• Tidak ada hasil yang ditemukan

editor: Biemo W. Soemardi & Krishna. S. Pribadi - FTSL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "editor: Biemo W. Soemardi & Krishna. S. Pribadi - FTSL"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

DAFTAR TABEL

KINERJA JASA KONSTRUKSI INDONESIA

KONSTRUKSI DALAM DINAMIKA PEKONOMIAN NASIONAL

  • Investasi Konstruksi
  • Pasar Konstruksi Nasional
  • Kinerja Jasa Konstruksi Nasional

Investasi pada industri konstruksi menggambarkan seberapa besar kontribusi industri ini terhadap perekonomian nasional (PDB), sedangkan pasar konstruksi merupakan wujud potensi pertumbuhannya. Berbeda dengan sektor lain seperti telekomunikasi dan energi, investasi masyarakat pada sektor jasa konstruksi masih sangat dominan. Seiring dengan pertumbuhan industri, jumlah dan kapasitas perusahaan konstruksi dan pekerja konstruksi juga meningkat.

Gambar 4.1  Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya (sumber: koleksi lomba foto LPJK)
Gambar 4.1 Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya (sumber: koleksi lomba foto LPJK)

KONSTRUKSI BERKELANJUTAN

Di sisi lain, konsep pembangunan berkelanjutan (KB) dimaknai dengan mempertimbangkan tiga aspek penting pembangunan berkelanjutan (PB), yaitu aspek sosial dan lingkungan, serta aspek ekonomi. Sebagai sebuah konsep, Konstruksi Berkelanjutan (KB) dimaksudkan sebagai suatu pendekatan dalam pelaksanaan berbagai proses konstruksi suatu bangunan fisik atau infrastruktur yang sadar akan keseimbangan antara pencapaian nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai lingkungan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. prinsip pemanfaatan sumber daya yang berbeda secara bijaksana untuk menciptakan peluang pemanfaatan hasil konstruksi yang dapat dinikmati tidak hanya pada saat ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Istilah ini diperkenalkan sejak tahun 2009 ketika Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum melakukan kajian terkait dan melanjutkan kajian tersebut untuk menyusun rancangan dokumen peta jalan pelaksanaannya dalam bentuk Agenda 21 konstruksi berkelanjutan di Indonesia pada tahun 2010.

Pada bulan Juni 2011, Kementerian Pekerjaan Umum mengadakan seminar internasional dengan beberapa pembicara dari luar negeri dengan tema Towards Sustainable Construction of Indonesia dan pada kesempatan ini, Menteri Pekerjaan Umum memaparkan rancangan dokumen Agenda 21 Konstruksi Berkelanjutan Indonesia, namun tidak Sangat disayangkan dokumen ini tidak mendapat dukungan dan komitmen dari berbagai pemangku kepentingan. Terlebih lagi, pada peluncuran buku Konstruksi Indonesia 2011, konsep konstruksi berkelanjutan (KB) tidak dipaparkan ketika membahas implementasi infrastruktur berkelanjutan (IB), yang isinya menekankan pada kebutuhan infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi (BP Konstruksi, 2011 ). Baru pada tahun 2015 Kementerian Pekerjaan Umum mengeluarkan Peraturan Bangunan Berkelanjutan (KB) yang menyeluruh melalui Permen PU no.

5 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan yang dibatasi hanya pada proyek infrastruktur dalam kerangka Kementerian Pekerjaan Umum; Implementasi pedoman tersebut juga menghadapi banyak kendala, karena kebutuhan pembangunan infrastruktur yang harus dilaksanakan secara cepat menjadi prioritas saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan bangunan ramah lingkungan (green building) pada masa itu merupakan sebuah sarana strategis untuk menginisiasi penerapan konsep konstruksi berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini harus terus didukung, meskipun aspek sosial dan ekonomi tetap diperlukan. Perhatian. Namun istilah Konstruksi Berkelanjutan (KB) secara keseluruhan sebenarnya tidak terdapat dalam batang tubuh UUJK, kecuali pada penjelasannya dan berkaitan dengan teknologi pilihan berupa teknologi konstruksi berkelanjutan.

