapat diukur dengan beberapa dimensi, yang secara umum terdiri dari empat dimensi (Priansa, 2017), sebagai berikut:

1. Minat transaksional merupakan kecenderungan seseorang untuk selalu membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, ini didasarkan pada kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan tersebut.

2. Minat referensial merupakan kecenderungan seseorang untuk merefrensikan produk yang sudah dibelinya, agar dibeli juga oleh orang lain, dengan merefrensikan pengalaman konsumsinya.

3. Minat preferensial merupakan minat yang menggambarkan prilaku seseorang yang selalu memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi.

4. Minat eksploratif merupakan minat yang menggambarkan prilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat–sifat positif dari produk tersebut.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori dan tinjauan pustaka, mengenai dampak experiential marketing pada kepuasan dan minat beli ulang konsumen dengan studi kasus pada konsumen ritel di Kota Bandung. Maka kerangka pemikirannya sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan pelanggan dan minat beli ulang konsumen, sehingga hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H1: Experiential marketing berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan di ritel Kota Bandung.

H2: Experiential marketing berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang konsumen di ritel Kota Bandung.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengkaji tentang dampak experiential marketing pada kepuasan dan minat beli ulang konsumen ritel Kota Bandung. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung survei dengan analisis data secara deskriptif dan verifikatif yaitu analisis regresi sederhana dan uji t (uji parsial) untuk melihat pengaruh secara parsial dari setiap variabel penelitian. Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, observasi dan studi kepustakaan dengan menggunakan teknik pengumpulan sampel melalui teknik non probability sampling yaitu accidental sampling. Dengan melakukan survei kepada 100 responden sesuai dengan ketentuan Roscoe (Sugiyono, 2017). Hal ini diperkuat dengan teori lainnya yang menyatakan bahwa untuk penelitian survei jumlah sampel minimumnya adalah 100 (Nainggolan, 2016). Pengolahan data menggunakan SPSS 23.

PEMBAHASAN

Hasil penenelitian disampaikan bahwa jenis kelamin terbanyak didominasi oleh perempuan karena perempuan lebih

(6)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 6 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

menyukai industri jasa, dengan usia rentan diatas 21–30 tahun. Dari segi pekerjaan, didominasi oleh pelajar/mahasiswa sedangkan dari segi pendidikan, rata-rata responden memiliki jenjang pendidikan terakhir adalah SMA. Untuk hasil analisis lainnya telah peneliti jabarkan sebagai berikut:

Hasil Analisis Data Deskriptif

Berdasarkan hasil analisis deskripsi dari seluruh item pernyataan untuk setiap variabel yaitu experiential marketing, kepuasan pelanggan dan minat beli ulang konsumen adalah variabel experiential marketing berada pada range 2.240–2.800 dengan nilai variabel experiential marketing sebesar 2.750 atau 76% yang berarti variabel experiential marketing masuk dalam kategori baik. Variabel kepuasan pelanggan berada pada range 2.000–2.400 dengan nilai variabel kepuasan pelanggan sebesar 2.009 atau 80,4% yang berarti kepuasan pelanggan pada ritel Kota Bandung berada pada kategori sangat baik.

Sedangkan untuk variabel minat beli ulang konsumen berada pada range 1.600-1.920 dengan nilai variabel minat beli ulang konsumen sebesar 1.628 atau 81,3% yang berarti minat beli ulang konsumen masuk dalam kategori sangat baik.

Uji Validitas

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2016). Dimana koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3), maka instrumen penelitian dinyatakan valid (Sugiyono, 2017).

Tabel 2. Uji Validitas No. Item

Pernyataan

Nilai rkritis

Nilai rhitung

Ket

X.1 0,3 0,506 Valid

X.2 0,3 0,776 Valid

X.3 0,3 0,619 Valid

X.4 0,3 0,724 Valid

X.5 0,3 0,660 Valid

X.6 0,3 0,749 Valid

X.7 0,3 0,682 Valid

Y1.1 0,3 0,795 Valid

Y1.2 0,3 0,821 Valid

Y1.3 0,3 0,765 Valid

Y1.4 0,3 0,727 Valid

Y1.5 0,3 0,739 Valid

Y2.1 0,3 0,833 Valid

Y2.2 0,3 0,815 Valid

Y2.3 0,3 0,775 Valid

Y2.4 0,3 0,702 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai rkritis. Maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel untuk X, Y1 dan Y2 dalam kuesioner adalah Valid.

Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner reliabel atau dapat dipercaya jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Imam Ghozali, 2016).

Instrumen penelitian dianggap reliabel jika memiliki nilai koefisien alpha minimal 0,60 (Sugiyono, 2017).

Tabel 3. Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's

Alpha

N of Items

Ket

X 0,793 7 Reliabel

Y1 0,825 5 Reliabel

Y2 0,785 4 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dianalisis bahwa, item kuesioner untuk variabel X, Y1 dan Y2 memiliki Cronbach's Alpha ≥ 0,60.

Maka variabel X, Y1 dan Y2 reliabel untuk digunakan pada penelitian ini.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model dalam regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Imam Ghozali, 2016).

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual (X & Y1)

Unstandardi zed Residual

(X & Y2)

N 100 100

Normal Paramet ersa,b

Mean ,0000000 ,0000000

Std.

Deviation 1,96767371 1,80495007 Most

Extreme Differen ces

Absolute ,082 ,053

Positive ,053 ,053

Negative

-,082 -,051

Test Statistic ,082 ,053

Asymp. Sig. (2-

tailed) ,093 ,200

Sumber: Data Hasil Pengolahan SPSS, 2019

(7)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 7 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

Hasil uji normalitas menggunakan Non parametric tess Kolmogrov–Smirnov terlihat bahwa, nilai uji statistik dari masing–masing varibel independen dan dependen untuk experiential marketing dan kepuasan pelanggan sebesar 0,082 sedangkan untuk variabel experiential marketing dan minat beli ulang sebesar 0,053 dengan nilai Asymp Sig (2–tailed) >

tingkat alpha yang telah ditentukan yaitu 5% atau 0,05 yakni untuk variabel experiential marketing (X) dan kepuasan pelanggan (Y1) sebesar 0,093, sedangkan untuk variabel experiential marketing (X) dan minat beli ulang (Y2) sebesar 0,200.

Dengan demikian darihasil tersebut menunjukkan bahwa, H0 diterima yang artinya data berdistribusi normal.

Uji Koefisien Korelasi

Nilai koefisien korelasi experiential marketing dengan kepuasan pelanggan adalah sebesar 0,743 dengan arah positif.

Artinya experiential marketing dengan kepuasan pelanggan memiliki nilai interpretasi hubungan yang kuat.

Sedangkan nilai koefisien korelasi experiential marketing dengan minat beli ulang adalah sebesar 0,665 dengan arah positif. Artinya experiential marketing dengan minat beli ulang memiliki nilai interpretasi hubungan yang kuat.

Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (r2) adalah alat untuk mengukur tingkat kecocokan atau kesempurnaan model regresi (Hermansyah, 2016). Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel independen dan varibel dependen (Sugiyono, 2018). Dari data hasil perhitungan diperoleh bahwa variabel experiential marketing mempengaruhi kepuasan pelanggan di ritel Kota Bandung sebesar 0,552 atau 55,2% dan sisanya yaitu 44,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

Sedangkan data hasil perhitungan diperoleh bahwa variabel experiential marketing mempengaruhi minat beli ulang konsumen di ritel Kota Bandung adalah sebesar 0,442 atau 44,2% dan sisanya yaitu 55,8%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

Uji Persamaan Regresi

Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen dinaikan dan diturunkan nilainya (Sugiyono, 2017). Menghitung persamaan regresi menggunakan rumus sebagai berikut:

Y = a + bX Y1 = 1,804 + 0,637X

Berdasarkan persamaan di atas, diketahui nilai konstantanya sebesar 1,804. Secara matematis, nilai konstanta ini menyatakan bahwa pada saat experiential marketing sama dengan 0, maka kepuasan pelanggan memiliki nilai sebesar 1,804. Selanjutnya nilai positif (0,637) yang terdapat pada koefisien regresi variabel bebas (experiential marketing), menggambarkan ada hubungan antara variabel bebas (experiential marketing) dengan variabel terikat (kepuasan pelanggan) adalah searah.

Y2 = 3,393 + 0,468X

Berdasarkan persamaan di atas, diketahui nilai konstantanya sebesar 3,393. Secara matematis, nilai konstanta ini, menyatakan bahwa pada saat experiential marketing sama dengan 0, maka minat beli ulang memiliki nilai sebesar 3,393. Selanjutnya nilai positif (0,468) yang terdapat pada koefisien regresi variabel bebas (experiential marketing), menggambarkan ada hubungan antara variabel bebas (experiential marketing) dengan variabel terikat (minat beli ulang) adalah searah.

