Krisis lingkungan hidup dengan berbagai wujudnya sebenarnya merupakan krisis moral, karena kita manusia memandang alam sebagai benda yang harus dimanfaatkan, bukan sebagai benda yang harus dijaga demi kelangsungan hidup manusia. Pendapat mayoritas ahli lingkungan hidup adalah bahwa upaya praktis dan teknis dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah solusi yang tepat, sehingga diperlukan perubahan perilaku dan cara hidup yang beretika. . Krisis lingkungan hidup dengan berbagai manifestasinya sebenarnya merupakan krisis moral, karena masyarakat memandang alam sebagai objek, bukan sebagai subjek kehidupan universal.
Jika kita tetap ingin melestarikan dan memelihara keberlangsungan kehidupan di muka bumi ini, maka harus ada upaya sistematis untuk membangun kesadaran baru terhadap lingkungan dan mengubah cara pandang kita terhadap perlakuan terhadap alam. Ali Yafie (2006) dalam bukunya “Merintis Fiqh Lingkungan Hidup” berpendapat bahwa pemeliharaan dan perlindungan lingkungan hidup (hifdh al-bi’ah) termasuk dalam kategori komponen utama (primer) dalam kehidupan manusia (al-dlaruriyat, al-kulliyat ). . Maka masjid harus berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran umat Islam sebagai potensi terbesar bangsa dalam menjaga dan mengelola lingkungan hidup untuk menjalankan amanahnya menjaga kelangsungan dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di muka bumi.
Sikap peduli ini akan menjadi dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola lingkungan. Peran aktif pengurus masjid sangat berperan penting dalam mendorong dan membentuk jamaah serta meningkatkan peran masyarakat dalam perbaikan lingkungan.
دِجاَسَم
Dengan hati yang tergerak maka timbullah kesadaran dan pemahaman yang dapat mengubah mentalitas dan sikap baik pengurus masjid maupun jamaahnya. Pada akhirnya, pengurus dan jamaah masjid memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) mengenai pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang menjadi teladan nyata (uswah) bagi masyarakat sekitar masjid. Setiap amal shaleh yang dilandasi keimanan dikategorikan sebagai amal shaleh yang akan mendapat pahala berupa kehidupan yang lebih baik.
هّللا
نَمآ
هّللاِب
مْوَيْلاَو
رِخلآا
ماَقَأَو
ةَلاَّصلاىَتآَو
ةاَكَّزلا
لاِإ
هّللاىَسَعَف
كِئـَلْوُأنَأ
اوُنوُكَي
نيِدَتْهُمْلا
Peran Masjid Dalam Memakmurkan Bumi
- Akses Air dan Sanitasi Untuk Thaharah
Berdasarkan ketentuan Pasal 33 UUD 1945 dan Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), konsep pengelolaan sumber daya alam adalah: Pertama, sumber daya alam pemberian Tuhan kepada bangsa Indonesia. Kedua, negara dibatasi kekuasaannya atas sumber daya alam untuk “mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Ketiga, sumber daya alam di Indonesia tidak dikuasai siapa pun kecuali negara itu sendiri – tidak perorangan, apalagi korporasi. Keempat, masyarakat berhak mengakses sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan penghidupannya berdasarkan hak asasi manusia yang dijamin oleh Konstitusi.
Oleh karena itu, umat Islam harus secara kolektif menjalankan kepemimpinan keagamaan yang sesuai dengan amanat konstitusi agar sumber daya alam bagi pemenuhan hajat hidup manusia dapat tetap terjaga dan tersedia bagi seluruh umat manusia. Di negara kita, dalam praktiknya, tidak hanya terjadi proses monopoli terhadap sebagian sumber daya alam, namun juga terjadi proses perusakan yang dilakukan manusia secara sistemik, sehingga ketersediaan sumber daya alam semakin berkurang. Kekurangan air dan energi merupakan ancaman yang semakin nyata bagi generasi sekarang dan mendatang.
Dalam menunjang kehidupannya, manusia mengkonsumsi sumber daya alam dan dalam prosesnya menghasilkan limbah yang harus diolah kembali ke alam untuk menjadi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk bumi. Melihat kondisi tersebut dan mempertimbangkan pentingnya menjamin diperlukannya dana dari masyarakat luas dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap air dan sanitasi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Musyawarah Nasional tahun 2015, mengeluarkan fatwa no. 001/MUNAS-IX/MUI/2015 tentang pemanfaatan harta zakat, infak, sedekah, dan wakaf untuk pengembangan sarana air bersih dan saluran air limbah bagi masyarakat.