Kerangka kerja ini sangat relevan dan berkaitan dengan Pembangunan Berkelanjutan (KB), suatu pendekatan untuk mewujudkan Infrastruktur Berkelanjutan (IB), sebagaimana tertuang dalam Permen PUPR no.

Gambar 4.4  Gedung yang tersertifikasi Gedung Hijau GBCI  (sumber: Abduh et.al., 2019)
Gambar 4.4 Gedung yang tersertifikasi Gedung Hijau GBCI (sumber: Abduh et.al., 2019)

RANTAI PASOK KONSTRUKSI DAN PRAPABRIKASI

  • Rantai Pasok Konstruksi
  • Konstruksi Prapabrikasi

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa rantai pasok (value chain) merupakan alat bagi terwujudnya rantai nilai (value chain). Konsep rantai pasok diperkenalkan ke industri konstruksi dari industri manufaktur, yang memiliki sifat berbeda dalam produksinya; beberapa karakteristik produksi konstruksi harus dipertimbangkan ketika mengelola rantai pasokan konstruksi. Pada tahun 2012 telah diterbitkan Buku Konstruksi Indonesia Tahun 2012 yang bertajuk Harmonisasi Rantai Pasokan Konstruksi dan Roadmap Harmonisasi Sumber Daya Konstruksi 2010-2030 juga dicanangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (Abduh dan Pribadi, 2014).

2 Tahun 2017, istilah rantai pasok konstruksi diperkenalkan; dengan berbagai kombinasi istilah yang masih memerlukan definisi lebih lanjut (Abduh, 2017). Ke hulu dengan melibatkan pemasok dari segi sub-pemasok dan juga asosiasi pemasok rantai pasok. Sesuai dengan hasil tim Penguatan Rantai Pasokan Konstruksi, penerapannya harus mencakup bidang administrasi konstruksi, bisnis konstruksi dan industri konstruksi (Rahardjo et.al., 2013).

Terkait dengan upaya pengelolaan rantai pasok industri konstruksi (lintas organisasi) yang sudah terjalin dengan baik, khususnya informasi supply dan demand serta koordinasi antar pihak yang terlibat, perlu dilanjutkan dan dikembangkan agar dapat memanfaatkan data. dan informasi yang berkaitan dengan kajian ilmu ekonomi konstruksi ( ekonomi konstruksi). ), sebagaimana disarankan dalam laporan tim Penguatan Rantai Pasok Konstruksi dan ditekankan kembali pada pembahasan sistem rantai pasok konstruksi untuk pengembangan peraturan pemerintah turunan UUJK 2017 (Abduh dan Rahardjo, 2013). 2 Tahun 2017, untuk ranah hulu terkait asosiasi rantai pasok, hingga saat ini belum terlihat hasilnya, sehingga sebaiknya peran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah implementasi UUJK No. Yakni, pertama, penerapan konsep manajemen rantai pasok konstruksi pada lingkup intra organisasi perusahaan konstruksi dalam regulasi bisnis konstruksi.

Kedua, penerapan konsep manajemen rantai pasok konstruksi pada lingkup antar organisasi yaitu oleh proyek konstruksi dalam pengelolaan pelaksanaan proyek konstruksi.