Dimana setiap kenaikan satu satuan variabel experiential marketing akan menyebabkan kenaikan variabel minat beli ulang sebesar 0,468.

Uji t

Menurut Sugiyono (2018), korelasi parsial digunakan untuk analisis atau pengujian hubungan variabel independen dengan variabel dependen, dimana salah satu variabel terdapat variabel yang dikendalikan.

(8)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 8 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Parsial Variabel X dan Y1

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standard ized Coeffici

ents

T Sig.

B Std.

Error Beta

1

(Constant) 1,804 1,606 1,123 ,264 Experiential

Marketing ,637 ,058 ,743 10,995 ,000 Sumber: Data Hasil Pengolahan SPSS, 2019

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung

sebesar 10,995, selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai dari ttabel (dk = 99) yaitu 1,664 dengan taraf signifikan sebesar 5%. Jadi thitung > ttabel maka Ha

diterima dan H0 ditolak. Dengan kata lain menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha) untuk pengujian kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa experiential marketing berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan di ritel Kota Bandung.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Parsial Variabel X dan Y2

Coefficientsa Model Unstandardize

d Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std.

Error

Beta

(Constant) 3,393 1,473 2,303 ,023 Experiential

marketing ,468 ,053 ,665 8,813 ,000 Sumber: Data Hasil Pengolahan SPSS, 2019

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung

sebesar 8,813, selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai dari ttabel (dk = 99) yaitu 1,664 dengan taraf signifikan sebesar 5%. Jadi thitung > ttabel maka Ha

diterima dan H0 ditolak. Dengan kata lain menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha) untuk pengujian kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa experiential marketing berpengaruh terhadap minat beli ulang di ritel Kota Bandung.

Pengaruh Experiential Marketing terhadap Kepuasan Pelanggan

Experiential marketing merupakan suatu pendekatan dalam pemasaran yang tidak hanya menekankan pada benefit dan feature saja, tetapi juga membangkitkan emosi pelanggan melalui lima pendekatan yaitu sense (panca indera), feel (perasaan), think

(pola perilaku), act (perilaku atau tindakan), dan relate (relasi atau hubungan) (Rambat Lupiyoadi, 2013). Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, sehingga melalui pendekatan ini perusahaan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel experiential marketing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan. Hal ini di buktikan dengan hasil perhitungan bahwa experiential marketing berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan di ritel Kota Bandung sebesar 55,2 %, sedangkan sisanya yaitu 44,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Experiential marketing berperan penting dalam menciptakan kepuasan pelanggan.

Hal ini terlihat dari respon konsumen yang baik terhadap experiential marketing dan kepuasan pelanggan yang ada di ritel Kota Bandung. Adanya kepuasan pelanggan ini disebabkan oleh tersedianya produk-produk yang dibutuhkan oleh konsumen serta konsep dari tata letak produk yang ada di ritel Kota Bandung. Selain itu, ritel memberikan pengalaman yang berkesan baik dan positif di benak konsumen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan dapat tercipta melalui pengalaman suatu perusahaan memasarkan produk atau jasa yang baik dalam perusahaan tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang pernah di teliti oleh Ratih Kusuma Dewi, Srikandi Kumadji & M.

Kholid Mawardi (2015), yang menyatakan bahwa experiential marketing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang diteliti oleh Derry Dwi Vernawati dan Dwi Kartikasari (2015) yang menyatakan bahwa experiential marketing berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kepuasan pelanggan.

Pengaruh Experiential Marketing terhadap Minat Beli Ulang

Experiential marketing merupakan pendekatan pemasaran yang melibatkan emosi dan perasaan pelanggan dengan

(9)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 9 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

menciptakan pengalaman–pengalaman positif yang tidak terlupakan (Buchari Alma, 2013). Minat beli ulang terjadi setelah konsumen melakukan pembelian, dapat dikarenakan pernah mengkonsumsi sehingga berniat lagi untuk membeli ulang produk atau jasa yang sama (Prastyaningsih et al., 2014).

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel experiential marketing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel minat beli ulang konsumen. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa variabel experiential marketing berpengaruh terhadap minat beli ulang di ritel Kota bandung sebesar 44,2 %, sedangkan sisanya yaitu 55,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini.