Meluasnya konflik air menunjukkan kerentanan Indonesia menjadi bagian dari negara yang mengalami kelangkaan air. Selama ini yang kita pahami tentang thaharah hanya bagaimana cara melakukannya, namun saat ini kita perlu lebih memperhatikan fasilitas dan penyediaan air itu sendiri. Selama ini yang kita pahami tentang thaharah hanya bagaimana cara melakukannya, namun saat ini kita perlu lebih memperhatikan fasilitas dan penyediaan air itu sendiri.
Dari rangkaian ajaran agama Islam tersebut kita dapat melihat dengan jelas betapa Islam sangat mengutamakan persoalan kebersihan dalam ajaran thaharah sebagai wujud nyata dari sanitasi yaitu upaya memajukan dan menciptakan kondisi yang baik di bidang kesehatan. lingkungan hidup manusia, khususnya lingkungan fisik yaitu tanah, air, dan udara. Masjid-masjid yang sangat bergantung pada sumber daya alam berupa air untuk sarana thaharah harus memperhatikan sumber daya alam tersebut yang semakin langka akibat bertambahnya jumlah penduduk, berkurangnya lahan terbuka, perilaku boros, serta pencemaran dan kerusakan lingkungan. Program ecoMasjid yang utama adalah akses air dan sanitasi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama yang meliputi kegiatan Hemat Air, Hemat Air, dan Lindungi Air.
Simpan Air. Dilakukan diantaranya dengan meningkatkan resapan air tanah melalui pembibitan dan penanaman
Jaga Air. Dilakukan dengan menjaga air yang bersih dan suci agar tidak tercemar najis dan penyakit dari sampah
- Energi Listrik Masjid yang Maslahat
Saat ini lebih dari 80% listrik nasional masih dihasilkan menggunakan bahan bakar fosil (minyak mentah, gas alam, dan batu bara). Bahan bakar fosil ini jumlahnya terbatas dan akan habis dalam beberapa dekade mendatang karena tidak terbarukan. Hal lain yang perlu diketahui adalah penggunaan bahan bakar fosil mengeluarkan gas karbon dioksida (CO2) yang disertai dengan penggundulan hutan sehingga menimbulkan efek rumah kaca yang berdampak pada peningkatan suhu bumi dan perubahan sistem iklim bumi.
Pengamat lingkungan berpendapat bahwa perang saudara di Suriah dan Sudan disebabkan oleh kekurangan air dan. Perjanjian Paris adalah perjanjian perubahan iklim internasional yang bertujuan untuk menjaga peningkatan suhu rata-rata global di bawah 2°C di atas tingkat pra-industri; Ancaman krisis energi, krisis air dan krisis pangan akan terjadi pada abad ini jika kita melakukan hal tersebut.
Dalam hal penggunaan bahan bakar fosil terdapat dua hal yang bertentangan yaitu manfaat dan kerugiannya bagi kehidupan manusia, sehingga para ulama merumuskan salah satu sumber hukumnya yaitu Sadd Al-Dzari'ah, Imam al-Syathibi mengartikan dzari'ah sebagai . Terkait dengan permasalahan sumber energi pembangkit listrik yang berasal dari bahan bakar fosil, pada dasarnya diperbolehkan hukumnya, namun menjadi makruh bahkan haram apabila penggunaan dan pemanfaatannya membutuhkan bahan bakar fosil dalam jumlah yang berlebihan sehingga mengakibatkan semakin menipisnya bahan bakar fosil yang ada. di lapangan yang disertai dengan kerusakan lingkungan hidup, maka hal tersebut tidak diperbolehkan. 8 perubahan iklim yang berubah dari ancaman menjadi peluang dan manfaat bagi manusia di planet bumi.