Gambar 4.6  Lingkup Pengaturan dalam UUJK No. 2 tahun 2017  (sumber: Abduh, 2017)
Gambar 4.6 Lingkup Pengaturan dalam UUJK No. 2 tahun 2017 (sumber: Abduh, 2017)

KINERJA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

  • Perkembangan Pengaturan Kebijakan K3 pada Industri KonstruksiKonstruksi
  • Tantangan Pengaturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri KonstruksiIndustri Konstruksi

Peraturan ini mengatur ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan konstruksi bangunan gedung. Pada saat pekerjaan dimulai, unit keselamatan dan kesehatan kerja harus segera dibentuk, harus diberitahukan kepada setiap pekerja. Sebagai pelaksanaan dari pelaksanaan pasal 4 Keputusan Bersama ini, Menteri Tenaga Kerja dapat menunjuk Tenaga Ahli di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bidang konstruksi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum atas usulan Menteri Pekerjaan Umum, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 mengatur bahwa perencana konstruksi yang tidak memenuhi persyaratan perencanaan sesuai dengan standar keinsinyuran, keselamatan kerja, kesehatan dan lingkungan hidup, dikenakan sanksi mulai dari teguran tertulis hingga pembekuan/pencabutan izin usaha dan/atau profesi. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan untuk melindungi keselamatan pekerja/pekerja guna mencapai produktivitas kerja yang optimal. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang berkaitan dengan sistem manajemen perusahaan.

Ketentuan terkait penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3. Peraturan pemerintah ini mewajibkan seluruh perusahaan di industri apapun untuk menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Dalam skema ini, analisis risiko dalam RK3K mencakup keselamatan masyarakat, keselamatan properti, dan keselamatan lingkungan di samping keselamatan dan kesehatan personel. A. Dalam Peraturan Menteri PUPR ini, keselamatan konstruksi mencakup seluruh kegiatan teknis untuk membantu operasional konstruksi dalam mencapai pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan yang memperhatikan keselamatan konstruksi, keselamatan dan kesehatan personel, masyarakat menjamin keselamatan dan lingkungan hidup. . Belajar dari kasus kecelakaan konstruksi yang pernah terjadi, pertanyaan selanjutnya adalah seperti apa dinamika keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek konstruksi saat ini.

Gambar 4.10  Jumlah Kecelakaan Kerja (semua sektor industri) (sumber: BPJS)
Gambar 4.10 Jumlah Kecelakaan Kerja (semua sektor industri) (sumber: BPJS)

PENUTUP

Sebagai respon terhadap kondisi perekonomian dan politik pada awal reformasi tahun 1998, dari kesepakatan bersama antara pemerintah dan pelaku jasa konstruksi untuk membentuk suatu lembaga atau badan hukum yang bertujuan untuk memajukan dunia usaha konstruksi di Indonesia, maka dibentuklah Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. dibentuk sebagai wujud peran Asosiasi Jasa Konstruksi, sesuai dengan amanat UU No. Sejak saat itu, sejarah konstruksi Indonesia mengalami bentuk pengelolaan baru yang menempatkan masyarakat sebagai pemangku kepentingan terpenting dalam jasa konstruksi nasional. Bagi negara Indonesia, konstruksi merupakan salah satu sektor perekonomian terpenting yang bersama dengan sektor perumahan, saat ini memberikan kontribusi sebesar 10,7% terhadap PDB nasional dan menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 8,5 juta orang dan 135.000 badan usaha jasa konstruksi.

Uraian yang disajikan dalam buku ini menggambarkan dinamika berbagai aspek konstruksi nasional, mulai dari perannya dalam pembangunan dan perekonomian nasional, prinsip-prinsip pengelolaan, serta kapasitas dan kinerja jasa konstruksi selama 20 tahun terakhir. Pada bagian khusus juga diuraikan cara pengelolaan jasa konstruksi yang menggambarkan peranan penting Badan Pengembangan Jasa Konstruksi. Tampaknya keberhasilan komunitas jasa bangunan tidak dilihat sebagai upaya pengelolaan mandiri; Pemerintah masih menilai kondisi masyarakat jasa bangunan belum cukup matang bagi pemerintah untuk menyikapi dan mengambil kendali pengelolaan jasa bangunan.