Experiential marketing mimiliki peran penting dalam menciptakan minat beli ulang konsumen pada ritel. Hal ini disebabkan karena respon dari konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan menunjukkan keinginan konsumen untuk membeli ulang produk atau jasa baik karena sesuai dengan kebutuhan konsumen sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa experiential marketing berpengaruh terhadap minat beli ulang di ritel Kota Bandung.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang pernah di teliti oleh Gersom Hendarsono & Sugiono Sugiharto (2013), yang menyatakan bahwa experiential marketing berpengaruh terhadap minat beli ulang. Hal ini diperkuat dengan oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Ayu Sari Prastyaningsih, Imam Suyadi, dan Edy Yulianto (2014), menyatakan semakin baik pengalaman yang didapatkan oleh konsumen semakin besar peluang minat untuk melakukan pembelian lagi. Pengalaman konsumen yang baik dan dirasakan oleh konsumen adalah pengalaman yang dirangsang secara multisensory. Dari penelitian tersebut juga diperoleh bahwa experiential marketing mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli ulang.

PENUTUP Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh antara variabel experiential marketing terhadap variabel kepuasan pelanggan yang positif dan signifikan, yang berarti semakin baik experiential marketing yang di berikan ritel kepada konsumen, akan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Tidak hanya kepuasan pelanggan saja yang akan dirasakan, melainkan sikap loyal yang timbul dari konsumen terhadap ritel dan juga produk yang ditawarkan, sehingga akan adanya pembelian ulang produk.

2. Terdapat pengaruh antara variabel experiential marketing terhadap variabel minat beli ulang yang positif dan signifikan, yang berarti semakin baik experiential marketing yang di berikan ritel kepada konsumen akan meningkatkan minat konsumen untuk membeli kembali produk atau jasa yang ada di ritel tersebut.

Saran:

1. Untuk Ritel di Kota Bandung lebih meningkatkan kepuasan pelanggan misalnya dalam memberikan pelayanan yang baik sehingga menciptakan kesan positif bagi konsumen. Dengan demikian pelanggan akan merasa senang untuk berkunjung atau membeli produk kembali. Selain itu, konsumen juga akan dengan senang hati mempromosikan produk yang ada di ritel kepada keluarga, teman atau lingkungan sekitarnya.

2. Bagi ritel Kota Bandung untuk lebih sering mengadakan acara atau even

even. Misalnya diadakan senam pagi dan diadakan lomba–lomba oleh pihak ritel di seluruh Kota Bandung. Tujuan dari acara tersebut agar dapat menarik konsumen dengan persepsi bahwa konsumen akan aware terhadap ritel sehingga menciptakan minat konsumen untuk lebih mencari tahu produk–produk yang ditawarkan di ritel. Selain itu, melalui even tersebut akan menciptakan relasi atau hubungan yang baik antara konsumen dengan pihak ritel.

(10)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 10 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

REFERENSI

Alamsyah, D. P. (2016). Kepercayaan Konsumen Pada Produk Organik. Jurnal Ecodemica, 4(2), 146–155.

Bandung, B. (2017). Perubahan pola beli masyarakat pertumbuhan ritel terdampak. Diambil dari:

bisnisbandung.com/2017/11/24/perubah an-pola-beli-masyarakat-pertumbuhan- ritel-terdampak

BKPM. (2016). Peraturan Presiden No 44 Tahun 2016 tentang DNI. Diambil dari:

https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfil es/batang/Perpres_Nomor_44_Tahun_2 016_tentang_DNI.pdfh

Buchari Alma. (2013). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.

Bandung: Alfabeta.

Chandra, F. T. dan G. (2011). Service, Quality & Satisfaction Edisi III.

Yogyakarta: Andi Offset.

Dewi, R. K., Kumadji, S., & Mawardi, M.

K. (2015). Pengaruh Experiential Marketing terhadap Kepuasan Pelanggan dan Dampaknya pada Loyalitas Pelanggan (Survei Pada Pelanggan Tempat Wisata Jawa Timur Park 1 Kota Wisata Batu). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 28(1), 1–6.

Disdagin. (2019). Data Ritel Kota Bandung. Bandung: Dinas Perdagangan dan Perindustrian KotaBandung.

Gersom Hendarsono, Sugiono Sugiharto.

(2013). Analisa Pengaruh Experiental Marketing terhadap Minat Beli Ulang Konsumen. Jurnal Manajemen Pemasaran, 1(2), 1–8.