Perjanjian Paris adalah perjanjian internasional mengenai perubahan iklim yang bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2°C dibandingkan suhu pra-industri; dan dengan ambisi untuk melanjutkan upaya mengurangi kenaikan suhu sebesar 1,5°C. Dalam hal penggunaan bahan bakar fosil terdapat dua hal yang bertentangan yaitu manfaat dan kerugiannya bagi kehidupan manusia, sehingga para ulama merumuskan salah satu sumber hukumnya yaitu Sadd Al-Dzari'ah, Imam al-Syathibi mengartikan dzari'ah sebagai . Beberapa negara maju memperkirakan energi listrik tenaga surya akan mendominasi energi dunia pada abad ini menggantikan dominasi bahan bakar fosil.
Beberapa tindak lanjut telah dilakukan khususnya dalam mendukung fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah, khususnya peningkatan akses terhadap air dan sanitasi sebagai sarana bersuci (thaharah) keabsahan ibadah. kebutuhan dasar masyarakat yang saat ini dirasakan semakin penting. Untuk mendukung akses air dan sanitasi yang lebih baik bagi masyarakat, Majelis Ulama Indonesia melalui Musyawarah Nasional MUI di Surabaya tahun 2015, Fatwa MUI No. Hal ini dapat mencakup sarana penyediaan listrik untuk menyediakan akses terhadap air dan fasilitas sanitasi.
Pengurus Masjid
Menjadikan masjid menjadi pusat pembelajaran (center of excellence) yang berwawasan lingkungan bagi warga masjid dan masyarakat sekitar. Untuk menunjang ketiga fungsi masjid tersebut di atas, perlu dilakukan peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan masjid untuk mendorong dan membentuk masjid yang peduli dan berbudaya menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Kebijakan masjid dalam perekrutan, pengalokasian dan penggunaan dana sosial keagamaan untuk kegiatan yang berkaitan dengan konservasi lingkungan dan sumber daya alam.
Jamaah Masjid
Masyarakat yang sudah mempunyai kesadaran untuk mensejahterakan masjid hanya sekedar jamaah yang pasif, padahal jamaah masjid mempunyai banyak potensi dan sangat mungkin dimanfaatkan untuk kemaslahatan orang banyak. Berkomunikasi dengan pemerintah kota tentang apa yang mereka bisa dan ingin sumbangkan bagi kemajuan masjid dan komunitasnya.
Bangunan Masjid
Beberapa masjid baru di Indonesia dibangun oleh arsitek yang mengacu pada konsep green building. Menciptakan kondisi persatuan bagi pengurus masjid dan jamaah, meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Menjadi wadah pembelajaran bagi generasi baru tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar.
Bangunan: Biogas, Pemanenan air hujan, Pembibitan, Penanaman pohon, Keran hemat air, sumur resapan, daur ulang air dan biopori, permakultur, pertanian hemat air (hidroponik, aquaponik dan pertanian vertikal), pengolahan sampah organik untuk pupuk, termasuk penggunaannya bio-recycler (ayam, cacing & belut). Masjid & Pondok Pesantren Al Amanah, Sempon, Wonogiri, Jawa Tengah Gedung: Pemanenan air hujan, pembibitan, penanaman pohon, Kran hemat air, sumur resapan dan biopori, permakultur, pertanian hemat air (hidroponik, aquaponik dan pertanian vertikal, pengolahan sampah organik menjadi pupuk, termasuk penerapan bio-recycler (ayam dan cacing). Selanjutnya program ecoMasjid akan ditingkatkan ke tingkat nasional melalui kompetisi fastabiqul khairaat yang baik, khususnya kompetisi pengelolaan lingkungan hidup melalui masjid.
Program ini merupakan upaya peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan masjid menuju pengelolaan yang bersih, suci dan sehat serta ramah lingkungan mulai dari tingkat daerah hingga pusat. Kami berharap dengan adanya insentif ini, organisasi dapat termotivasi untuk lebih berkembang dengan memperkuat kelembagaan, mengembangkan staf untuk meningkatkan kapasitas dan. Setiap kegiatan dan organisasi yang mengarahkan perbaikan masyarakat harus saling memberi manfaat dan memperkuat, sehingga menghasilkan hasil dan dampak yang lebih besar.
Organisasi yang kuat didukung oleh stafnya yang memahami dan menerapkan nilai kepedulian dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Ketika nilai kepedulian tertanam dalam jiwa personel manajemen dan masyarakat, maka peran dan fungsi organisasi akan bertahan. Seluruh pengurus masjid di Indonesia akan memiliki akses terhadap pedoman lengkap mengenai PNeM.