Mungkin kita harus melihat kembali dan membandingkan jumlah jasa bangunan nasional selama 20 tahun terakhir dengan apa yang terjadi di negara lain. Menarik untuk mengkaji berhasil tidaknya manajemen konstruksi di Malaysia dengan Construction Industry Development Board (CIDB), Singapura dengan Bureau of Civil Engineering (BCA) atau India dengan Construction Industry Council (CIC) atau di Filipina dengan Construction Industry Council (CIC) atau di Filipina dengan Construction Industry Council (CIC). Otoritas Konstruksi Filipina, industri (CIAP) dan Jepang dengan Dewan Pusat Perusahaan Konstruksi (CCCB) dalam mempromosikan dan mengembangkan industri konstruksi mereka. Terakhir, mengingat berbagai tantangan permasalahan yang telah dibahas, maka untuk mencapai tujuan industri konstruksi nasional ke depan, berbagai langkah strategis, sistematis, dan terukur harus dikembangkan bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan konstruksi nasional, masing-masing pihak diharapkan dapat menjalankan perannya dengan baik dan membangun sinergi yang kuat sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada dan mengatasinya guna mencapai visi industri konstruksi nasional kita di masa depan.

Kami berharap apa yang disajikan dalam buku ini dapat menjadi cerminan kinerja dan dinamisme jasa konstruksi nasional sekaligus menjadi bahan inspirasi untuk menjadikan konstruksi nasional sebagai industri yang tangguh dan berdaya saing tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Memperkuat rantai pasokan konstruksi: Pendekatan Indonesia terhadap program ekonomi konstruksi. Konferensi Konstruksi Asia ke-19, Jakarta. McKinsey &. 2017), “Era Baru Teknik dan Teknologi Konstruksi, Proyek Modal dan Infrastruktur, Juli 2017”, McKinsey & Company. Gusti Erwanda & Ruzikna (2017), “Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Konstruksi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada JOM FISIP Vol.

ING Economic Department (2017), “Circular construction: Most opportunities for demolitions and wholesalers, Circular construction – June 2017”, published 12 December 2020 from: https://www.ing.nl/media/ING_. Martín Alejandro and Lucas Seghezzo (2012), “Governance, Sustainability and Decision Making in Water and Sanitation Management Systems, Sustainability”, ISSN www.mdpi.com/journal/sustainability Mc Kinsey Global Institute (2017), “Reinventing Construction: A Route to. Higher Productivity”, Mc Kinsey & Company, downloaded on 12 December 2020 from: https://www.mckinsey.com/~/media/McKinsey/.

OECD, (2016), OECD Science, Technology and Innovation Outlook, diunduh pada 12 Desember 2020 dari: https://read.oecd-ilibrary.org/science-and-technology/oecd-science-technology-and-innovation-outlook -2016_. Prosiding Konferensi Internasional ke-2 tentang Konstruksi di Negara Berkembang: Tantangan yang Dihadapi Industri Konstruksi di Negara Berkembang, Botswana, November [Online]. Pentingnya informasi supply-demand pada rantai pasokan sumber daya material dan peralatan konstruksi untuk mendukung pembangunan ibu kota negara yang baru." Rantai pasokan konstruksi Indonesia.

Analisis kausalitas infrastruktur dengan investasi asing untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Jurnal Analisis Pembangunan Ekonomi, Volume Mengkonseptualisasikan adopsi teknologi informasi dan peralatan dalam konstruksi: tinjauan kritis terhadap penelitian yang ada.

Gambar

Gambar 4.1  Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya (sumber: koleksi lomba foto LPJK)
Gambar 4.2  Nilai Konstruksi yang Diselesaikan
Tabel 4.1  Kinerja Jasa Konstruksi Nasional *) (sumber: Badan Pusat Statistik – BPS)
Tabel 4.2  Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi (Bersertifikat)  (sumber: Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi – LPJK)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Transmission coefficient of an electron incident on a heterostructure potential with nanometer-thick trapezoidal barrier grown on anisotropic materials are derived by solving