Hendra, T., Djawahir, A. H., & Djazuli, A.

(2017). Pengaruh Nilai, Kualitas Pelayanan, Pengalaman Pelanggan terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Giant Supermarket Sawojajar , Kota Malang).

Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 4(2), 129–141.

Heni Rohaeni, N. M. (2018). Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan. Jurnal Ecodemica, 2(2), 312–318.

https://doi.org/10.31311/jeco.v2i2.4503 Hermansyah, D. R. dan. (2016). Aplikasi

Statistika Deskriptif Itu Mudah, Contoh soal pembahasan (Program Ms. Excel

dan SPSS), Edisi 2 Cetakan Pertama.

Jawa barat: Khalifah Mediatama.

Imam Ghozali. (2016). SPSS Analisis Multivariat. Universitas Diponegoro:

Semarang.

Kartikasari, Derry Dwi Vernawati, D.

(2015). Pengaruh Experiential Marketing terhadap Kepuasan Pelanggan di Heritage Coffee Batam.

Jurnal Proceeding, 115–121.

Kustini. (2007). Penerapan Experiential Marketing. Jurnal Riset Ekonomi Dan Bisnis, 7(2), 44–57.

Nainggolan, E. D. K. dan K. (2016).

Faktor-Faktor Bauran Pemasaran yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Untuk Membeli Produk Kosmetik Oriflame. Jurnal Ecodemica, 3(2), 501–

515.

https://doi.org/10.31311/jeco.v3i2.42 Prastyaningsih, A. S., Suyadi, I., &

Yulianto, E. (2014). Pengaruh Customer Experience terhadap Repurchase Intention (Survei pada Konsumen KFC Di Lingkungan Warga RW 3 Desa Kandangrejo, Kedungpring, Lamongan).

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 16(1), 1–8.

Priansa, D. J. (2017). Perilaku Konsumen dalam Persaingan Bisnis Kontemporer, Cetakan Kesatu. Bandung: Alfabeta.

Raharja, R. A. dan S. J. (2018). Retail Mix Analysis From Consumer Perspective:

Study On Three Minimarkets In Bandung City. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi Bisnis Dan Kewirausahaan, 3(2), 111–121.

https://doi.org/https://doi.org/10.24198/a dbispreneur.v3i2.18467

Rambat Lupiyoadi. (2013). Manajemen Pemasaran Jasa, Berbasis Kompetensi Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Roisah, R., & Riana, D. (2016). Telaah Hubungan Citra Merek, Kualitas Produk Dan Keputusan Pembelian Konsumen.

Jurnal Ecodemica 4(1), 100–107.

Sabariah. (2015). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Rumah Tangga Pada PT.

PLN (Persero) Rayon Samarinda Ulu.

Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 3(3), 1210–1221.

Sari, D. I. (2017). Strategi Promosi dan

(11)

ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255 11 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica

Store Interior Pada Industri Ritel. Jurnal Ecodemica, 1(2), 183–192.

Siregar, H., & Simorangkir, A. (2018).

Pengaruh Experiental Marketing terhadap Kepuasan Pengguna Jasa Transportasi Online Go-Car di Kota Medan. Jurnal Manajemen Bisnis, 30(2).

Soliha, E. (2008). Analisis Industri Ritel Di Indonesia. Jurnal Bisnis, 15(2), 128–

142.

Sudaryono. (2016). Manajemen Pemasaran, Teori dan Implementasi Edisi I. Yoyakarta: Andi Offset.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), Cetakan Ke-9.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Suparwo, A., & Syarifuddin, D. (2017).

Membangun Kepuasan Pelanggan Serta Komunikasi Lisan. Jurnal Ecodemica, vol.1 No.1(ISSN: 2355-0295), 127–138.

Yani Restiani Widjaja & Irpan Nugraha.

(2016). Loyalitas Merek Sebagai Dampak Dari Kepuasan Konsumen.

Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 1(1), 1–13.

BIODATA PENULIS

Kristina Estevaonia Mbakus adalah Mahasiswa Universitas BSI pada Program Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Komunikasi. Peneliti tertarik untuk membahas topik tentang strategi pemasaran modern yaitu experiential marketing karena banyak perusahaan belum secara maksimal menerapkan konsep experiential marketing. Padahal konsep experiential marketing memiliki dampak besar bagi perusahaan baik dari segi penjualan dan atau keuntungan (profit).

Referensi

Dokumen terkait